Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES MAMAE

A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara
kronik. Harus dibedakan antara abses payudara dan mastitis. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan pada
payudara. (Bahiyatun, 2009).

2. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :

a. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
b. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
c. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
d. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bias mengandung nanah)
e. Gatal-gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

3. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit yang normal Staphylococcus aureus. Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada
putting susu). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh
melalui kulit yang rusak, biasanya pada putting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Abses payudara bias terjadi
disekitar puting, bias juga diseluruh payudara.

4. PATOFISIOLOGI

Luka atau lesi pada putting menyebabkan terjadinya peradangan sehingga


organisme masuk (organism ini biasanya dari mulut bayi) mengakibatkan pengeluaran
susu terhambat pada hal produksi susu normal. Akibatnya terjadi penyumbatan duktus
dan bentuk abses. Abses di kulit atau di bawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan
abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan
darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Suatu abses sering kali membaik
tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang
abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan
menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang
keras.

5. PATHWAY

ABSES

PEMBEDAHAN

Terputusnya Adanya luka Kurang


jaringan terbuka pengetahuan

Nyeri Resiko Infeksi Cemas


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan darah yang ditandai dengan
adanya peninkatan kadar leukosit.

7. PENATALAKSANAAN
Adapun penanganan untuk abses diantaranya adalah :

a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bias ditusuk
dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bias dilakukan radial dari tengah dekat
pinggir areola, kepinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-
sia. Antibiotic bias diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi kebagian tubuh lainnya.
c. Dapat diberikan parasetamol 500 mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
d. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
e. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena
untuk mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bias diberikan obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnose medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling menggangu ketidaknyamanan dalam aktivitas atau yang
menggangu saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
d. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Dimana mengetahui ada atau tidaknya penyakit pada pasien yang terjadi sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang
tua.
f. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit abses
payudara dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tatalaksana hidup
sehat.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien abses payudara terjadi nafsu makan menurun karena
adanya luka pada daerah payudara.
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik disebabkan karena
adanya luka pada payudara.
4) Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien yang mengalami abses mamae,
biasanya BAB dan BAK normal.
5) Pola tidur dan istirahat
Klien abses mamae biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakit yang diderita pasien tersebut.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terhadap tindakan medis yang dilakukan.
7) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di
rumah sakit.
8) Pola hubungan peran
Biasanya klien abses payudara dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak
ada gangguan.
9) Pola penaggulangan stress
Klien dengan abses payudara tetap berusaha selalu melakukan hal yang positif
jika stress muncul.
10) Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita dapat sembuh.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Klien biasanya lemah.
b) Kesadaran komposmetis.
c) Adanya rasa nyeri.
2) Kulit
a) Teraba panas.
b) Turgor kulit menurun.
c) Penampilan pucat.
3) Pernafasan
Pergerakan nafas simetris.
4) Cardio Vaskuler
a) Takicardi.
b) Irama jantung reguler.
5) Gastro Intestinal
Kurang asupan makanan, nafsu makan menurun.
6) Sistem Integumen
Tampak pucat.
7) Geneto Urinalis
a) Dalam BAK produksi urin tidak normal.
b) Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnose keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Pencedera fisik
2. Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
3. Gangguang pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Nyeri akut Dengan kriteria hasil : Intervensi utama :
berhubungan dengan a) Keluhan nyeri Manajemen nyeri
Pencedera fisik meningkat Observasi :
b) Meringis a) Identifikasi
meningkat lokasi,
c) Sikap protektif karakteristik,
meningkat durasi,
d) Gelisah meningkat frekuensi,
kualitas
e) Kesulitan tidur intensitas nyeri
meningka b) Identifikasi skla
nyeri
c) Identifikasi
respon nyeri non
verbal
d) Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
e) Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
f) Identifikasi
pengaruh
budaya
terhadap respon
nyeri
identifikasi
nyeri pada
kualitas hidup
g) Monitor
keberhasilan
terapi
komplemeter
yang sudag
diberikan
h) Monitor efek
samping
penggunaan
analgetic

Terapeutik :
a) Berikan tehknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis.
Hipnosis,
akupresur,
terapi musik,
biofeedback
terapi
pijat,
aromaterapi,teh
knik
imajinasi
terbimbing,
kompres hangat
atau dingin)
b) Kontrol
lingkunngan
memperberat
rasa nyeri(mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c) Fasilitas
istirahat dan
tidur

Edukasi :
a) Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nteri
b) Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
2. Resiko infeksi Dengan kriteria hasil : Intervensi utama :
a) Kebersihan tangan Pencegahan infeksi
ditandai dengan
meningkat Observasi
penyakit kronis b) Kebersihan badan  Monitor tanda
meningkat dan gejala infeksi
c) Nafsu makan local dan sistemik
meningkat Tarapeutik
d) Demam menurun  Batasi jumlah
e) Kemerahan pengunjung
menurun  Berikakan
f) Nyeri menurun perawatan
g) Bengkak menurun  Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
Edukasi
 Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara cuci
tangan dengan
benar
 Ajarkan etika
batuk
Kalaborasi
 Kalaborasi
pemberian
imunisasi, jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun,S.PdS.Si.T.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi panduan praktis. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2009.h. 238-41.

Taber BZ. Kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2007.h.
98-103.

Bahiyatum. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009.h. 29-38.

Anda mungkin juga menyukai