TUGAS POLITIK LOKAL Arya
TUGAS POLITIK LOKAL Arya
OLEH:
Aryansyah Ry
C1E121038
Lama (1945-1965) yang menjadi presidennya pada saat itu dan juga sebgai presiden
pertama Indonesia yaitu Ir, Soekarno. Kemudian digantikan dengan orde baru (1966-
1998) yang dipimpin oleh presiden Soeharto. Dengan adanya Gerakan revololusi 1998
menjadi peristiwa yang mengilhami masa pemerintahan orde baru yang berlangsung
hingga 32 tahun lamanya. Setelah berakhirnya masa pemerintahan orde baru kemudian
digantikan dengan era reformasi yang menjadi buah pergerakan 1998. Pada era
reformasi tentunya pemerintahan yang baru melakukan konsolidasi dari setiap aspek-
Dari konsolidasi yang dilakukan pada era reformasi dapat dilihat dari beberapa
aspek salah satunya pada aspek politik. Perkembangan politik pada masa reformasi ini
perkembangan politik, yaitu: Sidang Istimewa MPR 1998 Otonomi Daerah, Pencabutan
yang lebih demokratis. Beberapa hal ini kemudian menjadi jembatan untuk menjadi
Indonesia yang lebih demokratis?, atau apakah dengan reformasi keadaan politik
Indonesia menjadi lebih baik?. Maka untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilihat dari
pemilu yang berlangsung selama periode reformasi. Dalam periode reformasi pemilu
telah terselenggara sebanyak lima kali yaitu 1999, 2004, 2009,2014 dan 2019. Pemilu
yang telah terselenggara tersebut dapat menjadi salah satu patokan untuk mengukur
ratio perkembangan demokrasi di Indonesia. Berikut ini data-data pemilu selama era
reformasi. Kemudian bagaimana peran local tradition dalam perolehan suara sehingga
Dari jumlah data hasil pemilu pada reformasi tersebut dapat dilihat adanya
perekembangan partai dan dinamika pemilu yang dinamis. Jika dilihat dari deretan
pemilu pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah partai yang ikut melaksakan pemilu.
Jika dilihat dari masing-masing pemilu maka dapat di simpulkan antara lain sebagai
berikut.
TAHUN KOMENTAR
1999 Pemilu ini menjadi pemilu awal pada era reformasi pada pemilu
ini sebenarnya masih mengikuti sistem pemilu yang lalu yang dimanan
Menggunakan Sistem Proporsional dengan Stelsel Daftar Tertutup.
Pemilih memberikan suara hanya kepada partai, dan partai akan
memberikan suaranya kepada calon dengan nomor urut teratas. Suara
akan diberikan kepada urutan berikutnya bila calon dengan nomor urut
teratas sudah kebagian suara cukup untuk kuota 1 kursi. Untuk
pemilihan umum anggota DPR Daerah, pemilihannya adalah wilayah
provinsi; sedangkan untuk DPRD I, daerah pemilihannya adalah satu
provinsi yang bersangkutan; dan untuk DPRD II daerah pemilihannya
wilayah Dati II yang bersangkutan. Namun ada sedikit warna Sistem
Distrik di dalamnya, karena setiap kabupaten diberi jatah 1 kursi
anggota DPR untuk mewakili daerah tersebut.
Pemilu ini dimenangkan oleh partai PDIP dengan peroleh kursi
terbanyak yaitu 153 kursi.
2004 Pada pemilu 2004 ini menjadi peluang baru bagi
perkembangan de,mokrasi di Indonesia dan juga pada pemilu
2004 terdapat satu lembaga baru di dalam lembaga legislatif,
yaitu DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Untuk pemilihan umum
anggota DPD digunakan Sistem Distrik tetapi dengan wakil
banyak (4 kursi untuk setiap provinsi). Daerah pemilihannya
adalah wilayah provinsi. Pesertanya adalah individu. Karena
setiap provinsi atau daerah pemilihan mempunyai jatah 4 kursi,
dan suara dari kontestan yang kalah tidak bisa dipindahkan atau
dialihkan (non transferable vote) maka sistem yang digunakan
di sini dapat disebut Sistem Distrik dengan wakil banyak (block
vote).
Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan
Sistem Proporsional dengan Stelsel Daftar Terbuka, sehingga
pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada
calon yang dipilih. Dalam hal ini pemilih memberikan suaranya
kepada partai, calon yang berada pada urutan teratas mempunyai
peluang besar untuk terpilih karena suara pemilih yang diberikan
kepada partai menjadi hak calon yang berada di urutan teratas.
Jadi, ada kemiripan sistem yang digunakan dalam pemilihan
umum anggota DPR dan DPRD pada Pemilihan Umum 2004
dengan Pemilihan Umum 1955. Bedanya, pada Pemilihan
Umum 1955 ada prioritas untuk memberikan suara partai kepada
calon yang memperoleh suara lebih dari setengah BPPD.
Pada peilu ini Kembali dimenangkan oleh GOLKAR
dengan perolehan suara mencapai 123 suara di parlemen
sehingga membuatnya menang dari lawannya yaitu PDIP
sebagai pemenang pemilu pada 1999 yaitu pemilu sebelumnya.
2009 Dalam pemilu 2009 ini partisipasi atrau perserta partai
yang mengikuti pemilu ckup banyak yaitu dengan 38 peserta.
Namun pemilu ini dianggap juga sebagai peilu yanga bermasalah
psalnya banyaknya perubahan regulasi yang menjadikan pemilu
ini menjadi bermasalah salah satunya adalah dengan
mencontreng kertas suara. Abdu Hafiz selaku ketua KPU-RI
pada saat itu mengatakan banyaknya suara yang tidak sah itu
karena adanya regulasai yang salah satunya itu mencontreng
kertas suara.
Sementara itupermasalahan lain juga muncul dari regulasi,
yaitu sebuah TPS bisa mengakomodasikan pemilih tambahan
dari TPS lain namun surat suaracadangan di tiap TPS hanya 2
persen. KPU mencontohkoan, jika jumlah pemilih 400 orang
maka surat suara tambahan 8 lembar. Pada pemilu ini partrai
yang memenangkan pemilu yaitu partai democrat dengan
perolehan kursi terbanyak 148.
2014 Dalam pemilu 2014 ini terjadi tingkat penurunan
partisipasi partai dalam mengikuti permilu Pertama, berbeda
dengan pemilu sebelumnya, jumlah partisipan menurun drastis
pada Pemilu 2014, yakni hanya 12 parpol. Dari 12 parpol
tersebut, 10 parpol lolos ke DPR karena memenuhi syarat
minimal 3,5 persen dari perolehan suara nasional. Kemudian,
dalam aspek pembagian kursi pada pemilu 2014 disediakan 3-10
kursi per dapil DPR dan 3-12 kursi per dapil DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/ Kota. Nantinya, penentuan caleg terpilih
ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
Terakhir, cara pemberian suara di pemilu 2014 dilakukan
dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar
partai politik atau nama caleg. Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2014) untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Yang
memenangkan pemilu 2014 yaitu PDIP dengan perolehan kursi
109 kursi.
2019 Pemilu 2019 adalah pemilu pertama yang dilakukan
secara serentak dan juga pemilu yang paling banyak memakan
biaya. jika dilihat pemilu 2019 memiliki partisipasi peserta partai
yang ikut dalam pemilihan dibandingkan pemilu sebelumnya
2014. Karena pesta diadakan besar-besaran dan di seluruh
Indonesia, tentu Anda bisa bayangkan akan terjadi
pembengkakan biaya penyelenggaraan Pemilu 2019 ini.
Berdasarkan data yang didapatkan, telah dianggarkan sekitar Rp
24,8 triliun. Nilai ini meningkat sekitar Rp 700 miliar
dibandingkan Pemilu 2014, yang diselenggarakan dengan biaya
24,1 triliun.
Namun Pemilu 2014 hanya pemilu legislatif. Tahun ini
dilangsungkan serentak dengan pemilihan presiden, wakil
presiden, dan pemilu legislatif. Selain itu, biaya juga didapatkan
dari berbagai pendaftaran pemilu serta dana pemerintah.
Nantinya, setelah dipilih, akan ada 1 presiden dan wakil
presiden, 575 anggota DPR, 136 anggota DPD, serta 19.817
anggota DPRD, yang terdiri atas 2.207 anggota DPR provinsi
dan 17.610 anggota DPRD kota/kabupaten. Sedangkan para
pemilih sejauh ini yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT)
KPU sebanyak 185.732.093 orang, yang terdiri atas 92.802.671
pemilih laki-laki dan 92.929.422 pemilih perempuan. Mereka
akan memilih di 805.075 TPS. Yang memenangkan pemilu 2019
ini yaitu PDIP dengan kursi terbanyak yaitu 128 kursi.
KESIMPULAN Dalam pemilu era reformasi masih banyak kekurang dan
juga problematic yang masih harus diselesaikan oleh karena itu
pemilu pemilu yang akan dating harus lebih baik dengan
pengalaman lima kali pemilu ini.
Bukan hanya itu dengan adanhya konsolidasi reformasi 98 dan dengan adanya
secara mandiri. Bukan hanya pada aspek pembangunan daerah tetapi ini dapat terlihat
dengan jelas bagaimana upaya-upaya politik daerah yang menjadi kekhasan politik di
suatu daerah bahkan dalam beberapa kasus terdapat partai-partai local yang tumbuh
hingga saat ini. Misalnya Partai AcehPartai Adil Sejahtera Aceh (PAS Aceh); Partai
Generasi Aceh Beusaboh Tha’at dan Taqwa; Partai Darul Aceh; Partai Nanggroe Aceh;
ini mempengaruhi kelokalan politik yang ada di suatu daerah tertentu misalnya pada
tahun 2019 pemilihan ketiga era reformasi pemenang pemilu nasional adalah partai
pemenang pemilunya adalah Partai democrat hal ini dapat mempengaruhi pemilihan
kepala daerah 2020 yaitu H. Amrullah adalah kader Golkar. Bukan hanya itu di
kabupaten muna pemenang pemilunya adalah Golkar namun kepala daerahnya adalah
Fenomena Politik local yang terjadi didaerah itu sangatlah beragam bahkan
sampai etinis punya warna tersendiri didalam pemilu. Dominasi etnis didalam partai
menjadi salah satu kekuatan besar yang menyokong pada perolehan suara. Berikut salah
satu contoh dominasi etnis dalam partai politik 2001-2006 di Sulawesi Tenggara.
Hasan
Sekretaris
Sekretaris
Dari tabel diatas kitab isa lihat bagaimana partai politik didominasi oleh etnis
tertentu sehingga menjadi kekuatan politik dalam memenangkan pemilu didaerah. Tak
lupa juga dengan adanya pengaruh elite politik didaerh dalam menyokong kekuatan
partai dalam memenangkan pemilu. Ada beberapa sudut pandang tentang elite. Elite
dilihat dari sudut pandang posisi yang lebih menekankan kedudukan elite dalam
struktur masyarakatnya. Kedudukan mereka yang berada pada lapisan atas struktur
masyarakatnya. Kedudukan tersebut dapat dicapai melalui usaha atau prestasi atau pun
melalui kedudukan sosial yang melekat, misalnya karena keturunan atau karena
prestasi, ataupun karena kelahiran. Semua itu menempatkan elite pada lapisan atas
struktur masyarakatnya.
Pandangan lain menyatakan bahwa elite sebagai sekelompok yang terdiri atas
tokoh – tokoh yang memegang dan memiliki otoritas tradisional yang mengendalikan
sistem komunikasi secara terpadu dan sebagian besar tertutup (Jackson, 1981). Inti
pandangan ini adalah elite dapat memainkan peranan penting karena landasan otoritas
kemampuan mereka dalam membentuk atau menciptakn nilai – nilai yang diakui dan
Elit-elit politik yang ada di Kabupaten Muna misalnya itu cenderung memiliki
warna PDIP oleh karena dominan pada PDIP maka tidak heran H. LM. Rusman Emba
dapat memenangkan pilkada dan duduk sebagai Kabupaten Muna selam 2 periode
lamanya. Bukan hanya di Kabupaten Muan, Ada hal yang menarik perhatian pada
pemihan bupati wakatobi yang dimana konstituen salah satu calon itu dari kalangan
ibu-ibu atau Ina-Ina sehingga terpilih menjadi bupati di Wakatobi. H. Haliana, S.E.
yaitu bupati Wakatobi menjadikan ibu-ibu sebagai elit politik dalam rumah tangga