Anda di halaman 1dari 1

Bonus demografi menjadi faktor utama pemerintah bisa mengandalkan konsumsi

sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Menurut direktur riset center of reform on
economics (CORE) Indonesia RAPBN 2020 sebenarnya belum kuat dan agresif mendorong
konsumsi dan investasi.

Oleh karena itu pertumbuhan kita terjebak di pertumbuhan natural yaitu pada kisaran
5%,” jelas Pilter keapda Kongsonan.com, Ahad (25/01/2020).

Beliau mengatakan bahwa dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bila


mengandalkan konsumsi dan investasi bukan strategi yang buruk. Beliau menyebut banyak
negara khususnya yang sudah asing atau kekurangan populasi menghadapi masalah tidak
bisa mendorong konsumsi.

“Indonesia kan demografinya masih di dominasi orang muda, mengalami bonus


demografi diuntungkan dengan potensi konsumsi ,”ungkap beliau.

Beliau memberikan keterangan lebih lanjut, pertumbuhan rata-rata Indonesia yaitu


5% juga sebagian besar akibat geliat konsumsi. Oleh karena itu pemerintah Indonesua
seharusnya memanfaatkan potensi tersebut untuk mendongkrak pertumbuhan dari sisi
konsumsi.

“Maka itu APBN harus lebih agresif,” tegasnya. Beberapa cara adalah dengan
meningkatkan belanja pemerintah yang ditambahkan dengan pelonggaran belanja. Akan
tetapi penerapan kebijakan tersebut akan menuai konsekuensinya yaitu neraca deficit akan
melebar.

“Tapi jangan takut dengan pelebaran defisit, asal tetap di bawah 3% dari PDB,”
pungkasnya.

Menurut beliau, belanja pemerintah Indonesia seperti bidang pembangunan dan


belanja modal harus didorong untuk meningkatkan investasi dan konsumsi

Anda mungkin juga menyukai