Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Kita awali dengan membaca bismillahirrohmanirrohim


Kompetensi Dasar : menjelaskan tentang sumber hukum Islam
Tujuan Modul
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam
yang pertama dan utama
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Hadits sebagai sumber hukum Islam
kedua
Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Ijtihad sebagai sumberhukum Islam ketiga
menjelaskan pengertian hukum taklifi dan hukum wad’i
Semua yang ada di Modul ini hendaknya dikerjakan secara mandiri dengan bantuan guru
atau kelompok.

Petunjuk penggunaan Modul :


Baca uraian materi dengan baik .
Kerjakan semua latihan dan tugas-tugas yang ada pada Modul ini.
Gunakan buku-buku refrensi, paket dan kamus sebagai pendamping.
Catatlah bagian-bagian yang belum anda pahami,kemudian diskusikan dengan teman anda
atau tanyakan kepada guru atau orang yang anda anggap mampu.
Jika belum menguasai 75% dari tiap kegiatan, maka ulangi kembali langkah-langkah itu
dengan seksama.
Mudah-mudahan anda dapat mencapai lompetensi dasar ini, jangan lupa anda terus
mengingat pelajaran Modul ini karena akan behubunganya dengan Modul berikutnya.

Waktu yang disediakan : 4 jam pelajaran termasuk menyelesaikan latihan-latihan atau


tugas.

Uraian materi
Sumber hukum Islam adalah suatu undang-undang, peraturan atau keputusan dan
ketentuan yang dijadikan dasar acuan atau pedoman untuk mengatur kehidupan manusia,
baik secara invidu maupun social.apabila ditinjau dari segi aspek hukum, syariat islam
mencakup dua hal yaitu Al-Qur’an dan sunah (hadits). Dua hal ini menjadi dasar syariat
secara keseluruhan. Kedua, hukum ijtihad yang ditetapkan oleh ulama’ ahli fiqih.
Melalui ijtihad para ulama’ merumuskan ketentuan yang terperinci menyangkut hukum
wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.

Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam


Pengertian Al-Qur’an
Dari segi bahasa Al-Qur’an berarti “yang dibaca” atau “bacaan” sedangkan dari
segi istilah Al-Qur’an adalah firman (wahyu) Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril yang merupakan mukjizat dan
menggunakan bahasa Arab, berisi tentang petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia,
dan bila kita membacanya merupakan ibadah.

Artinya: “sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mu’min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra’:9)

Nama-nama Al-Qur’an
Menurut Imam Ibn Jarir Ath-Thabari dalam dalam tafsirnya Jamiul Bayan bahwa
Al-Qur’an memiliki empat nama, yaitu.
Al-Qur’an, karena ia dibaca, yaitu memberi pengertian pada kita supaya Al-
Qur’an itu dibaca dan diamalkan isinya oleh umat islam.
Al-Kitab, karena ia ditulis, yaitu yang ditulis pada lembaran-lembaran yang
dikumpulkan dan diikat menjadi mushaf.

Artinya: Itulah Al-kitab yang didalamnya tidak ada keraguan petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah:2)
Al-Furqan artinya penbeda, karena dia membedakan antara yang haq dan yang
batil, antara yang benar dan yang salah

Artinya: maha suci Allah yang telah menurunkan al-furqon (al-qur’an) kepada
hamba-Nya, agar dia memberi peringatan pada seluruh alam. (Q.S. Al-
Furqon:1)
Adz-Dzikr, artinya peringatan, yaitu peringatan dari Allah swt bagi mereka yang
ingkar dan durhaka kepada-Nya.

Artinya: Al-Qur’an ini adalah peringatan bagi orang-orang yang sebelumku.


Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena
mereka berpaling. (Q.S. Al-Anbiya’:24)

kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama yang
mana diturunkan kepada nabi Muhammad saw ketika beliau sedang berkhalawat di Gua
hira kpada tanggal 17 Ramadlan 40 tahun dari kelahiran nabi. Menurut Syeh Muhammad
Kundlori, Al-Qur’an diturunkan selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari dengan rincian: 12
tahun, 5 bulan, 13 hari diturunkan dimekkah dan 9 tahun, 9 bulan, 9 hari diturunkan
dimadinah.Al-Qur’an terdiri dari 6666 ayat, 74.437 kalimat, 325.340 huruf, 114 surat, 30
juz dan 554 ruku’. Al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah dan diahiri dengan surat Qn-
Nas. Al-Qur’an sebagai sumber hukum memiliki tiga komponen dasar hukum yaitu
sebagai berikut.
Hukum I’tiqadiah, yaitu hukum yang yang mengatur hubungan rahaniah manusia
dengan Allah swt,dan berhubungan dengan masalah akidah (keimanan) dan tercermin
dalam rukun iman.Ilmu yang mempelajari tentang keimanan disebut ilmu tauhid,ilmu
kalam, atau ilmu usuluddin.
Hukum Amaliah, yaitu hukum yang mengatur hubungan rahaniah manusia dengan Allah
swt, antara manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitarnya dan tercermin
dalam rukun Islam dan disebut hukum syara’ atau syari’at dan ilmu yang mempelajarinya
disebut ilmu fiqih,.hukum syara’ dibagi menjadi dua kelompok yaitu
a). Hukum Ibadah yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah swt
secara langsung dalam bentuk lahiriah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, kurban
dan lain-lain. Biasanya mengacu pada mazhab yang ada, diantaranya.
> Imam Syafi’i
> Imam Hanafi
> Imam Maliki
> Imam Hambali
b). Hukum Muamalat, yaitu hokum yang mengatur manusia dengan sesame manusia
serta alam sekitarnya.diantara contoh hokum muamalat yaitu sebagai berikut,
Hukum tentang pidana (Jinayah)
Hukum tentang warisan (fara’id)
Hukum tentang hukuman (hudud)
Hukum tentang perkawinan (munakahat)
Hukum tentang tata Negara (khilafah)
Hukum tentang perjuangan (jihad)
Hukum tentang jual beli (khiyar)
Hukum tentang pengadilan (aqdiyah)
Hukum Khuluqiyah, yitu hukum yang berhubungan dengan moral atau akhlak manusia,
baik sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
perbuatan manusia sehari-hari melalui gerakan mulut, tangan maupun kaki. Ilmu yang
mempelajarinya disebut ilmu akhlak atau tasawuf.

Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang terahir
untuk memberikan petunjuk yang benar kepada umat manusia, sepanjang masa oleh
karena itu Al-Qur’an dijaga kemurnaiannya oleh Allah swt.
Artinya: “sesungguhnya kami (Allah) menurunkan peringatan (Al-Qur’an) itu dan
sesungguhnya kami pasti senantiasa melindunginya (dari kepalsuan).” (Q.S. Al-
Hijr:9)
Sebagai kitab suci terahir yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, Al-
Qur’an memiliki kelebihan dan keistimewaan yang tidak dipunyai oleh kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya. Keistimewaan dan kelebihannya antara lain.
Al-Qur’an mengandung ringkasan ajaran ketuhanan yang pernah dimuat pada kitab-
kitab sebelumnya, dengan kata lain Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-kitab
sebelumnya.
Al-Qur’an ditujukan bagi semua umat sepanjang masa. Adapun kitab-kitab
sebelumnya hanya untuk bangsa tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup abadi, karena Al-Quran memiliki kelengkapan
yang luar biasa dalam berbagai aspek dan memiliki keluwesan dari segi pemahaman
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa yang sangat indah, mudah dibaca, diingat dan
dipahami.
Kemurnian Al-Qur’an dijamin oleh Allah tapi juga tidak lepas dari peran
manusia dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an. Pada masa Rasulullah saw cara
memelihara Al-Qur’an dengan hafalan dari para penghafal Al-Qur’an dan ditulis pada
kulit pohon maupun binatang, sepeninggal Rasulullah karena dalam peperangan banyak
sahabat yang hafal Al-Qur’an meninggal dunia maka Al-Qur’an mulai dibukukan pada
masa khalifah Abu Bakar As-Sidiq dan disempurnakan pada masa khalifah Usman Bin
Affan dengan juru tulis sahabat Zaid bin Sabit.

Artinya: “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.”(Q.S. Ali-Imron:138}
Al-Hadis Sebagai Sumber Kedua Hukum Islam
Menurut bahasa Hadis berarti baru atau kabar, sedangkan menurut istilah, Hadis
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad atau segala tingkah
laku yang Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
Kedudukan hadis dalam ajaran Islam adalah sebagai sumber hukum Islam kedua setelah
Al-Qur’an, maksudnya sesuatu perkara yang tidak didapati hukumnya dalam Al-Qur’an,
maka hendaknya dicari dalam hadis.
Hadis Nabi Muhammad saw dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
Hadis Qouliyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap perkataan (ucapan) Nabi
Muhammad saw.
Hadis Fi’liyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap prilaku (perbuatan) yang
dilakukan Nabi Muhammad saw
Hadis Taqririyah, yaitu hadis yang didasarkan pada persetujuan (ketetapan) Nabi
Muhammad saw terhadap apa yang dilakukan sahabatnya. Artinya, Nabi Muhammad
memberikan penafsiran atas perbuatan yang dilakukan sahabatnya dalam suatu
hukum Allah swt, seperti diamnya atas suatu tindakan yang dilakukan sahabat sebagai
tanda persetujuan (boleh) atas perbuatan yang dilakuan sahabatnya.

Kedudukan Hadis
Hadis merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Allah swt
mewajibkan kepada kita supaya mentaati hukum-hukum maupum apa yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw, karena ada beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam Al-
Qur’an, sehingga rasulullah saw menjelaskan hukumnya, baik dengan perkata’an,
perbuatan, maupun dengan penetapan.

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik.” (Q.S.
Al-Ahzab:21}
Artinya: “……Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah……” (Q.S. Al-Hasyr:7)

Artinya: “katakanlah: taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”(Q.S. Ali-Imron:32)



Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian; kalian tidak akan tersesat
selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu kitabullah (Al-Qur’an) dan sunah
Rasul-Nya.” (H.R. Imam Malik)

Fungsi Hadis
Sebagai penguat atau pengukuh hukum yang telah disebutkan oleh Allah dalam
Al-Qur’an, sehingga keduanya (Al-Qur’an dan Hadis) menjadi sumber hukum
yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Contoh: larangan menyekutukan
Allah sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an, namun dikukuhkan lagi oleh Rasulullah
saw dalam hadisnya.



Artinya: “Inginkah kamu aku beri tahukan tiga dosa yang besar? Yaitu
menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, dan menjadi saksi
palsu atau berdusta.” (H.R.Muslim)
Sebagai penjelasan atau perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih
bersifat umum.misalnya ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk shalat,
membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji. Ketiganya masih bersifat umum
atau garis besar. Karena masih bersifat umum maka seperti halnya Allah
memerintahkan umat Islam untuk mendirikan shalat namun tidak diterangkan
bagaimana pelaksanaannya, banyak rakaatnya, serta rukun dan syaratnya, disini
fungsi hadis penjelaskan semua itu sehingga semua umatnya tidak kesulitan untuk
melaksanakan perintah tersebut.


Artinya: “shalatlah sebagaimana kamu melihat saya shalat.” (H.R. Bukhari
Muslim)
Menjelaskan hukum-hukum yang tidak ada dalam Al-Qur’an. Hadis juga dapat
berfungsi untuk menetapkan hukum, apabila dalam Al-Qur’an tidak dijumpai.

Artinya: “Dan tidaklah apa yang diucapkannya (Rasul) itu menurut kemauan
hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan.”
(Q.S. An-Najm:3-4)
Misalnya diharamkan menghimpun dua orang wanita yang bersaudara dalam
perkawinan atau diharamkan menikahi wanita yang masih mempunyai hubungan
muhrim.



Artinya: “Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita
dengan (saudari) dan seorang wanita dengan saudari ibunya.” (H.R.
Mutafaq alaihi)

Ilmu untuk mengetahui istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu hadis disebut
mustalah hadis,kegunaanya adalah untuk menilai kualitas hadis, apakah hadis itu sahih
(benar) atau palsu.istilah-istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan proses
penyampaian sebuah hadis adalah sebagaimana berikut.
Sanad yaitu orang-orang yang yang menjadi sandaran dalam meriwayatkan hadis, dengan
kata lain sanad adalah orang-orang yang menjadi perantara dari nabi Muhammad saw,
sampai kepada perawi (rangkaian perawi-perawi hadis)
Matan yaitu perkataan (isi) hadis yang disampaikan.
Rawi (perawi) yaitu orang yang meriwayatkan hadis
Dilihat dari segi jumlah (banyak atau sedikitnya) rawi yang menjadi sumber berita, hadis
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad.
Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir adalah hadis memiliki banyak sanad dan tidak mungkin
(mustahil) perawinya untuk berdusta, sebab diriwayatkan oleh benyak orang.Hadis
mutawatir dibagi menjadi dua jenis, yakni
Mutawatir lafdhi, yaitu hadis yang mutawatir lafadznya, dengan kata lain hadis
yang bersumber dari perkataan Nabi Muhammad saw.
Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadis yang mutawatir maknanya, dengan kata lain
hadis yang bersumber dari perbuatan Nabi Muhammad saw. Hadis ini
kuwalitasnya sama dengan keyakinan yang kita dapati apabila melihat dengan
mata sendiri.
Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadis ahad
dapat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan kuwantitas dan kuwalitas rawinya.
Ditinjau dari kuwantitas (jumlah) perawinya, terbagi menjadi tiga macam,
yaitu hadis masyhur, hadis aziz dan hadis garib.
Hadis Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga sanad yang berlainan
Hadis Aziz, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi.
Hadis Garib, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang sanad, dengan kata lain
sanadnya hanya seorang diri.
Ditinjau dari segi kuwalitasnya, hadis ahad terbagi menjadi tiga macam, yaitu
hadis sahih, hadis hasan dsn hadis dhaif.
Hadis Sahih, yaitu hadis yang sanadnya cukup dan dari awal hingga akhir dan
disampaikan oleh rawi yang sempurna hafalannya. Adapun syarat-syarat hadis
sahih adalah.
1). Sanadnya harus bersambung
2). Perawinya sudah balig
3). Perawinya berakal
4). Perawinya tidak pernah mengerjakan dosa besar atau tidak sering melakukan
dosa kecil
5). Perawinyasempurna hafalannya
6).Perawinya harus adil dan hadis yang diriwayatkan tidak bertentangan dengan
hadis mutawatir atau dengan ayat Al-Qur’an
Hadis hasan, yaitu hadis yang dari segi hafalan perawinya kurang dari hadis sahih
Hadis dhaif, yaitu hadis yang kehilangan satu atau lebih dari syarat-syarat hadis
sahih dan hadis hasan
Pada masa rasulullah saw, pemeliharaan hadis hanya pada hafalan para
sahabat, karena Nabi melarang membukukannya, dihawatirkan tecampur dengan
Al-Qur’an. Pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (daulah bani
Umaiyah) atas perintahnya maka hadis dibukukan untuk yang pertama kalinyadan
kitab hadis pertama disusun oleh Malik bin Anas atau Imam Malik yang berjudul
Al-Muwatta’ pada masa pemerintahan bani Abbasiyah. Dengan demikian lahirlah
kitab-kitab hadis sahih terkenal yang terkenal dengan Kutubus Sittah (kitab induk
yang enam).

Ijtihad
Ijtihad merupakan salah satu kunci dinamika hukum Islam. Muhammad Iqbal
salah satu penya’ir dan filosof dari Pakistan berpendapat bahwa ijtihad sebagai prinsip
gerak Islam. Menurut sejarah, ijtihad muncul dalam Islam karena ada kebutuhan antara
ajaran dan tuntutan realitas kehidupan manusia. Dengan ijtihad, masalah baru yang
ketetapannya tidak ada dalam Al-Qur’an dan hadis dapat dipecahkan dengan
menggunakan akal pikiran. Al-Qur’an menyerukan agar manusia menggunakan akal
pikirannya karena dengan demikian manusia akan dapat mendekatkan diri kepada Allah
swt. Dalam Al-Qur’an orang yang tidak menggunakan akal pikirannya diibaratkan
sebagai binatang yang bisu, tuli dan tidak mengerti apa-apa.
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf:179)
Adanya penafsiran yang berbeda dari sumber hukum Islam menjadikan kaum
muslimin untuk berfikir untuk mendapatkan kebenaran. Dalam hal ini terdapat sumber
hukum lain yaitu ijtihad yang merupakn sumber hukum Islam yang ketiga.
Ijtihad berasal dari bahasa arab dari bentuk fi’il madli yaitu ijtahada, bentuk
fi’il mudlarek yaitu yajtahidu, dan bentuk masdar yaitu ijtihadan yang arinya telah
bersungguh-sungguh, mencurahkan tenaga, menggunakan pikiran, dan bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan menurut istilah, ijtihad adalah suatu pekerjaan yang
menggunakan segala kesanggupan rohaniah untuk mendapatkan hukum syara’ atau
menyusun pendapat dari seluruh masalah hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid, perlu dipahami bahwa hasil
ijtihad dari seorang mujtahid bersifat relative, sehingga tidak jarang terjadi perbedaan
hasil ijtihad satu dengan yang lainnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melakukan
ijtihad antara lain sebagai berikut.
Mengerti dan memahami isi kandungan Al-Qur’an juga hadis yang berhubungan
dengan hukum-hukum.
Mampu berbahasa arab dengan baik sebagai kelengkapan dan kesempurna’an dalam
menafsirkan Al-Qur’an dan hadis.
Memahami ilmu ushul fiqih (cara mengambil hukum syari’at yang bertolak dari Al-
Qur’an dan Hadis) dengan baik.
Mengerti dan memahami soal-soal ijma’ (kesepakatan semua ahli ijtihad pada suatu
masa atas suatu hukum syara’), sehingga mujtahid tidak memberikan fatwa yang
berlainan dengan hasil ijma’ terdahulu.
Memahami nasikh dan mansukh, sehingga seorang mujtahid tidak mengeluarkan
hukum berdasarkan dalil yang sudah dimansukh (dibatalkan).
Bentuk-bentuk ijtihad yang yang dikenal dalam syari’at Islam adalah.
Ijma’
Adalah kesepakatan para ulama’ dalam menentukan hokum suatu masalah yang
timbul dikalangan umat Islam, karena belum adanya ketentuan dalam Al-Qur’an
maupun hadis.
Qiyas
Adalah menetapkan hukum suatu pemasalahan yang timbul dikalangan umat
Islam dengan cara mencari persaman sifat hokum yang baru dengan sifat hokum
yang yang sudah ada ketentuannya dalam Al-Qur’an ataupun hadis.
Bentuk-bentuk ijtihad yang masih diperselisihkan
Adalah sumber hukum islam yang mana tidak semua umat Islam menggunakan
sebagai sumber hokum dalam menentukan hukum suatu masalah dalam Islam. Adapun
adapun sumber hukum yang masih diperselisihkan antara lain.
Istihsan
Adalah menetapkan hukum masalah yang tidak ditentukan secara rinci dalam Al-
Qur’an maupun hadis yang didasarkan atas kepentingan umum (kemaslahatan) umum
dan demi keadilan.
Maslahah mursalah
Adalah kemaslahatan atau kebaikan yang yang tidak disinggung-singgung syara’
untuk mengerjakan atau meninggalkannya, sedangkan jika dilakukan akan membawa
manfa’at dan terhindar dari keburukan.
Istishab
Adalah meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan ditetapkan karena
adanya suatu dalil sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum
tersebut.
Urf (adat kebiasaan)
Adalah segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan suatau masyarakat dan
dijalankan terus menerus, baik itu berupa perkata’an maupun perbuatan.

Madzhab sahabi
Adalah perkataan sahabat yang bukan didasarkan atas pikiran semata-mata adalah
menjadi hujjah umat Islam.
As-Syar’u man qablana
Adalah kebiasaan orang-orang terdahulu yang masih diteruskan oleh generasi
berikutnya dan hal itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Kedudukan dan Fungsi Ijtihad


Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah
Al-Qur’an dan hadis. Kedudukan ijtihad begitu penting dalam ajaran islam, karena ijtihad
telah dibuktikan kemampuannya dalam menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
umat Islam mulai dari zaman Rasulullah saw sampai sekarang. Melalui ijtihad masalah-
masalah.yang tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam Al-Qur’an maupun hadis
dapat dipecahkan, sehinnga ajaran Islam terus berkembang sedemikian rupa menuju
kesempurna’annya, bias dikatakan ijtihad merupakan daya gerak kemajuan umat Islam.
Artinya ijtihad merupakan kunci dinamika ajaran Islam.
Selain memang diperintahkan Al-Qur’an, ijtihad merupakan proses alamiah
bahwa manusia harus menggunakan fikirannya semaksimal mungkin. Apalagi pada masa
sekarang yang mana banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi umat Islam,
bolehkah kita berijtihad?Boleh ! dengan catatan, syarat-syarat mujtahid sebagaimana
yang telah diuraikan diatas terpenuhi. Oleh sebab itu di Indonesia terdapat lembaga yang
kita kenal dengan Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) yang melakukan ijtihad secara kolektif
atas hal-hal yang terjadi di Indonesia yang berhubungan dengan syari’at Islam, terutama
dalam hal muamalah.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59)

Hukum Taklifi dan Hukum Wad’i


Hukum Islam adalah perintah Allah swt yang berhubungan umat Islam. Melalui
metode ijtihad para ulama’ merumuskan ketentuan-ketentuan yang terperinci menyangkut
prilaku orang mukallaf, baik dalam bentuk tuntutan, kebolehan, ataupun ketetapan yang
berdasarkan pada sebab, syarat, ataupun halangan. Ulama’ ushul fiqih membagi hokum
menjadi dua bagian besar, yaitu hukum taklifi dan hukum wad’i.

Hukum Taklifi
Menurut bahasa adalah hukum pemberian beban sedangkan menurut istilah Adalah
ketentuan Allah yang menuntut mukallaf (balig dan berakal sehat) yang berkaitan
dengan perintah untuk melakukan atau untuk meninggalkan suatu perbuatan.atau
pilihan untuk mengerjakan atau meninggalkan. Hukum taklifi dapat dibagi menjadi
lima kategori, yaitu.
Wajib adalah segala perintah Allah swt yang harus kita kerjakan, dan apabila ditinggal
akan berdosa..Macam-macam hukum wajib adalah sebagai berikut.
Wajib ain, yaitu suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh stiap muslim.
Antara lain shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan, dan meneluarkan zakat
fitrah.
Wajib kifayah, yaitu suatu ketetapan yang apabila telah dikerjakan oleh
sebagian muslim, maka muslim lainnya terlepas dari kewajiban itu. Akan
tetapi jika tidak ada yang mengerjakannya maka berdosalah semuanya.
Contoh shalat jenazah.
Wajib syar’I, yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendatangkan pahala
dan jika tidak dikerjakan berdosa.
Wajib aqli, yaitu suatu ketetapan hokum yang harus diyakini kebenarannya
karena masuk akal atau rasional.
Wajib aqli nazari, yaitu kewajiban memahami suatu kebenaran dengan
memahami dalil-dalilnya atau dengan penelitian yang mendalam, seperti
mempercayai keberadaan (eksistensi) Allah swt.
Wajib aqli daruri, kewajiban mempercayai kebenaran dengan sendirinya
tanpa dibutuhkan dalil-dalil tertentu, seperti orang makan jadi kenyang.
Wajib muaiyyah, yaitu suatu keharusan yang sudah ditetapkan macam
tindakannya. Contohnya berdiri bagi yang mampu diwaktu shalat.
Wajib mukhayyar, yaitu suatu kewajiban yang boleh dipilih salah satu dari
bermacam pilihan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan, misalkan denda
dalam sumpah, boleh memilih antara memberi makan 10 orang miskin atau
memberi pakaian 10 orang miskin.
Wajib mutlaq, yitu suatu kewajibanyang tidak ditentukan waktu
pelaksanaannya, seperti membayar denda sumpah.
Sunah adalah perkara yang apabila dikerjakn mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa. Macam-macam hokum sunah adalah sebagai berikut.
Sunah muakkad, yaitu sunah yang sngat dianjurkan, misalnya shalat tarawih
dan shalat idul fitri
Sunah ghairu muakkad, yaitu sunah biasa, misalnya memberi salam kepada
orang lain dan puasa hari senin-kamis.
Sunah hajat, yaitu perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya dikerjakan,
seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir dan mengucap Allahu Akbar
ketika akan ruku’ dan sujud.
Sunah ab’ad, yaitu perkara-perkara dalam shalat yang harus harus dikerjakan
dan kalau terlupakan, maka sebaiknya diganti dengan sujud sahwi, seperti
membaca tasyahud awal dan membac qunut.
Haram adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan berdosa dan apabila ditinggalkan
mendapat pahala, seperti meminum minuman keras, mencuri, dan berjudi.
Makruh adalah sesuatu yang tidak disukai atau diinginkan oleh Allah swt,akan tetapi
apabila tidak dikerjakan tidak berdosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala. Contohnya
makan bawang mentah, jengkol, dan pete.
Mubah adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak
mendapatkan pahala maupun tidak berdosa.

Hukum Wad’i
Adalah ketentuan Allah swt yang mengandung pengertian bahwa terjadinya
sesuatu merupakan sebab, syarat, atau penghalang adanya suatu hokum. Misalnyan
shalat, menjadi sebab adanya kewajiban berwudlu terlebih dahulu, (Q.S. Al-Maidah:6).
Adanya kemampuan (istata’ah) adanya menjadi syarat wajibnya menunaikan ibadah haji
(Q.S. Ali-Imran: 97). Adanya perbedaan agama antara pewaris dan ahli waris, menjadi
penghalang dalam hal pembagian harta waris.

Rangkuman
Sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, acuan,
dan pedoman dalam menetapkan hukum Islam.sumber hukum Islam tertinggi adalah Al-
Qur’an, kemudian hadis, dan yang terahir adalah ijtihad.
Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca, Al-Qur’an merupakan
sumber hukum Islam yang pertama dan berfungsi sebagai pedoman hidup manusia
menuju keselamatan dan mengharap ridla Allah swt di dunia dan di akhirat.
Hadis menurut bahasa adalah perkataan, sedangkan menurut istilah adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw sebagai landasan hukum, baik berupa
perkataan, perbuatan maupn ketetapan (taqrir). Hadis merupakan sumber hokum kedua
yang harus diikuti oleh kaum muslimin.
Ijtihad adalah menggunakan seluruh kemampuan untuk menetapkan hokum
syari’at dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadis. Artinya ijtihad baru boleh
dilakukan bila hokum suatu permasalahan dan ketentuannya tidak tercantum secara
nyata, baik dalam Al-Qur’an ataupun dalam hadis. Adapaun bentuk ijtihad bermacam-
macam, diantanya adalah ijma’, qiyas (ra’yu), istishab, masalahah mursalah dll.

Tugas individu.
Sumber hukum Islam yang pertama dan utama adalah……..
Al-Qur’an dan hadis d. Al-Qur’an dan qiyas
Al-Qur’an dan ijma’ e. ijma’ dan istishab
aijma’ dan qiyas
Dari segi bacaan Al-Qur’an berarti…….
Kabar d. Bacalah
Bacaan c. Harus dibaca
Berita
Al-Qur’an berisi tiga komponen dasar hukum yaitu……
Aqidah-rukun islam-akhlaq d. Rukun iman-rukun islam-syari’at
Aqidah-syari’at-muamalat e. Aqidah-syari’at-syara’
Aqidah-syari’at-akhlaq
Hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungan sekitarnya disebut hukum….
Aqidah d. Perdata
Syari’at e. Pidana
Akhlaq
Kata hadis menurut bahasa berarti……
Baca’an d. Bacalah
Baru e. Sumber hukum
Bacaan
Hadis yang didasarkan pada perkataan nabi saw disebut
Hadis sahih d. Hadis taqririyah
Hadis mutawatir e. Hadis qauliyah
Hadis fi’liyah

Hadis yang diriwayatkan banyak sanad dan dan tidak dimungkinkan perawinya
berdusta karena diriwayatkan oleh orang banyak disebut…….
Hadis sahih d. Hadis mutawtir
Hadis masyhur e. Hadis bukhari
Hadis ahad
Ijtihad menurut bahasa berarti…….
Memikirkan alam d. Menyerahkan dana
Mencurahkan air mata e. Sumber hukum Islam
Mencurahkan tenaga
kesepakatan para ulama’ dalam mnetapkan suatu masalah disebut…….
Qiyas d. Istishab
Ijma’ e. Istihsan
Ra’yu
Kapan dimulainya ijtihad…….
Pada masa Rasulullah saw d. Pada masa bani abbasiyah
Pada masa khulafa’urrasyidin e. Pada mada sunan wali songo
Pada masa bani umaiyah
“Pemberian beban” adalah pengertian ….. menurut bahasa.
Hukum taklifi d. Hukum hukum wad’i
Hukum muamalah e. Hukum khuluqiah
Hukum amaliah

Tugas kelompok
“Pada tahun 2000, MUI telah mengeluarkan fatwa tentang praktik korupsi (ghulul), suap
(riswah) dan pemberian hadiah bagi para pejabat. Identifikasikan fatwa MUI tentang
korupsi dan suap kedalam hukum Islam.”

Anda mungkin juga menyukai