Anda di halaman 1dari 15
KONSEP MASALAH PIDANA DAN’ PEMIDANAAN DALAM KEBIJAKAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR PADA INDONESIA DENGAN BELANDA DAN YUGOSLAVIA. Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Hukum PerbandinganPidana Dosen Pengampu: Aliyth Prakarsa. S.H, M.H. Disusun Oleh: ‘Tarisha Rahma Mubarak (1111200169) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TAHUN AJARAN 2022/2023 Scanned with CamScanner KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Konsep Masalah Pidana Dan’Pemidanaan Dalam Kebijakan Pidana Anak Dibawah Umur Pada Indoensia dengan Negara Belanda dan Yugoslavia” ini bertyjuan untuk menambah pengetahuan dan tentu saja nilai mata kuliah Hukum dan Masyarakat Kami mengueapkan terima kasih kepada Bapak Aliyth Prakarsa S.H_M.Hm selaku dosen Hukum Perbandingan Pidana yang telah membantu kami dalam ‘mengerjakann tugas dan memberikan tugas i sehingga dapat menambah wawasan kami dan teman-teman yang lainnya serta mendapatkan kesempatan untuk menambah nilai Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, sumber, dan informasi yang telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh karena , kami selaku penyusun memohon segala bentukan kritikan dan saran untuk menyempurnakan makalah selanjutnya, Serang, 12 Desember 2022 PenuliS Scanned with CamScanner DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .... BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah . 1.3 Tujuan Penulisan.. BAB IL. ISI 2.1 Pidana dan Pemidanaan. a 2.2 Pemidanaan Anak di Bawah Umur dalam KUHP Indonei : 2.3 Pemidanaan Anak di Bawah Umur dalam KUHP Negara Asing Lainnya ... 9 BAB IIL... PENUTUP... DAFTAR PUSTAKA.... Scanned with CamScanner BABI 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara Hukum, hukum timbul sebagai alat yang dibuat oleh ‘manusia atas dasar keinginan manusia itu untuk memenuhi tujuan mereka mencapai keamanan, ketertiban, dan mendamaikan kehidupan suatu bangsa. Selain itu, hukum untuk memberikan rasa takut dan efek jera kepada siapun yang menganggu kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku. ‘manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini dituangkan dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Indonesia yang diketahui sebagai Negara Hukum yang sebelumnya mengadopsi Hukum dari Negara Belanda yang telah dimodifikasi atau disesuaikan dengan kepribadian Masyarakat Indonesia, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan lainnya, yang kemudian pada saat ini, Indonesia telah melakukan pembaharuan terhadap Hukum Pidana dengan lahirnya Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana terbaru, Menurut Barda Nawawi Arief yang dikutip oleh Priyatno (2013, hal. 19) maka pembaharuan Hukum Pidana Nasional seyogianya dilatarbelakangi pada ide-ide dasar Pancasila: a) moral religius (Ketuhanan); b) kemanusiaan (tumanistik); ¢) kebangsaan; d) demokrasi; dan e) keadilan sosial. Disamping itu perlu ada harmonisasi dengan nilai-nilai atau aspirasi sosio-filosofik dan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam melakukan pembaharuan hukum pidana nasional, perlu dilakukan pengkajian dan penggalian nilai-nilai nasional yang bersumber pada Pancasila dan nilai yang ada dalam masyarakat, Selain itu, perbandingan dengan negara lain juga dapat membantu proses pembaharuan hukum pidana nasional, perbandingan hukum dilakukan guna ‘mengetahui sistem hukum dari negara lain dan apabila terdapat nilai positif Scanned with CamScanner didalamnya, sekiranya dapat menjadi salah satu sumber dalam kegiatan pembaharuan hukum pidana nasional, hal ini dilakukan baik antar bangsa ‘maupun negara, Perbandingan hukum dapat dilakukan dalam bagian hukum mana saja, dalam hal ini perbandingan hukum dilakukan dalam hal masalah pidana dan pemidanaan,perbandingan konsep pidana dan pemidanaan dilakukan untuk ‘mengatahui sistem pemidanaan di negara asing yang kemudian nantinya akan dibandingkan dengan sistem pemidanaan di indonesia, Pemidanaan memiliki banyak jenis, sebagai salah satunya mengenai pemidanaan anak dibawah umur. Perbandingan akan membantu dalam mengetahui sistem negara assaing dalam ‘mengurus permasalahan pidana bagi anak dibawah umur, yang kemudian dapat dibandingkan dengan sistem yang ada di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1, Bagaimana maksud dari Konsep Pidana dan Pemidanaan iru sendiri? 2, Bagaimana konsep pemidanaan anak dibawah umur dalam KUHP Indonesia? 3. Bagaimana konsep Pemidanaan anak dibawah umur dari KUHP Negara Belanda dan Yugoslavia? 1.3 Tujuan Penulisan Berangkat dari rumusan masalah yang sudah tersaji penulis bertujuan untuk ‘mengetahui lebih lanjut mengenai Konsep Pidana dan Pemidanaan Anak Dibawah umur berupa: 1, Mengetahui Konsep Pidana dan Pemidanaan 2. Mengetahui Konsep Pemidanaan Anak dibawah Umur dalam KUHP Indonesia 3. Mengetahui Konsep Pemidanaan Anak dibawah umur dalam KUHP- Belanda dan Yugoslavia Scanned with CamScanner BABII Ist 2.1 Pidana dan Pemidanaan Pemidanaan dalam KUHP ihat dari sudut kajian, yaitu ketentuan umum hukum pidana dalam Buku I KUHP dan perumusan ancaman sanksi pidana dalam Buku IT dan Buku III KUHP. Perumusan ancaman pidana dalam Buku 1 KUHP mengacu kepada norma pemidanaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP, yaitu : Pidana terdiri atas a. pidana pokok: 1. pidana mati 2. pidana penjara; 3. pidana kurungan; 4, pidana denda; 5. pidana tutupan. b. pidana tambahan 1, pencabutan hak-hak tertentu; 2. perampasan barang-barang tertentu; 3. pengumuman putusan hakim, Ketentuan pidana tersebut metode pengamanannya dalam norma hukum pidana diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 43 KUHP. Ketentuan pemidanaan dalam Buku I KUHP ini diformulasikan secara konsisten dalam norma hukum pidana dalam Buku I dan Buku If KUHP. Fungsi ketentuan umum hukum pidana dalam Buku I benar-benar menjadi pedoman dalam memformulasikan ancaman pidana dalam norma hukum pidana dan dalam pelaksanaan pidana. Dalam merumuskan norma hukum pidana dan merumuskan ancaman pidana, paling tidak terdapat 3(tiga) hal yang ingin dicapai dengan pemberlakuan hukum pidana di dalam masyarakat, yaitu: a. Membentuk atau mencapai cita kehidupan masyarakat yang ideal atau masyarakat yang dicitakan, b, Mempertahankan dan menegakkan nilai-nilai luhur dalam masyarakat, Scanned with CamScanner ¢. Mempertahankan sesuatu yang dinilai baik (ideal) dan diikuti oleh masyarakat dengan teknik perumusan norma yang negatif ‘Tujuan pengenaan sanksi pidana dipengaruhi oleh alasan yang dijadikan dasar pengancaman dan penjatuhan pidana, dalam konteks ini alasan pemidanaan adalah pembalasan, kemanfaatan, dan gabungan antara pembalasan yang memiliki tujuan atau pembalasan yang diberikan kepada pelaku dengan maksud dan tujuan tertentu. Filsafat pemidanaan sebagai landasan filosofis merumuskan ukuran atau dasar keadilan apabila terjadi pelanggaran hukum pidana. Dalam konteks ini, pemidanaan erat hubungannya dengan proses penegakan hukum pidana, Sebagai sebuah sistem, telaahan mengenai pemidanaan dapat ditinjau dari 2 (dua) sudut, yaitu sudut fungsional dan sudut norma substantif, Dari sudut fungsional, sistem pemidanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem (aturanperundang-undangan) untuk fungsionalisasi/operasionalisasi/ konkretisasi pidana dan keseluruhan sistem (aturan perundang-undangan) yang ‘mengatur bagaimana hukum pidana ditegakkan atau dioperasionalkan secara konkret, schingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum) pidana, Dari sudut ini maka sistem pemidanaan identik dengan sistem penegakan hukum pidana yang terdiri dari sub- sistem Hukum Pidana Materiil/Substantif, sub-sistem Hukum Pidana Formil dan sub- sistem Hukum Pelaksanaan Pidana. Sedangkan dari sudut norma-substantif (hanya dilihat dari norma-norma hukum pidana substantif), sistem pemidanaan dapat diartikan sebagai ke: Juruhan sistem aturan/norma hukum pidana materiil untuk pemidanaan; atau Keseluruhan sistem aturan/norma hukum —pidana_ materiel untuk pemberian/penjatuhan dan pelaksanaan pidana. Aturan umum terdapat di dalam Buku I KUHP, dan aturan khusus terdapat di dalam Buku II dan I] KUHP maupun dalam undang-undang khusus di luar KUHP, | baik yang mengatur hukum pidana khusus ‘maupun yang mengatur hukum pidana umum, 2.2 Pemidanaan Anak di Bawah Umur dalam KUHP Indoneisa Dalam pemidanaan tethadap anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana diberlakukan pemidanaan yang sesuai dengan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang dikenal dengan sebutan UU SPPA. Substansi yang mendasarmengenai UU yang baru ini secara tegas mengatur mengenai keadilan Restoaktif yang dimaksud untuk Scanned with CamScanner menghindari sigtimasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar atau yang lebih mengutamakan perdamaian dari pada proses hukum formal. Dan apabila seorang anak yang melakukan tindak pidana yang berat atau delik berat_ maka akan diberlakukan_pemidanaan formal yang sesuai dengan aturan yang berlaku terhadap anak, Dimana dari ancaman hukuman pidana yang di tuliskan dalam aturan dipotong % dari hukuman/sanksi tersebut tetapi tetap diuapayakan jalur diversi Pemidanaan terhadap Anak diatur di dalam Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 73 sampai dengan Pasal 81, Anak yang belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun hanya dapat dikenakan_tindakan, Sedangkan Anak yang telah berumur genap 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dapat dikenakan pidanaPasal 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan berdasarkan asas: pelindungan; keadilan; nondiskriminasi; se ao kepentingan terbaik bagi Anak; penghargaan terhadap pendapat Anak; kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak; pembinaan dan pembimbingan Anak; ro proporsional; i, perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; j. penghindaran pembalasan, Menurut UndangUndang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, perlindungan khusus bagi anak yang berkonflik dengan hukum telah ditentukan dalam Pasal 64 ayat (2) UndangUndang Perlindungan Anak dan hal itu dilaksanakan melalui Scanned with CamScanner © Perlakuan tethadap anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak Penyediaan petugas pendamping khusus © Penyediaan sarana dan prasarana khusus * Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak © Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum © Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarganya, atau © Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi UU Nomor 23 Tahun 2002 mengenai“Perlindungan Anak” dari adanya Keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum — dalam suatu masyarakat, yang merupakan hasil interaksi karena adanya hasil interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, semua usaha yang melindungi anak, melaksanakan hak dan kewajiban anak ‘merupakan suat hal yang dapat memperjuangkan kelangsungan hidup anak serta. mengembangkan dirinya sebagai suatu perlindungan bagi dirinya sendiri 2.3 Pemidanaan Anak di Bawah Umur dalam KUHP Negara Asing Lainnya © Negara Belanda Di Belanda, ketentuan-ketentuan khusus untuk anak yang melakukan tindak pidana, diatur tersendiri dalam Bab VIII A KUHP Belanda. Bab baru ini dimasukkan ke dalam WvS Nederland pada tahun 1961 berdasarkan UU 9 November 1961, $. 402 dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir melalui UU 7 Juli 1994, S. No. 528. Pengaturan sanksi bagi anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam Pasal 77h, yang berisikan: 1. Pidana Pokok a. untuk kejahatan ; kurungan anak atau denda b. untuk pelanggaran : denda Scanned with CamScanner 2. Satu atau lebih sanksi alternatif berikut ini dapat dikenakan sebagai pengganti pidana pokok dalam ayat 1: a. kerja sosial/pelayanan masyarakat (community service) b. pekerjaan untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana (work contributing to the repair of the damage resulting from the criminal offence) ¢. mengikuti proyek pelatihan (attendance at a training project) 3. Pidana Tambahan a. perampasan (forfeiture) b. pencabutan SIM (disqualification from driving motor vehicle) 4, Tindakan-Tindakan (measures)terdiri dari penempatan pada lembaga khusus untuk anak ._penyitaan (confiscation) ©. perampasan keuntungan dari perbuatan melawan — hukum (deprivation of unlawfully obtained gains) 4. kompensasi/ganti rugi atas kerusakan/kerugian (compensation for the damage) Di Belanda, alternatif sanksi yang diberikan terhadap anak lebih banyak, dimana pidana penjara sama sekali sudah tidak dikenal. Di Indonesia, alternatif yang ada lebih sedikit, dimana pidana penjara (selain kurungan, pidana pengawasan, dan denda) adalah sebagai salah satu bentuk putusan yang dapat diberikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana yang berusia antara 12 tahun sampai 18 tahun, Kenyataannya sanksi pidana penjara adalah sanksi yang paling banyak dijatukan oleh hakim. Dalam hukum pidana anak Belanda, selain pidana pokok (Principal penalties) dan Pidana Tambahan (Additional penalties), ada dikenal Sanksi Alternatif sebagai pengganti pidana pokok, yaitu : pidana kerja sosial, memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana, atau ‘mengikuti proyek pelatihan. Di Indonesia, sanksi serupa tidak diatur dalam UU No, 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, hanya saja sanksi pidana kerja sosial (Community Service) baru ada dalam hukum yang akan datang (RKUHP) 10 Scanned with CamScanner # Negara Yugoslavia Negara Yugoslavia tidak mengatur secara khusus pengaturan tentanng pemidanaan anak dibawah umur, akan tetapi tetap digabungkan dan dimasukan dalam KUHP Yugoslavia itu sendiri dalam bab khusus yang mengatur tentang sanksi Pidana dan Tindakan untuk anak, yaitu Bab VI mulai Pasal 64 s/d Pasal 79L. dengan judul Provisions Relating to Efucative and Penal Measures for Minors Dalam negara Yugoslavia, anak sendiri dibedakan menjadi anak (a child) yang berusia dibawah 14 Tahun, anak yunior (a junior minor) yang berusia 14- 16 tahun, dan anak senior (a senior minor) yang berusia 16-18 tahun. Dalam system pemidanaan yang berlaku terhadap mereka, ditentukan : © tethadap anak, tidak dapat edukatif (Educative Measures) atau tindakan Keamanan (Security ijatuhkan sanksi pidana maupun tindakan Measures) © tethadap anak yunior, sanksi yang dapat dijatuhkan adalah hanya tindakan edukatif, dan bukan sanksi pidana © tethadap anak senior, dapat dijatuhkan tindakan edukatif, dan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam KUHP dapat dipidana, akan tetapi pidana yang dijatuhkan hanya pidana yang khusus untuk anak (yaitu penjara anak/ minor’s imprisonment). Penjara anak hanya diancamkan tethadap perbuatan yang diancam pidana lebih dari 5 tahun, dengan ancaman tidak boleh kurang dari 1 tahun dan tidak boleh lebih dari 10 tahun, Tindakan-tindakan Edukatif yang dapat diberikan terhadap anak, diatur dalam Pasal 69, yang jenisnya terdii dari : 1, Tindakan Disiplin (disciplinary measures) a. Teguran Keras/pencereaan b. Dimasukkan ke Pusat Pendisplinan/Penertiban Anak 2. Tindakan Pengawasan Intensif ( Measures of intensified supervision) a. Pengawasan Orangtua/wali 1 Scanned with CamScanner b. Pengawasan dalam keluarga lain atau badan-badan perwalian 3. Tindakan Institusional (institutional measures) a. Penempatan di lembaga pendidikan b. b. Penempatan pada panti asuhan pendidikan-korektif ¢. Penempatan pada panti asuhan anak cacat 12 Scanned with CamScanner BAB IIL PENUTUP 3.1 Kesimpulan Di Indoensia sendiri Pemidanaan terhadap Anak diatur di dalam Undang- undang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 73 sampai dengan Pasal 81 Anak yang belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun hanya dapat dikenakan tindakan, Sedangkan Anak yang telah berumur genap 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dapat dikenakan pidanaPasal, Hal ini tidak jauh berbeda dengan Belanda yang melakukan pemidanaan anak dengan umur 12-18 tahun, berbeda dengan Yugoslavia anak sendiri dibedakan menjadi anak (a child) yang berusia dibawah 14 Tahun, anak yunior (a junior minor) yang berusia 14-16 tahun, dan anak senior (a senior minor) yang berusia 16-18 tahun. Selain itu, perbedaan yang mmencolok dari kedua negara ini dengan Indonesia terkait dengan sanksi pidana altematif yang lebih banyak dan bervariasi sehingga tidak terbaku kepada pidana penjara saja. Bila dilihat dari perspektif kebijakan pengaturan/formulatif, upaya yang dapat dilakukan agar putusan yang bukan penjara (Sanksi Tindakan) lebih diberikan tethadap anak nakal, tentu dengan melakukan pembaharuan hukum pidana yaitu dengan melakukan rekonstruksi terhadap pengaturan sanksi terhadap anak yang melakukan kenakalan. Landasan nilai keadilan substanstif dan nilai kemanfaatan bagi anak tentu harus dipertimbangkan, sehingga pembentuk undang-undang dapat melakukan pembenahan sistim pengancaman sanksi tindakan yang lebih bervariatif dan tidak hanya diperuntukkan pada anak yang berusia antara 8 ~ 12 tahun saja, tetapi kepada semua kelompok/kualifikasi yang tergolong anak/remaja. 13 Scanned with CamScanner DAFTAR PUSTAKA Thsan, K. (2016). Faktor Penyebab Anak Melakukan Tindakan Kriminal.Pekan Baru. Makarao, T. (2007), Pengertian Pidana.Jakarta; Sinar Grafika Nasrina, (2011). Perlindungan Hukum Bagi Anak di Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers, Tinjauan Yuridis Tethadap Penerapan Pidana Bagi Anak di Bawah Umur Menurut Undang-undang RI. (2012, Maret 11). Tuturoong, Febriani Seyna. "Pemidanaan terhadap anak menurut hukum pidana di Indonesia." LEX CRIMEN 10, no. 5 (2021). Taufiqurohman, A., 2021. Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung). Widiatmika, I.A.A. and Utari, A.A.S., 2016. Tinjauan Yuridis Mengenai Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, Kertha Wicara: Journal Inu Hukum. PANANNANGAN, D., 2012. PENGEMBALIAN KEPADA ORANG TUA SEBAGAI BENTUK PEMIDANAAN ANAK DIBAWAH UMUR (Doctoral Dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA). Putri, C.A.P., 2013. Kebijakan Sistem Pemidanaan dalam Upaya Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Diponegoro Law Journal, 2(2), pp.1-11 Nasriana, N., 2015. Penganutan Asas Sistem Dua Jalur (Double Track System) Dalam Melindungi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum: Tinjauan Formulasi Dan Aplikasinya. Nurani: Jurnal Kajian Syari’ah dan Masyarakat, 15(1), pp.51-72. 14 Scanned with CamScanner ‘UIAN SEMESTER (UTS/UAS) GANIL/ GENAP FAKULTAS HUKUM LUNWVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA Tahun Aeaderi 2092.08 + change, Baten Nama Nim Mata Kuliah Dosen sb. Semester/Ketas : 51. Hert Tongeal : ume 6.064, see Tanda Tangan = 7 Mo. Judut Pumwan Nola. Ketientutoh ee * [Fonuee tmsoian eMemna |v caq@mana tua dad toner | Rada daranya, RAaria dan Ravi dow pendanaan dalam | Beara dan ger danactn Wu xndie|eay Yeh0a) tulunshan eke yarns Twbypean Rdana nar, [9 Gagaimana convey wnidanaan | Wenger baxpindna Mukum th dcrD ‘bowen amur pada | avi Abowah umut daiom | Aapar AuegIeAN_ samy diofenviond=—r Wd naa Alnopan utp mngorenn 7 Tom ener (ermanoan # wnsentea Buona dan Yugerada, |2. bagharana Kone emdaraan | ynotd remus Panyae brdang _ Wi ‘ana Abawa wer dade Jama Remidaroan anole dike Or wane Guede dan Yogostavte’, | Dr weoneria Reradaraan tahegerp nee Wadue datom UU Km peraeiOn Riana anak Ruel Te Revue. Aap Murawut dav Uedong —unfar Wiebwr Wriwo toate pda anak, Aéfousn Waar Beinn Yanya dlorokan tinue JajO.Ann anak Warr UMUC rtalnn akan staph bYUM Menopal AKIN Tony, dtterctean tera gave. Daan he WW, Meatean dingan Rerbanmingan Mangan WEI AInaee Lain, Reed WARNA Ane AI VYonera dangan Buanda Hane gnvinloerbenn , kan Wak, yugpltaka Weber Rerun Aaware mequomgarar guote Yetann ana: A ChnA LAleawnn Wonon), A yuntor dat LWY=teinhun) | A kotor winoe (P= tbmun). Slaun tos Heetnpor Rerdeoren 000) ryuntole Ane BAUR Algor Yeu Arahin WOON A wait i = oe thy trae JANET Fann, Teenager Tra Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai