Anda di halaman 1dari 112

PENDEKATAN DAKWAH DALAM BUDAYA

PADA MASYARAKAT DESA BANDING KECAMATAN


RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Oleh :
Muhammad Fahmi Rosyadi
1841010395

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444H/2023M
PENDEKATAN DAKWAH DALAM BUDAYA
PADA MASYARAKAT DESA BANDING KECAMATAN
RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-


Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Pembimbing 1 : Dr.Fariza Makmun,S.Ag.,M.Sos.I


Pembimbing 2 : Dr.Khairullah,S.Ag.M.A

Oleh :
MUHAMMAD FAHMI ROSYADI
NPM : 1841010395

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444H/2023M
ABSTRAK

Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide


dalam memandang suatu masalah atau objek kajian, yang akan
menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan
perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang
akan ditangani. Pendekatan dakwah merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses dakwah. Budaya merupakan kebiasaan
yang dilakukan secara turun temurun sehingga menjadi ciri khas
suatu daerah. Desa Banding berjumlah 2053 jiwa sebagian besar
penduduk 90% pribumi (Lampung) dan 10% pendatang dari jawa
barat dan lainnya. Di desa Banding terdapat pengajian mingguan
yang dilaksanakan dengan menggunakan budaya Lampung. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pendekatan dakwah
dalam budaya pada masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan agar bertujuan untuk mendeskripsikan
pendekatan dakwah dalam budaya pada masyarakat Desa Banding
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Jenis penelitian ini yaitu field research (Penelitian Lapangan),
dengan sifat penelitian metode kualitatif deskriptif yaitu yang
menggambarkan secara lengkap data yang diperoleh dari wawancara,
dokumentasi dan observasi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu 8
orang, yang terdiri dari 1 orang da’i, 1 ketua umum Panitia Hari Besar
Islam (PHBI), 1 Kepala Desa Banding dan 5 orang mad’u. Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan tehnik analisis induktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan dakwah dalam
budaya pada masyarakat Desa Banding menggunakan 2 pendekatan
yakni: pendekatan yang terpusat pada pendakwah dengan cara
menggunakan bahasa Lampung dalam penyampaian materi dakwah
dan menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata). Kemudian
pendekatan yang berpusat pada mitra dakwah dengan cara
menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata) dan menggunakan
bahasa Lampung dalam penyampaian materi dakwah. Dengan
demikian penggunaan beberapa pendekatan dakwah dalam budaya
tersebut menciptakan daya tarik terhadap pada jamaah pengajian atau
mad’u dalam mengikuti pengajian mingguan di Desa Banding
Kecamatan Rajabasa kabupaten Lampung Selatan.

Kata kunci : Pendekatan Dakwah, Budaya.

ii
LEMBAR ORISINALITAS

Saya yang bertada tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Fahmi Rosyadi


NPM : 1841010305
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pendekatan


Dakwah Dalam Budaya Pada Masyarakat Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan” adalah benar-benar hasil
karya penulis sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya
orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam
footnote atau daftar pustaka. Apabila dilain waktu terbukti adanya
penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada
pada penulis.
Demikian surat pernyataan orisinalitas ini saya buat dengan
semestinya agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 29 September 2022

Muhammad Fahmi Rosyadi


1841010395

iii
MOTTO

             

           

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesunggguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya. Dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapatkan petunjuk.” (An-Nahl ayat 125)

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’aalamiin
Dengan segala kerendahan hati, serta rasa syukur kepada Allah SWT,
atas karunia, hidayah dan kelancaran, penulis persembahkan skripsi
ini kepada orang-orang yang paling penulis sayangi dengan setulus
hati, yaitu:
1. Kedua orang tua, Abi dan Umi yang selalu mendukungku,
mendidikku dan memberi semangat, cinta kasih sayang serta
ketulusan do’a Ayahanda dan Ibunda sehingga dapat
menghantarkanku menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Raden
Intan Lampung dengan baik. Terima kasih atas bimbingannya,
nasihat, do’a yang tiada henti untuk mencapai keberhasilanku.
Semoga selalu diberikan hidayah, kesehatan, dan rahmat oleh
Allah SWT.
2. Saudaraku tercinta, Fakhri Al-Kahfi, Rayhan El-Hadi, Rizki Al-
Ghani. Yang senantiasa memberi motivasi dan menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Nenekku tersayang, Juwairiyyah yang selalu memberiku
semangat dalam menjalani penelitian ini.

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhammad Fahmi Rosyadi, lahir di


Kalianda, pada 29 April 2001, anak kedua dari 4 bersaudara dari
pasangan Ayahanda Syamsul Hadi dan Ibunda Misnatun.
Penulis mengawali pendidikan di TK Aisyiyah Rajabasa dan
lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah
Dasar di MIN 5 Lampung Selatan dan lulus pada tahun 2012. Setelah
itu melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di MTS N 1
Lampung Selatan dan lulus pada tahun 2015. Selanjutnya melanjutkan
ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kalianda dan lulus pada
tahun 2018. Pada tahun 2018 penulis meneruskan pendidikan di
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung mendaftar pada
jenjang Strata Satu (S1) serta terdaftar sebagai mahasiswa pada
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan
Penguatan Kompetensi Lapangan (PKL) di PT Serikat Raja Lokal
Kota Bandar Lampung. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja
Nyata-Dari Rumah (KKN-DR) di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan selama 40 hari pada bulan Juni tahun
2021.

Bandar Lampung, 1 November 2022

Muhammad Fahmi Rosyadi


1841010395

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Segala puji syukur kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat-Nya, sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya
di Yaumul Akhir , sehingga saya (penulis) dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pendekatan Dakwah Dalam Budaya Pada
Masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan. Dengan baik walapun dalam bentuk sederhana.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk melengkapi tugas-
tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi Penyiaran dan Komunikasi Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi di UIN Raden Intan Lampung guna
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Selama proses penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Abdul Syukur M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Khairullah, S.ag. M.A selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus pembimbing 2 dalam
penelitian ini.
3. Ibu Ade Nur Istiani, M.I.Kom selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang selalu menyapa ketika
bertemu.
4. Ibu Dr. Fariza Makmun, S.Ag. M.Sos.I Pembimbing 1 dalam
penelitian ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.
6. Bapak Juheruddin selaku Kepala Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan
izin dan bantuan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

ix
7. Bapak Fauzi Saleh selaku ustadz pengajian Desa Banding yang
telah memberikan izin dan bantuan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Bapak M.Yusuf selaku Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI)
Desa Banding yang telah memberikan izin dan bantuan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Remaja Desa Banding yang telah berpartisipasi membantu
penulis dalam penelitian.
10. Keluarga besar yang selalu memotivasi dan mendukung selama
proses penggarapan tugas akhir.
11. Rara Octavia yang senantiasa mendukung, menemani, membantu
serta memotivasi penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir.
12. Sahabat Seperjuanganku Kontrakan Gaje, Risky Ammar,
M.Taufik Nurrohman dan Wahyu Subyantoro.
13. Raden Tribuana, Govirli Abdul Kodir selaku teman sekelas yang
membantu dan menemani penulis sejak awal perkuliahan hingga
akhir.
14. Teman-teman KPI F angkatan 18
15. Almamater Tercinta
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan serta
keikhlasan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi
ini. Sehingga penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk penulis. Semoga skripsi ini dapat diterima,
bermanfaat bagi pembaca serta dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 1 November 2022


Hormat Saya,

Mumammad Fahmi Rosyadi


NPM.1841010395

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................... i


ABSTRAK .................................................................................... ii
LEMBAR ORISINALITAS ....................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................... iv
PENGESAHAN ............................................................................ v
MOTTO ....................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................... 1


A. Penegasan Judul ...................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah .......................................... 4
C. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian ............. 7
D. Rumusan Masalah ................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................... 8
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan .............. 9
H. Metode Penelitian .................................................. 10
I. Sistematika Pembahasan........................................ 17

BAB II PENDEKATAN DAKWAH DAN BUDAYA ............. 19


A. Pendekatan Dakwah .............................................. 19
1. Pengertian Pendekatan Dakwah ..................... 19
2. Macam-macam Pendekatan Dakwah ............. 19
3. Pengertian Dakwah ........................................ 24
4. Unsur-unsur Dakwah ..................................... 26
5. Metode dan Tehnik Dakwah .......................... 28
6. Tujuan Dakwah .............................................. 31
B. Budaya .................................................................. 33

xi
1. Pengertian Budaya ......................................... 33
2. Unsur-unsur Budaya ...................................... 35
3. Ciri-ciri Budaya ............................................. 38
4. Fungsi Budaya ............................................... 39

BAB III BUDAYA LAMPUNG DI DESA BANDING


KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN SEBAGAI
PENDEKATAN DAKWAH ............................... 41
A. Profil Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan ................................. 41
1. Sejarah Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan ......................... 41
2. Visi dan Misi Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten lampung Selatan ........... 46
3. Letak Geografis Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan .......... 47
4. Struktur Organisasi dan Pemerintahan Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan ........................................... 48
5. Sarana dan Prasarana Desa Banding
Kecamatan Rajabasa kabupaten lampung
Selatan ........................................................... 49
B. Pelaksanaan Kegiatan Dakwah dalam Budaya di
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan .................................................. 50
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pengajian Akbar
di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan ......................... 50
2. Dai dan Mad’u ............................................... 51
3. Materi dan Metode Dakwah Yang
digunakan....................................................... 52
4. Aktivitas Pengajian ........................................ 53

xii
5. Pendekatan Dakwah dalam Budaya Pada
Masyarakat Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. ......... 54

BAB IV ANALISIS PENDEKATAN DAKWAH DALAM


BUDAYA PADA MASYARAKAT DESA
BANDING KECAMATAN RAJABASA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN ................. 61
Pendekatan Dakwah Dalam Budaya Pada
Masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan Dengan Menggunakan
Pendekatan Dakwah Kultural ..................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 67


A. Kesimpulan ........................................................... 67
B. Saran...................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel I. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Banding


Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
Tabel II. Pertumbuhan Penduduk Desa Banding Kecamtan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan
Tabel III. Jenis Pekerjaan Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan
Tabel IV. Susunan Organisasi dan Pemerintahan Desa Banding
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Kepala Desa Banding


Lampiran 2. Pedoman Wawancara Ustadz M.Yusuf
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Ketua PHBI
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mad’u
Lampiran 5. Pedoman Observasi
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 7. Surat Penelitian Dari Pemerintah Kabupaten Lampung
Selatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu
Lampiran 8. Surat Keterangan Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 9. Surat Keputusan Judul Skripsi

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Penegasan Judul ini untuk menghindari
kesalahpahaman makna yang terkandung dalam memahami
judul skripsi yang penulis ajukan, maka dipandang perlu
dijelaskan beberapa pengertian yang terdapat pada judul
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah sebagai berikut
“PENDEKATAN DAKWAH DALAM BUDAYA PADA
MASYARAKAT DESA BANDING KECAMATAN
RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN”
adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen
mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centeredapproaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-centered). Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (directinstruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran inkuiri dan discoveriserta
1
pembelajaran induktif.
Menurut Sanjaya “Pendekatan dapat dikatakan
sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
1
Abdullah, “Pendekatan dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan
Siswa,” 45-83-1-SM, Vol. 01No. 01 (2017) : 47, https://ejournal.unuja.ac.id

1
2

pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan


tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat
umum” Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka
pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu
ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian,
yang akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk
menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap
masalah atau objek kajian yang akan ditangani.2
Berdasarkan pengertian tersebut pendekatan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan dakwah
yang dilakukan dai kepada mad’u dengan melihat dari
perspektif budaya Lampung.
Dakwah adalah suatu proses motivasi agar manusia
melakukan kebaikan dan melarang manusia berbuat
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia
dan akhirat. Dakwah sendiri dapat diartikan suatu kegiatan
yang mengajak atau menyeru, mendorong manusia agar
berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk hidayah. Dalam
menyampaikan suatu pesan atau materi-materi yang
disampaikan oleh da’i kepada mad’u harus melaui metode
atau cara tertentu yang dilakukan seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan
atas dasar hikmah dan kasih sayang. 3 Demikian pula
M.Munir mendefinisikan sebagai kegiatan mengajak,
mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan
bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah dijalan-Nya
serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.4

2
Sitti Nurul Hasanah, “Budaya Perspektif Dalam Dakwah (Studi Tentang
Tradisi “Terbhangan Al-Hilal” di Dusun Tacempah Desa Plakpak Pegantenan
Pamekasan),” 3949-Article Text-10292-1-10-20201229.p, No. 4 (2019) : 4,
https://ejournal.iainmadura.ac.id
3
M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta:Prenada media Group,2013), 7
4
M.Munir dan WahyuIlaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:Kencana,2012),
18
3

Berdasarkan pengertian tersebut dakwah yang


dimaksud dalam penelitian ini adalah pengajian
mingguan di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.
Budaya berasal dari kata budhi yang berarti akal dan
daya artinya kekuatan dan dorongan, maka berarti kekuatan
akal karena kebudayaan manusia merupakan ukuran
pencurahan kekuatan manusia yang berpangkal pada akal,
baik akal pikiran, akal hati maupun akal tindakan. Budaya
berarti juga akal budi, pikiran dan cara keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang diperoleh melalui pembiasaan dan
belajar, beserta hasil dari budi dan karyanya itu. Jadi secara
sederhana, kebudayaan adalah hasil cita, cipta, karya dan
karsa manusia yang diperoleh melalui belajar.5 Budaya juga
merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun
sehingga menjadi ciri khas suatu daerah.
Berdasarkan pengertian tersebut budaya yang
dimaksud dalam penelitian ini ialah budaya Lampung,
dengan menggunakan bahasa Lampung dan juga
diselipkan pantun-pantun Lampung (sagata).
Desa Banding termasuk dalam wilayah Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Desa Banding
terbagi menjadi 3 dusun yaitu dusun 1 Banding, dusun 2
ketimbang dan dusun 3 Sumpuk. Desa Banding
berjumlah 2053 jiwa sebagian besar penduduk 90%
pribumi (Lampung) dan 10% pendatang dari Jawa Barat
dan suku lainnya. 6
Dari uraian penegasan judul baik definisi konseptual
maupun definisi personal diatas maka, yang dimaksud

5
Ibid, 4
6
Dokumentasi Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
4

dengan judul skripsi ini adalah penelitian tentang pengajian


mingguan di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan yang menggunakan
pendekatan budaya Lampung.

B. Latar Belakang Masalah


Dakwah merupakan suatu aktivitas untuk mengajak
orang kepada ajaran Islam yang dilakukan secara damai,
lembut, konsisten dan penuh komitmen. Cakupan dakwah
lebih luas daripada pengertian tablig. Dakwah meliputi
dakwah verbal (da’wah bil-lisan) dan dakwah nonverbal
(bil-hal), sedangkan tablig hanya meliputi ajakan secara
verbal.
Dakwah Islam meliputi ajakan, keteladanan, dan
tindakan konkret untuk melakukan tindakan yang baik bagi
keselamatan dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan
dalam QS. An-nahl ayat 125 Perintah untuk mengajak orang
ke jalan Allah secara tegas sebagaimana firman Allah :

          

            

 

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesunggguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya. Dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapatkan petunjuk.” (Qs.An-Nahl(16):125)
5

Berlandaskan ayat tersebut, pelaku dakwah dapat


mengambil dasar dasar untuk berdakwah dengan cara:
bijaksana (al-hikmah),yaitu perkataan yang tegas dan benar
yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil;
pelajaran yang baik (al-maw’izhah al-Hasanah); dan
perdebatan yang baik. Namun, cara yang terakhir jarang
dipergunakan dalam dakwah Islam karena perdebatan dan
perbantahan akan mengeraskan hati dan mengeruhkan
keadaan sehingga membawa pada posisi yang defensif
reaktif. Oleh sebab itu, cara yang paling banyak digunakan
oleh para juru dakwah, yaitu cara bijaksana (bil-hikmah)
dan perdebatan yang baik. 7
Manusia adalah makhluk hidup yang ditakdirkan
memiliki kesadaran. 8 Posisi manusia dalam hubungan
vertikalnya harus beriman, beribadah, beramal sholeh dan
bertaqwa. Keberhasilan manusia dalam melaksanakan
ajaran agama akan memberikn maksud tersendiri dalam
hidupnya betapapun kecil amal yang dilakukan dengan iklas
itu. 9 Maka dari itu manusia dijadikan objek dan sarana
dalam melaksakan dakwah.
Sebagai makhluk istimewa yang diciptakan Allah
SWT, manusia diberikan kemampuan untuk berfikir serta
kemampuan berbudaya serta beradaptasi dengan
lingkungannya. Menurut Toto Tasmara, pendekatan
dakwah adalah cara yang dilakukan seorang mubaligh
(komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas
dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain,
pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan

7
Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi (Bandung
: Simbiosa Rekatama Media 2010),h. 22.
8
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), h.
43.
9
Ibid, h.41-42.
6

human oriented dengan menempatkan penghargaan yang


mulia atas diri manusia.10
Dalam berdakwah memiliki beberapa cara yang bisa
dilakukan sebagai pendekatan, salah satunya dengan budaya
yang ada dimasyarakat. Namun, perkembangan zaman
mengakibatkan segala bentuk dan aspek kehidupan
mengalami pergeseran yang mengakibatkan kebudayaan
lama atau kebudayaan yang merupakan warisan nenek
moyang mulai mengikis, hal ini diakibatkan oleh masuknya
kebudayaan modern. Hal tersebut juga terjadi di Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
yang dimana pendekatan dakwah dengan memanfaatkan
budaya yang ada di lingkungan masyarakat mulai terkikis.
Berdasarkan observasi penulis, bahwa pendekatan
dakwah yang dilakukan di Desa Banding melalui pengajian
mingguan kurang menarik masyarakat karena dilakukan
dengan pendekatan dakwah yang monoton.11
Jadi, melihat adanya permasalahan tersebut perlu
adanya perubahan pendekatan dakwah yang ada di Desa
Banding dengan menggunakan budaya yang ada di
lingkungan masyarakat yaitu budaya Lampung dengan
menggunakan bahasa Lampung dan Sagata (pantun)
Lampung agar dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat
dalam mengikuti pengajian mingguan yang ada di Desa
Banding.
Panitia Hari Besar Islam (PHBI) adalah salah satu
organisasi keagamaan yang ada di Desa Banding. Mereka
memiliki kegiatan keagamaan salah satunya yaitu pengajian
mingguan dengan menggunakan bahasa Lampung dan

10
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Gaya Media Pratama,1987), 44-46
11
Observasi penulis di Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan, Pada 26 Mei 2022
7

Sagata (pantun) Lampung, kegiatan pengajian mingguan ini


sudah ada sejak tahun 2018 dilaksanakan setiap malam
senin ba`da isya pukul 20.00 – 21.30 di masjid Jami At-
Taqwa Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan dan dilakukan secara rutin.12
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut lagi mengenai
bagaimana pendekatan dakwah dalam budaya pada
masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan.

C. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian


Mengingat keterbatasan waktu dan keterbatasan
kemampuan maka peneliti membatasi penelitian ini yang
berkenaan dengan:
Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengetahui
bagaimana pendekatan dakwah dalam budaya pada
masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pendekatan dakwah dalam budaya pada
masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan?

12
Tozzy Guspa Robi (Ketua PHBI), Wawancara pada tanggal 15 Agustus
2022
8

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Untuk mendeskripsikan pendekatan dakwah dalam
budaya pada masyarakat Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan atau
menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan. Serta bisa memberikan
tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam.13
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan atau
menambah bahan informasi bagi para peneliti.
Diharapkan hasil dari penelitian ini akan menambah
khazanah dan menambah sikap dan prilaku sopan
santun terhadap orang tua terhadap sesama dan juga
bisa memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang

13
Fiman Baihaki, “Dampak Game Online Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja Desa Bhakti Idaman Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi” (Skripsi, UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2021), 5
9

bermanfaat juga bisa memberikan atau menambah


bahan informasi bagi para peneliti.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Untuk menghindari Plagiat dalam hal yang akan
diteliti berdasarkan fakta yang telah didapat, penulis
menemukan skripsi yang hampir serupa dengan judul yang
akan penulis teliti, judul skripsi tersebut diantara nya :
1. Penelitian oleh Melly Taslima, dengan judul Pendekatan
Dakwah Dalam Prosesi Adat Perkawinan Tangan-
tangan Kabupaten Aceh Barat Daya, yang
dipublikasikan pada tahun 2022 di UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Kesamaannya dengan penelitian ini yaitu
sama-sama membahas mengenai pendekatan dakwah
dalam budaya dan menggunakan menggunakan metode
penelitian kualitatif. Sedangkan yang membedakan
dengan penelitian ini yaitu dakwah menggunakan
pendekatan budaya adat pernikahan dan objek
penelitian.14
2. Penelitian oleh Melinda Novitasari, dengan judul
Metode Dakwah Dengan Pendekatan Kultural Sunan
Kalijaga, yang dipublikasikan pada tahun 2018 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Kesamaannya dengan penelitian ini yaitu sama sama
membahas tentang pendekatan budaya dan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan
yang membedakan dengan penelitian ini yaitu

14
Melly Tasmala, “Pendekatan Dakwah Dalam Prosesi Adat Perkawinan di
Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya (Skripsi, UIN Ar-Raniry
Banda Aceh, 2022)
10

pendekatan budaya dalam dakwah dan objek


penelitian.15
3. Penelitian oleh M.Azis Edi Saputra, dengan judul
Tradisi Syawalan sebagai Pendekatan Dakwah Dalam
Mempererat Silaturahim Pada Masyarakat Keluaran
Korpri Jaya Kecamatan Sukarame. Yang dipublikasikan
pada tahun 2020 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung. Kesamaannya dengan penelitian
ini yaitu sama-sama membahas tentang pendekatan
dalam dakwah. Sedangkan yang membedakan
penelitian ini menggunakan pendekatan budaya dalam
dakwah dan objek penelitian.16

H. Metode Penelitian
Agar suatu penelitian mendapatkan hasil yang
maksimal perlu ditentukan metode-metode tertentu dalam
melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan
mencapai hasil yang diharapkan. Ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan dalam metode penelitian, antara lain:
1. Sifat dan jenis penelitian
a. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field Research), melalui
pendekatan kualitatif. Penelitian lapangan (field
Research) adalah suatu jenis penelitian yang
berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi

15
Melinda Novitasari,” Metode Dakwah Dengan Pendekatan Kultural Sunan
Kalijaga”(Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2019)
16
M. Azis Edi Saputra, “Tradisi Syawalan sebagai Pendekatan Dakwah
Dalam Mempererat Silaturahim Pada Masyarakat Keluaran Korpri Jaya Kecamatan
Sukarame” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020)
11

mengenai permasalahan di lapangan. 17 Karena


dilihat dari tujuan penelitian ini untuk mempelajari
secara intensif latar belakang keadaan saat ini dari
interaksi individu, kelompok dan lembaga.18
Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan
mengumpulkan data dengan cara terjun langsung ke
lokasi penelitian secara faktual dan aktual dari
permasalahan yang ada di lapangan guna
mendapatkan informasi secara sistematik mengenai
pendekatan dakwah dalam budaya pada masyarakat
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari jenisnya maka sifat penelitian ini
mengunakan metode kualitatif deskriptif. Yaitu
penelitian yang di gunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku secara umum
atau generalis. 19 Tujuan penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran
secara sistematis, faktual dan aktual mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. 20
Jadi dalam penelitian ini penulis akan
mendeskripsikan sesuai dengan apa adanya, guna

17
M. Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research (Yogyakarta:
Sumbangsih, 1975), 22.
18
Sumardi Suryabrata, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
81
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan RnD (Bandung:
Alfabeta, 2009), 182.
20
Wiraja Sujaweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2014), 42.
12

memberikan penjelasan terhadap pokok-pokok yang


diteliti yaitu dapat mengetahui bagaimana
pendekatan dakwah dalam budaya pada masyarakat
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan.
c. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh dengan
menggunakan 2 cara yaitu primer dan sekunder.
1. Sumber data primer yaitu data pokok yang di
dapatkan untuk kepentingan penelitian. Sumber
data primer di dapatkan secara langsung dari
sumber data aslinya berupa wawancara,
pendapat dari individu atau kelompok maupun
hasil observasi dari suatu objek kejadian atau
hasil pengujian. 21 Data primer ialah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang memerlukannya. 22
Dalam menentukan jenis sumber data primer
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik purposive sampling yaitu
suatu metode penarikan sampel nonprobability
yang digunakan dengan kriteria tertentu.
Adapun kriteria yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah dengan
kriteria sebagai berikut:

21
Ibid, 73
22
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya (Jakarta:Ghalia Indonesia,2002), 82
13

1. Bapak dan ibu yang aktif dalam


mengikuti pengajian mingguan Desa
Banding.
2. Remaja yang aktif dalam mengikuti
pengajian mingguan Desa Banding.
Berdasarkan kriteria diatas yang menjadi
sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1
orang da’i, 1 ketua umum Panitia Hari Besar
Islam (PHBI), 1 Kepala Desa Banding dan 5
orang mad’u. Sehingga jumlah keseluruhan yang
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
berjumlah 8 orang.
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data
pendukung yang diperoleh secara tidak
langsung dari studi kepustakan yang berupa
buku-buku, hasil-hasil penelitian yang bewujud
laporan, dan sebagainya. Sumber data ini
merupakan sumber data yang membantu
memberikan keterangan atau data pelengkap.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.23
Dalam penelitian ini data sekunder
merupakan data yang berguna untuk
memperkuat dan melengkapi informasi, yaitu
dokumentasi tertulis maupun foto di Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan.

23
Ibid
14

2. Metode Pengumpulan Data


Untuk memudahkan dalam pengambilan data lapangan,
penulis menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Metode interview (wawancara)24
Interview atau wawancara merupakan
percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu.
Kegiatan ini merupakan proses tanya jawab secara
lisan dari dua orang atau lebih yang berhadapan
secara fisik (langsung). Oleh karena itu kualitas hasil
wawancara ditentukan oleh pewawancara,
responden, pertanyaan dan situasi wawancara.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis
wawancara bebas terpimpin yaitu pewawancara
secara bebas bertanya apa saja dan harus
menggunakan acuan pertanyaan lengkap dan
terperinci agar data-data yang diperoleh sesuai
dengan harapan. Metode interview ini digunakan
untuk memperoleh data tentang pendekatan dakwah
dalam budaya pada masyarakat Desa Banding
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
2. Metode Observasi
Observasi ialah metode pengumpulan data
melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara
cermat dan langsung. Dalam hal ini peneliti dengan
berpedoman kepada desain penelitiannya perlu
mengunjungi langsung lokasi penelitian untuk
mengamati secara langsung berbagai hal atau
kondisi yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini
observasi yang digunakan adalah observasi

24
Ibid
15

partisipan, penulis berlaku sebagai pengamat


sekaligus mengambil bagian kehidupan yang
diobservasi dengan tujuan agar diperoleh keterangan
yang obyektif. Alasan penulis menggunakan metode
ini adalah dapat mengingat-ingat lebih banyak atas
fenomena yang perlu dicatat terhadap kondisi yang
ada pada tempat penelitian. Yang diamati disini
adalah cara da’i melakukan pendekatan dakwah
dalam budaya pada masyarakat Desa Banding
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.25
3. Metode Dokumentasi
Penelitian lapangan yang akan dilaksanakan,
informasi yang berbentuk dokumen sangat relevan
karena tipe informasi ini bisa menggunakan berbagai
bentuk dan dijadikan sebagai sumber data yang
eksplisit. Adapun jenis-jenis dokumen tersebut
seperti surat, memorandum, pengumuman resmi,
penelitian yang sama, kliping- kliping dan artikel
yang muncul di media massa, maupun laporan
peristiwa lainnya. 26 Dokumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini untuk menghimpun data tentang
profil Desa Banding, struktur kepengurusan, data-
data warga masyarakat, berupa catatan dan laporan
kegiatan-kegiatan dakwah khususnya terhadap
pendekatan dakwah dalam budaya pada masyarakat
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul baik di lapangan
maupun dipustaka, maka selanjutnya menganalisa

25
Ibid, 13
26
Ibid
16

data sesuai dengan permasalahannya. Metode analisa


data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang
berbentuk data, kalimat, skema dan gambar.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data kualitatif diangkakan.
Dalam penelitian ini menggunakan analisa
data yang bersifat kualitatif yaitu cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis
atau lisan dan juga prilakunya yang nyata, di teliti
dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Setelah
analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan
secara deskriptif, yaitu dengan menggambarkan dan
menuturkan apa adanya sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut
kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan
jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini dengan menggunakan cara berfikir
induktif.27
Metode berfikir induktif yaitu berangkat dari
fakta-fakta yang khusus, dari peristiwa-peristiwa
yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau
peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi yang
mempunyai sifat umum. Metode ini digunakan
dalam pengumpulan data dari berbagai literature
yang berkaitan dengan pendekatan dakwah dalam
budaya pada masyarakat Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Kemudian
dianalisa dan ditarik kesimpulan sehingga menjadi
suatu keputusan yang bersifat khusus. Setelah data

27
Ibid, 15
17

terkumpul kemudian data diolah lalu dianalisa,


sehingga pada selanjutnya adalah kesimpulan.
Dalam menganalisa digunakan metode kualitatif,
menurut Kartini Kartono adalah data yang tidak
dapat diselidiki secara langsung, misalnya data
mengenai intelegensi, opini, keterampilan, aktifitas,
sosialitas, kejujuran, minat, attitude atau sikap
simpati dan lain-lain. Dalam hal ini penulis
menggunakan prinsip berfikir deduktif yaitu metode
pembahasan yang berangkat dari fakta yang umum
kemudian menarik kesimpulan yang khusus.
Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu
sikap, metode dan aktifitas.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan
penyusunan pada skripsi ini, maka penulisan akan
menyajikan pembahasan dalam beberapa bab yang
sistematikanya sebagai berikut :
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Membahas tentang gambaran umum mengenai
penegasan judul, Latar Belakang Masalah, Fokus
Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika
Pembahasaan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini memuat uraian tentang landasan teori yang
terkait dengan dua sub tema yaitu yang pertama ada
pengertian pendekatan dakwah, pengertian dakwah,
unsur-unsur dakwah, metode dakwah, tujuan dakwah.
18

Sub tema yang kedua yaitu pengertian budaya, unsur-


unsur budaya, ciri-ciri budaya, fungsi budaya.
3. BAB III GAMBARAN UMUM
Membahas tentang gambaran umum dan lokasi
penelitian seperti sejarah Desa Banding, visi dan misi,
letak geografis, struktur organisasi dan pemerintahan,
sarana dan prasarana dan data penelitian dalam
pelaksanaan kegiatan dakwah dalam budaya di Desa
Banding.
4. BAB IV ANALISIS PENELITIAN
Analisis penelitian yang meliputi analisis data yang
telah dilakukan oleh peneliti yang fakta dan terarah
tentang pelaksanaan kegiatan dakwah dalam budaya di
Desa Banding.
5. BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan mengenai temuan serta hasil dari
pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh.
BAB II
PENDEKATAN DAKWAH DAN BUDAYA

A. Pendekatan Dakwah
1. Pengertian Pendekatan Dakwah
Kata Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses dakwah. Umumnya,
Penentuan pendekatan di dasarkan pada mitra dakwah
dan suasana yang melingkupinya. Mengutarakan tiga
pendekatan dakwah yaitu pendekatan budaya,
pendekatan pendidikan, pendekatan psikologis.
Pendekatan-pendekatan ini melihat lebih banyak
kondisi mitra dakwah. Oleh karenanya pendakwah,
metode dakwah, pesan dakwah, dan media dakwah
harus menyesuaikan pada kondisi mitra dakwah. 1
Pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan
seorang mubaligh untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan
kata lain pendekatan dakwah harus bertumpu pada
suatu pandangan human oriented dengan mendapatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia. Pendekatan
terfokus pada mitra dakwah lainnya adalah dengan
mengunakan bidang-bidang kehidupan sosial
2
kemasyarakatan.
2. Macam-macam Pendekatan Dakwah
Pendekatan yang terfokus pada mitra dakwah
adalah dengan menggunakan bidang-bidang social
kemasyarakatan. Pendekatan dakwah model ini

1
M.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Prenada media Group,2004), 347
2
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah (Bandung : Mizan, 1997), 25

19
20

meliputi: pendekatan sosial-politik, pendekatan sosial-


budaya, pendekatan social-ekonomi, dan pendekatan
social-psikologis. Semua pendekatan diatas bisa
disederhanakan dengan dua pendekatan yaitu
pendekatan dakwah struktural dan pendekatan dakwah
kultural.3
1. Pendekatan dakwah struktural adalah untuk
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara
yang sejahtera dan religious.
2. Pendekatan kultural atau social budaya merupakan
bentuk membangun moral masyarakat melalui
kultur mereka, misalnya dengan memberdayakan
ekonomi masyarakat, memberikan pendidikan yang
memadai untuk membentuk sumber daya manusia
yang berkualitas dan sebagainya.
Sebagaimana definisi pendekatan dakwah diatas yaitu
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
dakwah, maka ada pendekatan lain yang melibatkan
semua unsur dakwah, bukan hanya mitra dakwah. Dari
definisi ini, terdapat dua pendekatan dakwah, yaitu
pendekatan dakwah yang terpusat pada pendakwah dan
pendekatan yang terpusat pada mitra dakwah.
1. Pendekatan yang terpusat pada pendakwah adalah
menuntu unsur-unsur dakwah lainnya
menyesuaikan atau bekerja sesuai dengan
kemampuan pendakwah: pesan dakwah manakah
yang mampu dikuasai oleh pendakwah, metode
dakwah manakah yang mampu digunakan oleh
pendakwah, media dakwah manakah yang mampu
dimanfaatkan pendakwah.

3
M.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Prenada media Group,2004), 348
21

2. Pendekatan yang berpusat pada mitra dakwah


adalah memfokuskan unsur-unsur dakwah dalam
upaya penerimaan mitra dakwah dengan tipologi
tertentu: manakah pesan dakwah yang paling
dibutuhkan oleh mitra dakwah serta metode dan
media dakwah yang bagaimanakah yang dapat
menggugah hati mitra dakwah4
Selanjutnya ada macam-macam pendekatan
menurut Rasyidah Dimana pendekatan dakwah yang
bersifat positif, terdiri dari pendekatan biologis,
pendekatan ekonomis, pendekatan
partisipatis/pendampingan, pendekatan budaya,
pendekatan keteladanan, pendekatan personal,
pendekatan pendidikan dan pendekatan bimbingan. 5
Dan juga pendekatan yang bersifat negatif berupa lost
control, pendekatan otoriter, pendekatan alamiah dan
pemanjaan. Dengan kata lain pendekatan dakwah harus
bertumpu pada suatu pandangan hiuman oriented
dengan mendapatkan penghargaan yang mulia atas diri
manusia. Pendekatan terfokus pada mitra dakwah
lainnya, adalah dengan menggunakan bidang-bidang
kehidupan sosial kemasyarakatan.6
a. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek:
1. Citra pandang dakwah terhadapan manusia
sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Oleh
karena itu, mereka harus dihadapi dengan

4
Ibid
5
Rasyidah, “Ilmu dakwah perspektif gender “(Banda Aceh: Bandar
Publishing, 2009), 165
6
Ibid
22

pendekatan persuasif, hikmah dan kasih


sayang.
2. Realita pandang dakwah terhadap manusia
yang disamping memeiliki kelebihan, remaja
juga memiliki berbagai macam kekurangan dan
keterbatasan. Remaja sering kali mengalami
kegagalan mengomunikasikan dirinya
ditengah-tengan masyarakat sehingga
terbelenggu dalam lingkaran problem yang
mengganggu jiwanya. Oleh karena itu dakwah
harus memandang setiap mitra dakwah sebagai
manusia dengan segala problematikanya.
Pendekatan psikologis ini terutama bagi
mereka yang memerlukan pemecahan masalah
rohani, baik dengan bimbingan dan penyuluhan
maupun dengan metode-metode lain.
b. Pendekatan Partisipan/pendampingan
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang sering
dilakukan oleh keluarga dalam mendampingi anak
supaya terhindar dari pengaruh yang masuk dari
dari luar, baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif. Contoh dari pendekatan ini adalah
orangtua mendampingi anaknya disaat belajar,
makan, shalat dan lain sebagainya. Supaya anak
merasa dipedulikan oleh orangtuanya.
c. Pendekatan Budaya
Setiap masyarakat memiliki budayanya masing-
masing, pendekatan ini adalah pendekatan yang
dilakuan dengan memperhatikan suatu perbuatan
yang menjadi kebiasaan masyarakat setempat yang
di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni,
moral dan adat istiadat.
23

d. Pendekatan Personal
Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara
individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung
bertatap muka sehingga materi yang disampaikan
langsung diterima dan biasanya reaksi oleh mad’u
akan langsung diketahui. Seperti pernah dilakukan
pada zaman Rasulullah SAW, ketika berdakwah
secara rahasia. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan di zaman era modern seperti
sekarang ini pendekatan personal harus tetap
dilakukan karena terdiri dari berbagai karakteristik.
Disinilah letak elektabilitas pendekatan dakwah.
e. Pendekatan Kelompok
Pendekatan dakwah kelompok adalah dakwah yang
dilaksanakan oleh seorang da’i terhadap sejumlah
mad’u dalam satu kelompok. Sedangkan kelompok
dalam pengertian lain berarti dakwah yang
dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam sebuah
organisasi dakwah untuk melaksanakan dakwah
islam ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan
kelompok dalam pengertian kedua berarti dakwah
yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam
sebuah organisasi dakwah yang dilaksanakan
dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat.
Jika melaksanakan dakwah dengan pendekatan
jamiyah (organisasi dakwah) maka dakwah dapat
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pembentukan suatu organisasi/kelompok
dakwah
2. Menyusun rencana dakwah
24

3. Melaksanakan program dakwah


4. Mengontrol, mengendalikan, mengevaluasi
setiap pelaksanaan dakwah untuk dijadikan
bahan perbaikan pada pelaksanaan program
dakwah selanjutnya.7
Pendekatan-pendekatan diatas adalah sebagian
dari pendekatan yang ada, dan semuanya bisa djadikan
acuan para da’i untuk melakukan dakwahnya.
Dalam penelitian ini dengan melihat keadaan
sosial masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan maka pendekatan yang
cocok diterapkan yaitu pendekatan dakwah kultural
yang berpusat pada pendakwah dan pendekatan dakwah
kultural yang terpusat pada mitra dakwah. Di dalam
lingkup desa yang masih sangat kental akan
kebudayaannya pendekatan ini sangat diperlukan dalam
melakukan pendekatan dakwah kepada masyarakat
untuk membentuk suatu ketertarikan dalam menerima
pesan dakwah. Begitu juga dengan pendekatan yang
berpusat pada pendakwah melihat dari apa yang
dikuasai oleh da’I dan pendekatan yang terpusat pada
mitra dakwah harus melihat dari berbagai sudut
pandang baik dari segi metode dan media dakwah yang
dibutuhkan oleh masyarakat Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
3. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa Da’wah berarti:
panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan
tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti:
7
Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fadiyah, (Jakarta: Gema Insane Pres,
1995), 64
25

memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u,


Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut
dengan da’i dan orang yang menerima dakwah atau
orang yang didakwahi disebut dengan mad’u. 8 Ilmu
dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana berdakwah atau mensosialisasikan ajaran
islam kepada objek dakwah (masyarakat) dengan
berbagai pendekatan agar nilai-nilai ajaran islam dapat
direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan tujuan
agar mendapat ridha Allah SWT.9
Pengertian dakwah dapat dikutip dari beberapa
buku yang telah ditulis oleh beberapa tokoh dakwah
sebagai berikut:
a. Menurut Prof Toha Yahya Omar, dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagian mereka di dunia dan
akhirat.10
b. Jamaluddin Kafie berpendapat bahwa dakwah
adalah suatu system kegiatan seseorang, kelompok,
segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah
yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan,
panggilan, undangan, dan do’a yang disampaikan
dengan ikhlas dan menggunakan metode, system dan
teknik tertentu, agar menyentuh qalbu dan fitrah
seseorang, keluarga, kelompok,massa,dan

8
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Rajawali Pers,2011), 1
9
Ibid, 6
10
Toha Yahya Omar, “Islam dan Dakwah”, (Jakarta: Zakia Islami Press,
2004), 67
26

masyarakat supaya dapat mempengaruhi tingkah


lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.11
c. Quraish Shihab mengatakan, dakwah adalah seruan
atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah
situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna,
baik terhadap pribadi maupun masyarakat.12
4. Unsur-unsur Dakwah
Komponen atau unsur dakwah dapat dipahami
sebagai bagian-bagian yang menjadi pilar utama
terlaksananya dakwah dalam kehidupan manusia.13
Komponen tersebut bekerja secara integral dan
berkolaborasi satu sama lainnya untuk memperoleh
tujuan dan hasil yang seragam, yakni
“mentrasformasikan” manusia pada jalur kebaikan dan
ridha Allah. Semua komponen dalam aktivitas dakwah
diibaratkan sebagai sebuah fenomena seperti bentuk
fokus kamera terhadap objek, maka cahaya yang
dihasilkan terhadap fokus objek tersebut merupakan
kerjasama berbagai komponen dalam kamera untuk
mendapat “gambaran” manusia yang tercerahkan
menurut bingkai petunjuk Allah. Komponen-
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pelaku Dakwah (Da’i)
Pelaku dakwah merupakan pihak yang melakukan
dakwah mulai dari perencanaan sampai pada
tahapan pengevaluasian kegiatan dakwah. Pelaku
dakwah dapat berupa individu maupun kelompok,

11
Fathul Bahri An-Nabiry, "Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para
Da’i”. (Jakarta: AMZAH, 2008), 20
12
Ibid
13
Syukri Syamaun, “Dakwah Rasional”, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press,
2007), 24
27

organisasi atau lembaga. Pelaku dakwah dapat


dalam bentuk formal, seperti khatib dan lembaga
tertentu, dan dapat bersifat tidak formal, seperti
orang yang tanpa sadar memberikan tindakan
kebaikan yang dicontohkan khalayak. Terlepas
sifat formal dan tidak formal tersebut, pada
dasarnya semua muslim adalah pelaku dakwah
yang memiliki tanggung jawab moral terhadap
aktivitas dakwah.14
Toto Tasmara mengatakan bahwa
komunikasi dakwah yang berperan sebagai da’i
atau mubaligh (pelaku dakwah), meliputi:15
1. Secara umum adalah setiap Muslim atau
Muslimat yang mukallaf (dewasa) dimana bagi
mereka kewajiban dakwah merupakan suatu
yang melekat tidak terpisahkan dari misinya
sebagai penganut Islam, sesuai dengan
perintah: “Sampaikan walaupun hanya satu
ayat”
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil
spesialisasi khusus (mutakhasis) dalam bidang
agama Islam yang dikenal dengan ulama.
b. Mitra Dakwah (Mad’u)
Objek yang menjadi sasaran dakwah, yaitu semua
manusia. Sebagaimana dalam firman Allah SWT
dalam surat as-saba’ ayat 28, yang berbunyi:

14
Ibid, 25
15
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),
41
28

        

   

Artinya: “dan Kami tidak mengutus kamu,


melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui” (QS As-saba’:28)

Berdasarkan ayat diatas, dapat dipahami bahwa


objek dakwah atau sasaran dakwah secara umum
adalah seluruh manusia. Kalau yang menjadi sasaran
dakwah semua orang, sudah barang tentu yang harus
dilihat dan sekaligus dipertimbangkan adalah jenis atau
kelompok masyarakat tersebut, baik dilihat dari segi
pendidikan, ekonomi, sistem sosial, kedudukan, usia,
dll. Setelah kondisi masyarakat sasaran dakwah
diketahui dengan rinci, materi dan pendekatan dakwah
tidak perlu selalu sama.
5. Metode Dakwah
Menurut Said bin Ali Al-Qathani metode dakwah
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-
kendalanya. Adapun Abd Al-Karin Zaidan
mendefinisikan motode dakwah merupakan ilmu yang
terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan
dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya.16 Dari segi
bahasa metode ialah jalan atau cara, berarti metode
dakwah adalah jalan atau cara yang digunakan da’i
untuk menyampaikan dakwahnya.

16
M.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Prenada media Group,2004), 357
29

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang


dipakai juru dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah; metodelogi dakwah merupakan ilmu yang
mempelajari tentang cara-cara berdakwah untuk
memudahkan pemahaman isi dakwah oleh mad’u.
Pesan yang baik yang disampaikan dengan metode
tidak benar, maka pesan tersebut bisa saja tidak benar
dan membuat orang lain tidak akan dimengerti. 17
Berdasarkan pada kemampuan (potensi) manusia,
metode dakwah itu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Metode bi al-lisan
Secara etimologis metode bi al-lisan
merupakan dari kata lisan berarti bahasa. Jadi
dakwah bi al-lisan adalah memanggil, menyeru
dengan menggunakan bahasa.18
Dengan demikian dakwah bi al-lisan adalah
dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang
dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah,
khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Dakwah bi
al-lisan merupakan dakwah yang diucapkan dengan
lisan misalnya khutbah, ceramah, pidato, diskusi,
dan lain-lain.19
Jadi kesimpulannya metode ini merupakan
peroses penyampaian pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau kemunikasi secara langsung)
b. Metode bi al-hal

17
Syukri Syamaun, “Dakwah Rasional”, (Banda Aceh: Ar-Raniry
Press,2007), 25
18
Prof. Dr. Moh. Ali Azis,M.Ag “Ilmu Dakwah”, (Prenadamedia
Group,2016) , 185
19
Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1981), 41
30

Dakwah bi al-hal adalah dakwah dengan


perbutan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya
dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya
nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara
konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
Dengan demikian dakwah bi al-hal merupakan
bentuk karya (amal) dan perilaku yang dilakukan
oleh da’i untuk dapat mendorong seseorang atau
sekelompok orang lain untuk mengubah dirinya dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik,
memuaskan dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
c. Metode bi al-qalam
Dakwah bi al-qalam merupakan dakwah yang
dilakukan dengan perantara tulisan, baik berbentuk
surat yang dikirim kepada orang-orang yang tertentu
ataupun karangan-karangan yang dimuat di
majalah/surat kabar. Termasuk juga didalamnya
buku-buku, pengumuman tertulis, diktat dan lain-
lain, yang kesemua itu sasaran dakwah mendapatkan
pemahaman dakwah Islamiyah melalui membaca
media-media tersebut.20
Setiap metode memerlukan tehnik dalam
mengimplementasikannya. Tehnik adalah cara yang
dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan sebuah metode. Menurut
Wina Sanjaya tehnik berisi langkah-langkah yang
diterapkan dalam membuat metode lebih berfungsi.
Karena ilmu dakwah banyak berhubungan bahkan
memerlukan disiplin ilmu lain, seperti ilmu
komunikasi, ilmu manajemen, psikologi dan

20
Rasyidah, Ilmu dakwah perspektif gender (Banda Aceh: Bandar Publishing,
2009), 165
31

sosiologi. Maka penjabaran metode dah tehnik-


tehniknya banyak meminjam dari berbagai ilmu
diatas dengan berbagai modifikasi.21
Melalui tulisan-tulisan di media massa,
seorang mubaliq, ulama, kiyai, atau umat Islam pada
umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau
keilmuan yang dikuasainya dapat melaksanakan
dakwah bi al-qalam. Dengan demikian, mereka atau
kita pun melaksanakan peran sebagai jurnalis
Muslim, yakni sebagai muaddib (pendidik),
musaddid (pelurus informasi tentang ajaran dan
umat Islam), mujaddid (pembaharu pemahaman
tentang Islam), muwahid (pemersatu atau perekat
ukhuwah Islamiyah), dan mujahid (pejuang,
pembela, dan penegak agama dan umat Islam).22
6. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya tujuan dakwah secara umum sama
seperti diturunkan agama Islam itu sendiri, yaitu
sebagai rahmat bagi seluruh alam. Fungsi ke rahmatan
dari ajaran Islam ini disosialisasikan oleh da’i agar
manusia mengenal Tuhan, mengikuti petunjuk-Nya,
sehingga dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.23
1. Adapun tujuan dakwah dari segi mad’u (manusia
sebagai objek dakwah) dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu tujuan kepada pribadi, keluarga dan
masyarakat. Dari sisi pribadi seseorang, dakwah
bertujuan agar terbinannya pribadi muslim yang

21
M.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Prenada media Group,2004), 359
22
Ibid, 167
23
Jasafat, dkk, Dakwah Media Aktualisasi Syariat Islam, (Banda Aceh: Dinas
Syariat Islam, 2011), 8
32

sejati, yaitu figur insan yang dapat menerjemahkan


ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya.24
2. Adapun tujuan dakwah kepada masyarakat
diharapkan agar terbinanya kehidupan yang rukun
dan damai, taat dalam melaksanakan ajaran agama
dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Lebih
dari itu, dalam interaksi sosial diharapkan
munculnya sikap saling menghormati satu sama lain,
baik sesama muslim maupun dengan pemeluk
agama lainnya.25
Jadi, inti dari semua tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan dakwah diatas mencari keridhaan Allah
SWT. Dari sudut manapun dakwah tersebut diarahkan
maka intinya adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Moh Ali Aziz dalam bukunya “Ilmu Dakwah”
menyebutkan bahwa tujuan Umum dakwah yaitu:26
a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang
mati
b. Agar manusia mendapat ampunan dan
menghindarkan azab dari Allah
c. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutu-
Nya
d. Untuk menegakkan agama dan tidak pecah belah
e. Mengajak dan menuntun kejalan yang lurus
f. Untuk menghilangkan pagar penghalang
sampainya ayat-ayat Allah kedalam lubuk hati
masyarakat

24
Ibid
25
Ibid
26
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta; Kencana, 2004), 60-63
33

B. Budaya
1. Pengertian Budaya
Secara etimologi kata Kebudayaan dari akar
budaya yang berasal dari bahasa sangsekerta. Dari akar
kata budhhi, jamaknya adalah buddhayah yang
diartikan budi, atau akal, atau akal budi atau pikiran.
Setelah mendapat awalan (ke) dan akhiran (an) menjadi
kebudayaan yang berarti hal ihwal tentang alam pikiran
manusia.27
Budaya berasal dari kata budhi yang berarti akal
dan daya artinya kekuatan dan dorongan, maka berarti
kekuatan akal karena kebudayaan manusia merupakan
ukuran pencurahan kekuatan manusia yang berpangkal
pada akal, baik akal pikiran, akal hati maupun akal
tindakan. Budaya berarti juga akal budi,pikiran dan
cara berprilakunya, berarti pula sebagai kebudayaan.
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang diperoleh melalui pembiasaan
dan belajar, beserta hasil dari budi dan karyanya itu.
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa
kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni
zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.28

27
Santri Sahar, Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama (Makassar:
Cara Baca, 2015), 98.
28
Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur
Persatuan Tamansiswa, 1994), 78
34

Adapun istilah culture yang merupakan istilah


bahasa asing yang sama artinya dengan kebududayaan
berasal dari kata Latin colore. Artinya mengolah atau
mengajarkan , yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari
asal arti tersebut, yaitu colore dan culture, diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam. 29 Gillin, beranggapan
bahwa “kebudayaan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan
yang terpola dan secara fungsional saling bertautan
dengan individu tertentu yang membentuk grup-grup
atau kategori sosial tertentu. Secara umum atau secara
luas, istilah budaya adalah suatu gaya hidup yang
berkembang dalam suatu kelompok atau masyarakat
dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya. Sehingga budaya merupakan
gaya hidup yang sudah dilakukan dari sejak lahir
bahkan sejak masih dalam kandungan sampai tutup
usia. Budaya ini menciptakan adat istiadat, yang
kemudian diterapkan oleh masyarakat ke seluruh
aspek kehidupan. Kemudian dipatuhi pula oleh
masyarakat dalam kelompok tersebut meskipun tidak
ada hukum tertulis mengenai penerapannya. Semua
unsur dan bentuk budaya disampaikan secara
lisan. Budaya juga adalah suatu gaya hidup yang
diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
sekumpulan anggota masyarakat.30 Ki Hajar Dewantara
mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi

29
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), 150
30
Ibid
35

manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua


pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan
bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai.31 Jadi, kebudayaan mencakup semuanya yang di
dapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu
yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif.
Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola
berpikir, merasakan dan bertindak. Seorang yang
meneliti kebudayaan tertentu akan sangat tertarik
objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang,
jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.32
Desa Banding mempunyai banyak ragam suku
dan budaya seperti, suku sunda, jawa dan Lampung.
Masing-masing mempunyai kebudayaan yang berbeda-
beda tetapi tidak menutup kemungkinan untuk saling
memahami dan bertoleransi. Akan tetapi, budaya yang
paling dominan di Desa Banding adalah Budaya
Lampung. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti
Pendekatan budaya dakwah dalam kebudayaan
Lampung yang ada di Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
2. Unsur-unsur Budaya
Beberapa orang telah mencoba merumuskan
unsur-unsur pokok kebudayaan misalnya pendapat
yang dikemukakan oleh Melville J. Herskovits bahwa

31
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi
(Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964), 115.
32
Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur
Persatuan Tamansiswa, 1994), 78
36

unsur pokok kebudayaan terbagia menjadi empat


bagian yaitu: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi,
keluarga, dan kekuasaan politik. 33 Sedangkan
berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan,
yakni sebagai berikut.
a. Sistem religi dan upacara keagamaan,
Mencakup segala gagasan, pelajaran, aturan-aturan
keagamaan, dongeng suci, riwayat tokoh, tata cara
upacara, dsb.
b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Mencakup struktur kasepuhan adat, rapat adat,
kelompok janger, sistem perkawinan, dsb.
c. Sistem Pengetahuan
Merupakan seperangkat unsur yang berkaitan
dengan cara mengetahui hal yang perlu diketahui
seperti: alam disekitarnya, flora ditempat tinggal
masyarakat tertentu, fauna atau binatang, zat-zat
mentah yang berada disekitar, tubuh manusia, sifat
dan tingkah laku manusia, ruang dan waktu.
d. Bahasa
Bahasa dari suatu suku bangsa selalu menunjukan
berbagai variasi yang ditentukan oleh letak
geografis dan bagaimana lingkungan sosial dalam
masyarakat tersebut.
e. Kesenian
Seni tari, seni rupa dan berbagai folklore atau
karya sastra yang disebarkan melalui komunikasi
lisan ataupun dinyanyikan dan didendangkan.

33
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
78.
37

f. Sistem mata pencaharian hidup


Misalnya pertanian, peternakan, sistem produksi,
sistem distribusi antar bahan baku dan bahan
makanan, dsb.
g. Sistem teknologi dan peralatan34
Pembuatan alat-alat produksi, wadah, senjata, alat
pembuat api, dsb.
Selanjutnya Bronislaw Malinowski menyebut unsur-
unsur pokok kebudayaan sebagai berikut :
a. Sistem norma-norma yang memungkinkan
kerjasama antara para anggota masyarakat agar
menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-
petugas untuk pendidikan, dan perlu diingat bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
utama.
d. Organisasi kekuatan
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
culture universal, yaitu:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
(pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya.
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem
ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi,
sistem distribusi dan sebagainya).

34
Koentjaraningrat 2015, pengantar ilmu antropologi,(jakarta: Rineka Cipta),
29
38

c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan,


organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan).
d. Bahasa (lisan maupun tertulis).
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan
sebagainya).
f. Sistem pengetahuan.
g. Religi (sistem kepercayaan). 35
3. Ciri-ciri Budaya
Ada beberapa ciri-ciri budaya dan kebudayaan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari.
b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari
kelompok ke kelompok dan dari generasi ke
generasi.
c. Budaya berdasarkan simbol.
d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus
berubah sepanjang waktu.
e. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-
pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya
terbatas.
f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai
yang terbaik atau standar untuk menilai budaya
lain)36

35
Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), 154
36
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 122
39

Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan


kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima
dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
4. Fungsi Budaya
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar
bagi masyarakat, Selain itu, manusia dan masyarakat
memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual
maupun materiil. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat
tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri. Dikatakan sebagian besar karena kemampuan
manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan
yang merupaka hasil ciptaannya juga terbatas di dalam
memenuhi segala kebutuhan.
40
BAB III
BUDAYA LAMPUNG DI DESA BANDING KECAMATAN
RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
SEBAGAI PENDEKATAN DAKWAH

A. Profil Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten


Lampung Selatan
1. Sejarah Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan
Menurut riwayatnya berlayarlah sebuah kapal
layar dari pelabuhan skala bekhak yang berpenumpang
40 orang menuju Batavia Pulau Jawa. Namun Malang
bagi mereka dalam pelayaran tersebut diterjang badai
di Selat Sunda kapal layar yang mereka tumpangi
pecah dan terdampar di pegantungan dengan
perbekalan dan peralatan yang dapat diselamatkan
sebagian dari mereka mendirikan rumah di pegatungan
Tanjung tua dan beberapa orang lainnya ke dusun
Banding Ketimbang Desa Banding yang artinya naik
banding karena penimbangannya di ketimbang titik
nama Ketimbang dan Banding dikenal sejak
pemerintahan Belanda mendirikan kantor
pemerintahannya dan pengadilan di ketimbang dan
naik banding untuk pemerintahan Marga pesisir pada
waktu itu. Di sebelah barat Kampung Banding
Ketimbang yang terbentuk pula sebuah kampung yang
bernama Sepuk nama sepuk adalah berasal dari sebuah

41
42

senjata yang terbuat dari bambu yang dipergunakan


untuk menembak burung.1
Pada tahun 1983 meletus Gunung Krakatau
ketimbang atau pusat pemerintahan Belanda dan
semua kampung yang berada di pantai selat Sunda
musnah diterpa gelombang tsunami dan debu panas
oleh penduduk yang selamat dari bencana alam yang
sangat dahsyat tersebut Kampung Banding,
Ketimbang, Sumpuk ditata kembali. Kampung
Banding, Ketimbang di bawah kuasa Kampung
Rajabasa, dan Kampung Sumpuk dibawah kuasa
Kampung Cantik, sedangkan Marga pesisir dalam adat
istiadat dipimpin oleh seorang kepala marga yang
berada di kampung Rajabasa titik oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1942 perkampungan ditata
kembali Kampung Banding dan Kampung Ketimbang
dilepas dari kampung Rajabasa dan Kampung Sumpuk
dilepas dari kampung Cantik yang keduanya menjadi
Kampung Sempu Banding yang dipimpin oleh seorang
artikel atau PJS pada saat Saat itu yang bernama:
1. Bapak Tamunggung Mandawasa pada tahun 1942-
1946.
2. Kepala Kampung Bapak H. Husin pada tahun 1946-
1966
Dengan 2 kepala suku:
a. Bapak M. Thahir Sudi (Kepala suku Banding
Ketimbang)
b. Bapak A. Rahman Yusuf (Kepala suku Sumpuk)

1
Dokumentasi Sejarah dan Latar Belakang Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
43

3. Kartiker (PJS) pada tahun 1966: Bapak A. Rahman


Yusuf (Sumpuk)
4. Kepala Kampung bapak Haiyun (gelar Kakhiya
Khadin Tekhja) pada tahun 1967-1970 dengan 3
kepala suku:
a. Kepala suku Banding: Bapak Sulaiman Khadin
Mas
b. Kepala suku Katimbang: bapak Sindar
c. Kepala suku Sumpuk: bapak Abu Bakar Yusuf
Bapak Haiyun (kakhiya) Khadin Terja meninggal
dunia dalam menjabat kepala kampung Sumpuk
Banding
5. Kepala kampung bapak A. Hakim Rais 1970-1979
dengan 3 kepala suku:
a. Kepala suku Banding: Bapak Sulaiman Khadin
Mas
b. Kepala Suku Katimbang: Bapak M.Nasut
(Menggantikan bapak sindar karena pindah)
c. Kepala suku Sumpuk: Bapak Abu Bakar
6. PJS Kepala Desa Bapak M.Tohir Abbas pada tahun
2014-2015
7. PJS Kepala Desa Bapak Suripahani bulan februari
tahun 2014-2015
8. Kepala Desa Bapak Juheruddin Bulan Juli 2015 s/d
sekarang.2
Jumlah penduduk tahun 2019 sekitar 2053 jiwa
sebagai ibukota Kecamatan Rajabasa yang mempunyai

2
Dokumentasi Sejarah dan Latar Belakang Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
44

wilayah sekitar 705 Ha. Sebagian besar penduduk


(90%) adalah pribumi, pendatang dari jawa barat dan
suku lainnya (10%). Penduduk Banding 75,2% adalah
pribumi, 12,2% berasal dari Jawa, 8% berasal dari
Sunda, dan 1,6% berasal dari Bugis, Betawi, Padang,
Palembang, dan Bima. Budaya yang dipakai di Banding
adalah Lampung.
Tabel I
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Uraian Keterangan
1 Laki-laki 1057 orang
2 Perempuan 996 orang
3 Kepala Keluarga 531 orang
Sumber: Dokumentasi Desa Banding 20223
Tabel II
Pertumbuhan Penduduk
No Uraian Keterangan
1 Jumlah penduduk 2053 orang
tahun ini
2 Jumlah penduduk 2012 orang
tahun lalu
Sumber: Dokumentasi Desa Banding 20224
Sebagian besar masyarakat (70%)
menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian,
terutama tanaman Padi dan Kakao selebihnya (30%)

3
Dokumentasi Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
4
Ibid
45

adalah nelayan dan pedagang. Meskipun ada beberapa


penduduk yang sudah menamatkan pendidikan sampai
Perguruan Tinggi, namun sebagian besar penduduk
hanya berpendidikan Sekolah dasar (SMP) seluruh
penduduk beragama Islam.
Penduduk Banding berjumlah 531 kepala
keluarga. Perbandingan jumlah penduduk lakilaki dan
perempuan seimbang, yaitu 1057 (laki-laki) dan 996
(perempuan) dengan sex ratio 99%. Persentase
terbanyak penduduk merupakan penduduk yang
berumur 19 sampai 59 tahun yaitu mencapai 48,6%
(998 jiwa). Sebanyak 1503 dari penduduk usia sekolah
sampai lanjut usia telah berpendidikan minimal sekolah
dasar Persentase warga yang berpendidikan SD
sebanyak 522 jiwa Sekolah Menengah Pertama
sebanyak 918 jiwa Sekolah Menengah Atas sebanyak
551, dan perguruan tinggi sebanyak 56 jiwa. Pekerjaan
terbanyak dari penduduk Banding adalah sebagai
petani/pekebun yaitu mencapai 65 Sedangkan
penduduk yang mempunyai pekerjaan selain petani atau
pekebun yaitu nelayan 6%, buruh tani sebesar 15%,
pedagang sebesar 5%, wiraswasta 5%, dan Pegawai
negeri 3%.
Tabel III
Jenis Pekerjaan
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1 Petani/Nelayan 1516
2 Pedagang 53
3 PNS 16
4 Tukang 23
5 Guru 26
46

6 Bidan 2
7 Perawat 2
8 Angkutan (Supir) 4
9 Buruh 244
10 Pensiunan 1
11 Jasa Persewaan 2
12 Swasta 32
Sumber: Dokumentasi Desa Banding 20225

2. Visi dan Misi Desa Banding Kecamatan Rajabasa


Kabupaten Lampung Selatan
Visi:
Terdepan dalam pelayanan prima, demi kepuasan
masyarakat.
Misi:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat sesuai standar pelayanan.
2. Memantapkan kinerja sumber daya manusia (SDM)
aparat, lembaga dan organisasi.
3. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan tokoh
tokoh (tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh
adat).
4. Tertib administrasi dengan baik dan benar.
5. Meningkatkan perekonomian masyarakat.
6. Menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat.
7. Pembangunan yang merata sesuai prioritas.6

5
Ibid
6
Ibid
47

3. Letak Geografis Desa Banding Kecamatan Rajabasa


Kabupaten Lampung Selatan
Desa Banding terletak dibawah kaki gunung
Rajabasa diantara pantai laut Selat Sunda. Desa
Banding termasuk dalam wilayah Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan. Desa Banding terdiri dari
3 dusun yaitu dusun 1 Banding, dusun 2 Katimbang
dan dusun 3 Sumpuk. Luas wilayah Desa Banding
adalah 592,5 ha dengan panjang pantai 1,819 km.
Sebagian besar daratan Desa Banding tersusun
pemukiman penduduk, pertanian dan perkebunan.
a. Batasa wilayah desa
Letak geografi Desa Banding terletak diantara:
Sebelah utara : Gunung Rajabasa
Sebelah selatan : Laut Selat Sunda
Sebelah barat : Desa Canti
Sebelah timur : Desa Banding
b. Luas wilayah
Pemukiman : 53 ha
Pertanian sawah : 75 ha
Perkebunan : 287 ha
Hutan suaka marga satwa : 200 ha
Perkanoran : 3 ha
Sekolah : 0,5 ha
Jalan : 0,75 ha
c. Orbitrasi
Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 0 km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan: 0 km
48

Jarak ke ibu kota kabupaten : 3,5 km


Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten: 10 menit

4. Struktur Organisasi dan Pemerintahan Desa Banding


Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel IV
SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMERINTAHAN
DESA BANDING KECAMATAN RAJABASA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Kepala Desa Juheruddin
Sekretaris Desa Riza Fitra
Bendahara Rika Septiana
Kepala Urusan Perencanaan Yanizal Se
Kepala Urusan Keuangan Ahmad Mandok
Kepala Seksi Pemerintahan Safriadi Ham
Kepala Seksi Pembangunan Sulsiman Hisa
Kepala Seksi Pelayanan Alfian Azis
Kepala Urusan Umum Afri Wahyudi
Kepala Wilayah 1 M Nasrun Yusuf
Kepala Wilayah 2 Hifni Hidayat

Kepala Wilayah 3 Subadri


Sumber: Dokumentasi Desa Banding 20227

7
Dokumentasi Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
49

5. Sarana dan Prasarana Desa Banding Kecamatan


Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
Di Desa Banding terdapat jalan raya yang
menghubungkan desa dengan desa lain dan jalan
lingkar yang menghubungkan Desa Banding dengan
Kantor Camat Rajabasa serta jalan produksi dan jalan
evakuasi tsunami sepanjang 3250 m. Fasilitas
transportasi utama antar dusun adalah ojek sepeda
motor. Fasilitas penerangan yang ada di Banding adalah
listrik yang dikelola oleh PLN. Di Banding terdapat
fasilitas wisata yang berupa wisata pantai Banding
Resort yang dikelola oleh masyarakat.
Sebuah balai desa menjadi pusat kegiatan
administrasi dan kegiatan umum untuk penduduk Desa
Banding. Pertemuan-pertemuan untuk membahas
urusan pemerintahan, kegiatan pelatihan, kegiatan
organisasi desa, PKK, dan kepemudaan pada umumnya
dilakukan di balai desa.
Fasilitas pendidikan terdiri dari sebuah PAUD
terletak di Dusun 3, 1 Sekolah Dasar Negeri yang
terletak di Dusun Ketimbang, dan Di Dusun Ketimbang
juga terdapat 1 buah SMP Muhammadiyah. Sekolah ini
berjalan baik dengan. fasilitas bangunan yang sangat
sederhana dan guru yang cukup memadai.
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Desa
Banding adalah Posyandu. Seorang bidan setiap hari
bertugas di Puskesmas Rajabasa dan tinggal di
Posyandu. Di Dusun Banding terdapat fasilitas MCK
dan Bak air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat
yang ada di dusun tersebut.
Fasilitas sosial keagamaan yang ada adalah
masjid yang terletak di dua lokasi yaitu Dusun I dan
50

Dusun 3 serta terdapat musholla di dusun 2, dusun 3


dan Dusun I RT. 13 Masjid/musholla ini menjadi pusat
kegiatan keagamaan penduduk desa.
Fasilitas perdagangan di Desa Banding berupa
toko dan warung yang menyediakan kebutuhan sehari-
hari masyarakat.8

B. Pelaksanaan Kegiatan Dakwah dalam Budaya di Desa


Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan
1. Sejarah singkat berdirinya pengajian mingguan di Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan.
Pengajian merupakan suatu wadah kegiatatan
berkelompok dalam mempelajari agama yang bertujuan
pembinaan masyarakat muslim. Salah satu pengajian
yang masih menunjukkan eksistensinya sebagai wadah
kegiatan umat Islam masyarakat Desa Banding adalah
pengajian mingguan yang diselenggarakan oleh Panitia
Hari Besar Islam (PHBI).9
Ide pembentukan pengajian ini tercetus oleh takmir
masjid Jami’ At-Taqwa dan berkordinasi dengan
organisasi keagamaan Desa Banding Yaitu Panitia Hari
Besar Islam (PHBI). Akhirnya, pengajian mingguan
Islam pertama kali ada pada tahun 2018.10
Awalnya pembentukan pengajian ini diadakan
sebulan sekali, berhubung antusias positif masyarakat

8
Dokumentasi Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan, Pada Tanggal 22 juni 2022
9
Tozzy Guspa Robi (Ketua PHBI), interview, Pada 15 Agustus 2022
10
Ibid
51

yang ramai, sebulan bisa diselenggarakan 2 sampai 3


kali.11
Dari tahun ke tahun jamaah pengajian mingguan
Desa Banding semakin meningkat, kini banyak
masyarakat yang menyadari pentingnya menambah
wawasan keislaman turut serta mengikuti pengajian
mingguan Desa Banding. Sekarang yang ikut pengajian
menjadi ramai sekitar hampir 100 jamaah.12
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Panitia
Hari Besar Islam (PHBI), pengajian mingguan Desa
Banding dilaksanakan setiap sebulan 2 kali dan juga
menjelang hari besar Islam seperti pertengahan puasa
(Nuzul Qur’an), Maulid Nabi, dan Isra’ Mikraj pada
pukul 19.00 - 22.00 WIB di Masjid Jami’ At-Taqwa
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan.13
Eksistensi yang membuat masyarakat tertarik
dalam mengikuti pengajian ini adalah cara penyampaian
dakwah yang sangat unik dan juga terdapat budaya
Lampungnya seperti sagata Lampung dan memakai
bahasa Lampung.14
2. Dai dan Mad’u
Ustad yang menjadi narasumber pengajian
mingguan Desa Banding ini adalah ustadz M.Yusuf
S.Pd. Beliau adalah salah satu tokoh agama dan
pengurus (takmir) Masjid Jami’ At-Taqwa.15
Adapun ustadz yang menjadi narasumber adalah:

11
Fakhrizal (sekretaris PHBI), interview, Pada 17 Agustus 2022
12
Ibid
13
Tozzy Guspa Robi (Ketua PHBI), interview, Pada 15 Agustus 2022
14
Ibid
15
Ibid
52

1. Bapak M.Yusuf, S.Pd.


Berdasarkan hasil observasi adapun mad’u yang
mengikuti pengajian mingguan ini adalah masyarakat
Desa Banding. Mad’u yang mengikuti pengajian 70
sampai 100 jamaah (mad’u). Mad’u terdiri dari kaum
ibu, bapak dan remaja.16
3. Materi dan Metode Dakwah yang digunakan
Adapun materi yang disampaikan oleh da’i di
pengajian mingguan Desa Banding adalah materi tentang
Aqidah, syariah dan akhlak.17Dalam penyampaian meteri
dakwah, da’i menggunakan metode ceramah yang sering
diselingi tanya jawab sebagai bentuk interaksi
komunikatif secara individual. Ceramah dibawakan
secara lugas namun diselingi humoris. Tujuannya agar
materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan
juga menarik.18
“Materi yang disampaikan sangat bermanfaat bagi
masyarakat, membuat kami yang tidak terlalu paham
menjadi paham baik yang salah maupun yang benar.
Metode yang dipakai berbeda dari pengajian lainnya.
Kalau seperti ini saya merasa semangat mengikutinya.”19
Berdasarkan uraian diatas, maka mad’u pengajian
mingguan cukup tertarik dalam mengikuti pengajian
mingguan di Desa Banding. Mad’u menyukai materi dan
metode yang dipakai oleh ustadz pengajian mingguan di
Desa Banding. Berdasarkan hasil observasi penulis
selama mengadakan penelitian, ustadz (da’i)

16
Observasi Penulis, Pada Tanggal 14 Juli 2022
17
M.Yusuf (Ustadz Pengajian mingguan Desa Banding), Interview, Pada
tanggal 15 Agustus 2022
18
Observasi Penulis, Pada Tanggal 14 Juli 2022
19
Roby Ardiyansyah (Jamaah Pengajian mingguan Desa Banding), Interview,
Pada tanggal 23 Juni 2022
53

memberikan materi akidah mengenai rukun ibadah dll.


Kemudian metode yang dipakai oleh ustadz pengajian
mingguan di Desa Banding adalah penggunaan bahasa
Lampung dan pantun-pantun Lampung (Sagata).
4. Aktivitas Pengajian
Masyarakat Desa Banding cukup antusias
mengikuti kegiatan pengajian mingguan tersebut yang
dilaksanakan tiap bulan dan menjelang hari besar Islam.
Adapun aktivitas yang dilakukan pada pengajian
mingguan Desa Banding yaitu berupa pengajian agama
yang dilakukan dengan metode ceramah dan tanya
jawab. Jadi aktifitas para jamaah yakni mendengarkan
ceramah dan membuat pertanyaan apabila ada hal yang
kurang dimengerti.20
“Menurut saya, pengajian ini sudah cukup baik
apalagi dengan suasana yang menarik seperti metode
ceramah ustadz M.Yusuf yang menggunakan bahasa
Lampung dan juga pantun-pantu Lampung sehingga
jamaah yang mendengar merasa berbeda dari pengajian-
pengajian yang lain. Apalagi ada tanya jawabnya
membuat jamaah yang tidak mengerti bisa langsung
bertanya.”21
Berdasarkan uraian diatas, maka mad’u pengajian
mingguan cukup tertarik dalam mengikuti pengajian
mingguan di Desa Banding dan menyukai metode yang
dipakai oleh ustadz pengajian mingguan di Desa
Banding. Berdasarkan hasil observasi penulis selama
mengadakan penelitian, aktifitas pengajian diawali
dengan sambutan-sambutan oleh ketua PHBI,

20
Observasi Penulis, Pada Tanggal 14 Juli 2022
21
Rosmawati (Jamaah Pengajian mingguan Desa Banding), Interview, Pada
tanggal 20 Juni 2022
54

pembacaan Al-Quran dan dilanjut oleh pengajian. mad’u


pengajian mingguan Desa Banding senantiasa
mendengarkan dakwah yang disampaikan oleh ustadz
atau da’i pengajian mingguan di Desa Banding. Mad’u
juga terlihat bersemangat dalam mengikuti pengajian
tersebut karena timbulnya komunikasi interpersonal
sehingga memudahkan antara mad’u dan da’i menjalin
komunikasi yang baik.
5. Pendekatan Dakwah Dalam Budaya Pada Masyarakat
Desa Banding
1. Menggunakan bahasa daerah dalam penyampaian
materi dakwah
Bahasa Lampung merupakan sebuah bahasa atau
kelompok dialek Austronesia dengan jumlah penutur
5,19 juta. Terutama dari kalangan suku Lampung
yang terletak di Selatan Sumatera, Indonesia. Desa
Banding termasuk dalam bahasa Lampung berdialek
Api atau sering disebut juga dialek A.
Pengajian merupakan suatu lembaga dakwah
yang berupaya mengajak masyarakat berbuat
kebajikan dan meninggalkan segala perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT. Dalam suatu pengajian,
pastinya para da’i menemui jamaah yang mempunyai
karakteristik berbeda-beda. Baik dari segi suku, ras
dan budayanya. Desa Banding mayoritas
penduduknya bersuku Lampung. Oleh karena itu, da’i
memanfaatkan peluang tersebut untuk menggunakan
bahasa daerah yaitu bahasa Lampung.
“Menurut bapak Risky dan ibu Rogayyah yakni
pengajian yang sangat unik, membuat saya tertarik
untuk mengikutinya, ustadz yang memberikan
pengajian mingguan pada tahun ini memiliki tutur
55

kata yang baik dan juga sangat menarik. Apalagi dari


segi penyampaiannya menggunakan bahasa Lampung
dan ada juga pantun-pantun Lampungnya (Sagata)
membuat pengajian ini sangat berbeda dari yang lain.
Sehingga, pesan-pesan dakwah yang disampaikan
oleh ustadz yang memberikan pengajian mingguan ini
bisa diterima dengan baik. Pengajian ini juga bisa
merupakan ajang silaturrahmi antar warga sehingga
terciptanya lingkungan yang rukun dan damai.
mungkin seharusnya pengajian ini lebih sering
dilakukan agar masyarakat bisa lebih belajar tentang
ilmu agama yang baik dan benar.”22
Berdasarkan uraian diatas, maka mad’u
pengajian mingguan cukup tertarik dalam mengikuti
pengajian mingguan di Desa Banding dan pesan-
pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i dapat
diterima dengan baik. Berdasarkan hasil observasi
penulis selama mengadakan penelitian, mad’u
pengajian mingguan Desa Banding senantiasa
mendengarkan dakwah yang disampaikan oleh ustadz
atau da’i pengajian mingguan di Desa Banding.
Penggunaan bahasa Lampung yang Sering terucap
oleh da’i ketika menyampaikan dakwahnya terlihat
humoris dan gembira sehingga mad’u pun senang
melihatnya. Mad’u juga terlihat bersemangat dalam
mengikuti pengajian tersebut karena timbulnya
komunikasi interpersonal sehingga memudahkan
antara mad’u dan da’i menjalin komunikasi yang baik.
Adapun tujuan dakwah yang disampaikan dapat
terlaksanakan agar terbinanya kehidupan yang rukun
dan damai, taat dalam melaksanakan ajaran agama
22
Risky dan Rogayyah (Jamaah Pengajian mingguan Desa Banding),
Interview, Pada tanggal 20 Juni 2022
56

Islam dan memiliki kehidupan sosial yang tinggi bagi


masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.
Dalam pengajian mingguan yang
diselenggarakan di Desa Banding, da’i menggunakan
bahasa lampung dengan pendekatan kultural yang
terpusat pada mitra dakwah. Penggunaan bahasa
lampung bertujuan untuk membuat pengajian tersebut
dapat diterima dengan baik oleh para mad’u dan juga
menarik.
“ Saya menggunakan bahasa lampung disaat
sesi tanya jawab dan saat ingin membuat gurauan
kepada mad’u agar para jamaah tidak merasa bosan”23
Berdasarkan uraian diatas dalam penyampaian
pesan-pesan dakwah da’i menerapkan komunikasi
interpersonal dalam melakukan pendekatan dakwah
dalam budaya agar penyampaian materi atau pesan
dakwah dapat diterima dengan baik. Berdasarkan hasil
observasi, ustadz atau da’i dalam penyampaian pesan
menggunakan bahasa Lampung beliau menerapkan
metode tanya jawab seperti dalam penyampaian pesan
akidah terhadap jamaah atau mad’u sehingga ketika
para jamaah tidak mengerti dengan penjelasan da’i
dapat melakukan pertanyaan.24
Penggunaan bahasa dalam pengajian mingguan
tidak terus menerus menggunakan bahasa Lampung,
karena masih ada sebagian kecil penduduk Desa
Banding tidak terlalu mengerti dalam bahasa
Lampung. Oleh karena itu, da’i menerapkan

23
M.Yusuf (Ustadz Pengajian mingguan Desa Banding), Interview, Pada
tanggal 15 Agustus 2022
24
Observasi Penulis, Pada Tanggal 14 Juli 2022
57

penggunaan bahasa campuran (Lampung-Indonesia)


dalam penyampaian materi atau pesan dakwah dalam
pengajian mingguan Desa Banding Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
2. Menggunakan pantun-pantun Lampung (Sagata
Lampung)
Sagata merupakan istilah penyebutan dalam
bahasa lampung yakni pantun yang berisi nasehat dan
sindiran dengan sajak ABAB, terdiri dari 2 bait
lampiran dan 2 bait akhir. Dalam pengajian mingguan
di Desa Banding, ustadz/da’i juga menggunakan
pantun Lampung (Sagata Lampung) agar pengajian
ini terlihat berbeda dari pengajian lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz
M.Yusuf beliau menggunakan pantun Lampung
(Sagata Lampung) berjenis sagata nangguh di awal
salam pembuka dan akhir salam penutup. Seperti
pantun dibawah ini.25
Pantun pembuka:
“Assalamualaikum (Assalamualaikum)
Salam pembuka cawa (Salam pembuka kata)
Jama saunyinni kaum (Kepada semua yang
hadir)
Saunyinni say wat dija (Semua yang ada disini)”
Pantun penutup:
“lamun wat jarum sai patoh (kalau ada jarum yang
patah)

25
Ibid
58

Dang disimpan dilom peti (jangan disimpan di


dalam peti)
Lamun wat cawa sai salah (kalau ada perkataan
yang salah)
Dang simpan dilom hati (jangan disimpan dalam
hati)
Meninjau keadaan para jamaah yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, menuntut dai harus
memahami situasi dan kondisi para jamaah dari sudut
budaya. Untuk itu, dalam penyampaian dakwah melalui
pengajian hendaknya dilandasi dengan suatu
kebijaksanaan dan penyampaian dengan pendekatan
dakwah melalui budaya, agar pesan dakwah yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
jamaah (mad’u). Dengan bekal pemahaman karakteristik
para jamaah (mad’u) yang berbeda beda, maka da’i dapat
menentukan metode yang tepat untuk menyampaikan
pesan dakwah kepada jamaah pengajian (mad’u).
Berdasarkan data lapangan diperoleh bahwa da’i
berupaya mengaplikasikan pendekatan dakwah dengan
cara memahami kondisi kemampuan dai dan
karakteristik, suku jamaah dan kebiasaan setempat. Hal
tersebut dikemukakan oleh Ustadz M.Yusuf bahwa:
“kebetulan asli pribumi Lampung, saya berupaya
menyampaikan dakwah bi lisan di pengajian mingguan
dengan menggunakan bahasa campuran (Indonesia dan
Lampung) karena masyarakat disini mayoritas suku
Lampung. Agar masyarakat Desa Banding baik dari
suku lampung, jawa dll dapat mengerti secara baik
dakwah yang disampaikan. Tidak lupa saya selipkan
pantun-pantun Lampung (Sagata) agar dakwah tersebut
59

terkesan tidak membosankan oleh para jamaah


(mad’u)”26
Berdasarkan uraian diatas, maka da’i pengajian
mingguan berupaya mengaplikasikan pendekatan
dakwah kultural yang terpusat pada pendakwah dan
mitra dakwah. Berdasarkan hasil observasi penulis
selama mengadakan penelitian, da’i pengajian mingguan
Desa Banding senantiasa memberikan motivasi dalam
setiap pesan yang disampaikan, memberikan dukungan
baik dalam kegiatan pengajian maupun diluar pengajian.
Da’i juga menjalin hubungan yang baik dengan para
mad’u, dengan berbagai pendekatan menggunakan
bahasa setempat dan mendukung kegiatan masyarakat
setempat.27
Berdasarkan hasil wawancara kepada da’i dan
mad’u pada pengajian mingguan di Desa Banding maka
penulis memperoleh gambaran, bahwa da’i pengajian
mingguan dalam menyampaikan dakwah menerapkan
atau mengaplikasikan pendekatan dakwah kultural yang
terpusat pada pendakwah dan mitra dakwah. Pendekatan
tersebut dilaksanakan dengan bahasa campuran
(Indonesia-Lampung), dan menggunakan pantun-pantun
Lampung (sagata), mendukung kegiatan mad’u baik di
dalam pengajian maupun diluar pengajian, menjalin
komunikasi yang baik dengan mad’u.
Dan juga penulis memperoleh beberapa pendapat
dari mad’u sebagaimana keterangan jamaah bahwa:
“Ustadz yang memberikan pengajian mingguan ini
memiliki tutur kata yang baik dan juga sangat menarik.

26
M.Yusuf (Ustadz Pengajian mingguan Desa Banding), Interview, Pada
tanggal 15 Agustus 2022
27
Observasi Penulis, Pada Tanggal 14 Juli 2022
60

Apalagi dari segi penyampaiannya menggunakan bahasa


Lampung dan ada juga pantun-pantun Lampungnya
(Sagata) membuat pengajian ini sangat berbeda dari yang
lain. Sehingga, pesan-pesan dakwah yang disampaikan
bisa diterima dengan baik. pengajian ini juga bisa
merupakan ajang silaturrahmi antar warga sehingga
terciptanya lingkungan yang rukun dan damai. mungkin
seharusnya pengajian ini lebih sering dilakukan agar
masyarakat bisa lebih belajar tentang ilmu agama yang
baik dan benar.”28
Berdasarkan wawancara diatas, pengajian
mingguan di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan dilaksanakan dengan
menggunakan metode dakwah yang cukup baik. dan juga
penyampaian pesan-pesan dakwah dapat diterima oleh
masyarakat Desa Banding kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.
Adapun tujuan dakwah yang disampaikan dapat
terlaksanakan agar terbinanya kehidupan yang rukun dan
damai, taat dalam melaksanakan ajaran agama Islam dan
memiliki kehidupan sosial yang tinggi bagi masyarakat
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan.

28
Alfa Ridho (Jamaah Pengajian mingguan Desa Banding), Interview, Pada
tanggal 20 Juni 2022
BAB IV
ANALISIS PENDEKATAN DAKWAH DALAM BUDAYA
PADA MASYARAKAT DESA BANDING

Dakwah merupakan ajakan atau seruan kepada kebaikan


sesuai dengan tuntutan agama Islam. Dalam penyampaian pesan
kepada mad’u, maka seorang ustadz atau da’i harus lebih dulu
memahami karakteristik para mad’u sebagai objek dakwah.
Karena pada dasarnya mad’u memiliki karakteristik dan suku
yang berbeda-beda. Dengan demikian, untuk mencapai
keberhasilan suatu dakwah, maka da’i harus mengaplikasikan
pendekatan yang dijadikan sebagai cara agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
Setelah penulis menyampaikan pendekatan teoritis yang
telah dijelaskan pada Bab II dan data-data lapangan pada Bab
III. Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari
penelitian dilapangan, terkait dengan judul peneliti sebagaimana
tersebut di atas memahami bahwa pendekatan dakwah dalam
budaya memiliki pengaruh terhadap pengajian mingguan di
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan.
Pendekatan Dakwah dalam Budaya Pada Masyarakat Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
Dengan Menggunakan Pendekatan Dakwah Kultural
Dakwah melalui pengajian mingguan Desa Banding
mengajak masyarakat untuk memahami dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, pendekatan
dakwah dalam budaya pada masyarakat Desa Banding melalui
pengajian mingguan dilaksanakan di Masjid Jami’ At-Taqwa 2-
3 kali dalam sebulan dari pukul 19.30 WIB hingga pukul 21.00

61
62

WIB, jumlah jamaah yang hadir baik bapak-bapak maupun ibu-


ibu berjumlah 70 sampai 100 jamaah didukung dalam hasil
wawancara dengan ketua penyelenggara kegiatan pengajian
mingguan yaitu Panitia Hari Besar Islam (PHBI) pada BAB III
(halaman 11-12).
Pendekatan dakwah kultural pada BAB II (halaman 21-23)
terbagi menjadi 2 yakni:
1. Pendekatan yang terpusat pada pendakwah
Sebagaimana definisi pendekatan yang terpusat pada
pendakwah menuntut unsur-unsur dakwah untuk
menyesuaikan atau bekerja sesuai kemampuan pendakwah.
Seperti pesan dakwah manakah yang dikuasai oleh
pendakwah, metode dakwah manakah yang digunakan oleh
pendakwah dan media manakah yang mampu dimanfaatkan
oleh pendakwah. Dalam hal ini pendakwah menggunakan
pendekatan seperti:
a. Penggunaan bahasa Lampung dalam menyampaikan
materi dakwah
Bahasa Lampung adalah sebuah bahasa atau
kelompok dialek Austronesia dengan jumlah penutur
5,19 juta. Terutama dari kalangan suku Lampung yang
terletak di Selatan Sumatera, Indonesia. Desa Banding
termasuk dalam bahasa Lampung berdialek Api atau
sering disebut juga dialek A.
Kegiatan pengajian mingguan Desa Banding
merupakan suatu lembaga dakwah yang berupaya
mengajak masyarakat berbuat kebajikan dan
meninggalkan segala perbuatan yang dilarang oleh
Allah SWT. Dalam hal ini ustadz atau da’i melakukan
kegiatan dakwahnya dengan menyesuaikan kemampuan
apa yang dimiliki oleh pendakwah.
63

Ustadz atau da’i menggunakan bahasa daerah


(bahasa Lampung) disaat ustadz atau da’i melakukan
gurauan terhadap mad’u dan melakukan tanya jawab
sebagai bentuk terciptanya komunikasi interpersonal.
Penggunaan bahasa Lampung tersebut tidak saja
digunakan dalam pengajian mingguan. Tetapi, diluar
pengajian ustadz atau da’i menggunakan bahasa
Lampung dalam melakukan komunikasi terhadap
masyarakat Desa Banding dan juga ustadz M.Yusuf
merupakan asli pribumi Lampung Di dukung hasil
wawancara dengan ustadz M.Yusuf pada BAB III
(halaman 19).
b. Penggunaan pantun-pantun Lampung (sagata)
Dalam pengajian mingguan ini ustadz M.Yusuf
menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata) dalam
menyampaikan salam pembuka dan salam penutup
sebagaimana dalam data BAB III halaman 58-59.
Pantun pembuka:
“Assalamualaikum (Assalamualaikum)
Salam pembuka cawa (Salam pembuka kata)
Jama saunyinni kaum (Kepada semua yang hadir)
Saunyinni say wat dija (Semua yang ada disini)”
Pantun penutup:
“lamun wat jarum sai patoh (kalau ada jarum yang
patah)
Dang disimpan dilom peti (jangan disimpan di dalam
peti)
Lamun wat cawa sai salah (kalau ada perkataan yang
salah)
64

Dang simpan dilom hati (jangan disimpan dalam


hati)

2. Pendekatan yang berpusat pada mitra dakwah


Sebagaimana definisi pendekatan yang berpusat pada
mitra dakwah memfokuskan unsur-unsur dakwah dalam
upaya penerimaan mitra dakwah seperti pesan manakah
yang paling dibutuhkan oleh mitra dakwah serta metode dan
media dakwah yang bagaimanakah yang dapat menggugah
hati mitra dakwah. Dalam hal ini pendakwah menggunakan
pendekatan seperti:
a. Penggunaan pantun-pantun Lampung (Sagata)
Sagata merupakan istilah penyebutan dalam
bahasa Lampung yaitu pantun yang berisi nasehat dan
sindiran dan bersajak ABAB, terdiri dari 2 bait
lampiran dan 2 bait akhir. Pada pendekatan dakwah
dalam budaya di Desa Banding seorang ustadz atau da’i
selalu memperhatikan dari aspek metode yang
bagaimanakah yang dapat menggugah hati mitra
dakwahnya.
Penulis berpendapat bahwa pendekatan dakwah
yang diberikan tersebut adalah salah pendekatan yang
cukup tepat bagi masyarakat Desa Banding. Karena
mayoritas penduduk masyarakat Desa banding 90%
pribumi (Lampung) dan 10% pendatang (jawa, sunda
dll) didukung hasil wawancara dengan Kepala Desa
Banding pada BAB III (halaman 3).
Pantun-pantun Lampung merupakan ciri khas
daerah Lampung. Sehingga, da’i menggunakan pantun-
pantun Lampung (sagata) ini pada pengajian mingguan
65

di Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten


Lampung Selatan.
Dalam pendekatan seperti ini merupakan suatu
ciri khas yang berbeda dari pengajian-pengajian
lainnya. Didukung oleh mayoritas masyarakat Desa
Banding adalah penduduk Lampung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ustadz M.Yusuf yang merupakan
da’i dalam kegiatan pengajian mingguan Desa Banding
beliau menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata)
berjenis sagata nangguh, Sagata nangguh adalah pantun
Lampung berpamitan. Penggunaan pantun-pantun
Lampung (sagata) tersebut berada di awal salam
pembuka dan akhir salam penutup. Didukung hasil
observasi penulis yang telah diungkapkan pada BAB III
(halaman 17-18).
b. Pengguan
Dengan da’i menggunakan bahasa Lampung di dalam
menyampaikan materi dakwah kepada mad’u pada
pengajian mingguan di Desa Banding maka mad’u
lebih bisa memahami isi materi yang disampaikan oleh
da’i sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Risky dan
ibu Rogayyah pada BAB III halaman 56.
Dengan demikian penggunaan beberapa pendekatan
dakwah dalam budaya tersebut menciptakan daya tarik terhadap
pada jamaah pengajian atau mad’u dalam mengikuti pengajian
mingguan di Desa Banding Kecamatan Rajabasa kabupaten
Lampung Selatan.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bertitik tolak dari pokok pembahasan yang diangkat
oleh penulis tentang pendekatan dakwah dalam budaya pada
masyarakat Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan. Maka penulis memberikan beberapa
kesimpulan sebagai hasil analisis data yang telah penulis
lakukan berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan
dalam rumusan masalah. Dengan demikian dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pendekatan dakwah dalam budaya pada masyarakat
Desa Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
dakwah kultural. Pendekatan dakwah kultural terbagi
menjadi 2 yakni pendekatan yang terpusat pada pendakwah
dengan menggunakan bahasa daerah (Lampung) dan
menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata) dan
pendekatan yang berpusat pada mitra dakwah dengan
menggunakan pantun-pantun Lampung (sagata) dan
menggunakan bahasa daerah (Lampung). Pendekatan yang
seperti ini dapat dikategorikan sebagai pendekatan dakwah
kultural.

B. Saran
Kepada da’i hendaknya lebih intensif
mengaplikasikan pendekatan dakwah dalam meyampaikan
materi dan menyesuaikan dengan objek yang didakwahi
serta mengetahui permasalahan yang sedang terjadi di

67
68

masyarakat. Kepada mad’u hendaknya memanfaatkan


pengajian mingguan ini sebagai sarana mengembangkan
potensi dengan tujuan dunia akhirat.
Kepada akademisi yang memiliki kualifikasi dibidang
dakwah hendaknya membekali diri dengan pendekatan
dakwah dan diharapkan dapat diaplikasikan pada kegiatan
dakwah melalui berbagai pengajian-pengajian yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah,


(Surabaya: Al-Ikhlas, 2004)

Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fadiyah, (Jakarta: Gema


Insane Pres, 1995)

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas


Budaya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)

Fahrurrozi, faizah,dkk, Ilmu dakwah (Jakarta:Divisi


Kencana,2019)

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal


Perjuangan Para Da’i. (Jakarta: AMZAH, 2008)

Koentjayaningrat, Ilmu antropologi (Jakarta: Bhratara, 1989)

Koentjayaningrat, Pengantar Ilmu antropologi (Jakarta: Rineka


Cipta, 2015)

M.Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research


(Yogyakarta: Sumbangsih, 1975).

M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta:PrenadamediaGroup,2013)

M.Munir Dan WahyuIlaihi, Manajemen Dakwah,


(Jakarta:Kencana,2012)

Prof. Dr. Moh. Ali Azis,M.Ag “Ilmu Dakwah”, (Jakarta:Prenada


Media Group ,2012)

Rasyidah, Ilmu dakwah perspektif gender (Banda Aceh: Bandar


Publishing, 2009)

Samsul MunirAmin, IlmuDakwah, (Jakarta:Amzah, 2009)


Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012)

Suparlan P, Kebudayaan dan pembangunan (Jakarta: dialog,


2011)

Sumardi Suryabrata, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Rajawali


Pers, 2010)

Syukri Syamaun, Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry


Press, 2007)

Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Zakia Islami


Press, 2004)

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media


Pratama, 1997)

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah (Bandung : Mizan, 1997)

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Rajawali


Pers,2011)

Warsito, Antropogi Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2012)

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Rajawali


Pers,2011)
Wiraja Sujaweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka
Baru Press,2014)

Sumber Ilmiah
Abdullah, “Pendekatan dan Model Pembelajaran Yang
Mengaktifkan Siswa, Vol. 01, No. 01, 2017

Al-Hilal” di Dusun Tacempah Desa Plakpak Pegantenan


Pamekasan),” Vol.04,No. 04, 2019
Darwis, “Pendekatan Dakwah Keluarga Dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja” (Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda
Aceh, 2019)

DR. H Haedar Nashir, M.SI, “Pendekatan Budaya Dalam


Dakwah” Suara Muhammadiyah ,2011

D.K.Sari, K.Roziqin, “Re-Desain Taman Kober Di Purwakerto


Menjadi Taman Desa Dengan Pendekatan
Budaya”Media Komunikasi Ilmiah, 2020

M. Azis Edi Saputra, “Tradisi Syawalan sebagai Pendekatan


Dakwah Dalam Mempererat Silaturahim Pada
Masyarakat Keluaran Korpri Jaya Kecamatan
Sukarame” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020)

Maratus Sholekah,” Pendekatan Dakwah Penyuluhan Agama


Islam Terhadap Masyarakat Di kec. Curup Tengah Kab.
Rejang Lebong”(Skripsi, IAIN Curup, 2019)

Melinda Novitasari,” Metode Dakwah Dengan Pendekatan


Kultural Sunan Kalijaga” (Skripsi, UIN Raden Intan
Lampung, 2019)

Murliana, Nurul F,dkk, “Komunikasi Dalam Penanggulangan


Bencana Oleh Badan Nasional Penaggulangan Bencana
(BNPB) Melalui Pendekatan Budaya” Daring
Mahasiswa Komunikasi , Vol.01,No.01, 2020

Sa’diyah F, “Pendekatan Budaya Dalam Memahami Hadist


Nabi SAW,” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi
Islam dan Sains, 2020

Santri Sahar, Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama


(Makassar: Cara Baca, 2015)

Sitti Nurul Hasanah, “Budaya Perskpektif Dalam Dakwah”


Jurnal IAIN Madura (Studi Tentang Tradisi
“Terbhangan Al-Hilal” di Dusun Tecampah Desa
Plakpak Pengantenan Pamekasan) Vol,01,No.09, 2019

S Sukirno, “Pencegahan Klitih Melalui Pendekatan Budaya


Baca Pada Siswa Di Daerah Istimewa Yogyakarta”
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol,03,No.01,
2018

Supriatna, E, Islam dan Kebudayaan. Jurnal Soshum Insentif,


2019

Sumarni.S, “Pengembangan Dakwah Islamiyah Melalui Budaya


Mappake’de Boyang Di Suku Mandar (Skripsi, UIN
Alauddin Makassar, 2017)

Yuliana Nelisma, Wahidah Fitriani, Silvianetri, “Konseling


Agama Dalam Pendekatan Budaya Dalam Membentuk
Resiliensi Remaja” Consilia: Jurnal Ilmiah BK

Yusuf N, “Pendekatan Budaya Dalam Komunikasi


Organisasi.” At-Tadabbur: Jurnal Penelitian Sosial
Vol.10,No.06, 2020
Lampiran : 1 Pedoman Wawancara

Informan : Kepala Desa Banding (Juheruddin)


1. Bagaimana Sejarah Desa Banding?
2. Apa Visi dan Misi Desa Banding?
3. Bagaimana Struktur Pemerintahan di Desa Banding?
4. Bagaimana Sarana dan Prasarana di Desa Banding?
5. Berapa Jumlah Penduduk di Desa Banding?
Lampiran : 2 Pedoman Wawancara

Informan: Da’i (Ustad M.Yusuf)


1. Materi apa saja yang disampaikan pada pengajian akbar di
Desa Banding?
2. Metode apa saja yang digunakan pada pengajian akbar di
Desa Banding?
3. Pendekatan apa yang digunakan pada pengajian akbar di
Desa Banding?
4. Bagaimana komunikasi da’i dan mad’u pada pengajian
akbar di Desa Banding?
5. Bagaimana tehnik penyampaian dakwah di Desa Banding?
6. Bagaimana penggunaan bahasa dalam tehnik penyampaian
dakwah?
Lampiran : 3 Pedoman Wawancara

Informan: Ketua PHBI (Tozzy Guspa Robbi)


1. Bagaimana sejarah pengajian mingguan di Desa Banding?
2. Bagaimana pelaksanaan pengajian mingguan di Desa
Banding?
3. Berapakah jumlah jamaah pada pengajian akbar di Desa
Banding?
Lampiran : 4 Pedoman Wawancara

Informan: Mad’u Desa Banding


1. Bagaimana materi yang disampaikan pada pengajian akbar
Desa Banding?
2. Apa yang anda dapatkan dari mengikuti pengajian akbar di
Desa Banding?
3. Bagaimana pendapat anda terhadap pengajian akbar dengan
menggunakan budaya Lampung?
Lampiran : 5 Pedoman Observasi

1. Mendeskripsikan pendekatan dakwah dengan


menggunakan budaya Lampung dalam pengajian
mingguan di Desa Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.
2. Mendeskripsikan respon mad’u terhadap pengajian
mingguan menggunakan budaya Lampung di Desa
Banding Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan.
Lampiran: 6 Dokumentasi Kegiatan

Foto setelah wawancara Kepala Desa Banding Bapak


Juheruddin
Pada tanggal 15 Agustus 2022
Foto setelah wawancara dengan Ustadz M.Yusuf
Pada tanggal 15 Agustus 2022

Foto setelah wawancara dengan ketua PHBI bapak Tozy Guspa


Robi
Pada tanggal 15 Agustus 2022
Gambar kegiatan pengajian mingguan Desa Banding
Pada tanggal 14 juli 2022
Foto bersama Ustadz M.Yusuf dan Anggota PHBI
Pada tanggal 14 Juli 2022
Foto sebelum kegiatan pengajian mingguan dengan Ustadz
M.Yusuf dan anggota PHBI
Pada tanggal 13 Juli 2022
Foto setelah wawancara dengan ibu Rosmawati pada tanggal 20
juni 2022

Foto wawancara dengan bapak Alfaridho pada tanggal 20 juni 2022


Foto wawancara dengan ibu Rogayyah pada tanggal 20 juni 2022
Lampiran: 7
Lampiran: 8
Lampiran: 9

Anda mungkin juga menyukai