Abstrak
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator kesejahteraaan petani di Indonesia. Nilai
Tukar Petani merupakan perbandingan atau rasio antara indeks harga yang diterima petani
dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata dilihat dari posisi It
berada pada pembilang Nilai Tukar Petani. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi inflasi dan luas panen terhadap Nilai Tukar Petani di Kota
kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan melihat data laporan
statistic di BPS. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) inflasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap
Nilai Tukar Petani di Kota Ambon, (2) luas panen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Nilai Tukar Petani di Kota Ambon . Hasil penelitian ini dapat digunakan
pemerintah agar adanya interverensi selaku pengaur dan pembuat kebijakan dalam menjaga
kestabilan nilai tukar seperti ketersedian lahan pertanian yang produktif agarpetani tidak
kesulitan memproduksi hasil pertanian dan juga tidak menetapkan HPP yang rendah dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laju pertumbuhan ekonomi,
data inflasi, data luas panen serta data data Nilai Tukar Petani di Provinsi Sulawesi Selatan
periode 2006-2020
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda, pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS versi 28. Adapun persamaan
Dimana: Y = Nilai Tukar Petani; β0= Konstanta; β1, β2, β3= Koefisien Regresi
X1= pertumbuhan ekonomi; X2 = inflasi; X3= luas panen Ln= Logaritma Natural;
e= Error term.
sektor pertanian juga masih mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi
Maluku tahun 2018 yaitu sebesar 23,32 persen (angka sangat sementara) namun mengalami
penurunan sebesar 0,48 persen dibanding tahun 2017 yang tercatat sebesar 23,80 persen
sektor vital dimana sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Maluku khususnya di daerah
perdesaan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian
sangat diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang mampu
(NTP) yaitu :
1. NTP > 100, berarti kenaikan harga produksi hasil pertanian yang dihasilkan petani lebih
tinggi dari kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani. Dengan demikian,
tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani pada periode
tahun dasar.
2. NTP = 100, berarti kenaikan harga produksi hasil pertanian yang dihasilkan petani sama
dengan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani. Dengan demikian,
3. NTP < 100, berarti kenaikan harga produksi hasil pertanian yang dihasilkan petani lebih
rendah dari kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani. Dengan
Statistik Nilai Tukar Petani ( NTP ). NTP adalah salah satu proxy indikator yang dapat
Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) dalam persentase. Indeks Harga
Yang Diterima Petani (It) merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat
perkembangan harga barang pertanian yang dihasilkan oleh petani sebagai produsen.
Sedangkan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) merupakan suatu indikator yang
menggambarkan tingkat perkembangan harga barang dan jasa yang dibutuhkan oleh petani
sebagai konsumen dalam hal memenuhi kebutuhan biaya produksi maupun kebutuhan
konsumsi rumah tangganya. Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan atau
daya tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang
Jika Nilai Tukar Petani (NTP) dikaitkan dengan data produksi hasil pertanian maka bisa
produksi hasil pertanian maka NTP dapat dipakai sebagai salah satu