Anda di halaman 1dari 116

SALINAN

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2022

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk memberikan kepastian hukum, keadilan,


kemudahan, dan kejelasan bagi masyarakat dalam
memahami ketentuan mengenai pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan serta integrasi data
kependudukan dengan data perpajakan, perlu diatur tata
cara pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan;
b. bahwa ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2021 tentang
Perlakuan Perpajakan Untuk Mendukung Kemudahan
Berusaha sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
administrasi perpajakan dan pengaturan dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 44E ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;

Mengingat: ...

SK No 046489 A

jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -

Mengingat 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA


PELAKSANMN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
2. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
3. Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
4. Pajak ...

SK No 046335 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -

4. Pajak Penghasilan adalah Pajak Penghasilan sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
5. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.
6. Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
7. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
8. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/ atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
9. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah
pembahasan antara Wajib Pajak dan pemeriksa pajak atas
temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi
baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.
10. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
11. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang
selanjutnya disebut Penyidikan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.

12. Penyidik . . .

SK No 046334 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -

12. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu


di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
Penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

13. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda adalah


perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah
negara mitra atau yurisdiksi mitra untuk mencegah
terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan
pajak.

14. Prosedur Persetujuan Bersama adalah prosedur


administratif yang diatur dalam Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda.

15. Persetujuan Bersama adalah hasil yang telah disepakati


dalam penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda oleh pejabat yang berwenang dari Pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi
mitra Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
sehubungan dengan Prosedur Persetujuan Bersama yang
telah dilaksanakan.

16. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang


meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.

17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah Surat


Ketetapan Pajak yang menentukan besarnyajumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif,
dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

18. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah


Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.

19. Surat ...

SK No 046333 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -

19. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah Surat Ketetapan Pajak


yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.

20. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah Surat


Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.

21. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan


tagihan pajak dan/ atau sanksi administratif berupa
bunga dan/ atau denda.

22. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas


keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.

23. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi


adalah surat keputusan mengenai pengurangan sanksi
administratif.

24. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi


adalah surat keputusan mengenai penghapusan sanksi
administratif.

25. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak adalah


surat keputusan mengenai pengurangan ketetapan pajak.

26. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak adalah


surat keputusan mengenai pembatalan ketetapan pajak.

27. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan


Pajak adalah surat keputusan yang menentukan jumlah
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib
Pajak tertentu.

28. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat


keputusan yang menentukan jumlah imbalan bunga yang
diberikan kepada Wajib Pajak.

29. Surat ...

SK No 046332 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-6 -

29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan


yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung,
dan/ atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat
dalam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, Surat
Keputusan Pemberian lmbalan Bunga, Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan, Surat Tagihan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, surat keputusan pemberian
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, surat keputusan
pengurangan denda administrasi Pajak Bumi dan
Bangunan, atau surat keputusan persetujuan bersama.
30. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan adalah
surat ketetapan yang menentukan besarnya pokok Pajak
Bumi dan Bangunan atau selisih pokok Pajak Bumi dan
Bangunan, besarnya denda administratif, dan jumlah
Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang.
31. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat
untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak
untuk melunasi utang pajaknya.
32. Masa Pajak adalahjangka waktu yang menjadi dasar bagi
Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
33. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender
kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender.
34. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu
1 (satu) Tahun Pajak.
35. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek
pajak, dan/ a tau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

36. Surat ...

SK No 046482 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -

36. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan


untuk suatu Masa Pajak.
37. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
38. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri.
39. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak
atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
40. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak
atas gugatan terhadap hal-hal yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dapat diajukan gugatan.
41. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah
Agung atas permohonan peninjauan kembali yang
diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal
Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan
dari badan peradilan pajak.
42. Surat Keputusan Persetujuan Bersama adalah surat
keputusan yang diterbitkan untuk menindaklanjuti
kesepakatan dalam Persetujuan Bersama.
43. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang
Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
44. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau
data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan
pendaftaran Penduduk dan pencatatan sipil.
45. Data Balikan dari Pengguna adalah data yang bersifat
unik dari setiap lembaga pengguna yang telah melakukan
akses Data Kependudukan dan telah diadministrasikan
dalam sistem administrasi kependudukan.
46. Nomor Induk Kependudukan adalah nomor identitas
Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal, dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk
Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai administrasi kependudukan.
47. Pajak ...

SK No 046330 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBUK INOONESIA
- 8 -

4 7. Pajak Karbon adalah pajak yang dikenakan atas em1s1


karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan
hidup.
48. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.

BAB II
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK,
SURAT PEMBERITAHUAN, PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN,
DAN TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

Bagian Kesatu
Nomor Pokok Wajib Pajak

Pasal 2
(1) Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepada Wajib Pajak diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak.
(2) Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi Wajib Pajak orang pribadi yang merupakan
Penduduk menggunakan Nomor Induk Kependudukan.
(3) Terhadap Penduduk, pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dilakukan dengan melakukan aktivasi Nomor
Induk Kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam administrasi perpajakan.
(4) Kewajiban mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai
pajak secara terpisah karena:
a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
b. melakukan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta dengan suami, secara tertulis; atau
c. ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewaj iban
perpajakan terpisah dari hak <lan kewaj iban
perpajakan suami.

(5) Dalam ...

SK No 046329 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -

(5) Dalam hal wanita kawin yang dikenai pajak secara


terpisah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum kawin, wanita
kawin tersebut tidak perlu mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
(6) Wanita kawin selain yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan suaminya.

Pasal3
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang
menggantikan yang berhak dalam kedudukannya sebagai
subjek pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari
orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili
oleh:
a. salah seorang ahli waris;
b. pelaksana wasiat; atau
c. pihak yang mengurus harta peninggalan.

Pasal4
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya dapat
melakukan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
berdasarkan Pemeriksaan atau penelitian.
(2) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak
dapat melakukan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/ a tau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
berdasarkan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak berdasarkan
penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai tata cara pendaftaran Wajib Pajak dan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta pengukuhan
dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(4) Penghapusan ...

SK No 046328 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

(4) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
merupakan Wajib Pajak orang pribadi Penduduk
dilakukan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/ a tau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
(5) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi Penduduk tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/ a tau objektif
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Nomor lnduk
Kependudukan dinonaktifkan sebagai Nomor Pokok Wajib
Pajak dalam administrasi perpajakan.

Bagian Kedua
Surat Pemberitahuan

Pasal 5
(1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan
Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis.
(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan:
a. Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dimulai sejak saat surat pemberitahuan Pemeriksaan
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
(4) Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b merupakan Pemeriksaan Bukti
Permulaan secara terbuka, yang dimulai sejak saat surat
pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
(5) Pernyataan tertulis dalam pembetulan Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat yang
telah disediakan dalam Surat Pemberitahuan yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan
membetulkan Surat Pemberitahuan.

(6) Dalam ...

SK No 046327 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -

(6) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar,
pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembetulan
Surat Pemberitahuan diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 6
(1) Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima:
a. Surat Ketetapan Pajak;
b. Surat Keputusan Keberatan;
c. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
d. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
e. Surat Keputusan Pembetulan;
f. Surat Keputusan Persetujuan Bersama;
g. Putusan Banding; atau
h. Putusan Peninjauan Kembali,
atas Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda
dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana diatur dalam
Pasal 8 ayat (6) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, dengan menyampaikan pernyataan
tertulis.
(2) Pernyataan tertulis dalam pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan yang menyatakan rugi fiskal
berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberi
tanda pada tempat yang telah disediakan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan yang menyatakan bahwa Wajib
Pajak yang bersangkutan membetulkan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
(3) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan dengan ketentuan:
a. paling ...

SK No 046289 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

a. paling lama 3 (tiga) bulan setelah menerima Surat


Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Persetujuan Bersama, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali; dan
b. tidak melewati batas waktu pembetulan Surat
Pemberitahuan sebagaimana diatur dalam Pasal 8
ayat (la) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dalam hal pembetulan Surat
Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar.
(4) Jangka waktu 3 (tiga) bulan untuk melakukan pembetulan
Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a dihitung sejak tanggal diterima:
a. Surat Ketetapan Pajak;
b. Surat Keputusan Keberatan;
c. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
d. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
e. Surat Keputusan Pembetulan;
f. Surat Keputusan Persetujuan Bersama;
g. Putusan Banding; atau
h. Putusan Peninjauan Kembali,
oleh Wajib Pajak.
(5) Tanggal diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
merupakan tanggal:
a. stempel pos dalam hal pengiriman melalui pos;
b. faksimili dalam hal pengiriman faksimili;
c. diterima secara langsung dalam hal pengiriman
secara langsung; atau
d. pengiriman dalam hal pengiriman secara elektronik.
(6) Apabila Wajib Pajak:
a. tidak membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a; atau
b. tidak ...

SK No 046288 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

b. tidak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan


Tahunan sebagai akibat telah terlewatinya jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
Direktur Jenderal Pajak menghitung kembali kompensasi
kerugian dalam Surat Pemberitahuan Tahunan secara
jabatan.
(7) Penghitungan kembali kompensasi kerugian sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dilakukan berdasarkan rugi fiskal
sesuai dengan:
a. Surat Ketetapan Pajak;
b. Surat Keputusan Keberatan;
c. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
d. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
e. Surat Keputusan Pembetulan;
f. Surat Keputusan Persetujuan Bersama;
g. Putusan Banding; atau
h. Putusan Peninjauan Kembali,
dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat
Keputusan Persetujuan Bersama.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembetulan
Surat Pemberitahuan Tahunan diatur dalam Peraturan
Menteri.

Bagian Ketiga
Pengungkapan Ketidakbenaran

Pasal 7
(1) Dalam hal Wajib Pajak dilakukan tindakan Pemeriksaan
Bukti Permulaan, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
dapat mengungkapkan dengan pernyataan tertulis
mengenai ketidakbenaran perbuatannya, jika:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. menyampaikan ...

SK No 046287 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya


tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar,
sebagaimana diatur dalam Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1)
huruf c dan huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, sepanjang mulainya
Penyidikan belum diberitahukan kepada penuntut umum
melalui penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(2) Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas perbuatan
sebagaimana diatur dalam Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1)
huruf c atau huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan baik yang berdiri sendiri atau
berkaitan dengan tindak pidana perpajakan sebagaimana
diatur dalam Pasal 39 ayat (1) kecuali huruf c dan huruf d
dan ayat (3), Pasal 39A, dan Pasal 43 Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Pasal 24
dan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
(3) Pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan disertai
dengan:
a. penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang terutang;
b. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang;
dan
c. Surat Setoran Pajak sebagai pembayaran sanksi
administratif berupa denda sebagaimana diatur
dalam Pasal 8 ayat (3a) Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(4) Pembayaran jumlah pajak yang terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b dan pembayaran sanksi
administratif berupa denda sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c merupakan pemulihan kerugian pada
pendapatan negara.
(5) Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran perbuatan yang
dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
terhadap Wajib Pajak tidak dilakukan Penyidikan.

(6) Dalam ...

SK No 046286 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

(6) Dalam hal setelah Wajib Pajak melakukan pengungkapan


ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) masih ditemukan data yang menyatakan lain dari
pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tersebut,
terhadap Wajib Pajak tetap dapat dilakukan Pemeriksaan
Bukti Permulaan atas Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,
dan/ a tau Tahun Pajak, untuk jenis pajak yang dilakukan
pengungkapan ketidakbenaran perbuatan.
(7) Tata cara pengungkapan ketidakbenaran perbuatan oleh
Wajib Pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 8
( 1) Dalam hal Wajib Pajak dilakukan tindakan Pemeriksaan,
Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan
tersendiri mengenai ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya sebagaimana diatur dalam
Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, sepanjang Direktur Jenderal Pajak
belum menyampaikan surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan.
(2) Laporan tersendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri
dengan:
a. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya dalam format Surat
Pemberitahuan;
b. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang
kurang dibayar apabila pengungkapan
ketidakbenaran peng1sian Surat Pemberitahuan
mengakibatkan pajak yang kurang dibayar menjadi
lebih besar; dan
c. Surat Setoran Pajak atas sanksi administratif berupa
bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (5)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan jika pengungkapan ketidakbenaran
peng1s1an Surat Pemberitahuan mengakibatkan
pajak yang kurang dibayar menjadi lebih besar.

(3) Untuk ...

SK No 046285 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

(3) Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan


ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeriksaan -tetap
dilanjutkan dan atas hasil Pemeriksaan tersebut
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dengan
mempertimbangkan laporan tersendiri serta
memperhitungkan pajak yang terutang yang telah dibayar.
(4) Dalam hal hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) membuktikan bahwa pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak ternyata tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, Surat Ketetapan Pajak
diterbitkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
(5) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat
Ketetapan Pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4).
(6) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c merupakan bukti pembayaran sanksi
administratif terkait dengan pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan diatur
dalam Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Tata Cara Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Pasal9
(1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang
terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas
negara melalui tempat pembayaran.
(2) Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana administrasi lain yang
kedudukannya disamakan dengan Surat Setoran Pajak.

(3) Ketentuan ...

SK No 046284 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

(3) Ketentuan mengenai sarana administrasi lain


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.

Bagian Kelima
Dasar Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Pasal 10
(1) Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya:
a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
b. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak;
c. Surat Keputusan Keberatan;
d. Surat Keputusan Pembetulan;
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
1. Surat Keputusan Persetujuan Bersama;
J. Putusan Banding;
k. Putusan Peninjauan Kembali; dan
1. Surat Keputusan Pemberian lmbalan Bunga,
dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika
ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang
pajak tersebut.
(2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu)
bulan sejak:
a. permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak diterima sehubungan dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

b. diterbitkannya ...

SK No 046283 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -

b. diterbitkannya:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagairnana diatur dalarn Pasal 17 ayat (2) dan
Pasal 17B Undang-Undang Ketentuan Urnurn
dan Tata Cara Perpajakan;
2. Surat Keputusan Pengernbalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak sebagairnana diatur dalarn Pasal
17C atau Pasal 17D Undang-Undang Ketentuan
Urnurn dan Tata Cara Perpajakan;
3. Surat Keputusan Keberatan;
4. Surat Keputusan Pernbetulan;
5. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Adrninistrasi;
6. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Adrninistrasi;
7. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
8. Surat Keputusan Pernbatalan Ketetapan Pajak;
9. Surat Keputusan Pernberian Irnbalan Bunga;
atau
10. Surat Keputusan Persetujuan Bersarna;
atau
c. diterirnanya:
1. Putusan Banding; atau
2. Putusan Peninjauan Kernbali,
yang rnenyebabkan kelebihan pernbayaran pajak.
(3) Apabila jangka waktu sebagairnana dirnaksud pada ayat
(2) terlewati, Wajib Pajak diberikan irnbalan bunga
sebagairnana diatur dalarn Pasal 11 ayat (3) Undang-
Undang Ketentuan Urnurn dan Tata Cara Perpajakan.

BAB III ...

SK No 046282 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -

BAB III
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Bagian Kesatu
Pembukuan

Pasal 11
(1) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi daring
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia,
yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib
Pajak selain melaksanakan kewajiban menyimpan
dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib
Pajak wajib menyimpan dokumen dan/ a tau informasi
tambahan untuk mendukung bahwa transaksi yang
dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha.
(3) Ketentuan mengenai jenis dokumen dan/ atau informasi
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata
cara pengelolaannya diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 12
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi
wajib melakukan pencatatan:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; dan
C. Wajib ...

SK No 046281 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -

c. Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi kriteria


tertentu.
(3) Pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku di Indonesia, kecuali peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan menentukan
lain.
(4) Penentuan Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c paling kurang mempertimbangkan peredaran
bruto Wajib Pajak.
(5) Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terhadap Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
(6) Ketentuan mengenai tata cara melakukan pencatatan dan
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan/ atau tata cara menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Pemeriksaan

Pasal 13
(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
(2) Dalam melakukan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak:
a. wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai
dilakukannya Pemeriksaan dengan menyampaikan
surat pemberitahuan Pemeriksaan; clan

b. dapat ...

SK No 046280 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
R.EPUBLIK INDONESIA
- 21 -

b. dapat memmJam atau meminta buku, catatan,


dokumen, data, informasi, dan keterangan lain
dengan menyampaikan surat permintaan.
(3) Berdasarkan permintaan Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, Wajib Pajak
yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku,
catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat
atau ruang yang dipandang perlu dan memberi
bantuan guna kelancaran Pemeriksaan; dan/ a tau
c. memberikan data, informasi, dan keterangan lain
yang diperlukan.
(4) Buku, catatan, dokumen, data, informasi, dan keterangan
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dipenuhi
oleh Wajib Pajak dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak permintaan disampaikan.

Pasal 14
Dalam hal Wajib Pajak badan atau orang pribadi yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang diperiksa tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (3) dan ayat (4) sehingga tidak dapat dihitung besarnya
penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak dapat
dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 15
(1) Direktur Jenderal Pajak wajib menyampaikan hasil
Pemeriksaan melalui surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
(2) Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan hak kepada
Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.

(3) Dalam ...

SK No 157840 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -

(3) Dalam hal Wajib Pajak badan atau orang pribadi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 memberikan
dokumen pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemeriksa pajak
dapat mempertimbangkan dokumen tersebut dalam
menghitung pajak terutang.
(4) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terbatas
pada:
a. dokumen yang terkait dengan penghitungan
peredaran usaha atau penghasilan bruto dalam
rangka penghitungan penghasilan neto secara
jabatan; dan
b. dokumen kredit pajak sebagai pengurang Pajak
Penghasilan.

Pasal 16
(1) Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) dituangkan dalam laporan hasil Pemeriksaan.
(2) Berdasarkan laporan hasil Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) atas Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dibuat nota penghitungan.
(3) Nota penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

Pasal 17
(1) Dalam hal pada saat dilakukan Pemeriksaan ditemukan
adanya dugaan tindak pidana di bidang perpajakan,
Pemeriksaan ditangguhkan dan ditindaklanjuti dengan
Pemeriksaan Bukti Permulaan.
(2) Pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilanjutkan jika:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan dihentikan karena:
1. tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan;
2. peristiwa bukan merupakan tindak pidana
di bidang perpajakan; atau

3. Wajib ...

SK No 157839 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -

3. Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan


Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia;
b. Penyidikan dihentikan:
1. karena tidak terdapat cukup bukti;
2. karena peristiwa bukan merupakan tindak
pidana di bidang perpajakan; atau
3. demi hukum karena terhadap perkara yang
sama tidak dapat diadili untuk kedua kalinya
(nebis in idem) atau tersangka meninggal dunia;
atau
c. terdapat putusan pengadilan atas tindak pidana di
bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap yang memutus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum dan salinan putusan
pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak.
(3) Pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihentikan jika:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan dihentikan karena
Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran
perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 8
ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dan pengungkapan ketidakbenaran
perbuatan tersebut telah sesuai dengan keadaan
sebenarnya;
b. Penyidikan dihentikan karena:
1. Wajib Pajak melakukan pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan sebagaimana diatur
dalam Pasal 44A Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan; atau
2. Wajib Pajak atau tersangka melakukan
pelunasan sebagaimana diatur dalam
Pasal 44B ayat (1) Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan;
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan atau Penyidikan
dihentikan karena telah daluwarsa sebagaimana
diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan; atau

d. terdapat ...

SK No 046357 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

d. terdapat putusan pengadilan atas tindak pidana di


bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap selain putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dan salinan putusan
pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak.
(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Pemeriksaan yang ditangguhkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan dalam
hal masih terdapat kelebihan pembayaran pajak
berdasarkan hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan atau
hasil Penyidikan.

Pasal 18
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat membatalkan Surat
Ketetapan Pajak yang diterbitkan berdasarkan
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 yang
dilaksanakan tanpa melalui prosedur:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan; dan/atau
b. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
(2) Dalam hal terdapat pembatalan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka proses
Pemeriksaan dilanjutkan dengan melaksanakan prosedur
yang belum dilaksanakan, berupa:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan; dan/ atau
b. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
(3) Dalam hal Surat Ketetapan Pajak yang dibatalkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak tertangguh, terhitung
sejak tanggal diterbitkan Surat Ketetapan Pajak yang
dibatalkan sampai dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak.
BAB IV ...

SK No 160042 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -

BAB IV
PENETAPAN DAN KETETAPAN

Pasal 19
(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan, dengan tidak menggantungkan
pada adanya Surat Ketetapan Pajak.
(2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah
jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti
jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak
yang terutang.

Pasal 20
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak setelah dilakukan tindakan
Pemeriksaan dalam hal:
a. pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam teguran secara
tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (Sa)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan;
c. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%
(nol persen);
d. kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 28 atau Pasal
29 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang;

e. terhadap ...
SK No 046355 A
jdih.kemenkeu.go.id
F'RESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -

e. terhadap Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak dan/ a tau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak secara jabatan sebagaimana diatur dalam Pasal 2
ayat (4a) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan; atau
f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau
ekspor Barang Kena Pajak dan/ a tau Jasa Kena Pajak dan
telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah
mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana diatur dalam
Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai.

Pasal 21
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan berdasarkan
hasil Pemeriksaan ulang terhadap:
a. data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang, termasuk data yang semula
belum terungkap; atau
b. keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak
sendiri sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (3)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
berdasarkan hasil Pemeriksaan ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak.

Pasal22
Jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a ditambah sanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 23 ...

SK No 046354 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -

Pasal 23
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Nihil berdasarkan hasil Pemeriksaan terhadap Surat
Pemberitahuan jika jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.

Pasal 24
(1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar berdasarkan:
a. hasil Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan
apabila terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripadajumlah pajak
yang terutang sebagaimana diatur dalam Pasal 17
ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan;
b. hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran
pajak atas permohonan Wajib Pajak apabila terdapat
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (2)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan; atau
c. hasil Pemeriksaan terhadap permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak apabila
terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang sebagaimana diatur dalam Pasal 17B
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
(2) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masih dapat diterbitkan lagi jika
terdapat data baru, termasuk data yang semula belum
terungkap, jika ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran
pajak yang telah ditetapkan.

Pasal 25
(1) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (1) huruf b, dituangkan dalam laporan hasil
penelitian.

(2) Berdasarkan ...

SK No 046353 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

(2) Berdasarkan laporan hasil penelitian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dibuat nota penghitungan.
(3) Nota penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar, dalam hal terdapat kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.

Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 diatur
dalam Peraturan Menteri.

Pasal 27
(1) Dalam hal diperoleh data dan/atau informasi yang
menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Wajib Pajak diberi atau
diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/ atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal
23, dan Pasal 24 dan/ atau Surat Tagihan Pajak.
(2) Dalam hal setelah dilakukan penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak atau pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak diperoleh data dan/ atau informasi yang
menunjukkan adanya kewajiban perpajakan yang belum
dipenuhi Wajib Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sebelum dan/ atau setelah
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atau pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal
23, dan Pasal 24 dan/ atau Surat Tagihan Pajak.
(3) Surat Ketetapan Pajak dan/ a tau Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2)
diterbitkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.

(4) Ketentuan ...

SK No 046352 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -

(4) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan Surat Ketetapan


Pajak dan/atau Surat Tagiban Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 28
(1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendabuluan Kelebiban Pajak berdasarkan:
a. basil penelitian terbadap kebenaran pembayaran
pajak atas permobonan Wajib Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 17C ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
b. basil penelitian terbadap kebenaran pembayaran
pajak atas permobonan Wajib Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 17D ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; atau
c. basil penelitian terbadap kebenaran pembayaran
pajak atas permobonan Wajib Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang Pajak
Pertambaban Nilai.
(2) Surat Keputusan Pengembalian Pendabuluan Kelebiban
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
paling lama:
a. 3 (tiga) bulan sejak permobonan diterima secara
lengkap untuk Pajak Pengbasilan; atau
b. 1 (satu) bulan sejak permobonan diterima secara
lengkap untuk Pajak Pertambaban Nilai.

Pasal29
(1) Atas permobonan Wajib Pajak, kelebiban pembayaran
pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai dikembalikan, dengan
ketentuan jika Wajib Pajak mempunyai utang pajak,
langsung diperbitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

(2) Pengembalian ...

SK No 046351 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -

(2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu)
bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf c.

Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal
17C ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dicabut penetapannya sebagai Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu dalam hal Wajib Pajak:
a. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak
berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak
dalam 1 (satu) tahun kalender;
d. menyampaikan laporan keuangan pada suatu Tahun
Pajak setelah ditetapkan sebagai Wajib Pajak kriteria
tertentu yang tidak diaudit oleh akuntan publik atau
lembaga pengawas keuangan pemerintah;
e. menyampaikan laporan keuangan pada suatu Tahun
Pajak setelah ditetapkan sebagai Wajib Pajak kriteria
tertentu yang diaudit oleh akuntan publik atau
lembaga pengawas keuangan pemerintah tetapi
memperoleh pendapat selain waJar tanpa
pengecualian; atau
f. dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara
terbuka atau Penyidikan.
(2) Tata cara pencabutan penetapan Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

BABV ...

SK No 046350 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -

BABV
KEBERATAN,PEMBETULAN,PENGURANGAN,
PENGHAPUSAN, PEMBATALAN, DAN GUGATAN

Bagian Kesatu
Keberatan

Pasal 31
(1) Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak atau pemotongan
atau pemungutan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal
25 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan harus diajukan dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal:
a. Surat Ketetapan Pajak dikirim; atau
b. pemotongan atau pemungutan pajak,
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
(2) Keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana nonalam;
c. bencana sosial;
d. diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan secara
jabatan yang mengakibatkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar atau lebih dibayar yang tertera
dalam Surat Ketetapan Pajak berubah; atau
e. keadaan lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
(3) Dalam hal terdapat penerbitan Surat Keputusan
Pembetulan secara jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d dan Wajib Pajak belum mengajukan
keberatan atas Surat Ketetapan Pajak, Wajib Pajak masih
dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak
tersebut dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal dikirim Surat Keputusan Pembetulan.

Pasal 32 ...

SK No 046349 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -

Pasal 32
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak
ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
(2) Wajib Pajak yang mengajukan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) tidak dapat mengajukan
permohonan:
a. pengurangan atau penghapusan sanksi administratif
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan;
b. pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak
yang tidak benar; atau
c. pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari hasil
Pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan; atau
2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan
Wajib Pajak.
(3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum tanggal diterima
surat pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak.
(4) Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang
telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat
mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan
Surat Ketetapan Pajak yang tidak benar.
(5) Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang
telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap dapat
mengajukan permohonan pengurangan a tau
penghapusan sanksi administratif.

(6) Tata ...


SK No 046348 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -

(6) Tata cara pencabutan pengajuan keberatan dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.

Pasal33
(1) Direktur Jenderal Pajak harus menyelesaikan keberatan
yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sebagaimana diatur dalam Pasal
26 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
(2) Jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak
tanggal surat pengajuan keberatan diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak sampai dengan tanggal Surat Keputusan
Keberatan diterbitkan.

Pasal 34
(1) Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administratif berupa denda sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan sebagaimana diatur
dalam Pasal 25 ayat (9) Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
(2) Jumlah pajak yang telah dibayar sebelum pengajuan
keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pembayaran atas jumlah yang disetujui maupun yang
tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
(3) Sanksi administratif berupa denda sebesar 30% (tiga
puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam hal keputusan
keberatan atas pengajuan keberatan Wajib Pajak
menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus
dibayar.

(4) Dalam ...

SK No 04634 7 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -

(4) Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) atau
pengajuan keberatan tidak dipertimbangkan oleh Direktur
Jenderal Pajak karena tidak memenuhi persyaratan
pengajuan keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 25
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (3a) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak
dianggap tidak mengajukan keberatan.
(5) Dalam hal Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan
keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pajak
yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan menjadi utang pajak sejak tanggal
penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

Pasal 35
(1) Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda
sebesar 60% (enam puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (5d) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dalam hal Putusan Banding:
a. menolak;
b. mengabulkan sebagian;
c. menambah pajak yang harus dibayar; atau
d. membetulkan kesalahan tulis dan/ atau kesalahan
hitung yang menambah pajak yang masih harus
dibayar.
(2) Dalam hal Putusan Banding berupa tidak dapat diterima,
pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat
Keputusan Keberatan menjadi utang pajak sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

(3) Jumlah ...

SK No 046346 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

(3) Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan


Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditambah sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Pajak yang
masih harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan
Keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat ( 1).

Pasal36
(1) Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda
sebesar 60% (enam puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (St)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dalam hal Putusan Peninjauan Kembali
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah.
(2) Atas sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diterbitkan Surat Tagihan Pajak paling lama 2
(dua) tahun sejak tanggal diterima Putusan Peninjauan
Kembali oleh Direktur Jenderal Pajak.

Bagian Kedua
Pembetulan

Pasal37
(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya,
Direktur Jenderal Pajak dapat membetulkan:
a. Surat Ketetapan Pajak;
b. Surat Tagihan Pajak;
c. Surat Keputusan Pembetulan;
d. Surat Keputusan Keberatan;
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;

g. Surat ...

SK No 046345 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -

g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;


h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
1. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak;
J. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
k. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang;
1. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
m. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
n. surat keputusan pemberian pengurangan Pajak Bumi
dan Bangunan;
o. surat keputusan pengurangan denda administrasi
Pajak Bumi dan Bangunan; atau
p. Surat Keputusan Persetujuan Bersama,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/ atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
(2) Kesalahan hitung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. kesalahan yang berasal dari penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan/ atau pembagian suatu
bilangan; atau
b. kesalahan hitung yang diakibatkan oleh adanya
penerbitan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan
Pajak, surat keputusan, atau putusan yang terkait
dengan bidang perpajakan.
(3) Dalam hal terdapat kekeliruan pengkreditan Pajak
Masukan Pajak Pertambahan Nilai pada surat keputusan
atau surat ketetapan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1), pembetulan atas kekeliruan tersebut hanya dapat
dilakukan jika terdapat perbedaan besamya Pajak
Masukan yang menjadi kredit pajak dan Pajak Masukan
tersebut tidak mengandung persengketaan antara fiskus
dan Wajib Pajak.
(4) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama
6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Ketentuan . . .
SK No 046344 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembetulan


diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Pengurangan, Penghapusan, atau Pembatalan

Pasal38
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas
permohonan Wajib Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan
yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan dalam
hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan Surat Ketetapan
Pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan
Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yang tidak benar; atau
d. membatalkan Surat Ketetapan Pajak dari hasil
Pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan; atau
2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan
Wajib Pajak.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, huruf b, dan huruf c hanya dapat diajukan oleh Wajib
Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak
1 (satu) kali.
(4) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan
a tau pembatalan Surat Ketetapan Pajak jika:
a. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat
Ketetapan Pajak; atau

b. Wajib ...

SK No 046343 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -

b. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi


keberatannya tidak dipertimbangkan oleh Direktur
Jenderal Pajak karena tidak memenuhi persyaratan.
(5) Permohonan pengurangan atau pembatalan Surat
Ketetapan Pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufb tidak dapat diajukan dalam hal Wajib
Pajak mencabut pengajuan keberatan yang telah
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3).
(6) Pada saat penyelesaian permohonan pengurangan atau
pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang tidak benar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Direktur
Jenderal Pajak dapat mempertimbangkan buku, catatan,
atau dokumen yang diberikan dalam proses penyelesaian
permohonan pengurangan atau pembatalan Surat
Ketetapan Pajak yang tidak benar tersebut.
(7) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama
6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan.
(8) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap
dikabulkan.
(9) Tata cara pengurangan, penghapusan, dan pembatalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Pasal 39
(1) Wajib Pajak yang dikenai sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan dapat mengajukan permohonan
untuk memperoleh pengurangan atau penghapusan
sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 36
ayat (1) huruf a Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.

(2) Dalam ...

SK No 046342 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana diatur pada ayat (1)


diajukan terhadap sanksi administratif berupa bunga
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (2), Pasal 8 ayat
(2a), Pasal 9 ayat (2a), Pasal 9 ayat (2b), dan Pasal 19 ayat
(1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang dikenakan melebihi jangka waktu 24
(dua puluh empat) bulan, atas permohonan tersebut dapat
diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi
administratif sehingga besarnya sanksi administratif
dikenakan untukjangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan.
(3) Direktur Jenderal Pajak secara jabatan mengurangkan
atau membatalkan Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan
sebagai akibat dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang
diajukan keberatan, Prosedur Persetujuan Bersama,
banding, peninjauan kembali, atau pengurangan atau
pembatalan Surat Ketetapan Pajak dan telah diterbitkan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Persetujuan Bersama, Putusan Banding, Putusan
Peninjauan Kembali, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak yang mengakibatkan berkurangnya
jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Bagian Keempat
Penerbitan Kembali atas Keputusan

Pasal 40
(1) Dalam hal keputusan yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan diketahui
rusak, tidak terbaca, hilang, atau tidak dapat ditemukan
lagi karena keadaan di luar kekuasaannya, Direktur
Jenderal Pajak karena jabatannya menerbitkan kembali
keputusan sebagai pengganti keputusan yang rusak, tidak
terbaca, hilang, atau tidak dapat ditemukan lagi.
(2) Keputusan yang diterbitkan kembali oleh Direktur
Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan
keputusan yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.

(3) Ketentuan ...

SK No 046341 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -

(3) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan kembali


keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kelima
Gugatan

Pasal 41
(1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
(2) Dalam hal terdapat Putusan Gugatan atas Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau
tata cara penerbitan, Direktur Jenderal Pajak setelah
menerima Putusan Gugatan tersebut menindaklanjuti
Putusan Gugatan dengan menerbitkan kembali Surat
Ketetapan Pajak sesuai dengan prosedur atau tata cara
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
(3) Dalam hal Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan kembali
sebagai akibat dari Putusan Gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terkait dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, jangka
waktu paling lama 12 (dua belas) bulan bagi Direktur
Jenderal Pajak untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
tertangguh, terhitung sejak tanggal diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak yang diajukan gugatan sampai dengan
Putusan Gugatan diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 42
(1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.

(2) Dalam ...

SK No 046340 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 41 -

(2) Dalam hal terdapat Putusan Gugatan atas Surat


Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur a tau
tata cara penerbitan, Direktur Jenderal Pajak setelah
menerima Putusan Gugatan tersebut menindaklanjuti
Putusan Gugatan dengan menerbitkan kembali Surat
Keputusan Keberatan sesuai dengan prosedur atau tata
cara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
(3) Dalam hal terdapat Putusan Gugatan atas surat dari
Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa
keberatan Wajib Pajak tidak dipertimbangkan
sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
tertangguh, terhitung sejak tanggal dikirim surat dari
Direktur Jenderal Pajak tersebut kepada Wajib Pajak
sampai dengan Putusan Gugatan Pengadilan Pajak
diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Bagian Keenam
Surat Pelaksanaan Putusan Banding,
Putusan Peninjauan Kembali, dan Putusan Gugatan

Pasal43
(1) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat pelaksanaan
Putusan Banding setelah menerima Putusan Banding.
(2) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat pelaksanaan
Putusan Peninjauan Kembali setelah menerima Putusan
Peninjauan Kembali.
(3) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat pelaksanaan
Putusan Gugatan setelah menerima Putusan Gugatan.

BAB VI ...

SK No 046339 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -

BAB VI
IMBALAN BUNGA

Pasal44
(1) Wajib Pajak diberi imbalan bunga dalam hal pengajuan
keberatan, permohonan banding, atau permohonan
penmJauan kembali, dikabulkan sebagian atau
seluruhnya sehingga menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan terhadap kelebihan pembayaran pajak paling
banyak sebesar jumlah lebih bayar yang disetujui Wajib
Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atas
Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar yang
telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak.
(3) Jumlah lebih bayar yang disetujui Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan jumlah lebih bayar
menurut Wajib Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak
pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
(4) Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Surat
Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
(5) lmbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan:
a. berdasarkan tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri berdasarkan suku bunga acuan dibagi
12 (dua belas); dan
b. paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(6) Tarif bunga per bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) yang digunakan sebagai dasar penghitungan imbalan
bunga merupakan tarif bunga per bulan yang berlaku
pada tanggal dimulainya penghitungan imbalan bunga.
(7) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
sampai dengan tanggal diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.

(8) Pelaksanaan ...

SK No 046338 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -

(8) Pelaksanaan pemberian imbalan bunga sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan:
a. dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan,
imbalan bunga diberikan jika terhadap Surat
Keputusan Keberatan tidak diajukan permohonan
banding ke Pengadilan Pajak;
b. dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan
banding, imbalan bunga diberikan jika terhadap
Putusan Banding telah diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak dari Pengadilan Pajak; atau
c. dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan
Peninjauan Kembali, imbalan bunga sebagai akibat
terbitnya Putusan Peninjauan Kembali diberikan jika
terhadap Putusan Peninjauan Kembali telah diterima
oleh Direktur Jenderal Pajak dari Mahkamah Agung.
(9) Tata cara pemberian imbalan bunga dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

BAB VII
PENAGIHAN

Pasal 45
(1) Dasar penagihan pajak berupa:
a. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Persetujuan Bersama, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak
yang masih harus dibayar bertambah; dan/atau
b. klaim pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 20A ayat
(8) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, dalam hal terdapat permintaan bantuan
penagihan pajak dari negara mitra atau yurisdiksi
mitra.
(2) Termasuk jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yaitu pajak yang seharusnya tidak dikembalikan.

(3) Dasar ...

SK No 046337 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -

(3) Dasar penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a dan ayat (2) harus dilunasi dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Pasal 46
Dalam hal dasar penagihan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf a dan ayat (2) diberikan
penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran, jangka waktu hak mendahulu selama 5 (lima)
tahun dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan atau
sejak tanggal jatuh tempo angsuran terakhir sebagaimana
diatur dalam Pasal 21 ayat (5) huruf b Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pasal 47
(1) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan dan tidak
mengajukan permohonan banding, pelunasan atas jumlah
pajak yang tidak disetujui Wajib Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan dan belum dibayar pada saat
pengajuan keberatan dilakukan paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Keberatan dengan memperhitungkan jumlah pajak
berdasarkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding,
pelunasan atas jumlah pajak yang tidak disetujui Wajib
Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan dilakukan
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding dengan memperhitungkan
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding.
(3) Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, pelunasan atas jumlah pajak yang masih
harus dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

(4) Dalam ...

SK No 0463 73 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -

(4) Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu menyetujui seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, pelunasan atas jumlah pajak yang masih
harus dibayar dilakukan paling lama 2 (dua) bulan
terhitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (3a) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pasal48
(1) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jumlah
pajak yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan bukan merupakan utang pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding,
jumlah pajak yang tidak disetujui dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan tidak termasuk sebagai utang
pajak sampai dengan diterbitkannya Putusan Banding.
(3) Atas jumlah pajak yang tidak disetujui sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak diperhitungkan
dengan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana diatur
dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (la) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) juga berlaku atas sanksi administratif
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (4) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dalam Surat Tagihan Pajak yang terkait dengan jumlah
pajak dalam Surat Ketetapan Pajak yang tidak disetujui
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Pasal 49
(1) Dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar a tau
utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) dan Pasal
4 7 diterbitkan Surat Teguran.
(2) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan setelah 7 (tujuh) hari terhitung sejak saat
jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (3) dan Pasal 47.

(3) Surat ...

SK No 0463 72 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -

(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disampaikan setelah 7 (tujuh) hari terhitung sejak saat
diterima klaim pajak dari negara mitra atau yurisdiksi
mitra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf b.
(4) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau
seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Wajib Pajak
tidak mengajukan keberatan, Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan setelah 7 (tujuh) hari
terhitung sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.
(5) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau
seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Wajib Pajak
tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan, Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan setelah 7 (tujuh) hari terhitung sejak
saat jatuh tempo pengajuan permohonan banding.
(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau
seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Wajib Pajak
mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan, Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan setelah 7 (tujuh) hari terhitung sejak
saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus
dibayar berdasarkan Putusan Banding.

Pasal 50
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
penagihan pajak atas jumlah pajak yang masih harus dibayar
diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VIII
KUASA WAJIB PAJAK DAN RAHASIA JABATAN

Bagian Kesatu
Kuasa Wajib Pajak

Pasal 51 ...

SK No 046371 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -

Pasal 51
(1) Wajib Pajak dapat menunjuk kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
(2) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. konsultan pajak;
b. pihak lain; atau
c. keluarga.
(3) Seorang kuasa yang ditunjuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mempunyai kompetensi tertentu
dalam aspek perpajakan, kecuali keluarga.
(4) Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri atas:
a. suami;
b. istri; atau
c. keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua.

Pasal 52
(1) Kuasa menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan sesuai dengan surat kuasa khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1).
(2) Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan sebagai kuasa, kuasa wajib mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
(3) Kuasa tidak dapat menjalankan hak dan kewajiban Wajib
Pajak yang dikuasakan kepadanya jika dalam
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya:
a. menghalang-halangi pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
b. dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya.

Pasal 53 ...

SK No 0463 70 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -

Pasal 53
Menteri dapat mengatur pembinaan, pengembangan, dan/ a tau
pengawasan konsultan pajak dan pihak lain yang bertindak
sebagai kuasa Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (2) huruf a dan huruf b untuk pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Bagian Kedua
Rahasia Jabatan

Pasal 54
(1) Setiap pejabat dan tenaga ahli dilarang memberitahukan
kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
jabatan atau pekerjaannya.
(2) Demi kepentingan negara, dalam rangka Penyidikan,
penuntutan, atau dalam rangka mengadakan kerja sama
dengan lembaga negara, instansi pemerintah, badan
hukum yang dibentuk melalui Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah, atau pihak lain, Menteri berwenang
memberi izin tertulis kepada pejabat dan/ atau tenaga ahli
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memberikan
keterangan dan/ atau memperlihatkan bukti tertulis dari
atau tentang Wajib Pajak kepada pihak tertentu yang
ditunjuk dalam izin tertulis Menteri tersebut.
(3) Pihak tertentu yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (2):
a. hanya dapat meminta keterangan dan/ atau bukti
tertulis mengenai keterangan dan/ atau bukti tertulis
yang tercantum dalam izin tertulis Menteri;
b. wajib merahasiakan segala keterangan dan/ atau
bukti tertulis yang diketahui atau diperoleh dari
pejabat dan/ a tau tenaga ahli; dan
c. hanya dapat memanfaatkan keterangan dan/ atau
bukti tertulis sesuai dengan tujuan diajukannya
permintaan keterangan dan/ atau bukti tertulis dari
atau tentang Wajib Pajak.

(4) Dalam ...

SK No 046369 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -

(4) Dalam hal pihak tertentu yang ditunjuk sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pihak tertentu tersebut dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Pejabat dan/ a tau tenaga ahli yang memberikan
keterangan dan/ atau memperlihatkan bukti tertulis dari
atau tentang Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan
tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan, dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2).
(6) Ketentuan mengenai tata cara pemberian izin tertulis
kepada pejabat dan/ atau tenaga ahli diatur dalam
Peraturan Menteri.

BAB IX
PENERAPAN PROSEDUR PERSETUJUAN BERSAMA

Pasal 55
(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melaksanakan
Prosedur Persetujuan Bersama untuk mencegah atau
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam
penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.
(2) Prosedur Persetujuan Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diajukan oleh:
a. Wajib Pajak dalam negeri;
b. Direktur Jenderal Pajak;
c. pejabat berwenang negara mitra atau yurisdiksi mitra
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda; atau
d. warga negara Indonesia melalui Direktur Jenderal
Pajak terkait perlakuan diskriminatif di negara mitra
atau yurisdiksi mitra Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda yang bertentangan dengan ketentuan
mengenai nondiskriminasi,
sesuai dengan ketentuan dan batas waktu sebagaimana
diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.

(3) Untuk ...

SK No 046368 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -

(3) Untuk menentukan dapat atau tidaknya dilaksanakan


Prosedur Persetujuan Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak meneliti terlebih
dahulu permintaan pelaksanaan Prosedur Persetujuan
Bersama yang diajukan oleh pihak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, huruf c, atau huruf d.

Pasal56
Terhadap pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
menghasilkan kesepakatan dalam Persetujuan Bersama,
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti Persetujuan Bersama
tersebut dengan menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan
Bersama dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak telah:
a. menerima pemberitahuan tertulis dari pejabat berwenang
mitra Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda bahwa
Persetujuan Bersama dapat dilaksanakan; dan
b. menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pejabat
berwenang mitra Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda bahwa Persetujuan Bersama dapat
dilaksanakan.

Pasa157
(1) Dalam hal pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat ( 1):
a. menghasilkan Persetujuan Bersama sebelum Surat
Keputusan Keberatan diterbitkan; dan
b. Persetujuan Bersama memuat kesepakatan untuk
materi yang disengketakan,
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tersebut dengan menerbitkan
Surat Keputusan Persetujuan Bersama setelah
diterimanya penyesuaian atau pencabutan keberatan dari
Wajib Pajak.
(2) Dalam hal pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1):
a. menghasilkan Persetujuan Bersama sebelum Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atau Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak diterbitkan;
dan
b. Persetujuan ...

SK No 046367 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -

b. Persetujuan Bersama memuat kesepakatan untuk


materi yang disengketakan,
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tersebut dengan menerbitkan
Surat Keputusan Persetujuan Bersama setelah
diterimanya pencabutan permohonan pengurangan atau
pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Wajib Pajak.
(3) Dalam hal pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1):
a. menghasilkan Persetujuan Bersama sebelum
Putusan Banding diucapkan; dan
b. Persetujuan Bersama memuat kesepakatan untuk
materi yang disengketakan,
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tersebut dengan menerbitkan
Surat Keputusan Persetujuan Bersama setelah
diterimanya pemberitahuan penyesuaian atau pencabutan
permohonan banding dari Wajib Pajak kepada Pengadilan
Pajak.
(4) Dalam hal pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1):
a. menghasilkan Persetujuan Bersama sebelum Putusan
Peninjauan Kembali diterbitkan; dan
b. Persetujuan Bersama memuat kesepakatan untuk
materi yang disengketakan,
Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tersebut dengan menerbitkan
Surat Keputusan Persetujuan Bersama setelah
diterimanya pemberitahuan penyesuaian atau pencabutan
permohonan peninjauan kembali dari Wajib Pajak kepada
Mahkamah Agung.
(5) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan gugatan terhadap:
a. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
b. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; atau

c. Penerbitan ...

SK No 046366 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 -

c. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat


Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak
sesuai prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan,

yang terkait dengan Prosedur Persetujuan Bersama,


Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama dengan menerbitkan Surat
Keputusan Persetujuan Bersama setelah diterimanya
pemberitahuan pencabutan gugatan dari Wajib Pajak
kepada Pengadilan Pajak.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),


ayat (3), ayat (4), atau ayat (5) dapat diterapkan dalam hal
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 telah
terpenuhi.

Pasal58

(1) Dalam hal Surat Keputusan Persetujuan Bersama


mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan
pembayaran tersebut dikembalikan kepada Wajib Pajak
dengan ketentuan jika Wajib Pajak mempunyai utang
pajak, kelebihan pembayaran dimaksud langsung
diperhitungkan untuk melunasi utang pajak terlebih
dahulu.

(2) Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat


diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan
kepada Wajib Pajak tanpa diberikan imbalan bunga.

(3) Dalam hal pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama


tidak ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Keputusan
Persetujuan Bersama, berlaku Surat Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.

BABX ...

SK No 046365 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -

BABX
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN DAN PENYIDIKAN

Pasal 59
(1) Berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan,
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana diatur dalam
Pasal 43A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
(2) Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Penyidik yang menerima
·surat perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan.
(3) Pemeriksaan Bukti Permulaan memiliki tujuan dan
kedudukan yang sama dengan penyelidikan sebagaimana
diatur dalam undang-undang mengenai hukum acara
pidana.
(4) Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara tertutup atau secara
terbuka.
(5) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dilakukan
tanpa pemberitahuan kepada Wajib Pajak.
(6) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilakukan
dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Wajib Pajak.
(7) Dalam melaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan,
Penyidik selaku Pemeriksa Bukti Permulaan berwenang:
a. meminjam dan memeriksa buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;
b. mengakses dan/ atau mengunduh data, informasi,
dan bukti yang dikelola secara elektronik;
c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang
bergerak dan/ atau tidak bergerak yang diduga atau
patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang,
dan/ a tau barang yang dapat memberi petunjuk
tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;

d. melakukan ...
SK No 046364 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -

d. melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu


serta barang bergerak dan/ atau barang tidak
bergerak;
e. meminta keterangan dan/ a tau bukti yang diperlukan
dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan
Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan melalui Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
f. meminta keterangan kepada pihak yang berkaitan,
dan dituangkan dalam berita acara permintaan
keterangan; dan
g. melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam
rangka Pemeriksaan Bukti Permulaan.
(8) Pemeriksaan Bukti Permulaan ditindaklanjuti dengan:
a. Penyidikan dalam hal ditemukan bukti permulaan
tindak pidana di bidang perpajakan dan Wajib Pajak:
1. tidak mengungkapkan ketidakbenaran
perbuatannya sebagaimana diatur dalam Pasal 8
ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan; atau
2. mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (3)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan namun tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenamya;
b. penghentian Pemeriksaan Bukti Permulaan dalam
hal:
1. tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan;
2. peristiwa bukan merupakan tindak pidana di
bidang perpajakan;
3. Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia;
4. Wajib Pajak telah mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana
diatur dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan
pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
tersebut telah sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya; atau

5. daluwarsa ...

SK No 046363 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -

5. daluwarsa sebagaimana diatur dalam Pasal 40


Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
(9) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf d dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 60
(1) Penyidik melakukan Penyidikan sebagaimana diatur
dalam Pasal 44 Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan dalam hal terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan dan diperoleh bukti permulaan.
(2) Bukti permulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berasal dari kegiatan:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan;
b. penanganan tindak pidana yang diketahui seketika;
atau
c. pengembangan Penyidikan.
(3) Dalam melakukan Penyidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Penyidik berwenang memanggil saksi a tau
tersangka untuk diperiksa berdasarkan surat panggilan
yang sah.
(4) Saksi atau tersangka sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wajib memenuhi panggilan berdasarkan surat panggilan
yang sah.
(5) Pemanggilan saksi atau tersangka sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan mengenai hukum acara pidana.

Pasal 61
(1) Penetapan tersangka tindak pidana di bidang perpajakan
dapat dilakukan tanpa didahului pemeriksaan sebagai
saksi apabila yang bersangkutan telah dipanggil 2 (dua)
kali secara sah dan tidak hadir tanpa memberikan alasan
yang patut dan wajar.
(2) Penetapan sebagai tersangka sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada 2 (dua) alat bukti yang sah.

(3) Pemeriksaan ...

SK No 046362 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBUK INDONESIA

- 56 -

(3) Pemeriksaan tersangka tindak pidana di bidang


perpajakan tidak dilakukan apabila yang bersangkutan
telah dipanggil 2 (dua) kali secara sah dan tidak hadir
tanpa memberikan alasan yang patut dan wajar.
(4) Dalam hal tersangka tidak memenuhi panggilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban sebagai tersangka tidak dapat
dilakukan oleh kuasa atau penasihat hukum.
(5) Dalam hal tersangka tidak memenuhi panggilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyidik melakukan
tindakan berupa:
a. mengumumkan pemanggilan tersebut pada media
berskala nasional dan/ atau internasional;
b. mengusulkan tersangka masuk dalam daftar
pencarian orang; dan
c. meminta bantuan kepada pihak yang berwenang
untuk dicatat dalam red notice.
(6) Dalam hal hasil Penyidikan dinyatakan sudah lengkap
oleh penuntut umum, penyerahan tanggung jawab
tersangka dan barang bukti dari Penyidik kepada
penuntut umum dapat dilakukan tanpa kehadiran
tersangka apabila:
a. tersangka telah dipanggil secara sah dan tidak hadir
tanpa memberikan alasan yang patut dan wajar; dan
b. Penyidik telah melakukan tindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5).
(7) Dalam melaksanakan kewenangan Penyidikan
sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak hukum
lain, berupa:
a. bantuan teknis;
b. bantuan taktis;
c. bantuan upaya paksa; dan/ atau
d. bantuan konsultasi dalam rangka Penyidikan.
(8) Aparat penegak hukum lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) harus memberikan bantuan sesuai dengan
permintaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 62 ...

SK No 046480 A
jdih.kemenkeu.go.id
•••
t ---..:
.

PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -

Pasal62
(1) Dalam pelaksanaan Penyidikan, Menteri berwenang
menerbitkan keputusan pencegahan.
(2) Keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup keputusan pencegahan, perpanjangan masa
pencegahan, dan pencabutan pencegahan.
(3) Menteri dapat melimpahkan kewenangan penerbitan
keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Direktur Jenderal Pajak untuk dan atas
nama Menteri.

Pasal63
(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan
Menteri, Jaksa Agung dapat menghentikan Penyidikan
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat permintaan.
(2) Permintaan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dilakukan setelah Wajib Pajak atau tersangka
melunasi:
a. kerugian pada pendapatan negara sebagaimana
diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan ditambah dengan
sanksi administratif berupa denda sebesar 1 (satu)
kali jumlah kerugian pada pendapatan negara;
b. kerugian pada pendapatan negara sebagaimana
diatur dalam Pasal 39 Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan ditambah dengan
sanksi administratif berupa denda sebesar 3 (tiga)
kali jumlah kerugian pada pendapatan negara; atau
c. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/ atau bukti
setoran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 39A
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ditambah dengan sanksi administratif
berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak
dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/ atau bukti setoran pajak.

(3) Penerapan ...

SK No 046360 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -

(3) Penerapan sanksi administratif berupa denda


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur sebagai
berikut:
a. dalam hal Wajib Pajak atau tersangka diancam secara
alternatiflebih dari 1 (satu) sanksi pidana, diterapkan
sanksi administratif yang paling tinggi; a tau
b. dalam hal Wajib Pajak atau tersangka diancam secara
kumulatif lebih dari 1 (satu) sanksi pidana,
diterapkan sanksi administratif secara kumulatif.
(4) Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan pemulihan kerugian pada pendapatan negara.
(5) Kerugian pada pendapatan negara dan/ a tau jumlah pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sesuai
dengan ketentuan Pasal 44B ayat (2) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(6) Dalam mengajukan permintaan penghentian Penyidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat
melimpahkan kewenangan permintaan penghentian
Penyidikan kepada pejabat yang ditunjuk.
(7) Berdasarkan permintaan penghentian Penyidikan dari
Menteri atau pejabat yang ditunjuk, Jaksa Agung dapat
melimpahkan kewenangan penghentian Penyidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat yang
ditunjuk.

Pasal64
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 62 diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal65
(1) Dalam hal perkara pidana telah dilimpahkan
ke pengadilan, terdakwa tetap dapat melunasi kerugian
pada pendapatan negara dan/ a tau jumlah pajak beserta
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (2) dan ayat (3).
(2) Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjadi pertimbangan:

a. penuntutan ...

SK No 046359 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -

a. penuntutan tanpa disertai penjatuhan pidana


penjara; dan

b. pelunasan kerugian pada pendapatan negara


dan/atau jumlah pajak beserta sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) dan
ayat (3) diperhitungkan sebagai pembayaran kerugian
pada pendapatan negara atau pidana denda yang
dibebankan kepada terdakwa.

(3) Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


setelah menerima informasi kerugian pada pendapatan
negara dan/atau jumlah pajak beserta sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(2) dan ayat (3) dari Direktur Jenderal Pajak.

(4) Kerugian pada pendapatan negara dan/ atau jumlah pajak


beserta sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sesuai dengan ketentuan Pasal 44B ayat (2a)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

(5) Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak,


tersangka, atau terdakwa pada tahap Penyidikan sampai
dengan persidangan belum memenuhi jumlah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) dan ayat
(3), atas pembayaran tersebut dapat diperhitungkan
sebagai pembayaran pidana denda.

(6) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau


ayat (5) diperhitungkan sebagai pembayaran kerugian
pada pendapatan negara atau pidana denda dalam hal
terdakwa terlebih dahulu:

a. mengajukan permohonan surat keterangan


pembayaran kepada Direktur Jenderal Pajak; dan

b. menyampaikan surat keterangan pembayaran yang


diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada
penuntut umum.

BAB XI ...

SK No 046358 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -

BAB XI
PELAKSANMN HAK DAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN SECARA ELEKTRONIK

Pasal 66
(1) Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara elektronik
dan menggunakan tanda tangan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
informasi dan transaksi elektronik.
(2) Tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi tanda tangan elektronik tersertifikasi dan
tanda tangan elektronik tidak tersertifikasi.
(3) Dalam hal pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan tanda tangan elektronik yang tersertifikasi,
Wajib Pajak diberikan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai informasi dan transaksi elektronik.
(4) Penyelenggara sertifikasi elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditunjuk oleh Menteri dari daftar
penyelenggara sertifikasi elektronik Indonesia yang sudah
diakui oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika.
(5) Menteri dapat melakukan kerja sama dengan instansi
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain untuk
menyediakan fasilitas pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara elektronik dan penggunaan
tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melalui sistem administrasi yang terintegrasi dengan
sistem di Direktorat Jenderal Pajak.
(6) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan secara elektronik
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 67 ...

SK No 046395 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -

Pasal 67

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan keputusan


dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-
undangan di bidang perpajakan dalam bentuk elektronik.

(2) Dalam hal penerbitan keputusan diproses melalui sistem


Direktorat Jenderal Pajak atau sistem yang terintegrasi
dengan sistem Direktorat Jenderal Pajak serta seluruh
persyaratan dalam sistem elektronik telah terpenuhi,
sistem dapat menerbitkan keputusan sebagai keputusan
Direktorat Jenderal Pajak atau pejabat Direktorat Jenderal
Pajak yang berwenang dalam bentuk elektronik.

(3) Keputusan dalam bentuk elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan tanda
tangan elektronik tersertifikasi dan/ a tau segel elektronik
tersertifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan berkekuatan hukum sama
dengan keputusan yang tertulis.

(4) Tanggal dikirim atau tanggal diterima terkait dengan


pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan
yang dilakukan secara elektronik merupakan tanggal
pengiriman secara elektronik dalam sistem administrasi
Direktorat Jenderal Pajak atau sistem administrasi yang
terintegrasi dengan sistem administrasi Direktorat
Jenderal Pajak.

(5) Tanggal pengiriman atau tanggal penerimaan yang


dilakukan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi
elektronik.

(6) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan dan pengiriman


keputusan dalam bentuk elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.

BAB XII ...

SK No 046394 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -

BAB XII
INTEGRASI BASIS DATA KEPENDUDUKAN DENGAN
BASIS DATA PERPAJAKAN

Pasal68

(1) Orang pribadi yang merupakan Penduduk serta telah


memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagai
Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak menggunakan Nomor
Induk Kependudukan.

(2) Nomor lnduk Kependudukan sebagaimana dimaksud


pada ayat ( 1) menggunakan Data Kependudukan yang
diadministrasikan pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


dalam negeri memberikan Data Kependudukan dan Data
Balikan dari Pengguna pada basis Data Kependudukan
kepada Menteri untuk diintegrasikan dengan basis data
perpajakan.

(4) Pemberian Data Kependudukan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) berupa pemberian hak akses Data
Kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Pemberian Data Balikan dari Pengguna sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.

(6) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


dalam negeri melalui Direktur Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil memberikan hak akses Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
Data Balikan dari Pengguna sebagaimana dimaksud pada
ayat (5).

(7) Menteri ...

SK No 046496 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 63 -

(7) Menteri mendelegasikan kepada Direktur Jenderal Pajak


untuk menerima dan meminta Data Kependudukan dan
Data Balikan dari Pengguna sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).

BAB XIII
PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PAJAK KARBON

Pasal 69

(1) Orang pribadi atau badan yang memenuhi persyaratan


objektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan dan
persyaratan subjektif sebagaimana diatur dalam Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan, atau pemungut Pajak Karbon termasuk
dalam pengertian Wajib Pajak.

(2) Pajak Karbon dilunasi dengan cara:

a. dibayar sendiri oleh Wajib Pajak; atau

b. dipungut oleh pemungut Pajak Karbon.

(3) Wajib Pajak yang melakukan aktivitas yang menghasilkan


emisi karbon wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau
pembayaran Pajak Karbon.

(4) Wajib Pajak pemungut Pajak Karbon sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa untuk melaporkan penghitungan
dan/ atau pembayaran Pajak Karbon.

(5) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) wajib mengisi Surat Pemberitahuan sesuai ketentuan
dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.

(6) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah:

a. Surat ...

SK No 046392 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -

a. Surat Pemberitahuan Tahunan paling lama 4 (empat)


bulan setelah akhir tahun kalender; atau
b. Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.
(7) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
dikenai sanksi administratif dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. sebesar sanksi administratif keterlambatan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak badan untuk Surat
Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3); atau
b. sebesar sanksi administratif keterlambatan
penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai untuk Surat Pemberitahuan Masa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(8) Wajib Pajak yang melakukan aktivitas yang menghasilkan
emisi karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
kriteria tertentu, dikecualikan dari kewajiban melaporkan
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5).
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan pemungut
Pajak Karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 70

(1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat


(3) dan ayat (4), wajib menyelenggarakan pencatatan atas
aktivitas yang menghasilkan emisi karbon dan/ atau
penjualan barang yang mengandung karbon, yang
digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya
Pajak Karbon yang terutang.

(2) Pencatatan ...

SK No 046391 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -

(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


bersumber dari catatan, dokumen, dan/ atau data.
(3) Catatan, dokumen, dan/ atau data sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), wajib dikelola atau disimpan
sesuai ketentuan dalam Pasal 11 ayat (1) atau ayat (2).
(4) Apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), Wajib
Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 71
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. terhadap Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan sejak
tanggal 29 Oktober 2021 yang memuat sanksi
administratif berupa bunga sebagaimana diatur dalam
Pasal 13 ayat (3b) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan berlaku ketentuan dalam hal
penghitungan sanksi administratifnya dimulai:
a. sebelum tanggal 29 Oktober 2021, pengenaan sanksi
administratifnya dihitung menggunakan tarif bunga
sesuai dengan Keputusan Menteri mengenai
penghitungan tarif bunga sebagai dasar penghitungan
sanksi administratif berupa bunga dan pemberian
imbalan bunga yang berlaku sejak tanggal 29 Oktober
2021 sampai dengan 31 Oktober 2021; atau
b. sejak tanggal 29 Oktober 2021, pengenaan sanksi
administratifnya dihitung menggunakan tarif bunga
sesuai dengan Keputusan Menteri mengenai
penghitungan tarif bunga sebagai dasar penghitungan
sanksi administratif berupa bunga dan pemberian
imbalan bunga yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi;

2. terhadap ...

SK No 046390 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -

2. terhadap Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan sejak


tanggal 29 Oktober 2021 yang memuat sanksi
administratif berupa kenaikan sebagaimana diatur dalam
Pasal 13 ayat (3) huruf c dan huruf d Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengenaan
sanksi administratifnya sesuai dengan Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
3. terhadap jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
yang timbul sejak tanggal 29 Oktober 2021 sebagai akibat
tidak dilunasinya jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar dalam surat keputusan persetujuan untuk
mengangsur a tau menunda pembayaran pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (4) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf i
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan;
4. terhadap:
a. Surat Keputusan Keberatan yang menolak,
mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak,
atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih
harus dibayar;
b. Putusan Banding yang menolak, mengabulkan
sebagian permohonan Wajib Pajak, atau menambah
pajak yang harus dibayar; dan
c. Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
yang diterbitkan sejak tanggal 29 Oktober 2021,
pengenaan sanksi administratifnya sesuai dengan
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan;
5. terhadap permintaan penghentian Penyidikan yang
diajukan oleh Wajib Pajak kepada Menteri sebagaimana
diatur dalam Pasal 44B Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang permintaan
informasi kerugian pada pendapatan negaranya
disampaikan sebelum tanggal 29 Oktober 2021 dan belum
diterbitkan keputusan penghentian Penyidikan oleh Jaksa
Agung:
a. terkait ...

SK No 046389 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -

a. terkait tindak pidana sebagaimana diatur dalam


Pasal 38 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pengenaan sanksi administratifnya
sesuai Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan;
b. terkait tindak pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pengenaan sanksi administratifnya
sesuai Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan; dan
c. terkait tindak pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 39A Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, pengenaan sanksi
administratifnya sesuai Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja;
6. Prosedur Persetujuan Bersama yang dilaksanakan sampai
dengan tanggal 31 Desember 2022, ditindaklanjuti sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan;
7. Keputusan yang diterbitkan dalam bentuk elektronik
tanpa diberikan segel elektronik tersertifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 sebelum tersedia
segel elektronik tersertifikasi dalam sistem Direktorat
Jenderal Pajak tetap berlaku dan diakui keabsahannya,
sepanjang dapat dibuktikan bersumber dari sistem
elektronik perpajakan; dan
8. Penunjukan kuasa Wajib Pajak yang dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan masih tetap berlaku sampai dengan
diberlakukannya peraturan pelaksanaan berdasarkan
ketentuan Pasal 44E ayat (2) huruf e Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

BAB XV ...

SK No 046388 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72
Ketentuan penerbitan keputusan dalam bentuk elektronik
yang diberikan tanda tangan elektronik tersertifikasi dan/ a tau
segel elektronik tersertifikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 67 harus sudah diterapkan paling lama 5 (lima) tahun
sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku.

Pasal 73
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan Peraturan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5268) dinyatakan masih tetap berlaku, sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
lnl.

Pasal 74
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, terhadap:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 7 4 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268); dan
b. Pasal 6 dan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
2021 tentang Perlakuan Perpajakan untuk Mendukung
Kemudahan Berusaha (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6621),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 75
Peraturan Pemerintah m1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar ...

SK No 046387 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Pemerintah m1 dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2022

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2022

MENTER! SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PRATIKNO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 226

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
__,,.-::;::.==~EPUBLIK INDONESIA

--
~M~~~ Perundang-undangan dan
~~~~pistrasi Hukum, .

c--
0 :
~
1 C>
~,';;j:__~~~~;f,~'? Sil,anna Djaman

SK No 046498 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2022

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

I. UMUM
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang
berkelanjutan dan mendukung percepatan pemulihan perekonomian, telah
diundangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan. Dengan telah diundangkannya Undang-Undang
tersebut, perlu dilakukan penyelarasan terhadap ketentuan di bidang
perpajakan yang terdampak termasuk ketentuan di bidang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 7 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan.
Penyelarasan ketentuan tersebut dilakukan dengan melakukan
penggantian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan untuk lebih memberikan kepastian hukum,
kemudahan, kejelasan bagi masyarakat dalam memahami ketentuan
mengenai perpajakan serta guna mendukung simplifikasi regulasi.
Kemudahan administrasi perpajakan tersebut antara lain pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakan secara elektronik, pengintegrasian
basis data kependudukan dengan basis data perpajakan, dan pelaksanaan
hak dan pemenuhan kewajiban Pajak Karbon.
Pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini secara umum bertujuan
untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar
kepada Wajib Pajak dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakannya dan Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, dalam
memberikan pelayanan, penyuluhan, pembinaan, dan melakukan
pengawasan serta penegakan hukum perpajakan sesuai dinamika
kebutuhan masyarakat dan perkembangan hukum.

Oleh ...

SK No 046487 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
-2-

Oleh karena itu, dengan mendasarkan pada pertimbangan di atas dan


dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 44E ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan perlu
menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "persyaratan subjektif' adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek
pajak.
Yang dimaksud dengan "persyaratan objektif' adalah persyaratan
bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
a tau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/ pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penduduk yang telah memiliki Nomor Induk Kependudukan tidak
serta merta terdaftar sebagai Wajib Pajak sebelum melakukan
aktivasi Nomor lnduk Kependudukan.
Ayat (4)
Contoh:
Ibu Delima yang belum mendaftarkan diri dengan melakukan
aktivasi Nomor Induk Kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib
Pajak menikah dengan Bapak Adi yang telah mendaftarkan diri
dengan melakukan aktivasi Nomor Induk Kependudukan sebagai
Nomor Pokok Wajib Pajak. Dalam hal lbu Delima melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan
kewajiban perpajakan suami, Ibu Delima harus mendaftarkan diri
dengan melakukan aktivasi Nomor Induk Kependudukannya
sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak.

Ayat (5) ...

SK No 046384 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -

Ayat (5)
Contoh:
lbu Brigita yang telah mendaftarkan diri dengan melakukan
aktivasi Nomor Induk Kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib
Pajak menikah dengan Bapak Erik yang telah mendaftarkan diri
dengan melakukan aktivasi Nomor Induk Kependudukan sebagai
Nomor Pokok Wajib Pajak. Dalam hal lbu Brigita melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan
kewajiban perpajakan suami, maka Ibu Brigita tidak perlu lagi
mendaftarkan diri dengan melakukan aktivasi Nomor Induk
Kependudukannya sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ayat (6)
Pada prinsipnya sistem administrasi perpajakan di Indonesia
menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis,
sehingga dalam satu keluarga hanya terdapat satu Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Dengan demikian, terhadap wanita kawin yang tidak dikenai
pajak secara terpisah, pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami sebagai kepala
keluarga dengan menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami.
Dalam hal wanita kawin telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
dengan mengaktifkan Nomor Induk Kependudukan sebagai
Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum kawin, wanita kawin tersebut
harus mengajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak agar Nomor Induk Kependudukan dinonaktifkan
sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak dengan alasan bahwa
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya
digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan suaminya.
Tidak termasuk dalam pengertian hidup terpisah adalah suami
istri yang hidup terpisah antara lain karena tugas, pekerjaan,
atau usaha.
Contoh:
Sepasang suami istri berdomisili di Kota Malang. Suami bekerja
dan bertempat tinggal di Jakarta, sedangkan istri bertempat
tinggal di Malang. Dengan demikian suami istri tersebut tidak
termasuk pengertian hidup terpisah sebagaimana dimaksud pada
ayat ini.

Pasal 3 ...

SK No 046383 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh 1:
Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak
meninggalkan warisan.
Contoh 2:
Wajib pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib
Pajak.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Contoh:
PT Sukses telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2022 yang menyatakan:

Penghasilan . . .

SK No 046382 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESJA

-5 -

Penghasilan Netto Rp300.000.000,00


Kompensasi kerugian berda sarkan
Surat Pemberitahuan Ta hunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak
2021 Rp200.000.000.00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rpl00.000.000,00
Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2021 dilakukan Pemeriksaan dan pada tanggal 11
Oktober 2023 diterbitkan surat ketetapan pajak yang
menyatakan rugi fiskal menjadi sebesar RplS0.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut, apabila terhadap
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
2022 belum dilakukan Pemeriksaan, Wajib Pajak membetulkan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
2022 sehingga penghitungan Penghasilan Kena Pajak Tahun
Pajak 2022 menjadi sebagai berikut:
Penghasilan Netto Rp300. 000. 000, 00
Rugi menurut Surat Ketetapan
Pajak Tahun Pajak 2021 RplS0.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak RplS0.000.000,00
Demikian halnya apabila hasil Pemeriksaan Tahun Pajak 2021
rugi fiskal untuk Surat Ketetapan Pajak misalnya menjadi sebesar
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah), Wajib
Pajak juga membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2022 dengan cara yang sama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Contoh penghitungan jangka waktu 3 (tiga) bulan dalam
ketentuan ini adalah sebagai berikut:

a. apabila ...

SK No 046381 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
-6 -

a. apabila Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak, Surat


Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Persetujuan Bersama, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali pada tanggal 21 September 2022 maka
pembetulan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan harus
dilakukan paling lambat tanggal 20 Desember 2022.
b. apabila Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Persetujuan Bersama, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali pada tanggal 30 November 2022 maka
pembetulan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan harus
dilakukan paling lambat tanggal 28 Februari 2023.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Contoh 1:
PT Makmur telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2022 yang menyatakan:
Penghasilan Netto Rp300.000.000,00
Kompensasi kerugian
berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2021 Rp200.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 100. 000. 000,00
Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2021 dilakukan Pemeriksaan dan pada tanggal 12
Oktober 2023 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak yang
menyatakan rugi fiskal sebesar Rpl 75.000.000,00 (seratus tujuh
puluh lima juta rupiah).
Dalam hal sampai dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan, Wajib
Pajak tidak membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2022, Direktur Jenderal Pajak pada
saat melakukan Pemeriksaan memperhitungkan rugi fiskal
tersebut dalam Surat Ketetapan Pajak tahun pajak 2022.
Demikian ...

SK No 046380 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -

Demikian juga, apabila terhadap Surat Ketetapan Pajak Tahun


Pajak 2022 sedang dalam proses penyelesaian keberatan, maka
rugi fiskal Tahun Pajak 2021 langsung diperhitungkan dalam
Surat Keputusan Keberatan. Ketentuan ini juga berlaku dalam
hal Surat Ketetapan Pajak dalam proses penyelesaian
pembetulan, pengurangan, atau pembatalan Surat Ketetapan
Pajak.
Dalam hal Surat Keputusan Keberatan untuk tahun pajak 2022
sedang dalam proses banding di badan peradilan pajak, maka rugi
fiskal Tahun Pajak 2021 disampaikan ke badan peradilan pajak
untuk diperhitungkan dalam Putusan Banding.
Contoh 2:
PT Jaya telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2022 yang menyatakan:
Penghasilan Neto Rp300.000.000,00
Kompensasi kerugian
berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2021 Rp200.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rpl00.000.000,00
Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2022 telah dilakukan Pemeriksaan dan telah
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak. Atas surat ketetapan pajak
tersebut telah diajukan upaya hukum dan telah diterbitkan
putusan oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, dengan kompensasi kerugian dari Tahun Pajak 2021 tetap
sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) karena sampai
dengan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali
terbit, atas Tahun Pajak 2021 belum terbit Surat Ketetapan Pajak.
Setelah terbitnya putusan pengadilan terkait dengan Tahun Pajak
2022 tersebut, pada tahun 2025 diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak yang menyatakan bahwa rugi fiskal Tahun Pajak 2021 dari
sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) menjadi
sebesar Rp230.000.000,00 (dua ratus tiga puluh juta rupiah).
Perlakuan terhadap rugi fiskal berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak Tahun Pajak 2021 yang belum dikompensasikan sebesar
Rp30. 000. 000,00 (Rp230.000. 000 ,00-Rp200. 000. 000, 00) dapat
dikompensasikan pada Tahun Pajak 2023 mengingat
berdasarkan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan
rugi fiskal dapat dikompensasikan selama 5 (lima) tahun.

Ayat (7) ...

SK No 0463 79 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -

Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan tindakan
penegakan hukum, Wajib Pajak tetap memiliki kesempatan untuk
secara sukarela mengungkapkan sendiri ketidakbenaran
perbuatannya.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan perbuatan, yaitu:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar,
yang dilakukan karena kealpaan atau dengan sengaja, Direktur
Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan sebelum melakukan Penyidikan.
Meskipun Wajib Pajak telah melakukan perbuatan sebagaimana
tersebut di atas dan terhadap Wajib Pajak sedang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan atau Pemeriksaan Bukti
Permulaan telah ditindaklanjuti untuk dilakukan Penyidikan,
Wajib Pajak tetap memiliki kesempatan untuk mengungkapkan
sendiri kesalahannya dan terhadap Wajib Pajak tidak akan
dilakukan Penyidikan, sepanjang surat pemberitahuan
dimulainya Penyidikan belum diberitahukan kepada penuntut
umum melalui penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Yang dimaksud dengan "mulai dilakukan Penyidikan" adalah saat
surat pemberitahuan dimulainya Penyidikan diberitahukan
kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, dalam hal
pemberitahuan dimulainya Penyidikan telah dilakukan,
kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan
sudah tertutup bagi Wajib Pajak.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4) ...

SK No 0463 78 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "sarana administrasi lain" antara lain
bukti pembayaran secara elektronik atau bukti pembayaran
melalui anjungan tunai mandiri.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "hubungan istimewa" adalah hubungan
istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-
Undang Pajak Penghasilan dan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai.

Dokumen ...

SK No 0463 77 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

Dokumen dan/ atau informasi tambahan bagi Wajib Pajak yang


melakukan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa antara lain dokumen penentuan harga transfer dan
lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tindak pidana di bidang perpajakan"
adalah perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Pajak Bumi dan
Bangunan, Undang-Undang Bea Meterai, Undang-Undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dan Undang-Undang Akses
Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 18 ...

SK No 046376 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 11 -

Pasal 18
Ayat (1)
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah
dilaksanakan apabila temuan Pemeriksaan telah dibahas sesuai
dengan ketentuan yang mengatur mengena1 tata cara
Pemeriksaan.
Ayat (2)
Untuk memberikan pedoman dalam membatalkan Surat
Ketetapan Pajak dari hasil Pemeriksaan, perlu ditegaskan bahwa
pembatalan tersebut tidak membatalkan seluruh kegiatan
Pemeriksaan yang pernah dilaksanakan. Oleh karena itu, agar
Surat Ketetapan Pajak dari hasil Pemeriksaan merupakan suatu
produk hukum yang diterbitkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, Direktur
Jenderal Pajak melanjutkan Pemeriksaan yang telah dibatalkan
dengan melaksanakan prosedur Pemeriksaan yang belum
dilakukan berupa:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil Pemeriksaan;
dan/atau
b. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
Ayat (3)
Contoh:
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Tahun Pajak 2021 yang menyatakan lebih bayar dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada
tanggal 1 April 2022. Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan
tersebut Direktur Jenderal Pajak melakukan Pemeriksaan. Pada
tanggal 30 November 2022 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar tanpa adanya Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan. Atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar tersebut Wajib Pajak mengajukan permohonan pembatalan
Surat Ketetapan Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat
(1) huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang keputusannya terbit tanggal 10 Mei 2023.
Berdasarkan surat keputusan tersebut Direktur Jenderal Pajak
melanjutkan proses Pemeriksaan dengan melaksanakan prosedur
yang belum dilaksanakan. Jangka waktu melanjutkan proses
Pemeriksaan dihitung dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan
permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 17B ayat (1)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dikurangi 8 (delapan) bulan yaitu jangka waktu permohonan

Surat ...
SK No 046375 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan sampai dengan


tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak sehingga jangka
waktu penerbitan kembali Surat Ketetapan Pajak paling lama 4
(empat) bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak.

Pasal 19
Ayat (1)
Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak
yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi
perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:
a. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong
oleh pihak ketiga;
b. pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong
oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas
kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah; atau
c. pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan.
Jumlah pajak yang terutang yang telah dipotong, dipungut, atau
pun yang harus dibayar oleh Wajib Pajak setelah tiba saat atau
masa pelunasan pembayaran sebagaimana diatur dalam Pasal 9
dan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, oleh Wajib Pajak harus disetorkan ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Direktur Jenderal Pajak tidak berkewajiban untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas semua Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak. Penerbitan suatu
Surat Ketetapan Pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak tertentu
yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat
Pemberitahuan atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak
dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Ayat (2)
Ketentuan ini mengatur bahwa kepada Wajib Pajak yang telah
menghitung dan membayar besarnya pajak yang terutang secara
benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan, serta melaporkan dalam Surat
Pemberitahuan, tidak perlu diberikan Surat Ketetapan Pajak atau
Surat Tagihan Pajak.

Ayat (3) ...


SK No 046374 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 13 -

Ayat (3)
Apabila berdasarkan basil Pemeriksaan atau keterangan lain,
pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan biaya
temyata melebihi yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Pasal20
Penghitungan jangka waktu 5 (lima) tahun dalam ketentuan ini adalah
sebagai berikut:
Contoh 1:
Tuan Adi menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan untuk Tahun Pajak 2022 pada tanggal 28 Februari 2023
dengan status kurang bayar. Dengan demikian, dalam hal ditemukan
data atau informasi yang menunjukkan bahwa atas Tahun Pajak
tersebut terdapat kekurangan pembayaran pajak yang lebih besar
daripada yang telah dibayarkan oleh Tuan Adi, Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar paling lambat
tanggal 31 Desember 2027 (penghitungan 5 (lima) tahun dimulai sejak
tanggal 1 Januari 2023).
Contoh 2:
PT HTU menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/ atau Pasal 26 untuk Masa Pajak Mei 2022 pada tanggal
5 Juni 2022. Dengan demikian, dalam hal ditemukan data atau
informasi yang menunjukkan bahwa atas Masa Pajak tersebut
terdapat kekurangan pembayaran pajak yang lebih besar daripada
yang telah dibayarkan oleh PT HTU, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar paling lambat
tanggal 31 Mei 2027 (penghitungan 5 (lima) tahun dimulai sejak
tanggal 1 Juni 2022).
Contoh 3:
Tuan Roy yang merupakan Pengusaha Kena Pajak menyampaikan
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk Masa
Pajak Oktober 2022 pada tanggal 17 November 2022. Dengan ·
demikian, dalam hal _ditemukan data atau informasi yang
menunjukkan bahwa atas Masa Pajak tersebut terdapat kekurangan
pembayaran pajak yang lebih besar daripada yang telah dibayarkan
oleh Tuan Roy, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar paling lambat tanggal 31 Oktober 2027
(penghitungan 5 (lima) tahun dimulai sejak tanggal 1 November 2022).

Contoh ...
SK No 046408 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

Contoh penghitungan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam


Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan:

PT NS menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak


Penghasilan Badan Tahun Pajak 2021. Terhadap Surat Pemberitahuan
Tahunan tersebut dilakukan Pemeriksaan. Berdasarkan hasil
Pemeriksaan, diketahui terdapat pajak terutang yang kurang dibayar
sebesar Rpl00.000.000 (seratus juta rupiah). Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar diterbitkan tanggal 10 Desember 2022.

Dalam hal ini, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berdasarkan


Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang dihitung sejak berakhirnya Tahun Pajak 2021, yaitu
tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan tanggal penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (12 bulan).

Tarif bunga yang digunakan adalah tarif bunga berdasarkan


Keputusan Menteri yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi. Penghitungan sanksi dimulai pada tanggal 1
Januari 2022, sehingga tarif bunga yang dipakai adalah tarif bunga
yang berlaku pada periode Januari 2022. Sebagai contoh, apabila tarif
bunga Pasal 13 ayat (2) periode Januari 2022 adalah 1,82%, maka
penghitungan sanksi administratif Pasal 13 ayat (2) = Rpl00.000.000
x 1,82% x 12 bulan = Rp21.840.000.

Contoh penerapan satu jenis sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal


13 ayat (3a) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan:

PT GM menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan


Nilai Masa Desember 2021 dengan status lebih bayar yang
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Terhadap Surat
Pemberitahuan Masa tersebut dilakukan Pemeriksaan. Berdasarkan
hasil Pemeriksaan, diketahui terdapat pajak terutang yang kurang
dibayar oleh Wajib Pajak sebesar Rpl00.000.000 (seratusjuta rupiah).
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan pada tanggal
15 Desember 2022 dengan perhitungan sebagai berikut.

Uraian ...

SK No 046407 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

Uraian Menurut Menurut


Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Wajib Pajak
Pajak Keluaran 1.000.000.000 1.000. 000. 000
Pajak Masukan 1.010.000.000 900. 000.000
Kurang Bayar atau
(Lebih Bayar) (10.000.000) 100.000.000

Dalam hal ini, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berdasarkan


Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan
penghitungan sebagai berikut:
Sanksi Pasal 13 ayat (2) Rpl00.000.000 x 1,82% x 12 bulan =
Rp2 l.840.000
Sanksi Pasal 13 ayat (3) Rpl0.000.000 x 75% = Rp7.500.000
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (3a) Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, dalam hal terdapat penerapan
sanksi administratif berupa bunga dan kenaikan berdasarkan hasil
Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah hanya diterapkan satu jenis sanksi administratif yang
tertinggi nilai besaran sanksinya, sehingga jumlah pajak dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah sebagai berikut:
Pokok pajak:
Pajak Pertambahan Nilai kurang dibayar Rpl00.000.000
Pajak Pertambahan Nilai yang tidak seharusnya Rpl0.000.000
dikompensasikan
Sanksi administratif:
Sanksi Pasal 13 ayat (2) Rp21.840.000
Total Rp13 l.840.000

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23 ...

SK No 046406 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Contoh 1:
PT CTR mendaftar untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
pada tanggal 3 Oktober 2021. Pada tahun 2022, Direktur Jenderal
Pajak memperoleh data yang menunjukkan bahwa PT CTR pada
Tahun Pajak 2020 memiliki penghasilan kena pajak yang belum
dibayar/ disetor pajaknya. Berdasarkan data tersebut Direktur
Jenderal Pajak dapat melakukan Pemeriksaan dan penerbitan
Surat Ketetapan Pajak dan/ a tau Surat Tagihan Pajak untuk
Tahun Pajak 2020 sebelum PT CTR memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Contoh 2:
Tuan Cahyo mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak dengan cara melakukan aktivasi Nomor lnduk
Kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak pada tanggal 6
Januari 2025. Pada tahun 2026, Direktur Jenderal Pajak
memperoleh data yang menunjukkan bahwa Tuan Cahyo pada
Tahun Pajak 2023 memperoleh penghasilan di atas Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang belum dibayar/ disetor pajaknya.
Berdasarkan data tersebut Direktur Jenderal Pajak dapat
melakukan Pemeriksaan dan penerbitan Surat Ketetapan Pajak
dan/ atau Surat Tagihan Pajak untuk Tahun Pajak 2023 sebelum
Tuan Cahyo memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

Ayat (2) ...

SK No 046405 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

Ayat (2)
Contoh:
PT OKV dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal
6 Januari 2019. Pada tanggal 28 Desember 2023, dilakukan
pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Pada tahun
2024, Direktur Jenderal Pajak memperoleh data yang
menunjukkan bahwa pada Tahun Pajak 2022, PT OKV belum
melakukan kewajiban pemungutan dan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai senilai Rpl00.000.000,00 (seratus juta
rupiah). Berdasarkan data tersebut Direktur Jenderal Pajak dapat
melakukan Pemeriksaan dan penerbitan Surat Ketetapan Pajak
dan/ atau Surat Tagihan Pajak untuk kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai Tahun Pajak 2022.
Ayat (3)
Contoh penghitungan jangka waktu 5 (lima) tahun:
Contoh 1:
Atas hak dan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai untuk Masa
Pajak Januari 2022, Direktur Jenderal Pajak masih dapat
melakukan Pemeriksaan dan penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dan/atau Surat Tagihan Pajak paling lama tanggal 31 Januari
2027.
Contoh 2:
Atas hak dan kewajiban Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak
2021, Direktur Jenderal Pajak masih dapat melakukan
Pemeriksaan dan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/ atau
Surat Tagihan Pajak paling lama tanggal 31 Desember 2026.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal28
Cukup jelas.

Pasal 29 ...

SK No 046404 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal30
Ayat (1)
Sebagai contoh kondisi yang dapat menyebabkan Direktur
Jenderal Pajak mencabut penetapan Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu adalah apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan
Penyidikan. Pemeriksaan Bukti Permulaan merupakan proses
yang tidak terpisahkan dari Penyidikan. Oleh karena itu,
walaupun Penyidikan belum dilakukan, tetapi Direktur Jenderal
Pajak telah melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan maka
untuk mencegah agar tidak terjadi pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
dikembalikan maka Direktur Jenderal Pajak mencabut penetapan
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang telah diterbitkan.
Dengan demikian, pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 17C Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan masih dapat
diberikan kepada Wajib Pajak apabila Direktur Jenderal Pajak
belum mulai melakukan tindakan Pemeriksaan Bukti Permulaan
secara terbuka, yaitu pada saat surat pemberitahuan
Pemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa
dari Wajib Pajak.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Conteh Penghitungan jangka waktu 3 (tiga) bulan dalam
ketentuan ini adalah sebagai berikut:
Conteh 1:
Apabila Surat Ketetapan Pajak dikirim kepada Wajib Pajak pada
tanggal 20 September 2022 maka Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan paling lama tanggal 19 Desember 2022.

Conteh 2: ...

SK No 046403 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -

Contoh 2:
Apabila Surat Ketetapan Pajak dikirim kepada Wajib Pajak pada
tanggal 30 November 2022, maka Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan paling lama tanggal 28 Februari 2023.
Contoh 3:
Dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemotongan/pemungutan
pajak pada tanggal 10 Oktober 2022 maka Wajib Pajak dapat
mengajukan keberatan paling lama tanggal 9 Januari 2023.
Apabila terjadi suatu keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
maka pengajuan keberatan dapat dilakukan setelahjangka waktu
3 (tiga) bulan. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak dapat
mempertimbangkan pengajuan keberatan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "sanksi administratif' adalah sanksi
yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak maupun dalam
Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan sebagai akibat dari
penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "surat pemberitahuan untuk hadir"
adalah surat yang disampaikan kepada Wajib Pajak yang berisi
mengenai pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk
menghadiri pertemuan dengan pegawai pajak dalam waktu yang
telah ditetapkan guna memberikan keterangan atau memperoleh
penjelasan mengenai hasil penelitian keberatan.

Ayat (4) ...

SK No 046402 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut diberikan contoh
sebagai berikut:
1. Pada tanggal 2 April 2023, diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dengan nilai Rpl.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). Jumlah pajak yang disetujui dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan sebesar Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Pada tanggal 1 Mei 2023, jumlah pajak yang disetujui Wajib
Pajak dilunasi oleh Wajib Pajak.
3. Pada tanggal 3 Mei 2023, Wajib Pajak mengajukan
keberatan.
Dalam hal Surat Keputusan Keberatan menolak pengajuan
keberatan Wajib Pajak maka dasar pengenaan untuk
penghitungan sanksi administratif berupa denda sebesar 30%
(tiga puluh persen) adalah jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam Surat Keputusan Keberatan dikurangi jumlah
pajak yang telah dibayar sebelum pengajuan keberatan. Dalam
hal ini, dasar untuk menghitung sanksi administratif berupa
denda sebesar 30% (tiga puluh persen) adalah sebesar
Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah), yaitu sebesar
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) (jumlah pajak dalam
Surat Keputusan Keberatan) dikurangi dengan Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) (jumlah yang telah dibayar sebelum
pengajuan keberatan).

Ayat (2) ...

SK No 046401 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) .
Untuk memberikan kepastian hukum tentang penambahan
jumlah pajak yang masih harus dibayar akibat keputusan
keberatan, dalam ayat ini dijelaskan bahwa penambahan jumlah
pajak yang masih harus dibayar juga dikenai sanksi administratif
berupa denda sebesar 30% (tiga puluh persen) seperti halnya
jumlah pajak yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pada prinsipnya jatuh tempo pembayaran pajak yang masih
harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak yang tidak disetujui
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Keberatan, apabila Wajib Pajak mengajukan keberatan atas Surat
Ketetapan Pajak tersebut. Namun demikian, apabila Wajib Pajak
dianggap tidak mengajukan keberatan sebagai akibat pengajuan
keberatannya tidak dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal
Pajak karena tidak memenuhi persyaratan formal sebagaimana
diatur dalam Pasal 25 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (3a), dan
Pasal 32 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan maka jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Surat Ketetapan Pajak menjadi utang pajak.
Dalam hal utang pajak tersebut tidak dilunasi oleh Wajib Pajak
maka Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan
penagihan pajak dengan surat paksa dan Wajib Pajak tidak
dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 30% (tiga
puluh persen) sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (9)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
tetapi dikenai sanksi administratif berupa bunga sebagaimana
diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.

Pasal 35 ...

SK No 046400 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -

Pasal 35
Ayat (1)
Untuk memperjelas ketentuan ini diberikan contoh sebagai
berikut.
Contoh 1 (Putusan Banding menolak):
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar untuk Tahun Pajak 2023
diterbitkan dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui sebagian dari hasil Pemeriksaan tersebut dengan
jumlah pajak sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Wajib Pajak telah melunasi jumlah pajak yang disetujui dalam
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan kemudian
mengajukan keberatan atas hasil Pemeriksaan yang tidak
disetujuinya. Atas keberatan Wajib Pajak tersebut, Direktur
Jenderal Pajak memutuskan menolak keberatan Wajib Pajak.
Selanjutnya Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan
oleh hakim Pengadilan Pajak diputuskan dengan amar putusan
menolak banding Wajib Pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administratif berupa denda sesuai dengan ayat ini,
yaitu sebesar 60% x (Rpl.000.000.000,00 - Rp 200.000.000,00)=
Rp480.000.000,00.
Mengingat Wajib Pajak sudah dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 60% (enam puluh persen) maka sampai dengan
diterbitkannya Putusan Banding tersebut Wajib Pajak tidak
dikenai sanksi administratif berupa bunga sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan maupun sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tiga puluh persen) sebagaimana diatur dalam Pasal
25 ayat (9) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Sisa utang pajak sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) tersebut harus dilunasi Wajib Pajak (jatuh tempo) paling
lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo sisa utang pajak
tidak dilunasi maka dilakukan tindakan penagihan pajak dengan
surat paksa dan berlaku ketentuan mengenai pengenaan sanksi
administratif berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 19
ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

Contoh 2 ...

SK No 046399 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -

Contoh 2 (Putusan Banding mengabulkan sebagian):


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar untuk Tahun Pajak 2023
diterbitkan dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui sebagian dari hasil Pemeriksaan tersebut dengan
jumlah pajak sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Wajib Pajak telah melunasi jumlah pajak yang disetujui dalam
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan kemudian
mengajukan keberatan atas hasil Pemeriksaan yang tidak
disetujuinya. Direktur Jenderal Pajak mengabulkan sebagian
keberatan Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang masih harus
dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah).
Selanjutnya Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan
oleh hakim Pengadilan Pajak diputuskan dengan amar putusan
mengabulkan sebagian banding Wajib Pajak, sehingga jumlah
pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar
Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah). Dalam
hal demikian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa
denda sesuai dengan ayat m1, yaitu sebesar 60% x
(Rp450.000.000,00 - Rp200.000.000,00) = Rp150.000.000,00.
Mengingat Wajib Pajak sudah dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 60% (enam puluh persen) maka sampai dengan
diterbitkannya Putusan Banding tersebut Wajib Pajak tidak
dikenai sanksi administratif berupa bunga sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan maupun sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tiga puluh persen) sebagaimana diatur dalam Pasal
25 ayat (9) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Sisa utang pajak sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) tersebut harus dilunasi Wajib Pajak Uatuh
tempo) paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Putusan Banding. Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo
sisa utang pajak tidak dilunasi maka dilakukan tindakan
penagihan pajak dengan surat paksa dan berlaku ketentuan
mengenai pengenaan sanksi administratif berupa bunga
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Conteh 3 ...

SK No 046398 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -

Contoh 3 (Putusan Banding menambah):


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar untuk Tahun Pajak 2023,
diterbitkan dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Wajib Pajak telah
melunasi jumlah yang disetujui dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar tersebut sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan kemudian mengajukan keberatan atas koreksi
lainnya. Direktur Jenderal Pajak menolak keberatan Wajib Pajak.
Selanjutnya Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan
oleh Pengadilan Pajak diputuskan dengan amar putusan
menambah pajak yang harus dibayar menjadi sebesar
Rpl.300.000.000 (satu miliar tiga ratus juta rupiah). Dengan
demikian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda
sesuai dengan ayat ini, yaitu sebesar 60% x (Rpl.300.000.000,00
- Rp200.000.000,00)= Rp660.000.000,00.
Mengingat Wajib Pajak sudah dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 60% (enam puluh persen) maka sampai dengan
diterbitkannya Putusan Banding tersebut Wajib Pajak tidak
dikenai sanksi administratif berupa bunga sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan maupun sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tiga puluh persen) sebagaimana diatur dalam Pasal
25 ayat (9) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Sisa utang pajak sebesar Rpl.100.000.000,00 (satu miliar seratus
juta rupiah) (Rpl.300.000.000,00 - Rp200.000.000,00) tersebut
harus dilunasi Wajib Pajak Uatuh tempo) paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Apabila sampai
dengan tanggal jatuh tempo sisa utang pajak tidak dilunasi maka
dilakukan tindakan penagihan pajak dengan surat paksa dan
berlaku ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif
berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 36 ...

SK No 046397 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -

Pasal 36
Ayat (1)
Contoh 1:
Terhadap Wajib Pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar untuk Tahun Pajak 2023 dengan jumlah pajak yang masih
harus dibayar sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan yang
sebelumnya disampaikan oleh Wajib Pajak berstatus kurang
bayar dengan nilai Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak tidak
menyetujui seluruh basil Pemeriksaan, sehingga tidak ada
pembayaran atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang dilakukan oleh Wajib
Pajak sebelum pengajuan keberatan. Berdasarkan pengajuan
keberatan oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Keputusan Keberatan yang memutuskan menolak
keberatan Wajib Pajak. Atas Surat Keputusan Keberatan tersebut,
Wajib Pajak kemudian mengajukan permohonan banding dan
Hakim Pengadilan Pajak memutuskan menerima seluruh banding
Wajib Pajak. Berdasarkan Putusan Banding tersebut, tidak
terdapat pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Direktur Jenderal Pajak kemudian mengajukan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung. Hasil Putusan Peninjauan
Kembali mengabulkan permohonan pemohon dan menyatakan
bahwa jumlah pajak yang masih harus dibayar Wajib Pajak
adalah sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Dalam
hal ini, Wajib Pajak harus melunasi jumlah pajak yang masih
harus dibayar sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
ditambah sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
m1 yaitu sebesar 60% x Rp3.000.000.000,00 =
Rp 1.800.000. 000,00.
Contoh 2:
Terhadap Wajib Pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar untuk Tahun Pajak 2023 dengan jumlah pajak yang masih
harus dibayar sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan yang
sebelumnya disampaikan oleh Wajib Pajak berstatus kurang
bayar dengan nilai Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak
menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) sehingga Wajib Pajak
melakukan pembayaran atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar ...

SK No 046396 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -

Bayar sejumlah yang disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil


Pemeriksaan sebelum pengajuan keberatan. Berdasarkan
pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan yang memutuskan
menolak keberatan Wajib Pajak. Wajib Pajak kemudian
mengajukan permohonan banding dan Hakim Pengadilan Pajak
memutuskan mengabulkan sebagian banding Wajib Pajak dan
menyatakan pajak yang kurang dibayar menjadi sebesar
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Mengingat bahwa
Wajib Pajak telah melakukan pembayaran sebelum pengajuan
keberatan yang jumlahnya senilai dengan Putusan Banding,
maka tidak terdapat pajak yang harus dilunasi berdasarkan
Putusan Banding oleh Wajib Pajak dan tidak dikenai sanksi
administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (5d)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Direktur Jenderal Pajak kemudian mengajukan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung. Hasil Putusan Peninjauan
Kembali mengabulkan permohonan pemohon dan menyatakan
bahwa jumlah pajak yang masih harus dibayar Wajib Pajak
adalah sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Dalam
hal ini, Wajib Pajak harus melunasi kurang bayar sebesar
Rp3.000.000.000,00 - Rp600.000.000,00 = Rp2.400.000.000,00,
ditambah sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
m1, yaitu sebesar 60% x (Rp3.000.000.000,00
Rp600.000.000,00) = Rpl.440.000.000,00.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pada prinsipnya kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk
membetulkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, atau
surat keputusan yang berkaitan dengan perpajakan
dimaksudkan untuk menjalankan tugas pemerintahan yang baik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas menghitung dan menetapkan pajak, baik
dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak,
atau surat keputusan yang berkaitan dengan perpajakan dapat
terjadi adanya kesalahan atau kekeliruan yang bersifat
manusiaw1.
Sifat ...

SK No 046420 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 27 -

Sifat kesalahan atau kekeliruan tersebut tidak mengandung


persengketaan antara Direktur Jenderal Pajak dengan Wajib
Pajak. Selain itu, kewajiban perpajakan berkesinambungan dan
saling memengaruhi dari Masa Pajak ke Masa Pajak yang lain
atau dari Tahun Pajak ke Tahun Pajak yang lain.
Dengan demikian, dapat terjadi suatu kesalahan yang
ditimbulkan karena penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak,
surat keputusan, atau putusan yang terkait dengan bidang
perpajakan atas Masa Pajak atau Tahun Pajak yang
mempengaruhi Masa Pajak atau Tahun Pajak lain, misalnya
terdapat koreksi biaya penyusutan, amortisasi, kompensasi
kerugian, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan "surat keputusan yang terkait dengan
bidang perpajakan" antara lain Surat Keputusan Keberatan dan
Surat Keputusan Persetujuan Bersama.
Yang dimaksud dengan "putusan yang terkait dengan bidang
perpajakan" meliputi Putusan Banding dan Putusan Peninjauan
Kembali.
Contoh:
PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak
2023 dengan nilai kerugian yang dikompensasikan ke tahun
berikutnya sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratusjuta rupiah) dan
nilai lebih bayar sebesar RpS0.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak
2024 dengan penghasilan neto sebesar Rp180.000.000,00
(seratus delapan puluh juta rupiah). Sisa kerugian yang belum
dikompensasikan sampai dengan Tahun Pajak 2023 sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan terdapat kredit
pajak sebesar Rp35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah).
Dengan demikian Surat Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak
2024 menyatakan lebih bayar sebesar Rp35.000.000,00 (tiga
puluh lima juta rupiah) dan masih terdapat sisa kerugian yang
dapat dikompensasikan ke tahun berikutnya sebesar
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
Terhadap Wajib Pajak PT A telah diterbitkan:
a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Tahun Pajak 2023
sebesar RplS.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dengan
rugi sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan

b. Surat ...

SK No 046419 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -

b. Surat Ketetapan Pajak Nihil Tahun Pajak 2024 dengan rugi


sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
Atas Surat Ketetapan Pajak Tahun Pajak 2023 diterbitkan
Putusan Banding yang mengabulkan sebagian dari lebih bayar
sebesar Rpl5.000.000,00 (lima belasjuta rupiah) menjadi sebesar
Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) sedangkan rugi
sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) menjadi
sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Kerugian yang dapat dikompensasikan dalam penghitungan
Surat Ketetapan Pajak untuk Tahun Pajak 2024 menjadi sebesar
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Oleh karena
itu, berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Direktur Jenderal Pajak berwenang
membetulkan Surat Ketetapan Pajak untuk Tahun Pajak 2024
yang diakibatkan karena perbedaan kompensasi kerugian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dari rugi sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) menjadi laba sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah). (Rugi sebesar Rp20.000.000,00 dikurangi dengan
pengurangan kompensasi kerugian sebesar RpS0.000.000,00).
Dengan demikian Surat Ketetapan Pajak Nihil Tahun Pajak 2024
yang pernah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak harus
dibetulkan secara jabatan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "kekeliruan pengkreditan Pajak Masukan
Pajak Pertambahan Nilai" merupakan kekeliruan yang sifatnya
manusiawi dan tidak mengandung sengketa antara fiskus dan
Wajib Pajak.
Contoh:
Telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Pertambahan Nilai atas nama PT A untuk Masa Pajak Februari
2022, dengan rincian sebagai berikut:
Pajak Keluaran sebesar Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pajak Masukan sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).

Dari ...

SK No 046418 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -

Dari Pajak Masukan tersebut terdapat 1 (satu) Faktur Pajak


sebesar Rp7 .500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) yang
telah terjadi kekeliruan dalam penghitungan Pajak Masukan pada
saat Pemeriksaan menjadi sebesar Rp5. 700.000,00 (lima juta
tujuh ratus ribu rupiah). Terhadap kekeliruan yang demikian,
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dapat membetulkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut.
Namun demikian, dalam hal kekeliruan yang terjadi berupa tidak
diperhitungkannya suatu Faktur Pajak sebagai Pajak Masukan
pada Surat Ketetapan Pajak, pembetulan atas kekeliruan
berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan tidak dapat dilakukan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tidak dapat ditemukan lagi karena
keadaan di luar kekuasaannya" antara lain disebabkan karena
bencana alam.
Yang dimaksud dengan "keputusan yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pajak dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan" antara lain:
a. Surat Tagihan Pajak;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
f. Surat Keputusan Pembetulan;
g. Surat Keputusan Persetujuan Bersama;
h. Surat Keputusan Keberatan;

1. Surat ...

SK No 046417 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -

1. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;


J. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
k. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
1. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
m. surat pemberitahuan;
n. suratteguran;
o. surat peringatan;
p. surat keterangan;
q. surat persetujuan; dan
r. surat penolakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Tahun Pajak 2021 yang menyatakan lebih bayar dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada
tanggal 1 April 2022. Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan
tersebut Direktur Jenderal Pajak melakukan Pemeriksaan. Pada
tanggal 30 November 2022 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar. Atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar tersebut Wajib Pajak mengajukan gugatan karena terdapat
prosedur atau tata cara penerbitan yang tidak sesuai. Hasil
Putusan Gugatan mengabulkan gugatan Wajib Pajak dan
putusan tersebut diterima oleh Direktur Jenderal Pajak pada
tanggal 10 Mei 2023. Berdasarkan putusan tersebut Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan kembali Surat Ketetapan Pajak
sesuai dengan prosedur atau tata cara penerbitan yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Jangka ...

SK No 046416 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -

Jangka waktu penerbitan kembali Surat Ketetapan Pajak dihitung


darijangka waktu 12 (dua belas) bulan permohonan sebagaimana
diatur dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dikurangi 8 (delapan) bulan
yaitu jangka waktu sejak permohonan Surat Pemberitahuan
Tahunan disampaikan sampai dengan tanggal diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak, sehingga jangka waktu penerbitan
kembali Surat Ketetapan Pajak paling lama 4 (empat) bulan sejak
tanggal diterbitkannya Putusan Gugatan.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "surat pelaksanaan Putusan Banding"
adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
melaksanakan Putusan Banding dari Pengadilan Pajak agar
Putusan Banding tersebut dapat dicatat ke dalam sistem
administrasi perpajakan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "surat pelaksanaan Putusan Peninjauan
Kembali" adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Pajak untuk melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali dari
Mahkamah Agung agar Putusan Peninjauan Kembali tersebut
dapat dicatat ke dalam sistem administrasi perpajakan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "surat pelaksanaan Putusan Gugatan"
adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
melaksanakan Putusan Gugatan dari Pengadilan Pajak.

Pasal44
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2) ...

SK No 046415 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -

Ayat (2)
Contoh 1:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dengan jumlah
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rpl .000.000.000,00
(satu miliar rupiah) atas Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2021 yang menyatakan lebih bayar
dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebesar Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak tidak


menyetujui seluruh pajak yang masih harus dibayar dan
menyetujui jumlah lebih bayar menurut Wajib Pajak adalah
sebesar Rpl.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)
sehingga tidak ada pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Atas keberatan yang diajukan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan yang menyatakan
terdapat jumlah lebih bayar sebesar Rpl.600.000.000,00 (satu
miliar enam ratus juta rupiah).

Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang dikembalikan kepada


Wajib Pajak adalah sebesar Rpl.600.000.000,00 (satu miliar
enam ratus juta rupiah), yaitu jumlah kelebihan pembayaran
sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Keberatan.
Dalam hal ini, Wajib Pajak diberikan imbalan bunga per bulan
sebesar suku bunga acuan yang berlaku pada awal penghitungan
imbalan bunga dibagi 12 (dua belas) untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan yang dihitung dari jumlah lebih bayar yang
disetujui Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan sebesar Rpl.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).

Contoh 2:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dengan jumlah
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rpl.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) atas Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2021 yang menyatakan lebih bayar
dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebesar Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak tidak
menyetujui seluruh pajak yang masih harus dibayar namun Wajib
Pajak melunasi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut
sebelum mengajukan keberatan. Selain itu, Wajib Pajak
menyetujui jumlah lebih bayar menurut Wajib Pajak sebesar

Rp2.000.000.000,00 ...

SK No 046414 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Atas keberatan yang


diajukan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Keputusan Keberatan dengan mengabulkan sebagian keberatan
Wajib Pajak sehingga jumlah lebih bayar dalam Surat Keputusan
Keberatan menjadi sebesar Rpl.250.000.000,00 (satu miliar dua
ratus lima puluh juta rupiah).
Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang dikembalikan kepada
Wajib Pajak adalah sebesar Rp2.250.000.000,00 (dua miliar dua
ratus lima puluh juta rupiah), yaitu jumlah kelebihan
pembayaran sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan
Keberatan (Rpl.250.000.000,00) ditambah dengan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang telah dibayar
(Rpl.000.000.000,00). Dalam hal ini, Wajib Pajak diberikan
imbalan bunga per bulan sebesar suku bunga acuan yang berlaku
pada awal penghitungan imbalan bunga dibagi 12 (dua belas)
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan yang dihitung dari
jumlah lebih bayar berdasarkan Surat Keputusan Keberatan,
yaitu sebesar Rpl.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima
puluh juta rupiah).
Contoh 3:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dengan jumlah
pajak yang masih harus dibayar sebesar
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atas Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2021
yang menyatakan lebih bayar dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah). Dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih
harus dibayar sebesar RpS00.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Wajib Pajak melunasi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tersebut sebesar jumlah yang disetujui dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan sebelum mengajukan keberatan. Atas
keberatan yang diajukan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sehingga jumlah lebih
bayar dalam Surat Keputusan Keberatan menjadi sebesar
Rpl.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh juta
rupiah).

Jumlah ...

SK No 046413 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -

Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang dikembalikan kepada


Wajib Pajak adalah sebesar Rpl.750.000.000,00 (satu miliar
tujuh ratus lima puluh juta rupiah), yaitu jumlah kelebihan
pembayaran sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan
Keberatan (Rpl.250.000.000,00) ditambah dengan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang telah dibayar
(RpS00.000.000,00). Dalam hal ini, Wajib Pajak tidak diberikan
imbalan bunga.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "tanggal diterbitkannya Putusan
Banding" adalah tanggal Putusan Banding diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Yang dimaksud dengan "tanggal diterbitkannya Putusan
Peninjauan Kembali" adalah tanggal Putusan Peninjauan Kembali
tersebut diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Contoh 1:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar untuk Tahun Pajak 2020
diterbitkan tanggal 5 April 2022 dan diajukan keberatan pada
tanggal 8 Juni 2022. Jika Surat Keputusan Keberatan yang
mengabulkan permohonan Wajib Pajak diterbitkan pada tanggal
10 Mei 2023 maka penghitungan jangka waktu sebagai
dasar pemberian imbalan bunga sesuai dengan ketentuan pada
ayat ini adalah mulai dari tanggal 5 April 2022 s.d. 10 Mei 2023,
yaitu selama 14 (empat belas) bulan [13 (tiga belas) bulan penuh,
yaitu tanggal 5 April 2022 s.d. 4 Mei 2023 ditambah bagian dari
bulan yang dihitung penuh 1 (satu) bulan, yaitu tanggal 5 Mei
2023 s.d. 10 Mei 2023].

Contoh 2: ...

SK No 046412 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -

Contoh 2:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar untuk Tahun Pajak 2020
diterbitkan tanggal 5 April 2022 dan diajukan keberatan pada
tanggal 10 Mei 2022. Surat Keputusan Keberatan yang menolak
permohonan Wajib Pajak diterbitkan pada tanggal 5 Januari
2023. Wajib Pajak mengajukan banding dan Putusan Banding
yang mengabulkan seluruh permohonan Wajib Pajak diucapkan
oleh hakim Pengadilan Pajak dalam sidang terbuka untuk umum
pada tanggal 14 Februari 2024 dan diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak pada tanggal 20 Maret 2024. Dalam hal ini,
penghitungan jangka waktu sebagai dasar pemberian imbalan
bunga sesuai dengan ketentuan pada ayat ini adalah mulai dari
tanggal 5 April 2022 s.d. 20 Maret 2024, yaitu selama 24 (dua
puluh empat) bulan [23 (dua puluh tiga) bulan penuh, yaitu
tanggal 5 April 2022 s.d. 4 Maret 2024 ditambah bagian dari
bulan yang dihitung penuh 1 (satu) bulan, yaitu tanggal 5 Maret
2024 s.d. 20 Maret 2024].
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Dalam pengertian jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah termasuk jumlah sanksi administratif berupa bunga,
denda, atau kenaikan.
Ayat (2)
Contoh pajak yang seharusnya tidak dikembalikan
Contoh 1:
Terhadap Wajib Pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar dengan nilai sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta
rupiah). Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut,
bagian yang disetujui oleh Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan adalah sebesar RpS0.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah). Wajib Pajak mengajukan keberatan dengan terlebih
dahulu melunasijumlah pajak yang disetujui dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan. Keputusan Keberatan dengan
keputusan yang menyatakan bahwa Surat Ketetapan Pajak

Kurang ...

SK No 046411 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -

Kurang Bayar menjadi sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh


juta rupiah). Terhadap keputusan keberatan Wajib Pajak
mengajukan permohonan banding. Putusan Banding menyatakan
bahwa jumlah yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar menjadi sebesar Rp40.000.000,00 (empat
puluh juta rupiah). Berdasarkan Putusan Banding tersebut
Direktur Jenderal Pajak mengembalikan kelebihan pembayaran
pajak sebesar Rpl0.000.000,00 (sepuluh puluh juta rupiah),
yakni pembayaran sebelum mengajukan keberatan dikurangi
dengan jumlah yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan
Banding. Terhadap Putusan Banding tersebut, Direktur Jenderal
Pajak mengajukan permohonan penmJauan kembali ke
Mahkamah Agung. Putusan Peninjauan Kembali menyatakan
bahwa jumlah yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar menjadi sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh
puluh juta rupiah). Berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali,
jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak adalah
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluhjuta rupiah) yang terdiri dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan
Peninjauan Kembali dikurangi dengan pajak yang telah dilunasi
sebelum mengajukan keberatan (Rp70.000.000,00
RpS0.000.000,00 = Rp20.000.000,00) dan ditambah dengan
pajak yang seharusnya tidak dikembalikan berdasarkan Putusan
Banding (RpS0.000.000,00 Rp40.000.000,00 =
Rpl0.000.000,00).
Contoh 2:
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan dengan menyatakan Lebih Bayar sebesar
Rp90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah). Atas Surat
Pemberitahuan tersebut dilakukan Pemeriksaan dan diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dengan nilai sebesar
Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Atas Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar tersebut, Wajib Pajak mengajukan keberatan
dengan keputusan yang menyatakan bahwa Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar tetap sebesar Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah). Wajib Pajak mengajukan permohonan banding. Putusan
Banding menyatakan bahwa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
menjadi sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah).
Berdasarkan Putusan Banding, Direktur Jenderal Pajak
mengembalikan kelebihan pembayaran pajak sebesar
Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) dihitung dari jumlah
lebih bayar berdasarkan Putusan Banding sebesar
Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dikurangi jumlah
yang sudah dikembalikan berdasarkan Surat Ketetapan Pajak

Lebih ...

SK No 046410 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -

Lebih Bayar sebesar Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).


Berdasarkan Putusan Banding, Direktur Jenderal Pajak
mengajukan permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung. Putusan Peninjauan Kembali menyatakan bahwa jumlah
kelebihan pembayaran pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar menjadi sebesar Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali, Wajib Pajak ditagih
sebesar jumlah pajak yang seharusnya tidak dikembalikan yaitu
sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah).
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "kompetensi tertentu" antara lain jenjang
pendidikan tertentu, sertifikasi, dan/ a tau pembinaan oleh
asosiasi atau Kementerian Keuangan.

Ayat (4) ...

SK No 046409 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK JNDONESIA
- 38 -

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pejabat" meliputi petugas pajak dan
mereka yang melakukan tugas di bidang perpajakan.
Yang dimaksud dengan "tenaga ahli" adalah para ahli, antara lain
ahli bahasa, akuntan, pengacara, dan sebagainya yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pihak tertentu yang ditunjuk" adalah
pihak-pihak yang membutuhkan data perpajakan untuk
kepentingan negara misalnya dalam rangka Penyidikan,
penuntutan, atau dalam rangka mengadakan kerja sama dengan
lembaga negara, instansi pemerintah, badan hukum yang
dibentuk melalui Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah,
atau pihak lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pemberian data dan informasi perpajakan oleh pejabat atau
tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak kepada
para pihak dalam rangka pelaksanaan tugas di bidang perpajakan
misalnya Pemeriksaan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, penagihan
pajak, gugatan, banding, Penyidikan dan proses penuntutan
tindak pidana di bidang perpajakan, dan dalam sidang tindak
pidana di bidang perpajakan di pengadilan, tidak memerlukan izin
tertulis dari Menteri.

Ayat (6) ...

SK No 046433 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal56
Cukup jelas.

Pasal 57
Ayat (1)
Penyesuaian pengajuan keberatan dilakukan jika terdapat materi
sengketa lain di luar kesepakatan dalam Persetujuan Bersama,
sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap pengajuan
keberatan.
Yang dimaksud dengan "penyesuaian" adalah sengketa
dikeluarkan dari pembahasan keberatan namun kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tetap diperhitungkan dalam Surat
Keputusan Keberatan.
Pencabutan pengajuan keberatan dilakukan jika Persetujuan
Bersama memuat kesepakatan untuk keseluruhan materi
sengketa yang diajukan keberatan dan Wajib Pajak belum
menerima surat pemberitahuan untuk hadir.
Ayat (2)
Pencabutan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat
Ketetapan Pajak dilakukan jika Persetujuan Bersama memuat
kesepakatan untuk sebagian atau keseluruhan materi sengketa
yang diajukan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan
Pajak.
Ayat (3)
Penyesuaian permohonan banding dilakukan jika terdapat materi
sengketa lain di luar kesepakatan dalam Persetujuan Bersama,
sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap permohonan
banding melalui penyampaian surat bantahan atau penjelasan
tertulis kepada Majelis Hakim Pengadilan Pajak.
Yang dimaksud dengan "penyesuaian" adalah sengketa
dikeluarkan dari pembahasan banding namun kesepakatan
dalam Persetujuan Bersama tetap diperhitungkan dalam Putusan
Banding.

Pencabutan ...
SK No 046432 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -

Pencabutan permohonan banding dilakukan jika Persetujuan


Bersama memuat kesepakatan untuk keseluruhan materi
sengketa yang diajukan banding.
Ayat (4)
Penyesuaian permohonan penmJauan kembali dilakukan jika
terdapat materi sengketa lain di luar kesepakatan dalam
Persetujuan Bersama, sehingga perlu dilakukan penyesuaian
terhadap permohonan peninjauan kembali melalui penyampaian
adendum permohonan peninjauan kembali kepada panitera yang
menangani perkara tata usaha negara di Mahkamah Agung.
Yang dimaksud dengan "penyesuaian" adalah sengketa
dikeluarkan dari pembahasan peninjauan kembali namun
kesepakatan dalam Persetujuan Bersama tetap diperhitungkan
dalam Putusan Peninjauan Kembali.
Pencabutan permohonan peninjauan kembali dilakukan jika
Persetujuan Bersama memuat kesepakatan untuk keseluruhan
materi sengketa yang diajukan peninjauan kembali.

Ayat (5)
Contoh:
PT DPI menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tahun
Pajak 2022. Namun, PT DPI meyakini bahwa penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut tidak sesuai dengan
prosedur yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan. PT DPI kemudian mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Pajak dan pada waktu yang
bersamaan, Direktur Jenderal Pajak menerima permintaan
pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama dari otoritas pajak
negara mitra atau yurisdiksi mitra Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda atas koreksi fiskal dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar tersebut. Jika kemudian Prosedur Persetujuan
Bersama menghasilkan kesepakatan dalam Persetujuan
Bersama, untuk dapat ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat
Keputusan Persetujuan Bersama, PT DPI harus mencabut
gugatan yang diajukan.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 58 ...

SK No 046431 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 41 -

Pasal58
Cukup jelas.

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pihak ketiga" yaitu pihak lain yang
mempunyai hubungan dengan tindakan, pekerjaan, kegiatan
usaha, atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan seperti bank, akuntan publik,
notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, konsultan
hukum, konsultan keuangan, pelanggan, atau pemasok.

Huruf f ...

SK No 046430 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -

Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "red notice" adalah permintaan kepada
penegak hukum di seluruh dunia untuk menemukan dan
menangkap sementara seseorang yang akan diekstradisi,
diserahkan, atau dilakukan tindakan hukum serupa.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "aparat penegak hukum lain" antara lain
aparat penegak hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
Kejaksaan Republik Indonesia.

Huruf a ...

SK No 046429 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -

Huruf a
Yang dimaksud dengan "bantuan teknis" yaitu bantuan dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang antara lain
berupa pemeriksaan laboratorium forensik, pemeriksaan
identifikasi, dan/ a tau pemeriksaan psikologi.
Hurufb
Yang dimaksud dengan "bantuan taktis" adalah bantuan dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang antara lain
berupa bantuan tenaga Penyidik, pengamanan, dan/atau
peralatan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "bantuan upaya paksa" adalah
bantuan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia antara
lain berupa bantuan penangkapan, dan/atau penahanan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "bantuan konsultasi" adalah
bantuan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan/ atau Kejaksaan Republik Indonesia yang antara lain
berupa bantuan konsultasi Penyidikan, termasuk konsultasi
dan gelar perkara dalam penyelesaian dan penyerahan
berkas perkara kepada penuntut umum.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Pencegahan dalam melaksanakan Penyidikan dilakukan antara
lain terhadap tersangka dan/ a tau saksi yang berpotensi menjadi
tersangka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) ...

SK No 046428 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLJK INDONESIA
- 44 -

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Contoh:
Wajib Pajak a tau tersangka melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan "dengan sengaja menggunakan faktur
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya"
sehingga mengakibatkan Wajib Pajak atau tersangka
menyampaikan "Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai yang isinya tidak benar". Terhadap tindak
pidana di bidang perpajakan tersebut diterapkan sanksi
Pasal 39A huruf a Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Hurufb
Contoh:
Wajib Pajak atau tersangka melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan "dengan sengaja menerbitkan faktur
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya
dan tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut". Terhadap tindak pidana di bidang perpajakan
tersebut diterapkan sanksi Pasal 39A huruf a Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan "dan"
Pasal 39 ayat (1) huruf i Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65 ...

SK No 046427 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah pihak lain selain
instansi pemerintah, lembaga, dan asosiasi yang dapat
memfasilitasi pelaksanaan hak dan/ atau pemenuhan kewajiban
perpajakan melalui sistem administrasi yang diselenggarakan
oleh pihak lain namun terintegrasi dengan sistem administrasi
Direktorat Jenderal Pajak.
Contoh:
Pihak lain selain instansi pemerintah, lembaga, dan asosiasi yang
dapat memfasilitasi pendaftaran Wajib Pajak secara daring,
pembukuan secara daring, penerbitan bukti pemotongan atau
pemungutan pajak secara daring, dan penyampaian Surat
Pemberitahuan secara daring melalui sistem administrasi yang
diselenggarakan oleh pihak lain namun terintegrasi dengan
sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68 ...

SK No 046426 A
jdih.kemenkeu.go.id
PR.ESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Yang dimaksud dengan "kriteria tertentu" antara lain batasan
kapasitas pembangkit listrik.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73 ...

SK No 046425 A
jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

Pasal 75
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6834

SK No 046483 A
jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai