Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352568494

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUJUAN 2: MENCAPAI NOL KELAPARAN

Article · June 2021

CITATIONS READS

0 3,852

3 authors:

Selvitri Selvitri Nur Haliza


Universitas Maritim Raja Ali Haji Universitas Maritim Raja Ali Haji
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Khodijah Ismail
Universitas Maritim Raja Ali Haji
523 PUBLICATIONS   99 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

SOSIALISASI PENTINGNYA MENJAGA TERUMBU KARANG BAGI MASYARAKAT DI PULAU SENAYANG KABUPATEN LINGGA View project

PENGOLAHAN SAMPAH UAS POSTER KEMARITIMAN View project

All content following this page was uploaded by Selvitri Selvitri on 21 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUJUAN 2: MENCAPAI NOL KELAPARAN

¹Selvitri, ²Nurhaliza, ³Khodijah Ismail


¹Selvitri, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi
²Nurhaliza, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi
³Khodijah Ismail, Dosen Pengantar Ilmu dan Teknologi Kemaritiman, Fakultas Ekonomi
Correspondent Author: 2004020078@student.umrah.ac.id

Abstrak
Zero hunger merupakan Tujuan ke 2 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang salah satu poinnya
mengakhiri terjadinya kelaparan global hingga 2030. Banyak faktor penyebab terjadinya
kelaparan seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan Lingkungan
yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita,
dan lansia. Demikian juga terbatasnya subsidi pangan, meningkatnya harga-harga pangan,
menurunnya pendapatan riil dan tingginya tingkat pengangguran merupakan faktor utama
penyebab terjadinya kelaparan. Hasil dari penelusuran, menunjukkan bahwa jumlah orang
yang kekurangan gizi telah turun hampir setengahnya dalam dua dekade terakhir karena
pertumbuhan ekonomi yang cepat dan peningkatan produktivitas pertanian. Banyak negara
berkembang yang dulu menderita kelaparan dan kini dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Asia
Tengah dan Timur, Amerika Latin dan Karibia semuanya telah membuat kemajuan besar
dalam memberantas kelaparan ekstrem. Sayangnya, kelaparan ekstrem dan kekurangan gizi
tetap menjadi penghalang besar bagi pembangunan di banyak negara. Ada 821 juta orang
diperkirakan kekurangan gizi kronis pada tahun 2017, sering kali sebagai akibat langsung dari
degradasi lingkungan, kekeringan dan hilangnya keanekaragaman hayati. Lebih dari 90 juta
anak di bawah lima tahun sangat kekurangan berat badan. Kekurangan gizi dan kerawanan
pangan yang parah tampaknya meningkat di hampir semua wilayah Afrika, serta di Amerika
Selatan.
Kata kunci : Zero hunger, pembangunan berkelanjutan, pangan, kekurangan gizi

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan suatu negara selalu dihubungkan dengan peningkatan ekonomi. Namun


pada kenyataannya, pembangunan lebih dari sekedar meningkatnya pendapatan perkapita
penduduk. Pembangunan yang baik seharusnya lebih mempertimbangkan keseimbangan
antara kebutuhan pembangunan dan kelestarian lingkungan. Hal tersebut dikenal dengan
istilah pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development).

1
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi
kebutuhan mereka (Mitchell et al, 2000). Pembangunan haruslah selaras dengan pengelolaan
sumber daya sehingga kesejahteraan jangka panjang seharusnya diberi prioritas yang sama
dengan kebutuhan yang mendesak pada saat ini (Reinjntjes et al, 2011).Dampak dari
pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, pada umumnya mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan penurunan daya dukung lingkungan. Kegiatan pembangunan seharusnya
berkelanjutan dan mengacu pada kondisi alam dan pemanfaatannya agar berwawasan
lingkungan (Sunu, 2001). Konsep pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini menjadi suatu
mengelola Konsep ini berlaku untuk seluruh sektor pembangunan termasuk pembangunan
sektor peternakan (Mersyah, 2005). Khususnya pada saat ini krisis air dunia saat ini sudah
minum dan satu dari tiga orang tidak mendapat sarana sanitasi yang layak. Menjelang tahun
2025, sekitar 2,7 milyar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi
kekurangan air dalam tingkat yang parah. Beberapa negara yang mengalami kelangkaan air
saat ini mulai menerapkan konsep baru yang disebut air maya (Virtual Water) atau sejumlah
air yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang konsumsi. Mengenai konsep ini
diumpamakan, bila Anda mengonsumsi satu kilo daging sapi, berarti Anda menggunakan pula
13.000 liter air yang diperlukan bagi peternakan sapi hingga menghasilkan daging tersebut
(Badan Litbang Pertanian, 2003).

Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari Kurangnya konsumsi pangan kronik. Dalam
jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan
menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan.

Tidak semua orang mempunyai kemudahan untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan,
dan hal ini mengarah pada kelaparan dan kekurangan gizi dalam skala besar di dunia. Sebagian
penduduk dunia sekarang ini kekurangan pangan secara kronis dan tidak mampu
mendapatkan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi minimum mereka.
Jutaan anak–anak berusia di bawah lima tahun (balita) menderita kekurangan gizi kronis atau
akut pada saat musim kekurangan pangan, musim kelaparan dan kerusuhan sosial, angka ini
terus meningkat.

Tujuan SDGs nomor 2 yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Tujuan ini sejalan

2
dengan prioritas pembangunan Indonesia yang termaktub ke dalam prioritas ketahanan
pangan dan penciptaan lapangan kerja.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, bisa ditarik beberapa pertanyaan untuk menjadi bahasan dalam
Paper ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan?

2. Ceritakan sejarah pembangunan berkelanjutan!

3. Sebutkan prinsip-prinsip dan strategi pembangunan berkelanjutan!

4. Apa saja dinamika capaian pembangunan berkelanjutan di tujuan ke 2?

3. Tujuan dan Metodologi

Tujuan dari penulisan Paper ini yaitu untuk memenuhi tugas Pengantar ilmu dan teknologi
kemaritiman, program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Adapun Metode penulisan yang digunakan yaitu pendekatan studi Literatur. Yang mana
metode Pengumpulan data dengan mengambil data dari beberapa website yang relevan
dengan topik, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Definisi pembangunan berkelanjutan

Pengertian pembangunan berkelanjutan menurut para ahli dan beberapa organisasi:

1. Menurut Stockholm United Nation Conference on Human Enviromental (1972)


Pengertian pembangunan berkelanjutan di dalam Stockholm United Nation
Conference on Human Enviromental atau juga Deklarasi Stockholm ini merupakan
segala sumber daya alam di bumi, termasuk udara, air, tanah, flora serta fauna
terutama contoh yang mewakili bagian dari ekosistem alam, harus dijaga supaya aman
untuk kepentingan generasi sekarang serta juga masa depan dengan melalui
perencanaan atau manajemen yang sesuai dan juga hati-hati.
2. Menurut Brutland Report
Pengertian pembangunan berkelanjutan atau sustainable development menurut
Brutland Report di dalam sidang PBB pada tahun 1987 ini merupakan suatu proses

3
pembangunan yang berprinsip untuk dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang.
3. Menurut World Commission On Enviromental Development (1987)
Pengertian pembangunan berkelanjutan di dalam World Commission On
Enviromental Development (WCED) ini merupakan pembangunan yang berusaha
memenuhi kebutuhan hari ini tanpa harus mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Menurut Budiharjo dan Sudjarto
Pengertian pembangunan berkelanjutan menurut Budiharjo dan Sudjarto ialah kota
yang dalam perkembangannya itu mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa
kini, mampu dalam berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan
keserasian lingkungan vitalitas sosial, budaya, politik, serta juga pertahanan
keamanannya tanpa harus mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi
mendatang di dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
5. Menurut Konferensi Tingkat Tinggi
Pengertian pembangunan berkelanjutan dalam Konferensi Tingkat Tinggi tentang
Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2002 ini merupakan suatu kondisi yang mana
masyarakat itu dapat menentukan dirinya sendiri yang disiapkan di dalam
perdagangan bebas multilateral dengan syarat terciptanya tata pemerintahan yang
baik (good goverment).
6. Menurut Sudharta P. Hadi
Pengertian pembangunan berkelanjutan menurut Sudharta P. Hadi di dalam
bukunya yang berjudul “Opcit” tahun 2007 ialah suatu konsep pembangunan yang
menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan.
7. Menurut FAO
Pembangunan berkelanjutan merupakan pengelolaan konservasi sumber daya alam
dan berorientasi pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan
sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia
secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.
8. Menurut PBB
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable development) adalah pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi
sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumber daya

4
alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. Tujuan tersebut bisa dicapai
melalui empat elemen tujuan pembangunan berkelanjutan: (1) Pertumbuhan dan
keadilan ekonomi; (2) Pembangunan sosial; (3) Konservasi sumber daya alam
(perlindungan lingkungan); (4) Pemerintahan yang baik (good governance). Keempat
elemen tersebut saling mendukung satu dengan lainnya, menciptakan tujuan
pembangunan yang berkaitan dan berkelanjutan.

2. Sejarah pembangunan berkelanjutan

Sejarah pembangunan berkelanjutan diawali dari Conference on the Human Environment


(Konferensi mengenai lingkungan manusia) yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB) pada tahun 1972 di Stockholm.Dalam konferensi yang dihadiri oleh delegasi negara
maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia tersebut menghasilkan kesepakatan
bahwa perlu adanya pertimbangan masalah lingkungan dalam program–program
pembangunan yang selama ini dijalankan.

Berangkat dari konferensi di Stockholm, PBB melalui World Conference on Environment and
Development (WCED) pada tahun 1987 mempublikasikan sebuah laporan yang berjudul our
comman future atau Brundtland report yang didalamnya memuat mengenai konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Menurut laporan tersebut pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai proses pembangunan untuk memenuhi kebutuhan pada masa sekarang
dengan tidak mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya.

Sejak dipublikasikan oleh WCED mulai banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu
mendefinisikan mengenai pembangunan berkelanjutan. Tidak berhenti sampai di pertemuan
WCED, pembahasan mengenai pembangunan berkelanjutan dilanjutkan dengan United
Nations’ Earth Summit atau Konferensi Bumi PBB pada tahun 1992 di Rio Janerio yang
menghasilkan Agenda 21 dan disambung dengan pertemuan di Johannesburg yang
dilaksanakan Majelis Umum PBB yang mengadopsi Millenium Development Goals pada tahun
2000 dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia pada tahun 2002 (Todoror dan Marinova,
2011). Dari berbagai pertemuan yang diadakan menunjukkan bahwa betapa pentingnya
pembangunan berkelanjutan.

3. Prinsip-prinsip dan strategi pembangunan berkelanjutan

3.1 Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

5
Prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan yang diterapkan dalam implementasi
pembangunan berkelanjutan antara lain :

1. Equity (Pemerataan)
Pemerataan dalam pembangunan berkelanjutan menjadi tujuan utama.
Pemerataan dianggap mampu meminimalisasi disparitas baik ekonomi dan sosial serta
kesempatan yang seimbang bagi masyarakat.
2. Ekonomi
Dalam pembangunan berkelanjutan, pendekatan pembangunan di aspek ekonomi
menitikberatkan pada peningkatan keahlian untuk para pekerja agar mampu
meningkatkan daya saing mereka dalam memperoleh pekerjaan yang layak,
menonjolkan kerja sama ekonomi strategis, serta meningkatkan performa
infrastruktur dasar seperti perumahan, air, jalan, dll bahkan infrastruktur informasi.
Berbeda dengan
kota-kota yang tidak menerapkan pembangunan berkelanjutan karena kota dengan
model pembangunan ini menonjolkan kompetisi antar sektor dan masyarakat,
pengembangan industri besar serta ekspansi ekonomi besar-besar dan
ketergantungan terhadap dunia bisnis yang begitu besar. Kota-kota yang menerapkan
pembangunan berkelanjutan memiliki kondisi sosial ekonomi yang kondusif karena
ada rasa tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
penciptaan modal tenaga kerja dan kesempatan kerja bagi masyarakat.
3. Energi
Penerapan penghematan energi merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Contohnya yang diterapkan adalah mengoptimalkan pembangunan
bangunan dengan pencahayaan alami sebanyak mungkin, mengutamakan
pengembangan sistem transportasi umum, massal, dan hemat energi dan bukan justru
pro terhadap penggunaan kendaraan-kendaraan pribadi di jalan.
4. Ekologi
Prinsip pelestarian ekologi dalam pembangunan berkelanjutan diterapkan melalui
penggunaan lahan campuran (mixed use) semaksimal mungkin, sistem transportasi
dan bangunan yang saling terintegrasi, memperhatikan keberadaan ruang terbuka,
ruang hijau, dan membatasi pemekaran kota secara berlebihan.
5. Engagement (Peran Serta)

6
Bentuk pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan melalui peningkatan dan
optimalisasi peran serta masyarakat dalam proses pembangunan lingkungan. Dalam
hal ini, pemerintah berperan sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat dan
mampu menampung aspirasi atau masukan dari masyarakat.

Sedangkan menurut UNCED dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan tahun 2002 di


Johannesburg Afrika Selatan, prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan antara lain :

1. Keadilan antar generasi


Prinsip ini mengandung arti bahwa setiap generasi manusia di dunia memiliki hak
untuk menerima dan menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruj akibat
perbuatan generasi sebelumnya.
2. Keadilan dalam satu generasi
Prinsip ini merupakan prinsip yang berbicara tentang keadilan di dalam sebuah
generasi umat manusia dimana beban permasalahan lingkungan harus dipikul
bersama oleh masyarakat dalam satu generasi.
3. Prinsip pencegahan dini
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi ancaman yang berarti yang
menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan maka ketiadaan
temuan atau pembuktian ilmiah yang konklusif dan pasti tidak dapat dijadikan alasan
untuk menunda upaya - upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
4. Perlindungan keanekaragaman hayati
Prinsip ini merupakan prasyarat dari keberhasilan implementasi prinsip keadilan
antar generasi. Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati juga berarti mencegah
kepunahan jenis keanekaragaman hayati.
5. Internalisasi biaya lingkungan
Kerusakan lingkungan dapat dilihat sebagai biaya eksternal dari suatu kegiatan
ekonomi dan harus ditanggung oleh pelaku kegiatan ekonomi. Oleh karena itu biaya
kerusakan lingkungan harus diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam.

3.2 Strategi pembangunan berkelanjutan

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap elemen
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu diperhatikan
yaitu pemerataan, partisipasi keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang.
7
1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal-
hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran
dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan
distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat
dicapai.
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa
datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem.
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata
terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai
masyarakat dapat lebih dimengerti.
3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan
alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak.
Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleksnya keterkaitan antara
sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan
pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan
yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek
mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan.

4. Tujuan ke 2 pembangunan berkelanjutan: Zero Hunger

4.1 Tujuan dan indikator untuk mengakhiri kelaparan

Poin SDGs kedua ini memiliki tujuan utama untuk mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan, dan memajukan pertanian berkelanjutan. Kerangka kerja indikator global

8
yang dikembangkan oleh Inter-Agency and Expert Group on SDGs indicators (IAEG-SDGs)
disetujui sebagai permulaan praktis pada sesi ke-47 Komisi Statistik PBB yang diadakan pada
Maret 2016. Jumlah target dan indikator global tercapainya tanpa kelaparan (zero hunger)
adalah 8 target dan 14 indikator.

1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan memastikan akses oleh semua orang,
khususnya orang miskin dan orang-orang dalam situasi rentan, termasuk bayi,
terhadap makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun.
Indikator: (1)Prevalensi kurang gizi, Prevalensi kerawanan pangan sedang atau berat
dalam populasi, (2)berdasarkan Skala Pengalaman Kerawanan Pangan (FIES)
2. Pada tahun 2030, mengakhiri semua bentuk kekurangan gizi, termasuk mencapai,
pada tahun 2025, target yang disepakati secara internasional tentang stunting dan
wasting pada anak di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja
perempuan, wanita hamil dan menyusui, dan orang tua.
Indikator: (1)Prevalensi stunting (tinggi badan untuk usia <-2 standar deviasi dari
median Standar Pertumbuhan Anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)) pada anak di
bawah usia 5 tahun, (2)Prevalensi malnutrisi (berat badan untuk tinggi badan >+2 atau
<-2 standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO) di antara anak-anak
di bawah usia 5 tahun, menurut jenis (kurus dan kelebihan berat badan)
3. Pada tahun 2030, melipatgandakan produktivitas pertanian dan pendapatan produsen
makanan skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat adat, keluarga petani,
penggembala dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan setara ke tanah,
sumber daya dan input produktif lainnya, pengetahuan, layanan keuangan, pasar dan
peluang untuk penambahan nilai dan pekerjaan non-pertanian.
Indikator: (1)Volume produksi per unit tenaga kerja menurut kelas ukuran usaha
pertanian/penggembalaan/kehutanan, (2)Pendapatan rata-rata produsen makanan
skala kecil, menurut jenis kelamin dan status penduduk asli.
4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan
menerapkan praktik pertanian tangguh yang meningkatkan produktivitas dan
produksi, yang membantu menjaga ekosistem, yang memperkuat kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir dan bencana lainnya dan
yang secara progresif meningkatkan kualitas tanah dan tanah
Indikator: (1)Proporsi wilayah pertanian di bawah pertanian produktif dan
berkelanjutan.

9
5. Pada tahun 2020, mempertahankan keragaman genetik benih, tanaman budidaya dan
hewan ternak dan peliharaan serta spesies liar terkait, termasuk melalui bank benih
dan tanaman yang dikelola dan didiversifikasi dengan baik di tingkat nasional, regional
dan internasional, dan mempromosikan akses ke dan adil dan merata pembagian
keuntungan yang timbul dari pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan
tradisional terkait, sebagaimana disepakati secara internasional.
Indikator: (1)Jumlah SDGT untuk pangan dan pertanian yang diamankan baik dalam
fasilitas konservasi jangka menengah maupun jangka panjang, (2)Proporsi breed lokal
yang diklasifikasikan sebagai beresiko, tidak beresiko atau pada tingkat resiko
kepunahan yang tidak diketahui.
6. Meningkatkan investasi, termasuk melalui peningkatan kerja sama internasional,
dalam infrastruktur pedesaan, penelitian pertanian dan layanan penyuluhan,
pengembangan teknologi dan bank gen tanaman dan ternak untuk meningkatkan
kapasitas produksi pertanian di negara berkembang, khususnya negara kurang
berkembang.
Indikator: (1)Indeks orientasi pertanian untuk pengeluaran pemerintah, (2)Total aliran
resmi (bantuan pembangunan resmi ditambah aliran resmi lainnya) ke sektor
pertanian.
7. Memperbaiki dan mencegah pembatasan dan distorsi perdagangan di pasar pertanian
dunia, termasuk melalui penghapusan paralel semua bentuk subsidi ekspor pertanian
dan semua tindakan ekspor dengan efek yang setara, sesuai dengan mandat Putaran
Pembangunan Doha
Indikator: (1)Perkiraan Dukungan Produser, (2)Subsidi ekspor pertanian
8. Mengadopsi langkah-langkah untuk memastikan berfungsinya pasar komoditas
pangan dan turunannya dan memfasilitasi akses tepat waktu ke informasi pasar,
termasuk cadangan pangan, untuk membantu membatasi volatilitas harga pangan
yang ekstrem
Indikator: (1)Indikator anomali harga pangan

10
4.2 Dinamika capaian

Mengakhiri kelaparan, menjaga kecukupan nutrisi, dan memastikan akses pangan bagi
semua orang merupakan bagian dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Tujuan bersama yang dicanangkan negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia itu,
ditetapkan bakal terwujud pada 2030.

11
Namun sampai hari ini, bencana kelaparan dan kasus kurang gizi terus bermunculan. Global
Hunger Index (GHI) mencatat, ada 690 juta orang (sekitar satu dari setiap 10 orang di dunia)
menderita kurang gizi. Selain itu, tercatat ada 144 juta anak menderita stunting (kerdil, tanda
kekurangan gizi kronis), dan 47 juta anak menderita wasting (kurus, tanda kekurangan gizi
akut). Pada 2018, sebanyak 5,3 juta anak meninggal sebelum ulang tahun ke-5 akibat
kekurangan gizi.

GHI mengukur dan melacak kelaparan di tingkat global, regional, dan nasional, melalui
empat indikator. Pertama; asupan kalori tak cukup (kurang gizi); kedua kurang gizi akut
(ditandai anak-anak dengan berat badan kurang dari normal); ketiga stunting (anak-anak
dengan tinggi badan kurang dari normal); dan terakhir, angka kematian anak di bawah umur
lima tahun.

Ada lima kategori yang dipakai GHI, yaitu tingkat kelaparan kategori rendah, dengan skor
kurang dari 9,9; kemudian berturut-turut disusul oleh tingkat moderat (skor 10-19,9); tingkat
serius (skor 20-34,9); mengkhawatirkan (skor 35-49,9) dan ranking terbawah: sangat
mengkhawatirkan (skor lebih dari 50). Ranking skor GHI memperlihatkan ikhtiar negara-
negara dalam mengatasi bencana kelaparan. Sejak 2012, misalnya, dari 107 negara yang
diranking, tak ada lagi negara yang termasuk dalam kategori "sangat mengkhawatirkan".

Dalam laporan GHI 2020, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia lolos dari level
"serius", dan masuk kategori moderat. Indonesia meraih skor 19,1; menempati urutan ke 70
dari 107 negara. Sebanyak 47 negara tergolong dalam kelompok tak terancam bahaya
kelaparan (GHI rendah), 26 negara masuk kategori moderat, 31 negara dalam ancaman
"serius" dan tiga negara sisanya yaitu Madagaskar, Timor-Leste dan Chad, dalam kelompok
mengkhawatirkan. Skor dan peringkat Indonesia terhitung lebih baik ketimbang Kamboja
(peringkat 76, skor 20,6), Myanmar (peringkat 78, skor 20,9), dan India (peringkat 94, skor
27,2).

Namun indeks dan peringkat Indonesia masih lebih buruk dari Thailand (peringkat 48, skor
10,2), Malaysia (peringkat 59, skor 13,3), bahkan Vietnam (peringkat 61, skor 13,6), dan
Philipina (peringkat 69, skor 19). Untuk menekan angka kelaparan, Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan program strategis seperti peningkatan kualitas konsumsi, keamanan pangan,
produktivitas dan kesejahteraan sumber daya manusia pertanian, dan tata kelola sistem
pangan nasional. Namun, hingga kini kelaparan dan gizi buruk masih menjadi masalah pelik.

12
BPS (2019) mencatat, angka gizi buruk mencapai 30.000 atau satu dari setiap 10.000
penduduk.

Contoh negara yang berhasil menurunkan indeks kelaparan secara tajam adalah Brasil dan
Cina. Tahun 2000, indeks kelaparan Brasil masih pada skor 11,3 dan Cina bahkan di level 13,6.
Posisi mereka terus membaik dan pada 2012, keduanya sudah masuk negara dengan indeks
kelaparan di bawah lima.

Rendahnya angka kelaparan di Brasil tak terlepas dari Program Zero Hunger yang
diluncurkan Presiden Lula pada 2003 yang fokus pada pemberantasan kelaparan dan inklusi
sosial, menghubungkan ekonomi makro, sosial dan kebijakan produktif. Selain berhasil
mengurangi angka kelaparan sampai 50 persen pada 2010, Brasil juga sukses memangkas
ketimpangan antara kaya dan miskin. Tahun 2003, indeks Gini di Brasil masih di posisi 58,7,
tapi kemudian turun menjadi 51,9 tahun 2012.

KESIMPULAN

Tanpa kelaparan (zero hunger) adalah salah satu poin SDGs yang menarik karena ketika
target-targetnya tercapai, artinya tidak ada seorang pun yang kekurangan gizi, maupun yang
mengalami malnutrisi. Selain itu, produktivitas yang tinggi dan petani skala kecil yang
sejahtera terwujud. Sistem produksi pangan berkelanjutan dan praktek pertanian ulet
dijalankan dengan tetap mempertahankan ekosistem dan kualitas tanah yang meningkat.
Keanekaragaman genetik benih dan hewan yang dipertahankan menghasilkan manfaat yang
dapat dinikmati secara merata. Investasi meningkat, tidak ada distorsi pasar, dan terdapat
fasilitas akses cepat informasi ke pasar. Jika tujuan ini tercapai, masyarakat dunia akan siap
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pada SDGs lainnya.

Kelaparan adalah masalah serius yang berdampak pada produktivitas manusia dan
lingkungan. Kelaparan dapat menurunkan kinerja masyarakat dan menyebabkan angka
kriminalitas tinggi, sehingga berdampak pada lingkungan yang tidak aman. Oleh karena itu,
poin SDGs nomor dua, yaitu tanpa kelaparan (zero hunger) harus diwujudkan supaya kinerja
masyarakat meningkat dan siap untuk mewujudkan poin SDGs lainnya.

Masih banyak saudara kita yang menderita kelaparan di seluruh penjuru dunia ini. Untuk
itu SDGs dibuat dengan salah satu poinnya mengenai kelaparan. Perkembangan dari

13
pelaksanaannya sudah cukup bagus, namun belum memenuhi target utama yaitu tidak
adanya kelaparan. Pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kenaikan kebutuhan
pangan juga menambah berat tantangan ini. Karena baru diterapkan pada 2015 dan bertujuan
hingga 2030, masih ada waktu untuk terus mencapai targetnya.

DAFTAR PUSTAKA
Artikel dari situs internet
https://scholar.google.co.id/scholar?q=strategi+pembangunan+berkelanjutan&hl=id&as_sdt=
0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3Dk_A80sXFzogJ
https://sdgs.un.org/goals/goal2
https://www.google.com/amp/s/amp.lokadata.id/amp/indeks-kelaparan-indonesia-lebih-
buruk-dari-vietnam-dan-philipina
http://www.radarplanologi.com/2015/11/prinsip-prinsip-pembangunan-
berkelanjutan.html?m=1

14

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai