Anda di halaman 1dari 15

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI BAHAN-BAHAN MINUMAN

TRADISIONAL INDONESIA

(Optimization of Extraction Process from Indonesian Traditional Drink


Ingredients)

Yunita Siti Mardhiyyaha*, Budi Nurtamab, C. Hanny Wijayab

a
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Universitas Internasional Semen Indonesia, Gresik, Indonesia
b
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, Indonesia

* Penuliskorespondensi
Email: yunita.mardhiyyah@uisi.ac.id

ABSTRACT
Indonesia is known for its local wisdom with functional food potential in the form of traditional drinks.
Traditional drinks products are made from the extraction of natural ingredients such as ginger and
turmeric rhizome, java tea leaves, and sappan wood. The functional health of functional drinks is
influenced by the effectiveness of phytochemical components extraction from ingredients. The purpose of
this study was to obtain the optimal extraction process from traditional Indonesian beverage ingredients,
namely java tea, sappan, ginger and turmeric. Optimizing the extraction time of java tea leaves and
sappan wood was developed using Response Surface Methodology with Design Expert 7.0 software. The
optimum extraction process from java tea leaves and sappan wood is obtained by heating in water for 30
minutes with ratio of ingredients and water was 1:25. Mathematical equations can be used to predict total
phenol and antioxidant extract activity. Scaling up caused a decrease in antioxidant activity and total
phenol of extracts. On the pilot plant scale the value of antioxidant activity and total phenol were 2508.9
ppm AEAC and 926.6 ppm GAE for java tea leaves extracts and for sappan wood extract were 1601.7
ppm AEAC and 1319.9 ppm GAE. The efficiency and effectiveness of the ginger extraction process was
obtained through soaking the rhizome in hot water (90-95oC) for 3 minutes, while turmeric did not need to
be carried out. Extraction of ginger by this way was able to provide total phenol of 2294.6 ppm GAE and
61.1% yield. The optimum extraction procedure in turmeric gave a total phenol extract of 5621.8 ppm
GAE and a yield of 46.9%. Thus, the optimum extract obtained can be used for functional drink
formulations with various health benefits.

Keywords: extraction, phenol, antioxidant, java tea, sappan, ginger, turmeric

ABSTRAK
Indonesia dikenal akan kearifan lokal dengan potensi pangan fungsional berupa minuman-minuman
tradisional.Produk minuman tradisional dibuat dari ekstraksi bahan alami seperti rimpang jahe dan
temulawak, daun tanaman kumis kucing, serta kayu secang.Kemampuan bioaktif minuman salah satunya
dipengaruhi oleh efektivitas ekstraksi komponen fitokimia dari bahan-bahan minuman.Tujuan penelitian
ini adalah mendapatkan proses ekstraksi yang optimal dari bahan-bahan minuman tradisional Indonesia,
yaitu kumis kucing, secang, jahe dan temulawak. Optimasi waktu ekstraksi daun tanaman kumis kucing
dan kayu secang dikembangkan menggunakan Response Surface Methodology dengan software Design
Expert 7,0. Proses ekstraksi optimum dari daun tanaman kumis kucing dan kayu secang didapatkan
selama 30 menit pemanasan dalam air dengan perbandingan bahan dan air 1:25. Persamaan
matematika dapat digunakan untuk memprediksi total fenol dan aktivitas antioksidan ekstrak.
Peningkatan skala menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan dan total fenol pada ekstrak daun

10
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

tanaman kumis kucing dan kayu secang. Pada skala pilot plant nilai aktivitas antioksidan 2508,9 ppm
AEAC dan total fenol 926,6 ppm GAE untuk ekstrak kumis kucing dan nilai aktivitas antioksidan 1601,7
ppm AEAC dan total fenol 1319,9 ppm GAE untuk ekstrak kayu secang. Efisiensi dan efektivitas proses
ekstraksi jahe diperoleh melalui pemblansiran dengan direndam air panas (90-95oC) selama 3 menit,
sedangkan temulawak tidak perlu dilakukan pemblansiran. Ekstraksi jahe dengan cara tersebut mampu
memberikan total fenol 2294,6 ppm GAE dan rendemen 61,1%. Prosedur ekstraksi optimum pada
temulawak memberikan total fenol ekstrak 5621,8 ppm GAE dan rendemen 46,9%. Ekstrak optimum
yang didapatkan dapat digunakan untuk formulasi minuman fungsional dengan berbagai manfaat bagi
kesehatan.

Kata kunci: ekstraksi, fenol, antioksidan, tanaman kumis kucing, secang, jahe, temulawak

PENDAHULUAN antihiperglikemik. Septiana et al. (2017)


bahkan mengembangkan berbagai
Tren pangan fungsional atau pangan minuman tradisional Indonesia dengan
yang bermanfaat bagi kesehatan saat ini penambahan rempah-rempah lainnya.
semakin marak di masyarakat Indonesia. Minuman fungsional yang dikembangkan
Isu back to nature dan kesadaran akan local peneliti untuk memberikan manfaat
wisdom menyebabkan semakin banyak kesehatan berupa kemampuan atioksidan
produk berklaim pangan (Defang et al. 2015, Suratno et al. 2014),
fungsionaldikembangkan dan diproduksi antihiperglikemik (Rekasih 2016), dan lain-
yang berasal dari bahan lokal. Indonesia lain. Di antara berbagai jenis rempah dan
dikenal akan kearifan lokal yang tinggi tanaman yang berkhasiat kesehatan, daun
memiliki potensi pangan fungsional berupa tanaman kumis kucing, kulit kayu secang,
minuman-minuman tradisional.Minuman rimpang jahe dan rimpang temulawak dipilih
tradisional di Indonesia sangat beragam dalam penelitian ini karena banyak
dan hampir setiap daerah memiliki jenis digunakan dalam beberapa minuman
minuman tradisional. Contoh produk tradisional Indonesia dan formulasi
minuman tradisional seperti wedang jahe, minuman fungsional serta memiliki manfaat
bajigur, sinom, kunyit asem,wedang pokak kesehatan.
dan lain-lain (Septiana et al. 2017). Produk Efektivitas manfaat kesehatan dari
minuman tradisional ini dibuat dari ekstraksi minuman fungsional akan optimal jika
bahan-bahan alami seperti rimpang (jahe, komponen bioaktif yang berperan dapat
temulawak, kunir, dll), daun (kumis kucing, terekstrak dengan baik dari bahan baku
sambiloto, dll), batang (secang, kayu manis, atau rempah yang digunakan. Selain
dll) dan juga dari buah (lemon, jeruk nipis, kualitas bahan baku, proses ekstraksi yang
jeruk limau, dll). tepat menjadi faktor yang sangat
Tingginya antusiasme konsumen mempengaruhi mutu produk minuman yang
Indonesia terhadap minuman yang memiliki dihasilkan.Kemampuan bioaktif minuman
manfaat kesehatan atau minuman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
fungsional, mendorong peneliti efektivitas ekstraksi komponen fitokimia dari
mengembangkan berbagai jenis minuman bahan-bahan minuman, proses pengolahan
fungsional baru yang berbasis bahan alami minuman (pemanasan dan pasteurisasi)
khas Indonesia. Wijaya et al. (2011) serta kondisi penyimpanan. Veljovic et al.
mengembang minuman fungsional (2015) menyatakan bahwa waktu ekstraksi
berbasisdaun tanaman kumis kucing dan suhu sangat berpengaruh terhadap
(Orthosiphon aristatus BI. Miq) yang komponen bioaktif yang terkestrak.
memiliki aktivitas antioksidan dan

11
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

Proses ekstraksi komponen bioaktif dari Na2CO3, asam askorbat, asam galat, 2,2-
bahan baku minuman atau rempah Diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH
dilakukan melalui berbagai cara. Secara (Sigma 43180), metanol p.a, dan akuades.
konvensional, metode ekstraksi yang
digunakan adalah maserasi dan dengan Alat
pelarut (ditambah dengan pemberian Alat yang digunakan adalah
panas). Adapun metode lain yang telah spektrofotometer, termometer, rotavapor,
banyak digunakan untuk ekstraksi dengan oven pengering, hot plate, timbangan,
gelombang ultrasonic, gelombang parutan, kain saring, dan alat-alat gelas.
microwave, pulsed electric field serta
supercritical fluida (Hidalgo and Almajano Tahapan Penelitian
2017). Walaupun metode maserasi dan Proses ekstraksi (dijelaskan pada sub
ekstraksi pelarut memiliki banyak bab berikutnya) dari daun tanaman kumis
kekurangan karena membutuhkan waktu kucing dan kayu secang yang dipilih adalah
yang lama ataupun rendemen komponen melalui perebusan (solvent extraction)
bioaktifnya yang rendah, tetapi metode dalam air panas. Adapun pada jahe dan
tersebut paling umum digunakan dalam temulawak metode ekstraksi dilakukan
proses pembuatan minuman fungsional dengan penghancuran dan penyaringan.
dalam skala kecil/tradisional. Secara umum
dan sederhana pembuatan minuman Optimasi Ekstraksi Daun Tanaman
tradisional berbasis rempah dilakukan Kumis Kucing dan Kayu Secang
dengan perebusan semua bahan menjadi Proses ekstraksi daun tanaman kumis
satu dalam panci besar, kemudian kucing dan kayu secang terdiri atas
dilakukan proses penyaringan dan beberapa tahapan meliputi pencucian,
pengemasan. Proses pengolahan bahan pemblansiran, ekstraksi (perebusan),
panganharus mudah diterapkan, efisien dan pemekatan (evaporasi) dan pasteurisasi
efektif. Cara ini tergolong cepat namun ekstrak. Fokus penelitian pada tahap ini
kurang efektif dalam mengkekstrak adalah pengaruh waktu ekstraksi terhadap
komponen bioaktif dari bahan baku.Agar total fenol dan aktivitas antioksidan. Pada
didapatkan ekstrak dengan kandungan ekstraksi daun tanaman kumis kucing,
komponen bioaktif yang optimum dari waktu ekstraksi yang diamati ialah 10, 15,
masing-masing bahan, maka perlu 20, 23, 25, 30, 33, 37, 42, 46, dan 50 menit.
dilakukan proses ekstraksi secara terpisah. Pada secang waktu ekstraksi yang diamati
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini ialah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55
adalah mendapatkan proses ekstraksi yang dan 60 menit.
optimal dari bahan-bahan minuman Daun tanaman kumis kucing segar
tradisional Indonesia, yaitu kumis kucing, dicuci, kemudian ditiriskan. Daun tersebut
secang, jahe dan temulawak. dimasukkan dalam kantong yang terbuat
dari kain saring dengan ukuran pori-pori 100
Mesh dan kantong ditutup/diikat. Air
BAHAN DAN METODE
kemudian dipanaskan sampai suhu ±95oC.
Bahan Kantong yang berisi daun tanaman kumis
Bahan-bahanminuman tradisional yang kucing dimasukkan ke dalam air dan
diteliti terdiri atas daun tanaman kumis dipertahankan suhu air pada rentang 90-
kucing segar (dipetik pagi hari, dipilih daun 95oC. Waktu ekstraksi mulai dihitung saat
yang muda) dari kebun Pusat Studi daun tanaman kumis kucing dimasukkan.
Biofarmaka IPB Cikabayan-Dramaga, jahe Pada titik-titik waktu tertentu, seperti pada
gajah segar, temulawak segar, dan kayu paparan di atas, dilakukan pengambilan
secang kering (rautan) yang diperoleh dari sampel air hasil rebusan (ekstrak) sejumlah
pasar Bogor. Bahan analisis sampel terdiri 5-10 ml untuk dianalisis total fenol dan
atas Folin Ciocalcetau (Sigma 47641),

12
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

aktivitas antioksidan. Prosedur kerja ini juga 3. Ekstraksi dengan adanya pemblansiran
berlaku proses esktraksi kayu secang. dengan air panas (disiram)
Optimasi ekstraksi daun tanaman 4. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
kumis kucing dan kayu secang didasarkan dengan penambahan air 1:1
pada aktivitas antioksidan dan total fenol 5. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
yang tinggi pada ekstrak dengan perkiraan dengan penambahan air 1:2
biaya yang rendah. Pengolahan data untuk 6. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
optimasi menggunakan DX 7® pada metode dengan penambahan air 1:3
Response Surface Methodology-Historical 7. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
Data. Waktu optimum terpilih akan dengan penambahan air 1:4
diverifikasi berdasarkan total fenol ekstrak.
Percobaan verifikasi dilakukan dua kali Analisis Total Fenol (modifikasi
ulangan dengan analisis duplo. Strycharz dan Shetty 2002)
Pengukuran total fenol dilakukan
Optimasi Ekstraksi Jahe dan Temulawak metode Folin-Ciocalcetau dengan asam
Proses ekstraksi jahe dan temulawak galat sebagai standar. Analisis dimulai
terdiri atas pembersihan, pemblansiran, dengan melarutkan 1 ml larutan standar
pengecilan ukuran (pemarutan), ekstraksi atau sampel ke dalam 5 ml air suling dan
(pemerasan), pengendapan/dekantasi, dan 0,5 ml larutan reagen. Larutan kemudian
pasteurisasi. Rimpang jahe dan temulawak diinkubasi selama 5 menit dalam ruang
segar dibersihkan dengan cara disikat dan gelap kemudian ditambahkan 1 ml larutan
dibilas dengan air mengalir. Rimpang diberi Na2CO3 dan diinkubasi kembali dalam
perlakuan blansir kemudian diparut ruang gelap selama 1 jam. Setelah
mengggunakan papan parutan. Hasil inkubasi, larutan divorteks dan diukur
parutan rimpang dimasukkan dalam kain absorbansinya dengan spektrofotometer
saring dan diperas. Cairan hasil perasan pada panjang gelombang 725 nm. Blanko
dibiarkan selama semalam (±18 jam) untuk spktrofotomer ialah akuades. Pada analisis
mengendapkan partikel tidak larut air total fenol ekstrak, sampel ekstrak diambil
(seperti pati) agar minuman terlihat lebih langsung dari stok dan dilakukan
jernih. Pemisahan cairan dan endapan pengenceran. Pengujian fenol pada sampel
ekstrak jahe dan temulawak dilakukan dilakukan pada hari yang sama dengan hari
dengan penuangan secara perlahan ke pembuatan sampel.
dalam wadah lainnya. Cairan yang diambil
kemudian dimasukkan dalam botol kaca Analisis Aktivitas Antioksidan (Molyneux
gelap dan dipasteurisasi pada suhu 75oC 2004)
selama 30 menit. Pengukuran aktivitas antioksidan
Tahapan proses yang menjadi fokus ekstrak dilakukan dengan metode
penelitian adalah pemblansiran. Penilaian penghambatan radikal bebas DPPH (1,1-
perlakuan pemblansiran dilakukan dengan diphenyl-2-picrylhydrazil radical-
metode pembobotan. Parameter yang scavenging). DPPH sebagai radikal akan
diamati ialah rendemen ekstraksi dan total bereaksi dengan hidrogen (yang bersal dari
fenol ekstrak. Pengujian kadar air jahe dan antioksidan) dan membentuk DPPH
temulawak juga dilakukan. Jenis perlakuan tereduksi yang berwarna kuning dan dapat
yang diujikan pada ekstraksi jahe dan terukur dengan spektrofotometri sinar
temulawak terdiri atas 7 perlakuan yaitu: tampak.Asam askorbat digunakan sebagai
1. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran standar pembanding aktivitas antioksidan
2. Ekstraksi dengan adanya pemblansiran sampel. Aktivitas antioksidan minuman
dalam air panas atau direbus (Febriani dihitung berdasarkan kesetaraannya
2012) dengan aktivitas antioksidan asam askorbat

13
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

yang dinyatakan dalam ppm AEAC


(Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant
Capacity). Pembobotan, One-way ANOVA dan Uji
Tahap analisis dimulai dengan Lanjut Duncan pada Ekstraksi Jahe dan
mencampurkan 2 ml larutan buffer asetat Temulawak
(pH 5,5), 3,75 ml methanol dengan 200μl Total fenol dan rendemen untuk
larutan DPPH 3 mM dalam methanol, masing-masing perlakuan pada esktraksi
kemudian di-vorteks. Larutan campuran jahe dan temulawak diberikan nilai (1-7)
ditambahkan 50μl larutan sampel atau berdasarkan rentang tertentu. Total fenol
larutan standar antioksidan. Larutan memberikan kontribusi nilai sebesar 60%
kemudian di-inkubasi pada suhu 37oC dan rendemen sebesar 40%. Total fenol
menggunakan waterbathselama 30 menit. memiliki prioritas lebih tinggi karena
Absorbansi larutan kemudian diukur dengan minuman dibuat dengan tujuan memiliki
spektrofotometer pada λ= 517 nm. Blanko keunggulan antivitas antioksidan dan
spektrofotometer ialah akuades. antihiperglikemik. Hasil penilaian
pembobotan masing-masing perlakuan
Response Surface Methodology (RSM) dianalisis menggunakan metode One-Way
untuk Optimasi Ekstraksi Daun Tanaman ANOVA dengan program IBM SPSS versi
Kumis Kucing dan Kayu Secang 20 untuk mengetahui pengaruh perlakuan
Optimasi dilakukan dengan RSM terhadap parameter yang diukur. Ada
menggunakan software Design Expert (DX) tidaknya perbedaan antara rerata parameter
7. DX 7 mengolah rangkaian data respon yang diukur diketahui dengan melakukan uji
yang ada menjadi suatu model atau lanjut Duncan.
persamaaan. Model yang diterapakan pada
program DX 7 merupakan model-model Analisis Statistik
polinomial yang terdiri dari mean, linier, Data pada penelitian ini dilaporkan
kuadratik, dan kubik. Penentuan model dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi
didasarkan pada pemilihan model dengan dan grafik yang diolah dengan Microsoft
orde paling tinggi yang memiliki nilai Excel. Perbedaan antar perlakuan dianalisis
signifikansi paling kecil (nilai-P kecil), tidak dengan uji lanjut DMRT (Duncan). Analisis
ada lack of fit (nilai p>0,10), dan memiliki statistik dilakukan dengan SPSS versi 20.
nilai adjusted R-square dan predicted R-
square yang hampir sama (minimal berjarak HASIL DAN PEMBAHASAN
0,2) (Stat Ease 2005).
Optimasi ekstraksi daun tanaman kumis
Model-model dari setiap respon
kucing
dioptimasi dengan kondisi perlakuan yang
Bahan minuman fungsional
diinginkan. Kondisi perlakuan yang
diekstraksi sesuai dengan prosedur
diinginkan ialah waktu target 30 menit
ekstraksi masing-masing. Bahan daun
dengan nilai kepentingan 3, total fenol
tanaman kumis kucing dan kayu secang
maksimal dengan nilai kepentingan 5,
dioptimasi proses ekstraksinya
aktivitas antioksidan maksimal dengan nilai
berdasarkan lama waktu ekstraksi atau
kepentingan 3, dan biaya minimal dengan
perebusan dalam air mendidih pada dua
nilai kepentingan 3. Nilai waktu hasil
kondisi yang berbeda yaitu skala
optimasi berdasarkan kondisi yang
laboratorium (1 liter) dan skala pilot plant
ditentukan, akan ditampilkan oleh program
(50 liter). Kedua proses ekstraksi
dengan memberikan nilai kepuasan
menggunakan perbandingan bahan dan air
(desirability) dalam memenuhi kriteria yang
1:25.
ditetapakan. Perlakuan waktu ekstraksi
Pengujian ekstraksi daun tanaman
yang memiliki nilai desirability paling tinggi
kumis kucing pada skala pilot plant
akan digunakan sebagai acuan proses
memberikan hasil total fenol yang berbeda
ekstraksi.

14
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

3000

Aktivitas Antioksidan (ppm AEAC)


2000
1800 2500
Lab Lab
1600
Total fenol (ppm GAE)

2000
1400
Pilot
1200 Plan 1500 Pilot
1000 Plan
Linear
800 (Lab) 1000 Linear
600 (Lab)
Poly. 500
400 (Pilot
200 Plan)
0
0 0 20 40 60
0 20 40 60 Waktu Ekstraksi (menit)
Waktu Ekstraksi (menit)

(a) (b)
Gambar 1. Kurva perbandingan total fenol (a) dan aktivitas antioksidan (b) ekstrak daun
tanaman kumis kucing pada skala laboratorium dan pilot plant

Tabel 1. Persamaan matematika total fenol dan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun
tanaman kumis kucing terhadap waktu ekstraksi
Komponen Skala
No Persamaan matematika
bioaktif ekstraksi
1 Total fenol Laboratorium +786,90+(18,58*Waktu)
Pilot plant -351,83+(123,47*Waktu)-(3,88*Waktu2) +(0,04*Waktu3)
2 Aktivitas Laboratorium +2044,479+(10,88*Waktu)
antioksidan Pilot plant +951,79+(82,21*Waktu)-1,01* Waktu2

signifikan dengan hasil di laboratorium Gambar 1 menunjukkan bahwa


(Gambar 1a), adapun pada hasil aktivitas semakin lama waktu ekstraksi daun
antioksidan tidak menunjukkan perbedaan tanaman kumis kucing pada skala
yang signifikan antara skala laboratorium laboratorium, maka total fenol dan aktivitas
dan pilot plantseperti pada Gambar 1b. antioksidannya juga cenderung meningkat.
Perbedaan skala produksi memungkinkan Total fenol dan aktivitas antioksidan hasil
perbedaan komponen bioaktif yang ekstraksi skala pilot plant cenderung
terekstrak, baik dari segi jumlah ataupun mencapai titik puncak dan menurun.Proses
jenis komponen bioaktif. Total fenol yang esktraksi komponen fenol pada daun
tinggi tidak selalu dihubungkan dengan tanaman kumis kucing terjadi pada setiap
aktivitas antioksidan yang juga tinggi. kenaikan waktu proses, tetapi kemungkinan
Sithisarn & Jarikasem (2010) menunjukkan adanya degradasi termal terhadap
bahwa komponen fenolik yang tinggi pada komponen fenolik selama pemanasan juga
Acanthopanax trifoliatus and Toddalia menjadi penyebab nilai total fenol ekstrak
asiatica tidak menunjukkan aktivitas yang tetap. Sensitivitas komponen fenolik
antioksidan yang tinggi dengan metode terhadap kerusakan termal (oksidasi)
analisis DPPH. Aktivitas antioksidan pada ataupun kerusakan aktivitas dapat terjadi
tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa pada pemanasan dengan suhu dan waktu
komponen lain, seperti asam askorbat, tertentu (Lafka et al. 2007). Qu et al. (2010)
karetenoid, tokferol, klorofil, dan juga menunjukkan bahwa peningkatan waktu
komponen pengkelat logam (Takamatsu et ekstraksi akan meningkatkan total fenol
al. 2003, Chanwitheesuk et al. 2005). pada ekstrak air bahan, namun pada waktu

15
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

tertentu akan terjadi titik kejenuhan total skala pilot plant lebih rendah daripada hasil
fenol ekstrak. Silva et al. (2007) yang diperoleh pada skala laboratorium.
menambahkan bahwa Hukum Kedua Fick Proses pemekatan (evaporasi) merupakan
tentang difusi menyatakan bahwa titik salat satu cara yang dapat dilakukan untuk
keseimbangan akhir pada konsentrasi meningkatkan kualitas ekstrak pada skala
larutan dari matriks padat atau dari larutan pilot plant. Didapatkan pula korelasi positif
yang meruah akan dicapai setelah periode total fenol dan aktivitas antioksidan pada
waktu tertentu. ekstrak kayu secang. Bettuzzi (2009)
Pemodelan fungsi total fenol dan menyatakan bahwa senyawa dari golongan
aktivitas antioksidan didapatkan polifenol memiliki aktivitas antioksidan yang
menggunakan Design Expert®7 seperti sangat kuat.
pada Tabel 1. Persamaan tersebut Pemodelan fungsi total fenol dan
selanjutnya dapat dipakai untuk aktivitas antioksidan didapatkan
memprediksi kandungan total fenol dan menggunakanDesign Expert®7 seperti pada
aktivitas antioksidan ekstrak, jika dilakukan Tabel 2. Persamaan tersebut selanjutnya
ekstraksi pada waktu yang berbeda. dapat dipakai untuk memprediksi
Data yang didapatkan kemudian kandungan total fenol dan aktivitas
diolah menggunakan Design Expert®7, antioksidan ekstrak, jika dilakukan ekstraksi
maka diperoleh waktu optimum untuk pada waktu yang berbeda.
ekstraksi daun tanaman kumis kucing pada Data yang didapatkan kemudian
skala laboratorium ialah 33 menit dengan dioptimasimenggunakanDesign Expert®7,
nilai aktivitas antioksidan 2406,2 ppm AEAC maka diperoleh waktu optimum untuk
dan total fenol 1404,9 ppm GAE. Pada ekstraksi kayu secang pada skala
skala pilot plantdidapatkan waktu optimum laboratorium ialah 34 menitdengan nilai
30 menit dengan nilai aktivitas antioksidan aktivitas antioksidan 3523,7 ppm AEAC dan
2508,9 ppm AEAC dan total fenol 926,6 total fenol 2131,2 ppm GAE. Pada skala
ppm GAE. Oleh karena itu, ekstraksi daun pilot plant didapatkan waktu optimum 30
tanaman kumis kucing optimum pada menit dengan nilai aktivitas antioksidan
kondisi pemanasan air pada suhu ±95oC 1601,7 ppm AEAC dan total fenol 1319,9
selama 30 menit. ppm GAE. Oleh karena itu, ekstraksi kayu
secang kucing optimum pada kondisi
Optimasi ekstraksi kayu secang pemanasan air pada suhu ±95oC selama 30
Pengujian ekstraksi kayu secang menit
pada skala pilot plant memberikan hasil
total fenol dan aktivitas antioksidan yang Ekstraksi Jahe
berbeda dengan hasil di laboratorium Pada proses ekstraksi jahe, kendala
(Gambar 2). Kondisi pilot plantmemberikan yang dihadapi pada pembuatan ekstrak
hasil yang rendah daripada hasil di jahe yaitu rendahnya rendemen yang
laboratorium dan memerlukan penyesuaian dihasilkan. Beberapa penelitian menujukkan
terlebih dahulu. Pada skala pilot plant, bahwa ekstraksi jahe segar mendapatkan
jumlah bahan yang diekstrak cukup banyak rendemen pada kisaran 52-58%
dan ukuran tangki ekstraktor juga besar (Herold,2005; Indariani 2011). Optimasi
(100 liter). Hal tersebut menyebabkan proses ekstraksi jahe bertujuan untuk
penetrasi air menjadi berkurang dan mendapatkan ekstrak dengan rendemen
dispersi panas tidak merata. Kondisi ini dan nilai fungsional yang tinggi. Nilai
menyebabkan ekstraksi tidak berlangsung fungsional ekstrak jahe diukur
optimal dan memberikan hasil ekstraksi menggunakan analisis total fenol. Terdapat
yang rendah pada indikator total fenol dan tujuh perlakuan blansir yang diujikan. Setiap
aktivitas antioksidan.Bousetta et al. (2012) perlakuan dianalisis jumlah total fenol dan
menyatakan bahwa pada hasil ekstraksi rendemen ekstrak. Hasil total fenol ekstrak
komponen fenol dari grape-pomace pada dan rendemen dapat dilihat pada Gambar 3.

16
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

Ekstrak jahe yang digunakan dalam produk dari rimpang jahe, yaitu komponen
minuman ini diperoleh dari hasil pemerasan volatil yang membentuk essensial oil dan
langsung rimpang jahe sehingga dapat komponen non-volatil. Komponen non-
disebut sebagai sari jahe. Vernin & Parkanyi volatil ini meliputi olesorseins (gingerol,
(2005) menyatakan terdapat dua jenis
3000 5000
Total Fenol (ppm GAE)

Aktivitas Antioksidan
2500 Lab 4000 Lab

(ppm AEAC)
2000
3000
1500 Pilot
2000 Pilot
1000 Plan
Plan
500 1000

0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60
Waktu Ekstraksi (menit) Waktu Ekstraksi (menit)
(a) (b)
Gambar 2. Kurva perbandingan total fenol (a) dan aktivitas antioksidan (b) ekstrak kayu secang
pada skala laboratorium dan pilot plant

Tabel 2. Persamaan matematika total fenol dan aktivitas antioksidan pada ekstrak kayu secang
terhadap waktu ekstraksi
No Komponen bioaktif Skala ekstraksi Persamaan matematika
1 Total fenol Laboratorium +1285,91+(24,63*Waktu)
Pilot plant +905,48+(13,81*Waktu)
2 Aktivitas antioksidan Laboratorium +2493,79+(30,01*Waktu)
Pilot plant +1050,32+(+49,25*Waktu)

100% 90%
88%
2500 2297.4 90% 80%
80% 72%
Total fenol (ppm GAE)

2000 1838.5
Rendemen ( %)

1620.1 70% 61%


60% 51%
1500 1240.0 48%
50%
1000 854.4 779.8 40%
714.8
30%
500 20%
10%
0 0%
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan Perlakuan

(a) (b)
Keterangan:
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
Gambar 31. Total fenol (a) dan rendemen (b) ekstrak jahe pada berbagai perlakuan
pemblansiran

17
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

Tabel 31. Hasil pembobotan total fenol dan rendemen pada berbagai perlakuan jahe
Rendemen Nilai
Perlakuan Total Fenol (ppm GAE) Total
(%) Total Fenol Rendemen
1 2294,6 61,1% 6,5 3 5,1a
2 1835,8 47,8% 5 1 3,4b
3 1617,4 51,3% 4 1 2,8b
4 1237,3 72,2% 2,5 4,5 3,3b
5 851,7 80,3% 1 5,5 2,8b
6 777,0 88,4% 1 7 3,4b
7 712,1 90,2% 1 7 3,4b
Keterangan:
Huruf yang sama dalam satu kolom menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4

shagaol dan komponen pungen lainnya), perlakuan lainya. Rimpang jahe segar
komponen organik (vitamin) dan juga setelah dicuci dan dibersihkan, disiram
komponen inorganik (mineral). Ekstrak jahe dengan air panas (suhu 90-95oC) dan
yang digunakan sebagai bahan minuman dibiarkan terendam dalam air panas
fungsional ini merupakan jenis komponen tersebut selama 3 menit. Komponen fenolik
yang larut air, sehingga sangat dipengaruhi pada jahe, yaitu gingerol diduga mengalami
oleh kadar air rimpang jahe. Agar perubahan menjadi shagaol selama proses
didapatkan sari jahe dalam jumlah banyak, pemblansiran. Bhattarai et al. (2001)
maka harus digunakan jahe dengan kadar menyebutkan bahwa gingerol bersifat labil
air yang tinggi yaitu 80-90% atau dalam terhadap panas atau suhu tinggi, sehingga
keadaan segar. Pada penelitian ini, kadar mudah terdehidrasi menjadi shagaol.
air jahe yang digunakan yaitu 84,72% (bb). Proses pemblansiran dalam air
Berdasarkan Gambar 3, perlakuan panas/merebus jahejuga dapat
ekstraksi jahe yang memberikan nilai total meningkatkan konversi gingerol menjadi
fenol tertinggi yaitu perlakuan blansir shagaol. Namun, pada proses perebusan
dengan air panas. Hasil rendemen tertinggi dapat terjadi gelatinisasi pati jahe. Haq et al.
diperoleh pada proses pengekstraksian (1986) menyebutkan bahwa jahe memiliki
langsung (tanpa pemblansiran) dengan kandungan pati sejumlah 45,25%. Nilai ini
pengenceran 1:4. Penelitian sebelumnya mencapai hampir 50% dari total bobot jahe.
memberikan perlakuan blansir dengan Menurut Ferry et al. (2006), pemanasan
memanaskan jahe ke dalam air mendidih dispersi pati dalam air pada suhu 95 °C
selama 3 menit. Uji coba proses tersebut selama 2,5 menit dapat menyebabkan
pada peneitian memberikan nilai rendemen gelatinisasi. Proses gelatinisasi
yang terendah (47,80 %) dibandingkan menyebabkan peningkatan viskositas pada
dengan perlakuan lainnya. bahan (Fellow 2000). Gelatinisasi pati jahe
Perlakuan pemblansiran teramati dari hasil panghancuran (parutan)
menggunakan air panas mampu jahe yang lebih liat dibandingkan dengan
meningkatkan nilai total fenol dibanding yang parutan jahe yang tidak diblansir

18
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

dengan air mendidih. Adanya gelatinisasi merupakan kelompok komponen fenolik


menyebabkan penyerapan cairan dalam (Indariani 2011).
jahe serta komponen non-volatil jahe
terperangkap dalan sel dan tidak bisa Ekstraksi Temulawak
terekstrak. Struktur sel jahe menunjukkan Proses ekstraksi temulawak dilakukan
bahwa granula pati berada struktur diluar dengan prosedur yang sama seperti
dan menyelimuti sel penghasil minyak pada ekstraksi jahe. Tahapan ekstraksi terdiri
jahe, yang juga menghasilkan atas pembersihan rimpang temulawak
oleoresin(Ravindran et al. 2005). segar, pemblansiran, penghancuran,
Pemilihan jenis perlakuan pada penyaringan, pengendapan, dan
proses ekstraksi jahe didasarkan pada pasteurisasi. Herold (2005) dan Indariani
peningkatan rendemen dengan tetap (2011)menyatakan rendemen ekstraksi
memberikan nilai fungsional yang tinggi temulawak secara berurutan yaitu sebesar
(ditunjukkan dengan kadar total fenol). 49% dan 37,24%. Terdapat tujuh perlakuan
Optimasi dilakukan dengan pembobotan. ekstraksi temulawak yang dilakukan pada
Total fenol jahe ditetapkan memberikan nilai penelitian ini. Parameter total fenol dan
60% dan rendemen memberikan nilai 40%. rendemen merupakan variabel yang diamati
Rendemen menjadi hal yang penting dalam untuk setiap perlakuan. Gambar 4
meningkatkan efisiensi proses, akan tetapi menunjukkan perbedaan hasil total fenol
karena minuman tradisional berbasis jahe dan rendemen pada berbagai perlakuan
lebih diunggulkan pada manfaat blansir temulawak.
kesehatannya, sehingga komponen fenol Prosedur ekstraksi temulawak
lebih diprioritaskan. Tabel 3 berikut berdasarkan penelitian Febriani (2012) yang
menunjukkan hasil pembobotan pada setiap dilakukan dengan merebus temulawak tidak
perlakuan ekstraksi jahe. dapat menghasilkan ekstrak temulawak.
Berdasarkan hasil perhitungan di Pengujian ekstraksi dilakukan dengan bobot
atas, perlakuan ekstraksi jahe yang awal bahan sejumlah 50-100 g. Temulawak
diblansir dengan air panas memiliki nilai yang telah diblansir dalam air yang
tertinggi yaitu 5,1 dan berbeda nyata dipanaskan cenderung menjadi liat ketika
dibandingkan perlakuan lain pada taraf dihancurkan/diparut. Pemerasan tidak
kepercayaan 95%. Perlakuan ini dipilih menghasilkan sari temulawak. Cairan yang
sebagai perlakuan optimum karena keluar pada proses pemerasan berupa pati
memberikan total fenol (2297,4 ppm GAE) kental berwarna kuning yang merupakan
dan rendemen (61,1%) lebih tinggi dan suspensi pati temulawak. Spices Board
berbeda nyata dibandingkan perlakuan (2002) menyatakan bahwa temulawak
lainnya. mengandung karbohidrat menjadi bagian
Total fenol pada jahe merupakan yang dominan pada komposisi kimia
salah satu parameter fungsionalitas yang temulawak, yaitu mencapai 69,9%. Tidak
penting. Ekstrak jahe pada minuman adanya ekstrak yang dihasilkan,
memiliki kemampuan dalam stimulasi menyebabkan perlakuan ini dianggap gagal
penyerapan glukosa (Diana 2010) dan dan tidak dilakukan analisis total fenol.
memberikan kestabilan aktivitas Bambirra et al. (2002) menyatakan bahwa
antihiperglikemik dengan meningkatkan pemasakan pada rimpang temulawak dapat
sensitivitas insulin (Indariani 2011). Peranan menyebabkan galatinisasi pati. Hal ini juga
ekstrak jahe tersebut dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh struktur jaringan rimpang
komponen fenolik ekstrak jahe. Senyawa temulawak juga menunjukkan kelenjar
penciri yang diduga sebagai senyawa aktif penghasil cairan atau minyak pada
pada ekstrak jahe antara lain 6-gingerol, 8- temulawak dikelilingi oleh sel-sel yang
gingerol, 10-gingerol, dan 6-shagaol yang

19
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

mengandung banyak granula perlakuan ekstraksi temulawak. Komponen


pati(Ravindran et al. 2007). fenol menyumbang nilai 60% dan rendemen
Optimasi proses ekstraksi temulawak,
dilakukan melalui pembobotan terhadap
nilai rendemen dan total fenol dari setiap
5642.9 100% 89%
6000
90%
Total fenol (ppm GAE)

5000 4618.7 80% 74% 74%


67%

Rendemen (%)
3825.6 70%
4000 3331.9
3037.8 60%
2785.7 47%
3000 50% 40%
40%
2000
30%
1000 20%
0.0
10% 0%
0
1 2 3 4 5 6 7 0%
1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan
Perlakuan
(a) (b)
Keterangan:
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
Gambar 4. Total fenol (a) dan rendemen (b) ekstrak temulawak pada berbagai perlakuan
pemblansiran

Tabel 4. Hasil pembobotan total fenol dan rendemen pada berbagai perlakuan temulawak
Nilai
Rendemen
Perlakuan Total Fenol (ppm GAE) Total
(%)
Total Fenol Rendemen
b
1 4597,7 40,4% 5 1 3,4
2 - 0,0% - - -
3 5621,8 46,9% 6,5 1,5 4,5a
4 3804,6 67,2% 3,5 3,5 3,5b
5 3310,9 74,3% 2 4,5 3b
6 3016,8 73,5% 1,5 4,5 2,7b
7 2764,7 88,7% 1,5 6,5 3,5b
Keterangan:
Huruf yang sama dalam satu kolom menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4

40%. Komponen fenol mendapat mendapatkan produk dengan nilai


pembobotan lebih besar karena kesesuaian fungsionalitas tinggi. Adapun hasil penilaian
tujuan pembuatan minuman untuk

20
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

berbagai perlakuan blansir pada ekstraksi diphenilalkaloid, turunan phenil propone dari
temulawak dapat dilihat pada Tabel 4. tipe asam sinama, serta terpenoid.
Berdasarkan hasil penilaian di atas, Komponen utama temulawak, yaitu
perlakuan ekstraksi temulawak yang dipilih diphenilalkaloid lebih dikenal dengan istilah
yaitu ekstraksi pada kondisi segar atau kurkumin. Diphenilheptanoid merupakan
tanpa pemblansiran. Perlakuan 3 tersebut senyawa fenol dengan dua gugus fenil yang
memiliki nilai akhir berdasarkan dihubungkan dengan C7 sebagai ikatan
pembobotan sebesar 4,5 dan berbeda “punggung”-nya.
nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf Ekstrak temulawak dalam produk minuman
kepecayaan 95%. Proses ekstraksi ini tradisional dimungkinkan mempunyai
menghasilkan ekstrak temulawak dengan peranan dalam aktivitas antioksidan dan
total fenol 5642.86 ppm GAE dan rendemen antihiperglikemik. Lebih lanjut dalam
46,9%. Perlakuan panas (pemblansiran aplikasi produk minuman, Septiana et al.
menggunakan air panas) menunjukkan (2017) menyatakan bahwa minuman
penurunan total fenol dibandingkan ekstrak tradisional dengan ekstrak temualwak
dari rimpang yang tidak diblansir. Hal ini mengandung total fenol lebih tinggi
berbeda pada hasil ekstraksi jahe yang daripada minuman lainnya.Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan total fenol pada Indariani (2011) menunjukkan bahwa
kondisi pemberian perlakuan panas. Hal itu minuman dengan bahan temulawak
disebabkan oleh adanya kerusakan memiliki aktivitas antihiperglikemik berupa
komponen fenolik karena panas. Buescher stimulasi penyerapan glukosa, menekan
& Yang (2000) melaporkan bahwa jumlah kerusakaan lebih lanjut pada sel β pada
komponen volatil dan warna pada pulau Langerhans. Kurkuminoid dan
temulawak cenderung tetap walaupun sesquiterpenoid yang ada pada ekstrak
ekstraksi kurkumin pada temulawak C.logna dapat menurunkan kadar glukosa
mengalami penurunan karena adanya dalam tikus KK-A(y) yang mengalami
proses perebusan. diabetes tipe 2 (Nishiyama et al. 2005).
Temulawak merupakan komponen Penelitian yang dilakukan oleh Meghana
minor pada minuman fungsional ini. (2007), menunjukkan bahwa kurkumin
Persentase ekstrak temulawak dalam memiliki aktivitas melindungi sel β-pankreas
minuman hanya mencapai 2% (v/v). Peran terhadap kerusakan oksidatif akibat induksi
temulawak dalam minuman belum dipelajari streptozotocin.
secara spesifik. Indariani (2011)
menyebutkan bahwa sebagai komponen KESIMPULAN
tunggal dalam minuman, temulawak Penentuan waktu ekstraksi dan tahapan
memiliki aktivitas antioksidan sejumlah ekstraksi bahan minuman tradisional
386,22 ppm AEAC. Optimasi formulasi Indonesia dipilih berdasarkan rendemen
minuman yang dilakukan Herold (2007) serta aktivitas antioksidan dan total fenol
menunjukkan fenomena sinergis karena tertinggi.Hasil optimasi proses ekstraksi
aktivitas antioksidan minuman formula pada masing-masing bahan minuman
optimal ini tidak lebih rendah daripada didapatkan:
aktivitas antioksidan minuman komponen 1. Ekstraksi daun tanaman kumis kucing
tunggalnya. optimum pada kondisi pemanasan air
Komponen penting temulawak yang pada suhu ±95oC selama 30 menit dan
memberikan peran sebagai antioksidan didapatkan nilai aktivitas antioksidan
yaitu kurkumin (Nahar & Sarker 2005). 2508,9 ppm AEAC dan total fenol 926,6
Ravindran et al. (2007) menyatakan bahwa ppm GAE
komponen biokimia pada temulawak terdiri 2. Ekstraksi kayu secang optimum pada
atas tiga kelompok besar yaitu kondisi pemanasan air pada suhu ±95oC

21
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

selama 30 menit dan didapatkan compounds of some edible plants of


nilaiaktivitas antioksidan 1601,7 ppm Thailand. Food Chemistry, 92, pp. 491–
AEAC dan total fenol 1319,9 ppm GAE. 497.
3. Ekstraksi jahe optimum diperoleh melalui
Defang, L., Mingyang, G., Yonghe, H.,
pemblansiran jahe dengan disiram dan
direndam air panas (90-95oC) selama 3 Taihua, L., Jiao, Y., Yong, L.,
menit sebelum diparut dan diperasserta Mingdong, Y., Ming, Y., Jun, Z. dan
didapatkan total fenol 2294,6 ppm GAE Linglin, G. 2015. Effect of
dan rendemen ekstraksi sebesar 61,1% Sanhuangwuji powder, anti-rheumatic
4. Ekstraksi temulawak optimum tanpa drugs, and ginger-partitioned acupoint
pemblansiran, langsung diparut dan stimulation on the treatment of
diperas serta didapatkan total fenol
rheumatoid arthritis with peptic ulcer: a
ekstrak sejumlah 5621,8 ppm GAE dan
rendemen sebesar 46,9%. randomized controlled study. Journal of
Traditional Chinese Medicine. 35(3),
DAFTAR PUSTAKA pp.273-280.
Bettuzzi, S. 2009. Inhibition of human Diana. 2010. Aktivitas Anti-hiperglikemik
prostate cancer progression by dari Minuman Fungsional Berbasis
administration of green tea cathecins: Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
from the bench to the clinical trial. In: BI. Miq) Secara In Vivo dan Ex Vivo.
The 3rd world congress on tea and Skripsi. Bogor: Program Sarjana
health nutraceutical & pharmacuetical Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
publications. ISANH. Dubai. Pertanian Bogor.

Bhattarai, S., Tran, V.H., Duke, C.C. 2001. Febriani, E. 2012. Peningkatan Citarasa
The Stability of Gingerol and Shogaol in Minuman Fungsional Berbasis Daun
Aqueous Solutions. Journal of Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
Pharmaceutical Science, 90(10), BI. Miq) berpemanis Non-Sukrosa
pp.1658–1664. Berdasarkan Optimasi pada Kombinasi
Beberapa Varietas Jeruk.Skripsi.
Bousetta, N., Vorobiev, E., Ress, T., De Bogor: Program Sarjana Fakultas
Ferron, A., Pecastaing, L., Ruscassie, Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
R., Lanoiselle, J.L. 2012. Scale-up of Bogor.
high voltage electrical discharges for
polyphenols extraction from grape Fellow, P.J. 2000. Food Processing
pomace: Effect of the dynamic shock Technology: Principles and Practice. Ed
waves. Innovative Food Science and ke-2. England: Woodhead Publishing
Emerging Technologies Ltd.
http://doi:10.1016/j.ifset.2012.05.004. Ferry, A., Hort, J., Mitchel, J.R., Cook, D.,
Buescher, R., Yang, L. 2000. Turmeric. In: Lagarrigue, S., Pamies, B.V. 2006.
Natural Food Colorants, Science and Viscosity and flavour perception: Why is
Technology. New York: Marcel Dekker. starch different from hydrocolloids?.
Food Hydrocolloids, 20, pp.855-856.
Chanwitheesuk, A., Teerawutgulrag, A.,
Rakariyatham, N. 2005. Screeningof Haq, F., Faraque, S.M., Islam, S., Ali, E.
antioxidant activity and antioxidant 1996. Studies of Zingiber officinale

22
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.

Roscoe. Part 1. Chemical Molyneux, P. 2004. The use of the stable


investivigation of the rhizome. free radical diphenylpicryl-hydrazyl
Bangladesh Journal of Scientific & (DPPH) for estimating antioxidant
Industrial Research 21, (1-4), pp. 61- activity. Journal of Science
69. and Technology, 26 (2), pp.211-219.

Herold.2007.Formulasi Minuman Nahar, L., Sarker, S.D. 2005.


Fungsional Berbasis Kumis Kucing Phytochemistry of the genus Curcuma.
(Orthosiphon aristatus BI Miq) yang In: Ravindran PN, Nirmal Babu K,
Didasarkan pada Optimasi Aktivitas Sivaraman K. (Eds). Turmeric: The
Antioksidan, Mutu Citarasa, dan Warna. Genus Curcuma. Boca Raton: CRC
Skripsi. Bogor:Program Sarjana Press.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Nishiyama, T., Mae, T., Kishida, H.,
Indariani, S. 2011. Aktivitas Tsukagawa, M., Mimaki, Y., Kuroda,
Antihiperglikemik Minuman Fungsional M., Sashida, Y., Takahashi, K.,
berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing Kawada, T., Nakagawa, K., Kitahara,
(Orthosiphon aristatus BI. Miq) pada M. 2005. Curcuminoids and
Mencit Hiperglikemik yang Diindukasi sesquiterpenoids in turmeric (Curcuma
dengan Streptozotocin. Tesis. Bogor: longa L.) suppress an increase in blood
Program Studi Ilmu Pangan Sekolah glucose level in type 2 diabetic KK-A(y)
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. mice. Journal of Agriculture Food
Chemistry, 53, pp.959-966.
Hidalgo, G.I., Almajano, M.P. 2017. Red
Fruits: Extraction of Antioxidants, Qu, W., Pan, Z., Ma, H. 2010. Extraction
Phenolic Content, and Radical modeling and activities of antioxidants
Scavenging Determination: A from pomegranate marc. Journal of
Review. Antioxidants, 6, 7, pp.1- Food Engineering, 99, pp.16-23.
27.doi:10.3390/antiox6010007
Ravindran, P.N., Babu, K.N., Shiva, K.N.
Lafka, T.I., Sinanoglou, V., Lazosm, E.S. 2005. Botany and Crop Improvement of
2007. On the extraction andantioxidant Ginger. In: Ravindran PN, Babu KN
activity of phenolic compounds from (ed). Ginger: The Genus Zingiber. Boca
winery waste. Food Chemistry, 104 (3), Raton: CRC Press.
pp. 1206-1214
Ravindran, P.N., Babu, K.N., Shiva, K.N.
Meghana, K., Senjeev, G., Ramesh, B. 2007. Botany and Crop Improvement of
2007. Curcumin prevents Turmeric. In: Ravindran PN, Babu KN,
streptozotocin-induced islet damage by Sivaraman K (ed). Turmeric: The
scavanging the radicals; A prophylactic Genus Curcuma. Boca Raton: CRC
and protective role. The European Press
Journal of Pharmacology,577, pp.183-
191. Septiana, A.T., Samsi, M., Mustaufik, M.
2017. Pengaruh Penambahan Rempah
dan Bentuk Minuman terhadap Aktivitas

23
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019

Antioksidan Berbagai Minuman Takamatsu, S., Hodges, T.W., Rajbhandari,


Tradisional Indonesia. Agritech, I., Gerwick,W.H., Hamann, M.T., Nagle,
37(1),pp. 7-14, DOI: D.G. 2003. Marine natural products as
http://dx.doi.org/10.22146/agritech.1700 novel antioxidant prototypes. Journal of
1 Natural Products.66: 605-608.

Silva, E.M., Rogez, H., Larondelle, Y. 2007. Rekasih,M. 2016. Aktivitas Antihiperglikemik
Optimization of extraction of phenolics Minuman Effervescent
from Inga edulis leaves using response Nanoenkapsulasi Berbasis Ekstrak
surface methodology. Separation and Daun Kumis Kucing (Othosiphon
Purification Technology,55, pp. 381- Aristatus B1. Miq) Pada Tikus Diabetes
389. Yang Diinduksi Streptozotocin Tesis.
Bogor: Program Studi Ilmu Pangan
Sithisarn, P., Jarikasem, S. 2010. Sekolah Pascasarjana, Institut
Antioxidant Activity and Phenolic Pertanian Bogor.
Content of Acanthopanax trifoliatus and
Toddalia asiatica. Kasetsart. Journal of Veljović, M., Kalušević, A., Salević, A.,
Natural Science, 44, pp. 234 – 242. StamenkovićĐoković, M.,
Vukosavljević, P., Bugarski, B.,
Spices Board. 2002. Quality Requirements Nedović, V. 2015.Optimization of herbs
of Spices for Export. Spices board. extraction for soft drink production. In:
India. The 6th International Scientific
Strycharz, S., Shetty, K. 2002. Effect of Agricultural Symposium “Agrosym
2015” Book of Proceedings, Bosnia and
Agrobacterium rhizogenes on phenolic
content of Menthapulegium alite clonal Herzegovina, Jahorina, p. 478–483.
line for phytomedition applications. Vernin, G., Parkanyi, C. 2005. Chemistry of
Journal of Process Biochemistry, 38, Ginger. In: Ravindran PN, Babu KN
pp.287-293. (ed). Ginger: The Genus Zingiber. Boca
Suratno, Y.D., Palupi, N.S., Astawan, M. Raton: CRC Press.
2014. Pola konsumsi pangan Wijaya, C.H., Rahminiwati, M., Wu, M.C,.
fungsional dan formulasi minuman Lo, D. 2011. Inhibition of α-amylase
fungsional instan berbasis antioksidan. activities of some Indonesian herbs: in
Jurnal Mutu Pangan 1(1):56-64. ISSN vitro study. In: The 12th ASEAN Food
2355-5017. Conference. Bangkok.

24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai