Anda di halaman 1dari 2
BULETIN RISET EXONOM! DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS) Optimasi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Hidayat Amir, Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Kementerian Keuangan, sekaligus Wakil Sekretaris, Jenderal II IAEI, mengkaji dan mengevaluasi efektivitas program SEB pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia serta mengusulkan kemungkinan skenario untuk meningkatkan capaian program tersebut. Penelitian ini dilakukan bersama tiga orang analis dari Kementerian Keuangan dan telah diterbitkan di jurnal internasional bereputasi Journal of Policy Modeling pada tahun 2021 BREAKS edisi kali ini mengelaborasi cuplikan diskusi pada artikel tersebut, Potret Kemiskinan di Indonesia emiskinan merupakan permasalahan yang telah menjadi perhatian global selama beberapa dekade. Dalam kesepakatan Sustainable Development Goals, pengentasan kemiskinan menjadi salah satu poin tama yang harus dicapai oleh negara-negara di seluruh dunia. Indonesia sendiri sebenarnya sudah mampu menurunkan angka kemiskinan secara konsisten dalam jangka panjang sejak tahun 1970, Angka kemiskinan yang awalnya sebesar 40,1% telah bethasil diturunkan menjadi 11,3% di tahun 1996. Di tahun 1996 Badan Pusat Statistik memperbarul metode perhitungan sehingga angka kemiskinan disesuaikan menjadi 17,47%, Kemiskinan dilndonesia kembali melonjak ke angka 24,2% setelah terdampak krisis finansial Asia 1998. Di periode reformasi angka kemiskinan Indonesia kembali dapat dikontrol menjadi9,4% pada tahun 2019. Namun demikian, dalam satu dekade terakhir, rata-rata penurunan angka kemiskinan di Indonesia mengalami perlambatan dari 0,8% per tahun (2008. 2015) menjadi 0,31% per tahun (2015-2019). Dari kondisi tersebut, pada artikel berjudul “Poverty Eradication Programs in Indonesia: Progress, Challenges, and Reforms" Amir dan rekan peneliti mengevaluasi progres dan tantangan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dengan metode Computable General Equilibrium, Penulis juga mengajukan rekomendasi skenario untuk mempercepat pengentasan kemiskinan di Indonesia. Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Beberapa program yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka CLL EDISI XII / NOVEMBER 2022 rar | SREAKS kemiskinan di antaranya. Pertama, Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan bantuan sosial dalam bentuk uang yang diberikan kepada rumah tangga miskin yang memenuhi kriteria untuk meningkatkan daya beli mereka. Program ini menargetkan 10 juta rumah tangga dengan bantuan 2 juta ruplah per tahun. Kedua, Program Indonesia Pintar (PIP) ditujukan kepada anak-anak dari keluarga miskin yang mengalami kesulitan blaya dalam mengakses pendidikan. Program ini menargetkan 19 juta siswa dengan jumlah bantuan sebesar 500 ribu-1 juta per tahun. Ketiga, Jaminan Kesehatan Nasional (KN) merupakan program asuransi kesehatan yang telah diberikan kepada 92,4 juta jiwa rakyat miskin untuk mendapat akses layanan kesehatan dengan biaya murah Keempat, Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin. BPNT memberian saldo rekening 110 ribu rupiah per bulan kepada 16 juta rumah tangga yang hanya bisa digunakan untuk membeliberas dan telur. Kelima, Subsidi Energi diberikan oleh pemerintah Indonesia mencakup kebutuhan Bahan Bakar Minyak (88M), gas, dan listrik. Subsidi energi menjadi program dengan anggaran tertinggi mencapai 150 ‘riliun rupiah yang setara dengan 1,01% dari PDB. Tantangan Pengentasan Kemiskinan Meskipun program pengentasan kemiskinan telah berjalan selama bertahun-tahun, tetap terdapat sejumlah tantangan dalam pelaksanaan seperti ketidaktepatan sasaran penerima dan harmonisasi program satu dan yanglain. BULETIN RISET EXONOM! DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS) PKH menjadi program yang paling tepat sasaran dengan 72,6% bantuan diterima oleh 4 kelompok pendapatan terendah (decile 1 hingga 4). PIP dan BPNT berhasil menjangkau banyak kelompok pendapatan rendah dengan persentase masing- masing 70% dan 62,5%. Di lain sisi, bantuan subsidi dari pemerintah masih belum mencapai porsi besar untuk kelompok pendapatan rendah. Subsidi gas menjadi program dengan ketepatan sasaran terendah. Hanya 36,8% yang berhasil menjangkau rakyat miskin. Bantuan subsidi lainnya pun masin belum sepenuhnya tepat sasaran, termasuk di antaranya adalah subsidi BBM Program yang beragam dalam pengentasan kemiskinan merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan status ekonomi penerima manfaat secara berkelanjutan. Namun, hal tersebut hanya akan terwujud apabila terdapat harmonisasi antar program untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah, Bagi kelompok pendapatan terendah, satu jenis bantuan saja tidak cukup. Namun faktanya 36,4% di antara mereka hanya menerima satu jenis bantuan Bahkan, terdapat 4% rumah tangga miskin yang tidak EDISI XII / NOVEMBER 2022 menerima bantuan sama sekali, Padahal terdapat lebih dari 80% rumah tangga dalam kelompok pendapatan tertinggi yang masin menerima bantuan sosial Rekomendasi Skenario Distribusi Bantuan Untuk mengoptimalkan program pengentasan kemiskinan, pemerintah harus mampu meminimalisir kesalahan dalam penentuan target penerima bantuan. Hal tersebut dapat terealisasi dengan cara mengintegrasikan beberapa program ke dalam satu program yang paling efektif. Untuk mengurangi angka kemiskinan secara lebih efektif, pemerintah harus berani mencoba cara baru dalam mendistribusikan bantuan bagi rakyat miskin. Computable General Equilibrium menunjukkan bahwa distribusi bantuan yang optimum dapat diwujudkan dalam dua skenario. Pertama, mengintegrasikan seluruh program pengentasan kemiskinan ke dalam PKH sebagai program yang paling efektif. Kedua, meningkatkan jumlah bantuan dalam PKH secara proporsional untuk melampaui batas garis kemiskinan rumah tangga Pengintegrasian program ke dalam PKH sebagai program paling tepat sasaran menjadi salah satu skenario yang cukup optimum. Dalam skenario tersebut, distribusi bantuan untuk kelompok pendapatan terendah akan meningkat dari 11,4% (Rp 19,1 T) menjadi 24,5% (Rp 41,3 T) dari total anggaran. Berdasarkan simulasi, skenario ini diprediksi mampu mengurangi angka kemiskinan nasional sebesar 1,27% dalam setahun. Dengan fokus pada PKH, pemerintah tidak perlu menambah biaya untuk perbaikan target penerima, Masih dengan anggaran yang sama atau bahkan lebih sedikit, konsep ini mampu mengatasi masalah kemiskinan dengan lebih efektif baik dalam jangka pendek atau jangka panjang sehinaga status ekonomi masyarakat Indonesia dapat lebih baik secaraberkelanjutan. Referensi ‘Amir, H., Nugroho, A, Maududy, |, & Marlina |, (2021). Poverty eradication programs in Indonesia: Progress, challenges and reforms. JournalofPolicy Modeling, 43(6), 1204-1224. Call for BREAKS Contributions Kiriman versi POPULAR deri publikasimiah anda di jurnal-urnal bereputasi internasional untuk dimuat dalam SREAKS edisi Derikstnya,Tulsan maksimal 1000 kata Galam bahasa Indonesia, Kirimkan melalui ema redaksi-breaks@lael-pusat.org / redaksL.laelagmall.com Informasi; B51 6524 0059 (Whets2po) TAE dalam bentuk tulisan popular. eee Cd Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) adalah organisasi para akademisl dan praktis| untuk melakukan pengkajian, pengembangan, pendidikan dan sosialisaasi Ekonomi Islam. BREAKS (Buletin Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah) merupakan salah satu program literasi JAE| yang mengemas hasil publikaslilmiah pengurus ke Redaksi BREAKS. Gedung Dhanapala Lt. 2 Kementerian Keuangan Rl, J. Dr. Wahilin No. 1, Senen Raya, Jakarta Pusat 10710 Phone:+6221 384 0059/0851 63240039 - Emallredaks'iaei@gmailcom-Website-wwiwiael-pusatorg

Anda mungkin juga menyukai