Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerjasama dengan negara lain merupakan sebuah kebutuhan untuk

memajukan suatu negara utamanya negara berkembang. Indonesia sebagai

salah satu negara berkembang di dunia banyak melakukan kerjasama dengan

negara lain dalam berbagai bidang seperti ekonomi, budaya, ketenaga kerjaan,

pendidikan dan lain – lain. Dalam bidang ekonomi, ASEAN sebagai wadah

kerjasama negara – negara regional Asia Tenggara termasuk di dalamnya

Indonesia menghasilkan kesepakatan dibentuknya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) di tahun 2015.

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan salah satu peluang

sekaligus tantangan bagi Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan

untuk meningkatkan kemakmuran, daya saing dan integrasi ekonomi negara

ASEAN dalam ekonomi global. Negara - negara ASEAN termasuk Indonesia

harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja

terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas untuk mewujudkan

MEA. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pencetak lulusan siap kerja seperti

yang diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 termasuk yang terdampak dari

pelaksanaan MEA 2015 ini.

Upaya pelaksanaan MEA 2015 didukung dengan ASEAN Economic

Community Blueprint 2025. Blueprint ini merupakan pedoman bagi negara-

negara anggota ASEAN dalam mewujudkan MEA 2015. Blueprint ini memuat
empat pilar utama yaitu: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis

produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa,

investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN

sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan

kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,

pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse; (3) ASEAN sebagai

kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen

pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN

untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan

(4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global dengan elemen perndekatan yang koheren dalam

hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam

jejaring produksi global.

Pilar pertama memuat aspek utama dan mendasar dari komponen

integrasi ekonomi yaitu arus bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja

terampil, dan arus modal yang lebih bebas serta sektor prioritas integrasi.

Secara umum dilaporkan tingkat implementasi AEC Blueprint periode 1

Januari 2008 – 30

September 2009 oleh masing-masing Negara Anggota dengan menggunakan

instrumen Scorecard. Capaian Scorecard ini memiliki nilai politis karena dapat

mencerminkan kesungguhan ASEAN dalam mewujudkan MEA. Berdasarkan

laporan AEC Scorecard yang disiapkan Sekretariat ASEAN, tingkat

implementasi Indonesia mencapai 80,37% dari 107 “measures” untuk periode


tersebut, berada pada urutan ke-7. Tingkat implementasi tertinggi dicapai oleh

Singapura dengan angka 93,52%, sedangkan yang terendah adalah Brunei


Darussalam sebesar 74,57%. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah mulai

dijalankan pada 31 Desember 2015 lalu kemudian menjadi tantangan SMK

sebagai pencetak tenaga kerja muda pemesinan siap kerja. Persaingan tidak lagi

terbatas di dalam negeri saja tetapi hingga ke luar negeri di negara ASEAN.

(Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam bukunya “Menuju AEC

2015”)

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang

bertujuan menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang

terampil dan mengutamakan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan

tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu perwujudan pemerintah

dalam bidang pendidikan untuk mengembangkan atau membentuk tenaga ahli

yang kompeten pada bidangnya, sehingga pemerataan pendidikan disetiap

daerah bertujuan untuk memajukan Indonesia. Pendidikan dapat menciptakan

masyarakat yang mandiri dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan di

industri. Namun menilik penyerapan tenaga kerja di Indonesia justru

memprihatinkan. Sekolah Menengah Kejuruan menjadi penyumbang cukup

besar angka pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan tertinggi yang

telah ditempuh. Menurut data dari Badan Pusat statistik per Agustus 2015, dari

umur lulusan 15 – 29 tahun terdapat pengangguran terbuka sebanyak 1.352.272

orang. Jumlah sebanyak itu diantaranya terjadi karena kurangnya lapangan

kerja dan ketidak siapan untuk bekerja. Dua hal tersebut adalah peluang dan

tantangan bagi lulusan SMK Jurusan Pemesinan untuk menghadapi MEA.

Menjadi peluang karena lapangan pekerjaan tidak terbatas lagi di dalam negeri

sekaligus
tantangan karena bagaimana kondisi kesiapan siswa dalam menghadapi

persaingan dengan lulusan SMK lain dari negara ASEAN.

Menurut data yang disampaikan Bupati Purworejo, pada tahun 2014

jumlah pencari kerja yang diserap pasar kerja baru 2.166 orang dari 11.380

orang. Pada tahun 2016 sendiri angka pencari kerja berdasarakan data Dinas

Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 6.893 orang. Hal ini

menunjukan penyerapan tenaga kerja di Purworejo masih terbilang rendah.

Purworejo merupakan kabupaten dengan jumlah SMK cukup banyak

yaitu 40 SMK dan tujuh diantaranya memiliki Jurusan Teknik Pemesinan. Dari

40 SMK tersebut setiap tahunnya meluluskan ribuan tenaga kerja muda baru

harus sudah siap menghadapi dunia kerja dan bersaing dengan lulusan SMK di

Indonesia dan negara ASEAN lain. Sebagai contoh tahun 2010, SMK di

Purworejo meluluskan 4431 siswa menurut Dinas Pendidikan Kabupaten

Purworejo. Setiap SMK di Purworejo memiliki garis besar tujuan yang sama

yaitu menciptakan lulusan yang memiliki kesiapan kerja dan kompeten

dibidangnya sehingga mampu mewujudkan tujuan SMK sebagaimana

disebutkan dalam Undang Undang. Sampai dengan saat ini belum ada

informasi resmi tentang kesiapan kerja lulusan SMK di Purworejo.

Kesiapan kerja menjadi hal yang sangat berpengaruh untuk

menghadapi tantangan MEA. Tanpa adanya sebuah kesiapan maka MEA yang

seharusnya bisa menguntungkan akan menjadi bumerang yang merugikan bagi

ekonomi indonesia khususnya dibidang tenaga kerja. Kesiapan kerja dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor dari dalam diri sendiri

seperti etika dan


kompetensi yang dimiliki. Kesiapan kerja siswa SMK dapat juga dipengaruhi

oleh sekolah, tenaga pendidik dan proses pembelajaran. Kemampuan berbahasa

asing turut andil dalam peningkatan mutu lulusan pendidikan. Kemampuan

berbahasa asing merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh lulusan SMK

untuk mampu bersaing dalam menghadapi MEA.

Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi sejauh mana kesiapan

kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di Purworejo menghadapi MEA

yang telah diberlakukan tanggal 31 Desember 2015. Kesiapan tersebut

diantaranya kompetensi siswa dan faktor internal serta eksternal siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas diperoleh beberapa masalah yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Banyaknya pengangguran di Indonesia yang merupakan lulusan


Sekolah

Menengah Kejuruan.

2. Persaingan kerja di Indonesia meningkat karena tenaga kerja dari negara-

negara ASEAN semakin bebas masuk ke Indonesia.

3. Penyerapan tenaga kerja di Purworejo masih rendah.

4. Tanpa adanya kesiapan maka MEA akan merugikan Indonesia khususnya

dibidang tenaga kerja.

5. Belum diketahuinya kondisi Kesiapan Kerja Siswa SMK Jurusan Teknik

Pemesinan Di Purworejo menghadapi era MEA.


C. Pembatasan Masalah

Sebagai salah satu upaya memfokuskan penulisan supaya tidak

melebar dari hasil yang diharapkan, peneliti melakukan pembatasan.

Penelitian ini berfokus pada permasalahan kesiapan kerja siswa SMK

Jurusan Teknik Pemesinan di Purworejo menghadapi era MEA. Kesiapan

di penelitian ini menyangkut keterampilan kerja pemesinan dan kemampuan

berbahasa Inggris siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kabupaten

Purworejo yang memiliki jurusan Teknik Pemesinan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di

Purworejo menghadapi era MEA ditinjau dari keterampilan kerja pemesinan?

2. Bagaimana kesiapan kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di

Purworejo menghadapi era MEA ditinjau dari kemampuan berbahasa

Inggris?

E. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengetahui kesiapan kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di

Purworejo menghadapi era MEA ditinjau dari keterampilan kerja pemesinan.

2. Mengetahui kesiapan kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di

Purworejo menghadapi era MEA ditinjau dari kemampuan berbahasa

Inggris.
F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah melaksanakan penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan bagi peneliti tentang kondisi di masyarakat dan

melatih kemampuan untuk berpikir kritis terhadap isu-isu yang ada di

masyarakat.

2. Bagi pihak Sekolah Menengah Kejuruan

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi sekolah tentang kesiapan

kerja siswa SMK Jurusan Teknik Pemesinan di Purworejo

menghadapi era MEA.

b. Sebagai informasi bagi sekolah untuk terus meningkatkan kompetensi

siswa utamanya jurusan Teknik Pemesinan.

3. Bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa mengevaluasi kompetensi

diri dalam menghadapi persaingan di dunia kerja dan memotivasi dirinya

agar senantiasa meningkatkan kompetensi dirinya.

Anda mungkin juga menyukai