Minuman
Minuman
TRADISIONAL INDONESIA
a
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Universitas Internasional Semen Indonesia, Gresik, Indonesia
b
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, Indonesia
* Penuliskorespondensi
Email: yunita.mardhiyyah@uisi.ac.id
ABSTRACT
Indonesia is known for its local wisdom with functional food potential in the form of traditional drinks.
Traditional drinks products are made from the extraction of natural ingredients such as ginger and
turmeric rhizome, java tea leaves, and sappan wood. The functional health of functional drinks is
influenced by the effectiveness of phytochemical components extraction from ingredients. The purpose of
this study was to obtain the optimal extraction process from traditional Indonesian beverage ingredients,
namely java tea, sappan, ginger and turmeric. Optimizing the extraction time of java tea leaves and
sappan wood was developed using Response Surface Methodology with Design Expert 7.0 software. The
optimum extraction process from java tea leaves and sappan wood is obtained by heating in water for 30
minutes with ratio of ingredients and water was 1:25. Mathematical equations can be used to predict total
phenol and antioxidant extract activity. Scaling up caused a decrease in antioxidant activity and total
phenol of extracts. On the pilot plant scale the value of antioxidant activity and total phenol were 2508.9
ppm AEAC and 926.6 ppm GAE for java tea leaves extracts and for sappan wood extract were 1601.7
ppm AEAC and 1319.9 ppm GAE. The efficiency and effectiveness of the ginger extraction process was
obtained through soaking the rhizome in hot water (90-95oC) for 3 minutes, while turmeric did not need to
be carried out. Extraction of ginger by this way was able to provide total phenol of 2294.6 ppm GAE and
61.1% yield. The optimum extraction procedure in turmeric gave a total phenol extract of 5621.8 ppm
GAE and a yield of 46.9%. Thus, the optimum extract obtained can be used for functional drink
formulations with various health benefits.
ABSTRAK
Indonesia dikenal akan kearifan lokal dengan potensi pangan fungsional berupa minuman-minuman
tradisional.Produk minuman tradisional dibuat dari ekstraksi bahan alami seperti rimpang jahe dan
temulawak, daun tanaman kumis kucing, serta kayu secang.Kemampuan bioaktif minuman salah satunya
dipengaruhi oleh efektivitas ekstraksi komponen fitokimia dari bahan-bahan minuman.Tujuan penelitian
ini adalah mendapatkan proses ekstraksi yang optimal dari bahan-bahan minuman tradisional Indonesia,
yaitu kumis kucing, secang, jahe dan temulawak. Optimasi waktu ekstraksi daun tanaman kumis kucing
dan kayu secang dikembangkan menggunakan Response Surface Methodology dengan software Design
Expert 7,0. Proses ekstraksi optimum dari daun tanaman kumis kucing dan kayu secang didapatkan
selama 30 menit pemanasan dalam air dengan perbandingan bahan dan air 1:25. Persamaan
matematika dapat digunakan untuk memprediksi total fenol dan aktivitas antioksidan ekstrak.
Peningkatan skala menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan dan total fenol pada ekstrak daun
10
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
tanaman kumis kucing dan kayu secang. Pada skala pilot plant nilai aktivitas antioksidan 2508,9 ppm
AEAC dan total fenol 926,6 ppm GAE untuk ekstrak kumis kucing dan nilai aktivitas antioksidan 1601,7
ppm AEAC dan total fenol 1319,9 ppm GAE untuk ekstrak kayu secang. Efisiensi dan efektivitas proses
ekstraksi jahe diperoleh melalui pemblansiran dengan direndam air panas (90-95oC) selama 3 menit,
sedangkan temulawak tidak perlu dilakukan pemblansiran. Ekstraksi jahe dengan cara tersebut mampu
memberikan total fenol 2294,6 ppm GAE dan rendemen 61,1%. Prosedur ekstraksi optimum pada
temulawak memberikan total fenol ekstrak 5621,8 ppm GAE dan rendemen 46,9%. Ekstrak optimum
yang didapatkan dapat digunakan untuk formulasi minuman fungsional dengan berbagai manfaat bagi
kesehatan.
Kata kunci: ekstraksi, fenol, antioksidan, tanaman kumis kucing, secang, jahe, temulawak
11
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
Proses ekstraksi komponen bioaktif dari Na2CO3, asam askorbat, asam galat, 2,2-
bahan baku minuman atau rempah Diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH
dilakukan melalui berbagai cara. Secara (Sigma 43180), metanol p.a, dan akuades.
konvensional, metode ekstraksi yang
digunakan adalah maserasi dan dengan Alat
pelarut (ditambah dengan pemberian Alat yang digunakan adalah
panas). Adapun metode lain yang telah spektrofotometer, termometer, rotavapor,
banyak digunakan untuk ekstraksi dengan oven pengering, hot plate, timbangan,
gelombang ultrasonic, gelombang parutan, kain saring, dan alat-alat gelas.
microwave, pulsed electric field serta
supercritical fluida (Hidalgo and Almajano Tahapan Penelitian
2017). Walaupun metode maserasi dan Proses ekstraksi (dijelaskan pada sub
ekstraksi pelarut memiliki banyak bab berikutnya) dari daun tanaman kumis
kekurangan karena membutuhkan waktu kucing dan kayu secang yang dipilih adalah
yang lama ataupun rendemen komponen melalui perebusan (solvent extraction)
bioaktifnya yang rendah, tetapi metode dalam air panas. Adapun pada jahe dan
tersebut paling umum digunakan dalam temulawak metode ekstraksi dilakukan
proses pembuatan minuman fungsional dengan penghancuran dan penyaringan.
dalam skala kecil/tradisional. Secara umum
dan sederhana pembuatan minuman Optimasi Ekstraksi Daun Tanaman
tradisional berbasis rempah dilakukan Kumis Kucing dan Kayu Secang
dengan perebusan semua bahan menjadi Proses ekstraksi daun tanaman kumis
satu dalam panci besar, kemudian kucing dan kayu secang terdiri atas
dilakukan proses penyaringan dan beberapa tahapan meliputi pencucian,
pengemasan. Proses pengolahan bahan pemblansiran, ekstraksi (perebusan),
panganharus mudah diterapkan, efisien dan pemekatan (evaporasi) dan pasteurisasi
efektif. Cara ini tergolong cepat namun ekstrak. Fokus penelitian pada tahap ini
kurang efektif dalam mengkekstrak adalah pengaruh waktu ekstraksi terhadap
komponen bioaktif dari bahan baku.Agar total fenol dan aktivitas antioksidan. Pada
didapatkan ekstrak dengan kandungan ekstraksi daun tanaman kumis kucing,
komponen bioaktif yang optimum dari waktu ekstraksi yang diamati ialah 10, 15,
masing-masing bahan, maka perlu 20, 23, 25, 30, 33, 37, 42, 46, dan 50 menit.
dilakukan proses ekstraksi secara terpisah. Pada secang waktu ekstraksi yang diamati
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini ialah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55
adalah mendapatkan proses ekstraksi yang dan 60 menit.
optimal dari bahan-bahan minuman Daun tanaman kumis kucing segar
tradisional Indonesia, yaitu kumis kucing, dicuci, kemudian ditiriskan. Daun tersebut
secang, jahe dan temulawak. dimasukkan dalam kantong yang terbuat
dari kain saring dengan ukuran pori-pori 100
Mesh dan kantong ditutup/diikat. Air
BAHAN DAN METODE
kemudian dipanaskan sampai suhu ±95oC.
Bahan Kantong yang berisi daun tanaman kumis
Bahan-bahanminuman tradisional yang kucing dimasukkan ke dalam air dan
diteliti terdiri atas daun tanaman kumis dipertahankan suhu air pada rentang 90-
kucing segar (dipetik pagi hari, dipilih daun 95oC. Waktu ekstraksi mulai dihitung saat
yang muda) dari kebun Pusat Studi daun tanaman kumis kucing dimasukkan.
Biofarmaka IPB Cikabayan-Dramaga, jahe Pada titik-titik waktu tertentu, seperti pada
gajah segar, temulawak segar, dan kayu paparan di atas, dilakukan pengambilan
secang kering (rautan) yang diperoleh dari sampel air hasil rebusan (ekstrak) sejumlah
pasar Bogor. Bahan analisis sampel terdiri 5-10 ml untuk dianalisis total fenol dan
atas Folin Ciocalcetau (Sigma 47641),
12
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
aktivitas antioksidan. Prosedur kerja ini juga 3. Ekstraksi dengan adanya pemblansiran
berlaku proses esktraksi kayu secang. dengan air panas (disiram)
Optimasi ekstraksi daun tanaman 4. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
kumis kucing dan kayu secang didasarkan dengan penambahan air 1:1
pada aktivitas antioksidan dan total fenol 5. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
yang tinggi pada ekstrak dengan perkiraan dengan penambahan air 1:2
biaya yang rendah. Pengolahan data untuk 6. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
optimasi menggunakan DX 7® pada metode dengan penambahan air 1:3
Response Surface Methodology-Historical 7. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran
Data. Waktu optimum terpilih akan dengan penambahan air 1:4
diverifikasi berdasarkan total fenol ekstrak.
Percobaan verifikasi dilakukan dua kali Analisis Total Fenol (modifikasi
ulangan dengan analisis duplo. Strycharz dan Shetty 2002)
Pengukuran total fenol dilakukan
Optimasi Ekstraksi Jahe dan Temulawak metode Folin-Ciocalcetau dengan asam
Proses ekstraksi jahe dan temulawak galat sebagai standar. Analisis dimulai
terdiri atas pembersihan, pemblansiran, dengan melarutkan 1 ml larutan standar
pengecilan ukuran (pemarutan), ekstraksi atau sampel ke dalam 5 ml air suling dan
(pemerasan), pengendapan/dekantasi, dan 0,5 ml larutan reagen. Larutan kemudian
pasteurisasi. Rimpang jahe dan temulawak diinkubasi selama 5 menit dalam ruang
segar dibersihkan dengan cara disikat dan gelap kemudian ditambahkan 1 ml larutan
dibilas dengan air mengalir. Rimpang diberi Na2CO3 dan diinkubasi kembali dalam
perlakuan blansir kemudian diparut ruang gelap selama 1 jam. Setelah
mengggunakan papan parutan. Hasil inkubasi, larutan divorteks dan diukur
parutan rimpang dimasukkan dalam kain absorbansinya dengan spektrofotometer
saring dan diperas. Cairan hasil perasan pada panjang gelombang 725 nm. Blanko
dibiarkan selama semalam (±18 jam) untuk spktrofotomer ialah akuades. Pada analisis
mengendapkan partikel tidak larut air total fenol ekstrak, sampel ekstrak diambil
(seperti pati) agar minuman terlihat lebih langsung dari stok dan dilakukan
jernih. Pemisahan cairan dan endapan pengenceran. Pengujian fenol pada sampel
ekstrak jahe dan temulawak dilakukan dilakukan pada hari yang sama dengan hari
dengan penuangan secara perlahan ke pembuatan sampel.
dalam wadah lainnya. Cairan yang diambil
kemudian dimasukkan dalam botol kaca Analisis Aktivitas Antioksidan (Molyneux
gelap dan dipasteurisasi pada suhu 75oC 2004)
selama 30 menit. Pengukuran aktivitas antioksidan
Tahapan proses yang menjadi fokus ekstrak dilakukan dengan metode
penelitian adalah pemblansiran. Penilaian penghambatan radikal bebas DPPH (1,1-
perlakuan pemblansiran dilakukan dengan diphenyl-2-picrylhydrazil radical-
metode pembobotan. Parameter yang scavenging). DPPH sebagai radikal akan
diamati ialah rendemen ekstraksi dan total bereaksi dengan hidrogen (yang bersal dari
fenol ekstrak. Pengujian kadar air jahe dan antioksidan) dan membentuk DPPH
temulawak juga dilakukan. Jenis perlakuan tereduksi yang berwarna kuning dan dapat
yang diujikan pada ekstraksi jahe dan terukur dengan spektrofotometri sinar
temulawak terdiri atas 7 perlakuan yaitu: tampak.Asam askorbat digunakan sebagai
1. Ekstraksi langsung tanpa pemblansiran standar pembanding aktivitas antioksidan
2. Ekstraksi dengan adanya pemblansiran sampel. Aktivitas antioksidan minuman
dalam air panas atau direbus (Febriani dihitung berdasarkan kesetaraannya
2012) dengan aktivitas antioksidan asam askorbat
13
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
14
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
3000
2000
1400
Pilot
1200 Plan 1500 Pilot
1000 Plan
Linear
800 (Lab) 1000 Linear
600 (Lab)
Poly. 500
400 (Pilot
200 Plan)
0
0 0 20 40 60
0 20 40 60 Waktu Ekstraksi (menit)
Waktu Ekstraksi (menit)
(a) (b)
Gambar 1. Kurva perbandingan total fenol (a) dan aktivitas antioksidan (b) ekstrak daun
tanaman kumis kucing pada skala laboratorium dan pilot plant
Tabel 1. Persamaan matematika total fenol dan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun
tanaman kumis kucing terhadap waktu ekstraksi
Komponen Skala
No Persamaan matematika
bioaktif ekstraksi
1 Total fenol Laboratorium +786,90+(18,58*Waktu)
Pilot plant -351,83+(123,47*Waktu)-(3,88*Waktu2) +(0,04*Waktu3)
2 Aktivitas Laboratorium +2044,479+(10,88*Waktu)
antioksidan Pilot plant +951,79+(82,21*Waktu)-1,01* Waktu2
15
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
tertentu akan terjadi titik kejenuhan total skala pilot plant lebih rendah daripada hasil
fenol ekstrak. Silva et al. (2007) yang diperoleh pada skala laboratorium.
menambahkan bahwa Hukum Kedua Fick Proses pemekatan (evaporasi) merupakan
tentang difusi menyatakan bahwa titik salat satu cara yang dapat dilakukan untuk
keseimbangan akhir pada konsentrasi meningkatkan kualitas ekstrak pada skala
larutan dari matriks padat atau dari larutan pilot plant. Didapatkan pula korelasi positif
yang meruah akan dicapai setelah periode total fenol dan aktivitas antioksidan pada
waktu tertentu. ekstrak kayu secang. Bettuzzi (2009)
Pemodelan fungsi total fenol dan menyatakan bahwa senyawa dari golongan
aktivitas antioksidan didapatkan polifenol memiliki aktivitas antioksidan yang
menggunakan Design Expert®7 seperti sangat kuat.
pada Tabel 1. Persamaan tersebut Pemodelan fungsi total fenol dan
selanjutnya dapat dipakai untuk aktivitas antioksidan didapatkan
memprediksi kandungan total fenol dan menggunakanDesign Expert®7 seperti pada
aktivitas antioksidan ekstrak, jika dilakukan Tabel 2. Persamaan tersebut selanjutnya
ekstraksi pada waktu yang berbeda. dapat dipakai untuk memprediksi
Data yang didapatkan kemudian kandungan total fenol dan aktivitas
diolah menggunakan Design Expert®7, antioksidan ekstrak, jika dilakukan ekstraksi
maka diperoleh waktu optimum untuk pada waktu yang berbeda.
ekstraksi daun tanaman kumis kucing pada Data yang didapatkan kemudian
skala laboratorium ialah 33 menit dengan dioptimasimenggunakanDesign Expert®7,
nilai aktivitas antioksidan 2406,2 ppm AEAC maka diperoleh waktu optimum untuk
dan total fenol 1404,9 ppm GAE. Pada ekstraksi kayu secang pada skala
skala pilot plantdidapatkan waktu optimum laboratorium ialah 34 menitdengan nilai
30 menit dengan nilai aktivitas antioksidan aktivitas antioksidan 3523,7 ppm AEAC dan
2508,9 ppm AEAC dan total fenol 926,6 total fenol 2131,2 ppm GAE. Pada skala
ppm GAE. Oleh karena itu, ekstraksi daun pilot plant didapatkan waktu optimum 30
tanaman kumis kucing optimum pada menit dengan nilai aktivitas antioksidan
kondisi pemanasan air pada suhu ±95oC 1601,7 ppm AEAC dan total fenol 1319,9
selama 30 menit. ppm GAE. Oleh karena itu, ekstraksi kayu
secang kucing optimum pada kondisi
Optimasi ekstraksi kayu secang pemanasan air pada suhu ±95oC selama 30
Pengujian ekstraksi kayu secang menit
pada skala pilot plant memberikan hasil
total fenol dan aktivitas antioksidan yang Ekstraksi Jahe
berbeda dengan hasil di laboratorium Pada proses ekstraksi jahe, kendala
(Gambar 2). Kondisi pilot plantmemberikan yang dihadapi pada pembuatan ekstrak
hasil yang rendah daripada hasil di jahe yaitu rendahnya rendemen yang
laboratorium dan memerlukan penyesuaian dihasilkan. Beberapa penelitian menujukkan
terlebih dahulu. Pada skala pilot plant, bahwa ekstraksi jahe segar mendapatkan
jumlah bahan yang diekstrak cukup banyak rendemen pada kisaran 52-58%
dan ukuran tangki ekstraktor juga besar (Herold,2005; Indariani 2011). Optimasi
(100 liter). Hal tersebut menyebabkan proses ekstraksi jahe bertujuan untuk
penetrasi air menjadi berkurang dan mendapatkan ekstrak dengan rendemen
dispersi panas tidak merata. Kondisi ini dan nilai fungsional yang tinggi. Nilai
menyebabkan ekstraksi tidak berlangsung fungsional ekstrak jahe diukur
optimal dan memberikan hasil ekstraksi menggunakan analisis total fenol. Terdapat
yang rendah pada indikator total fenol dan tujuh perlakuan blansir yang diujikan. Setiap
aktivitas antioksidan.Bousetta et al. (2012) perlakuan dianalisis jumlah total fenol dan
menyatakan bahwa pada hasil ekstraksi rendemen ekstrak. Hasil total fenol ekstrak
komponen fenol dari grape-pomace pada dan rendemen dapat dilihat pada Gambar 3.
16
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
Ekstrak jahe yang digunakan dalam produk dari rimpang jahe, yaitu komponen
minuman ini diperoleh dari hasil pemerasan volatil yang membentuk essensial oil dan
langsung rimpang jahe sehingga dapat komponen non-volatil. Komponen non-
disebut sebagai sari jahe. Vernin & Parkanyi volatil ini meliputi olesorseins (gingerol,
(2005) menyatakan terdapat dua jenis
3000 5000
Total Fenol (ppm GAE)
Aktivitas Antioksidan
2500 Lab 4000 Lab
(ppm AEAC)
2000
3000
1500 Pilot
2000 Pilot
1000 Plan
Plan
500 1000
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60
Waktu Ekstraksi (menit) Waktu Ekstraksi (menit)
(a) (b)
Gambar 2. Kurva perbandingan total fenol (a) dan aktivitas antioksidan (b) ekstrak kayu secang
pada skala laboratorium dan pilot plant
Tabel 2. Persamaan matematika total fenol dan aktivitas antioksidan pada ekstrak kayu secang
terhadap waktu ekstraksi
No Komponen bioaktif Skala ekstraksi Persamaan matematika
1 Total fenol Laboratorium +1285,91+(24,63*Waktu)
Pilot plant +905,48+(13,81*Waktu)
2 Aktivitas antioksidan Laboratorium +2493,79+(30,01*Waktu)
Pilot plant +1050,32+(+49,25*Waktu)
100% 90%
88%
2500 2297.4 90% 80%
80% 72%
Total fenol (ppm GAE)
2000 1838.5
Rendemen ( %)
(a) (b)
Keterangan:
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
Gambar 31. Total fenol (a) dan rendemen (b) ekstrak jahe pada berbagai perlakuan
pemblansiran
17
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
Tabel 31. Hasil pembobotan total fenol dan rendemen pada berbagai perlakuan jahe
Rendemen Nilai
Perlakuan Total Fenol (ppm GAE) Total
(%) Total Fenol Rendemen
1 2294,6 61,1% 6,5 3 5,1a
2 1835,8 47,8% 5 1 3,4b
3 1617,4 51,3% 4 1 2,8b
4 1237,3 72,2% 2,5 4,5 3,3b
5 851,7 80,3% 1 5,5 2,8b
6 777,0 88,4% 1 7 3,4b
7 712,1 90,2% 1 7 3,4b
Keterangan:
Huruf yang sama dalam satu kolom menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
shagaol dan komponen pungen lainnya), perlakuan lainya. Rimpang jahe segar
komponen organik (vitamin) dan juga setelah dicuci dan dibersihkan, disiram
komponen inorganik (mineral). Ekstrak jahe dengan air panas (suhu 90-95oC) dan
yang digunakan sebagai bahan minuman dibiarkan terendam dalam air panas
fungsional ini merupakan jenis komponen tersebut selama 3 menit. Komponen fenolik
yang larut air, sehingga sangat dipengaruhi pada jahe, yaitu gingerol diduga mengalami
oleh kadar air rimpang jahe. Agar perubahan menjadi shagaol selama proses
didapatkan sari jahe dalam jumlah banyak, pemblansiran. Bhattarai et al. (2001)
maka harus digunakan jahe dengan kadar menyebutkan bahwa gingerol bersifat labil
air yang tinggi yaitu 80-90% atau dalam terhadap panas atau suhu tinggi, sehingga
keadaan segar. Pada penelitian ini, kadar mudah terdehidrasi menjadi shagaol.
air jahe yang digunakan yaitu 84,72% (bb). Proses pemblansiran dalam air
Berdasarkan Gambar 3, perlakuan panas/merebus jahejuga dapat
ekstraksi jahe yang memberikan nilai total meningkatkan konversi gingerol menjadi
fenol tertinggi yaitu perlakuan blansir shagaol. Namun, pada proses perebusan
dengan air panas. Hasil rendemen tertinggi dapat terjadi gelatinisasi pati jahe. Haq et al.
diperoleh pada proses pengekstraksian (1986) menyebutkan bahwa jahe memiliki
langsung (tanpa pemblansiran) dengan kandungan pati sejumlah 45,25%. Nilai ini
pengenceran 1:4. Penelitian sebelumnya mencapai hampir 50% dari total bobot jahe.
memberikan perlakuan blansir dengan Menurut Ferry et al. (2006), pemanasan
memanaskan jahe ke dalam air mendidih dispersi pati dalam air pada suhu 95 °C
selama 3 menit. Uji coba proses tersebut selama 2,5 menit dapat menyebabkan
pada peneitian memberikan nilai rendemen gelatinisasi. Proses gelatinisasi
yang terendah (47,80 %) dibandingkan menyebabkan peningkatan viskositas pada
dengan perlakuan lainnya. bahan (Fellow 2000). Gelatinisasi pati jahe
Perlakuan pemblansiran teramati dari hasil panghancuran (parutan)
menggunakan air panas mampu jahe yang lebih liat dibandingkan dengan
meningkatkan nilai total fenol dibanding yang parutan jahe yang tidak diblansir
18
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
19
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
Rendemen (%)
3825.6 70%
4000 3331.9
3037.8 60%
2785.7 47%
3000 50% 40%
40%
2000
30%
1000 20%
0.0
10% 0%
0
1 2 3 4 5 6 7 0%
1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan
Perlakuan
(a) (b)
Keterangan:
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
Gambar 4. Total fenol (a) dan rendemen (b) ekstrak temulawak pada berbagai perlakuan
pemblansiran
Tabel 4. Hasil pembobotan total fenol dan rendemen pada berbagai perlakuan temulawak
Nilai
Rendemen
Perlakuan Total Fenol (ppm GAE) Total
(%)
Total Fenol Rendemen
b
1 4597,7 40,4% 5 1 3,4
2 - 0,0% - - -
3 5621,8 46,9% 6,5 1,5 4,5a
4 3804,6 67,2% 3,5 3,5 3,5b
5 3310,9 74,3% 2 4,5 3b
6 3016,8 73,5% 1,5 4,5 2,7b
7 2764,7 88,7% 1,5 6,5 3,5b
Keterangan:
Huruf yang sama dalam satu kolom menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
Perlakuan 1: diblansir dengan air panas
Perlakuan 2: diblansir dengan didihkan
Perlakuan 3: langsung diekstrak tanpa pengenceran
Perlakuan 4: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:1
Perlakuan 5: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:2
Perlakuan 6: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:3
Perlakuan 7: langsung diekstrak dengan Pengenceran 1:4
20
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
berbagai perlakuan blansir pada ekstraksi diphenilalkaloid, turunan phenil propone dari
temulawak dapat dilihat pada Tabel 4. tipe asam sinama, serta terpenoid.
Berdasarkan hasil penilaian di atas, Komponen utama temulawak, yaitu
perlakuan ekstraksi temulawak yang dipilih diphenilalkaloid lebih dikenal dengan istilah
yaitu ekstraksi pada kondisi segar atau kurkumin. Diphenilheptanoid merupakan
tanpa pemblansiran. Perlakuan 3 tersebut senyawa fenol dengan dua gugus fenil yang
memiliki nilai akhir berdasarkan dihubungkan dengan C7 sebagai ikatan
pembobotan sebesar 4,5 dan berbeda “punggung”-nya.
nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf Ekstrak temulawak dalam produk minuman
kepecayaan 95%. Proses ekstraksi ini tradisional dimungkinkan mempunyai
menghasilkan ekstrak temulawak dengan peranan dalam aktivitas antioksidan dan
total fenol 5642.86 ppm GAE dan rendemen antihiperglikemik. Lebih lanjut dalam
46,9%. Perlakuan panas (pemblansiran aplikasi produk minuman, Septiana et al.
menggunakan air panas) menunjukkan (2017) menyatakan bahwa minuman
penurunan total fenol dibandingkan ekstrak tradisional dengan ekstrak temualwak
dari rimpang yang tidak diblansir. Hal ini mengandung total fenol lebih tinggi
berbeda pada hasil ekstraksi jahe yang daripada minuman lainnya.Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan total fenol pada Indariani (2011) menunjukkan bahwa
kondisi pemberian perlakuan panas. Hal itu minuman dengan bahan temulawak
disebabkan oleh adanya kerusakan memiliki aktivitas antihiperglikemik berupa
komponen fenolik karena panas. Buescher stimulasi penyerapan glukosa, menekan
& Yang (2000) melaporkan bahwa jumlah kerusakaan lebih lanjut pada sel β pada
komponen volatil dan warna pada pulau Langerhans. Kurkuminoid dan
temulawak cenderung tetap walaupun sesquiterpenoid yang ada pada ekstrak
ekstraksi kurkumin pada temulawak C.logna dapat menurunkan kadar glukosa
mengalami penurunan karena adanya dalam tikus KK-A(y) yang mengalami
proses perebusan. diabetes tipe 2 (Nishiyama et al. 2005).
Temulawak merupakan komponen Penelitian yang dilakukan oleh Meghana
minor pada minuman fungsional ini. (2007), menunjukkan bahwa kurkumin
Persentase ekstrak temulawak dalam memiliki aktivitas melindungi sel β-pankreas
minuman hanya mencapai 2% (v/v). Peran terhadap kerusakan oksidatif akibat induksi
temulawak dalam minuman belum dipelajari streptozotocin.
secara spesifik. Indariani (2011)
menyebutkan bahwa sebagai komponen KESIMPULAN
tunggal dalam minuman, temulawak Penentuan waktu ekstraksi dan tahapan
memiliki aktivitas antioksidan sejumlah ekstraksi bahan minuman tradisional
386,22 ppm AEAC. Optimasi formulasi Indonesia dipilih berdasarkan rendemen
minuman yang dilakukan Herold (2007) serta aktivitas antioksidan dan total fenol
menunjukkan fenomena sinergis karena tertinggi.Hasil optimasi proses ekstraksi
aktivitas antioksidan minuman formula pada masing-masing bahan minuman
optimal ini tidak lebih rendah daripada didapatkan:
aktivitas antioksidan minuman komponen 1. Ekstraksi daun tanaman kumis kucing
tunggalnya. optimum pada kondisi pemanasan air
Komponen penting temulawak yang pada suhu ±95oC selama 30 menit dan
memberikan peran sebagai antioksidan didapatkan nilai aktivitas antioksidan
yaitu kurkumin (Nahar & Sarker 2005). 2508,9 ppm AEAC dan total fenol 926,6
Ravindran et al. (2007) menyatakan bahwa ppm GAE
komponen biokimia pada temulawak terdiri 2. Ekstraksi kayu secang optimum pada
atas tiga kelompok besar yaitu kondisi pemanasan air pada suhu ±95oC
21
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
Bhattarai, S., Tran, V.H., Duke, C.C. 2001. Febriani, E. 2012. Peningkatan Citarasa
The Stability of Gingerol and Shogaol in Minuman Fungsional Berbasis Daun
Aqueous Solutions. Journal of Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
Pharmaceutical Science, 90(10), BI. Miq) berpemanis Non-Sukrosa
pp.1658–1664. Berdasarkan Optimasi pada Kombinasi
Beberapa Varietas Jeruk.Skripsi.
Bousetta, N., Vorobiev, E., Ress, T., De Bogor: Program Sarjana Fakultas
Ferron, A., Pecastaing, L., Ruscassie, Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
R., Lanoiselle, J.L. 2012. Scale-up of Bogor.
high voltage electrical discharges for
polyphenols extraction from grape Fellow, P.J. 2000. Food Processing
pomace: Effect of the dynamic shock Technology: Principles and Practice. Ed
waves. Innovative Food Science and ke-2. England: Woodhead Publishing
Emerging Technologies Ltd.
http://doi:10.1016/j.ifset.2012.05.004. Ferry, A., Hort, J., Mitchel, J.R., Cook, D.,
Buescher, R., Yang, L. 2000. Turmeric. In: Lagarrigue, S., Pamies, B.V. 2006.
Natural Food Colorants, Science and Viscosity and flavour perception: Why is
Technology. New York: Marcel Dekker. starch different from hydrocolloids?.
Food Hydrocolloids, 20, pp.855-856.
Chanwitheesuk, A., Teerawutgulrag, A.,
Rakariyatham, N. 2005. Screeningof Haq, F., Faraque, S.M., Islam, S., Ali, E.
antioxidant activity and antioxidant 1996. Studies of Zingiber officinale
22
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 18 (1): 10-24, 2019.
23
Yunita Siti Mardhiyyah et al., 2019
Silva, E.M., Rogez, H., Larondelle, Y. 2007. Rekasih,M. 2016. Aktivitas Antihiperglikemik
Optimization of extraction of phenolics Minuman Effervescent
from Inga edulis leaves using response Nanoenkapsulasi Berbasis Ekstrak
surface methodology. Separation and Daun Kumis Kucing (Othosiphon
Purification Technology,55, pp. 381- Aristatus B1. Miq) Pada Tikus Diabetes
389. Yang Diinduksi Streptozotocin Tesis.
Bogor: Program Studi Ilmu Pangan
Sithisarn, P., Jarikasem, S. 2010. Sekolah Pascasarjana, Institut
Antioxidant Activity and Phenolic Pertanian Bogor.
Content of Acanthopanax trifoliatus and
Toddalia asiatica. Kasetsart. Journal of Veljović, M., Kalušević, A., Salević, A.,
Natural Science, 44, pp. 234 – 242. StamenkovićĐoković, M.,
Vukosavljević, P., Bugarski, B.,
Spices Board. 2002. Quality Requirements Nedović, V. 2015.Optimization of herbs
of Spices for Export. Spices board. extraction for soft drink production. In:
India. The 6th International Scientific
Strycharz, S., Shetty, K. 2002. Effect of Agricultural Symposium “Agrosym
2015” Book of Proceedings, Bosnia and
Agrobacterium rhizogenes on phenolic
content of Menthapulegium alite clonal Herzegovina, Jahorina, p. 478–483.
line for phytomedition applications. Vernin, G., Parkanyi, C. 2005. Chemistry of
Journal of Process Biochemistry, 38, Ginger. In: Ravindran PN, Babu KN
pp.287-293. (ed). Ginger: The Genus Zingiber. Boca
Suratno, Y.D., Palupi, N.S., Astawan, M. Raton: CRC Press.
2014. Pola konsumsi pangan Wijaya, C.H., Rahminiwati, M., Wu, M.C,.
fungsional dan formulasi minuman Lo, D. 2011. Inhibition of α-amylase
fungsional instan berbasis antioksidan. activities of some Indonesian herbs: in
Jurnal Mutu Pangan 1(1):56-64. ISSN vitro study. In: The 12th ASEAN Food
2355-5017. Conference. Bangkok.
24