PENDAHULUAN
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang,
dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan
(1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif
dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa
1
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita!
Kelas yang ‘hidup’ diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang
bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus
Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa
bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir
2
sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam
persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang
alat-alat evalasi.
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non
perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
3
pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses
menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan
dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh Metode Belajar Aktif
Pelajaran ...........”
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas
5
E. Manfaat Penelitan
berguna sebagai:
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
6
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
G. Batasan Masalah
meliputi:
pelajaran ...........
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tiga pertanyaan sederhana ini berbicara banya tentang perlunya metode belajar
aktif.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya
mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
8
Ada sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa
tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada
pendengaran siswa.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata
permenit. Tetapi beberapa kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per
menitnya? Ini tentunya juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya. Jika
penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kata per menit, atau setengah dari apa
yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka
denga kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Ketika mendengarkan dalam
sepuluh menit pertama kuliah, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka
hanya dapat mengingat 20% materi kuliah mereka (McKeachie, 1986). Tidak
9
heran bila masisiswa dalam kualiah psikologi yang disampaikan dengan gaya
sama sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Richard, dkk., 1989). Bayangkan
apa yang bisa didapatkan dari pemberian kuliah dengan cara seperti itu di
perguruan tinggi.
Dua figur terkenal dalam gerakan kooperatif, David dan Roger Jonson,
- Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
informasi faktual.
visual dalam mengajarkan kosa kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan
untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40 persen ketika media
10
tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata
saja.
diberikan akan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga,
sebagian siswa, seperti akan kita bahas nanti. Lebih menyukai satu cara
memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe
siswa. Namum demikian belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau
melihat sesuatu.
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder.
Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan
terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya
melakukan perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan
melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi
11
dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu.
Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru
diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi
itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus
pemahaman kita. Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika
2. Memberikan contohnya.
4. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer,
dan kita adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-“on“-kan untuk
bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif,
otak kita tidak “on”. Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk
12
apa yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan
kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan pengkaitan ini dengan
informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu “disimpan”. Otak kita perlu
untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka
sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru
disertai ungkapan, “begini lho caranya”? menuangkan fakta dan konsep ke dalam
benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang
fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama
maupun sebentar.
menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam.
dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya,
13
mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang
atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran IPS bisa diajarkan dengan media yang
pemahaman siswa. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu
berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit
minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika
kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan
C. Gaya Belajar
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
14
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
15
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar
aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar
bersama.”
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
16
pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu
berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang
Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling
17
emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya,
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal
bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan
belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.
Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut
untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada
18
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan
belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan
cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang
persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama
lain.
aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara cepat dan efisien dan, pada
1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di kelas dan
berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang berisi dua puluh siswa, satu
19
dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai kelompok-kelompok ini
menggukan titik-titik berwarna (merah, biru, hijau, dan kungin untuk empat
kelompok), stiker hias (lima stiker berbeda dengan tema yang sama untuk
lima kelompok, misalnya gambar singa, monyet, macan, jerapah, gajah), dan
titik berwarna, dan striker pada sebuah kartu untuk masing-masing siswa dan
sertakan kartu untuk masing-masing siswa. Bila guru sudah siap untuk
membentuk kelompok, kenalilah kode yang guru gunakan dan arahkan siswa
menghemat waktu, dan tidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan.
agar prosesnya lebih efisien lagi, guru mungkin perlu menempelkan tanda
bentuk, ukuran dan jumlah yang dikehendaki. Pilih jumlah puzzle sesuai
dengan jumlah kelompok yang hendak guru buat. Pisahkan puzzle kepada tiap
satu orang siswa. Bila guru sudah siap membentuk kelompok, perintahkan
20
3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah daftar
berisi anggota keluarga atau sahabat fiktif terkenal dalam kelompok yang
beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya, Peter, Pan, Tinker, Kanten
Hook, Wendy; Alice, Chesire, Cat, Queen of Heart, Mad Hatter; Superman,
Lois Lane, Jimmy Olsen, Clark Kent). Pilihlah jumlah yang sama dari
kartu indeks, satu nama satu kartu, untuk membuat kelompok keluarga kartu.
Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu dengan sebuah nama
fiksional. Bila guru sudah siap cari anggota keluarga yang lain dari “keluarga”
mereka. Bila kelompok orang terkenal sudah terbentuk, mereka dapat mencari
4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang berbeda
kelompok yang dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1) Januari, Februari,
Maret dan April, (2) Agustus, Juni, Juli, Agustus, dan (3) Agustus, Oktober,
21
6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remi untuk menandai kelompok. Sebagi
jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan satu
kartu satu siswa, selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa yang
7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin guru buat,
sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk menandai
beranggotakan empat siswa. Guru mesti memiliki enam belas selipan kertas
8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula dengan
kelompok guru bisa terdiri dari lemon, anggur, cerry, dan strawberry.
9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang sama dan
terbang, perahu, dan kereta api. Tiap siswa akan mengambil mainan yang
22
10. Materi siswa: Guru dapat menandai materi belajar siswa dengan mengunaan
klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker pada map untuk menandai
kelompok.
F. Pengajaran Terarah
1. Uraian Singkat
Dalam teknik ini, guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk
pengajaran biasa. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang
telah diketahui dan dipahami oleh siswa sebelu memaparkan apa yang guru
abstrak.
2. Prosedur
b. Berikan waktu yang cukup kepada bagi siswa dalam pasangan atau
23
c. Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah
beberapa kategori terpisah yang terkait dengan kategori atau konsep yang
kinestetika-tubuh.
poin pembelajaran.
3. Variasi
b. Mulailah pelajaran dengan tanpa kategori yang sudah ada di benak guru.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)
sebagai peneliti; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan
seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
26
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
3. Subyek Penelitian
transportasi.
C. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
27
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
Putar
an 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Putar
an 3
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
28
Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
terarah.
29
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
D. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
4. Tes formatif
30
bahasan perkembangan teknologi untuk produksi, komunikasi dan
transportasi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal
tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan
berikut:
a. Validitas Tes
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
(Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
31
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.
c. Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
32
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
33
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes
formatif.
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
34
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa=
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
35
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap
siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
36
A. Analisis Item Butir Soal
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
1. Validitas
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
2. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 721. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 18)
dengan r (95%) = 0,468. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
37
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
38
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 100 √ 10 80 √
2 60 √ 11 50 √
3 80 √ 12 70 √
4 60 √ 13 70 √
5 70 √ 14 80 √
6 80 √ 15 70 √
7 70 √ 16 50 √
8 50 √ 17 60 √
9 70 √ 18 100 √
Jumlah 640 6 3 Jumlah 630 6 3
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Jumlah Skor Tercapai 1270
Rata-Rata Skor Tercapai 70,56
Keterangan: T : Tuntas
39
TT : Tidak Tuntas
66,67% atau ada 12 siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
c. Refleksi
40
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
d. Refisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif 2 dan alat-
41
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
siswa 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 100 √ 10 90 √
2 60 √ 11 60 √
3 90 √ 12 80 √
4 70 √ 13 80 √
5 70 √ 14 90 √
6 90 √ 15 80 √
7 70 √ 16 60 √
8 50 √ 17 70 √
9 80 √ 18 100 √
Jumlah 680 7 2 Jumlah 710 7 2
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Jumlah Skor Tercapai 1390
42
Rata-Rata Skor Tercapai 77,22
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
adalah 77,22 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 14 siswa
dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
43
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
kesimpulan/menemukan konsep.
belajar mengajar.
3. Siklus III
44
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-
dengan jumlah siswa 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 100 √ 10 90 √
45
2 70 √ 11 70 √
3 90 √ 12 90 √
4 80 √ 13 90 √
5 80 √ 14 90 √
6 90 √ 15 80 √
7 90 √ 16 60 √
8 60 √ 17 80 √
9 90 √ 18 100 √
Jumlah 750 8 1 Jumlah 750 8 1
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1800
Jumlah Skor Tercapai 1500
Rata-Rata Skor Tercapai 83,33
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
sebesar 83,33 dan dari 18 siswa yang telah tuntas sebanyak 16 siswa dan
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
46
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar
ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
47
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
C. Pembahasan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan
88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
belajar aktif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
48
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa
melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari
besar.
BAB V
PENUTUP
49
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus
tertarik dan berminat dengn metode belajar aktif model pengajaran terarah
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPS lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar
50
bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model pengajaran terarah dalam
sering melatih siswa dengan metode pembelajaran yang berbeda, walau dalam
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
51
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
52
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
53
METODE BELAJAR AKTIF MODEL
KELAS …………
………………………………………….
TAHUN ..........
OLEH
…………………………….
54
NIP: ………………………
…………………………………………………….
55
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi perpustakaan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya
Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatas Guru pada Golongan IVa ke IVb.
…………………………
Kepala Sekolah
…………………………. Penulis
………………………… ………………………………….
NIP: ……………… NIP: …………
Mengetahui Mengetahui
Pustakawan …………………….. Kepala Cab. Din. Pendidikan
Kecamatan ……….. Kecamatan
………
……………………………. ………………..
NIP: …………………..
Mengetahui Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Ketua P G R I
Kota ……… Kota …………..
………………………… ……………………………..
Pembina Utama Muda NPA: ………………….
NIP: ………………
56
KATA PENGANTAR
karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Metode Belajar Aktif Model Pengajaran
ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat
dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga
anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
57
ABSTRAK
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek,
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan
panjang.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a)
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPS dengan diterapkannya metode belajar
aktif model pengajaran terarah? (b) Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif
model pengajaran terarah terhadap motivasi belajar?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar IPS setelah diterapkannya metode belajar aktif model pengajaran terarah.(b)
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar IPS setelah diterapkan metode belajar
aktif model pengajaran terarah.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setian putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalh siswa kelas
…………………………….. Batu. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,
lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%),
siklus III (88,89%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode belajar aktif model pengajaran
terarah dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
……………………………….., serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternative pembelajaran IPS.
58
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
F. Pengajaran Terarah.............................................................
59
A. Bentuk Penelitian Tindakan ..............................................
B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian .............................
C. Rancangan Penelitian ........................................................
D. Instrumen Penelitian ........................................................
E. Metode Pengumpulan Data ...............................................
F. Teknik Analisis Data .........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran-saran ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
60