Anda di halaman 1dari 12

TUGAS POLITIK LOKAL

“Data pemilu era reformasi 1999-2019”

OLEH:
Aryansyah Ry
C1E121038

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU POLITIK PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNUVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
Indonesia sudah beberpa kali mengalami tarasformasi pemerintahan yaitu Orde

Lama (1945-1965) yang menjadi presidennya pada saat itu dan juga sebgai presiden

pertama Indonesia yaitu Ir, Soekarno. Kemudian digantikan dengan orde baru (1966-

1998) yang dipimpin oleh presiden Soeharto. Dengan adanya Gerakan revololusi 1998

menjadi peristiwa yang mengilhami masa pemerintahan orde baru yang berlangsung

hingga 32 tahun lamanya. Setelah berakhirnya masa pemerintahan orde baru kemudian

digantikan dengan era reformasi yang menjadi buah pergerakan 1998. Pada era

reformasi tentunya pemerintahan yang baru melakukan konsolidasi dari setiap aspek-

aspek yang menjadi kritik pada masa pemerintahan orde baru.

Dari konsolidasi yang dilakukan pada era reformasi dapat dilihat dari beberapa

aspek salah satunya pada aspek politik. Perkembangan politik pada masa reformasi ini

kemudian ditengarai oleh beberapa peristiwa dan kebijakan penting terkait

perkembangan politik, yaitu: Sidang Istimewa MPR 1998 Otonomi Daerah, Pencabutan

pembatasan partai politik, Penghapusan Dwifungsi Abri serta Penyelenggaraan pemilu

yang lebih demokratis. Beberapa hal ini kemudian menjadi jembatan untuk menjadi

negara dan pemerintahan yang demokratis.

Namun, apakah pemerintahan era reformasi efektif dalam membangun

Indonesia yang lebih demokratis?, atau apakah dengan reformasi keadaan politik

Indonesia menjadi lebih baik?. Maka untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilihat dari

pemilu yang berlangsung selama periode reformasi. Dalam periode reformasi pemilu

telah terselenggara sebanyak lima kali yaitu 1999, 2004, 2009,2014 dan 2019. Pemilu

yang telah terselenggara tersebut dapat menjadi salah satu patokan untuk mengukur

ratio perkembangan demokrasi di Indonesia. Berikut ini data-data pemilu selama era

reformasi. Kemudian bagaimana peran local tradition dalam perolehan suara sehingga

dapat memenangkan pemilu.


HASIL JUMLAH PEMILU 1999
NAMA PARTAI JUMLAH PRESENTASI JUMLAH PRESENTASE
KURSI
PDIP 35 621 33,75 153 33,12
436
GOLKAR 23 675 22,43 120 25,97
511
PKB 13 321 12,62 51 11,04
837
PPP 11 313 10,72 58 12,55
037
PAN 7 504 900 7,11 34 7,36
PBB 2 046 773 1,94 13 2,81
Partai Keadilan 1 431 482 1,36 7 1,52
PKPI 1 064 742 1,01 4 0,87
PNU 677 030 0,64 4 0,87
PDI 646 540 0,61 1 0,22
PDKB 550 221 0,52 5 1,08
PPP 546 388 0,52 1 0,22
Partai Masyumi 456 207 0,43 1 0,22
PDR 427 461 0,40 1 0,22
PNI 376 177 0,36 0 0,00
PSII 375 408 0,36 1 0,22
PKNI 367 488 0,35 0 0,00
PNI - Front 364 838 0,35 1 0,22
Marhaenis
PBTII 359 919 0,34 1 0,22
PNI - Massa 345 453 0,33 1 0,22
Marhaen
PIPKD 328 166 0,31 1 0,22
PKU 299 816 0,28 1 0,22
PKMI 289 005 0,27 0 0,00
PUI 268 443 0,25 0 0,00
PKD 215 546 0,20 1 0,22
PAY 213 650 0,20 0 0,00
Partai Republik 208 587 0,20 0 0,00
PMKGR 203 980 0,19 0 0,00
PIB 191 962 0,18 0 0,00
PSUNI 180 029 0,17 0 0,00
PCD 167 488 0,16 0 0,00
PSII 1905 152 505 0,14 1 0,22
PMB 152 139 0,14 0 0,00
PNBI 148 911 0,14 0 0,00
PUDI 140 587 0,13 0 0,00
PBN 111 419 0,11 0 0,00
PKM 104 474 0,10 0 0,00
NASDEM 96 906 0,09 0 0,00
PADI 85 459 0,08 0 0,00
PRD 78 447 0,07 0 0,00
PPI 63 633 0,06 0 0,00
PID 62 767 0,06 0 0,00
PMRD 62 003 0,06 0 0,00
PSPSI 60 998 0,06 0 0,00
PRI 54 394 0,05 0 0,00
PUMI 49 689 0,05 0 0,00
PSP 49 435 0,05 0 0,00
PPR 40 422 0,04 1 0,22
JUMLAH 105 553 100,00 462 100,00
708

HASIL JUMLAH PEMILU 2004


NAMA PARTAI JUMLAH PRESENTASE JUMLAH KURSI PRESENTASE
GOLKAR 24 480 757 21,57 127 23,09
PDIP 21 026 629 18,53 109 19,82
PKB 11 989 564 10,56 52 9,45
PPP 9 248 764 8,15 58 10,55
Demokrat 8 458 825 7,45 56 10,18
PKS 8 325 020 7,34 45 8,18
PAN 7 313 305 6,44 53 9,64
PBB 2 970 487 2,62 11 2,00
PBR 2 764 998 2,44 14 2,55
PDS 2 424 654 2,14 13 2,36
PKPB 2 401 223 2,12 2 0,36
PKPI 1 425 240 1,26 1 0,18
PPDK 1 314 654 1,16 4 0,73
PNBK 1 216 902 1,07 0 0,00
PPP 1 073 139 0,95 0 0,00
PNIM 923 169 0,81 1 0,18
PPNUI 895 620 0,79 0 0,00
PPDI 856 221 0,75 1 0,18
Partai 844 641 0,74 0 0,00
Merdeka
PSI 679 296 0,60 0 0,00
PPIB 673 122 0,59 0 0,00
PPD 657 916 0,58 0 0,00
PBSD 636 717 0,56 0 0,00
JUMLAH 113 490 795 100,00 550 100,00
HASIL JUMLAH PEMILU 2009
Nama Partai Perolehan Presentasi Perolehan PRESENTASE
Suara Kursi
DEMOKRAT 21.703.137 20,85 148 18,93
GOLKAR 15.037.757 14,45 106 16,79
PDIP 14.600.091 14,03 94 10,18
PKS 8.206.955 7,88 57 8,21
PAN 6.254.580 6,01 46 6,79
PPP 5.533.214 5,32 38 5,00
PKB 5.146.122 4,94 28 4,64
GERINDRA 4.646.406 4,46 26 3,04
HANURA 3.922.870 3,77 17 0,00
PBB 1.864.752 1,79 0 0,00
PDS 1.541.592 1,48 0 0,00
PKNU 1.527.593 1,47 0 0,00
PKPB 1.461.182 1,40 0 0,00
PBR 1.264.333 1,21 0 0,00
PPRN 1.260.794 1,21 0 0,00
PKPI 934.892 0,90 0 0,00
PDP 896.660 0,86 0 0,00
PBN 761.086 0,73 0 0,00
PPPI 745.625 0,72 0 0,00
PDK 671.244 0,64 0 0,00
PRN 630.780 0,61 0 0,00
PPD 550.581 0,53 0 0,00
Partai Patriot 547.351 0,53 0 0,00
PNBKI 468.696 0,45 0 0,00
Partai Kedaulatan 437.121 0,42 0 0,00
PMB 414.750 0,40 0 0,00
PPI 414.043 0,40 0 0,00
PKP : 351.440 0,34 0 0,00
Partai Pelopor 342.914 0,33 0 0,00
PKDI 324.553 0,31 0 0,00
PIS 320.665 0,31 0 0,00
PNIM 316.752 0,30 0 0,00
Partai Buruh 265.203 0,25 0 0,00
PPIB 197.371 0,19 0 0,00
PPNUI 146.779 0.14 0 0,00
PSI 140.551 0,14 0 0,00
PPDI 137.727 0,13 0 0,00
Partai Merdeka 111.623 0,11 0 0,00

HASIL JUMLAH PEMILU 2014


Nama Partai Perolehan Presentasi Perolehan PRESENTASE
Suara Kursi
PDIP 23.681.471 18,95 109 19,46
GOLKAR 18.432.312 14,75 91 14,75
GERINDRA 14.760.371 11,81 73 11,81
DEMOKRAT 12.728.913 10,19 61 10,19
PKB 11.298.957 9,04 47 9,04
PAN 9.481.621 7,59 49 7,57
PKS 8.480.204 6,79 40 6,77
NASDEM 8.402.812 6,72 35 6,74
PPP 8.157.488 6,53 39 6,53
HANURA 6.579.498 5,26 16 5,27
PBB 1.825.750 1,46 0 1,46
PKPI 1.143.094 0,91 0 0,91
JUMLAH 124 885
100,00 560 100,00
737
HASIL JUMLAH PEMILU 2019
NAMA PARTAI JUMLAH PRESENTASE JUMLAH KURSI PRESENTASE
SUARA
PDIP 27 053 961 19,33 128 22,30
GERINDRA 17 594 839 12,57 78 13,59
GOLKAR 17 229 789 12,31 85 14,81
PKB 13 570 097 9,69 58 10,10
NASDEM 12 661 792 9,05 59 10,28
PKS 11 493 663 8,21 49 8,54
Demokrat 10 876 507 7,77 54 9,41
PAN 9 572 623 6,84 44 7,67
PPP 6 323 147 4,52 19 3,31
PPI 3 738 320 2,67 0 0,00
Partai Berkarya 2 929 495 2,09 0 0,00
PSI 2 651 361 1,89 0 0,00
HANURA 2 161 507 1,54 0 0,00
PBB 1 099 848 0,79 0 0,00
Partai Garuda 702 536 0,50 0 0,00
PKPI 312 775 0,22 0 0,00
JUMLAH 139 972 260 100,00 574 100,00

Dari jumlah data hasil pemilu pada reformasi tersebut dapat dilihat adanya
perekembangan partai dan dinamika pemilu yang dinamis. Jika dilihat dari deretan
pemilu pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah partai yang ikut melaksakan pemilu.
Jika dilihat dari masing-masing pemilu maka dapat di simpulkan antara lain sebagai
berikut.

TAHUN KOMENTAR
1999 Pemilu ini menjadi pemilu awal pada era reformasi pada pemilu
ini sebenarnya masih mengikuti sistem pemilu yang lalu yang dimanan
Menggunakan Sistem Proporsional dengan Stelsel Daftar Tertutup.
Pemilih memberikan suara hanya kepada partai, dan partai akan
memberikan suaranya kepada calon dengan nomor urut teratas. Suara
akan diberikan kepada urutan berikutnya bila calon dengan nomor urut
teratas sudah kebagian suara cukup untuk kuota 1 kursi. Untuk
pemilihan umum anggota DPR Daerah, pemilihannya adalah wilayah
provinsi; sedangkan untuk DPRD I, daerah pemilihannya adalah satu
provinsi yang bersangkutan; dan untuk DPRD II daerah pemilihannya
wilayah Dati II yang bersangkutan. Namun ada sedikit warna Sistem
Distrik di dalamnya, karena setiap kabupaten diberi jatah 1 kursi
anggota DPR untuk mewakili daerah tersebut.
Pemilu ini dimenangkan oleh partai PDIP dengan peroleh kursi
terbanyak yaitu 153 kursi.
2004 Pada pemilu 2004 ini menjadi peluang baru bagi
perkembangan de,mokrasi di Indonesia dan juga pada pemilu
2004 terdapat satu lembaga baru di dalam lembaga legislatif,
yaitu DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Untuk pemilihan umum
anggota DPD digunakan Sistem Distrik tetapi dengan wakil
banyak (4 kursi untuk setiap provinsi). Daerah pemilihannya
adalah wilayah provinsi. Pesertanya adalah individu. Karena
setiap provinsi atau daerah pemilihan mempunyai jatah 4 kursi,
dan suara dari kontestan yang kalah tidak bisa dipindahkan atau
dialihkan (non transferable vote) maka sistem yang digunakan
di sini dapat disebut Sistem Distrik dengan wakil banyak (block
vote).
Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan
Sistem Proporsional dengan Stelsel Daftar Terbuka, sehingga
pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada
calon yang dipilih. Dalam hal ini pemilih memberikan suaranya
kepada partai, calon yang berada pada urutan teratas mempunyai
peluang besar untuk terpilih karena suara pemilih yang diberikan
kepada partai menjadi hak calon yang berada di urutan teratas.
Jadi, ada kemiripan sistem yang digunakan dalam pemilihan
umum anggota DPR dan DPRD pada Pemilihan Umum 2004
dengan Pemilihan Umum 1955. Bedanya, pada Pemilihan
Umum 1955 ada prioritas untuk memberikan suara partai kepada
calon yang memperoleh suara lebih dari setengah BPPD.
Pada peilu ini Kembali dimenangkan oleh GOLKAR
dengan perolehan suara mencapai 123 suara di parlemen
sehingga membuatnya menang dari lawannya yaitu PDIP
sebagai pemenang pemilu pada 1999 yaitu pemilu sebelumnya.
2009 Dalam pemilu 2009 ini partisipasi atrau perserta partai
yang mengikuti pemilu ckup banyak yaitu dengan 38 peserta.
Namun pemilu ini dianggap juga sebagai peilu yanga bermasalah
psalnya banyaknya perubahan regulasi yang menjadikan pemilu
ini menjadi bermasalah salah satunya adalah dengan
mencontreng kertas suara. Abdu Hafiz selaku ketua KPU-RI
pada saat itu mengatakan banyaknya suara yang tidak sah itu
karena adanya regulasai yang salah satunya itu mencontreng
kertas suara.
Sementara itupermasalahan lain juga muncul dari regulasi,
yaitu sebuah TPS bisa mengakomodasikan pemilih tambahan
dari TPS lain namun surat suaracadangan di tiap TPS hanya 2
persen. KPU mencontohkoan, jika jumlah pemilih 400 orang
maka surat suara tambahan 8 lembar. Pada pemilu ini partrai
yang memenangkan pemilu yaitu partai democrat dengan
perolehan kursi terbanyak 148.
2014 Dalam pemilu 2014 ini terjadi tingkat penurunan
partisipasi partai dalam mengikuti permilu Pertama, berbeda
dengan pemilu sebelumnya, jumlah partisipan menurun drastis
pada Pemilu 2014, yakni hanya 12 parpol. Dari 12 parpol
tersebut, 10 parpol lolos ke DPR karena memenuhi syarat
minimal 3,5 persen dari perolehan suara nasional. Kemudian,
dalam aspek pembagian kursi pada pemilu 2014 disediakan 3-10
kursi per dapil DPR dan 3-12 kursi per dapil DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/ Kota. Nantinya, penentuan caleg terpilih
ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
Terakhir, cara pemberian suara di pemilu 2014 dilakukan
dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar
partai politik atau nama caleg. Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2014) untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Yang
memenangkan pemilu 2014 yaitu PDIP dengan perolehan kursi
109 kursi.
2019 Pemilu 2019 adalah pemilu pertama yang dilakukan
secara serentak dan juga pemilu yang paling banyak memakan
biaya. jika dilihat pemilu 2019 memiliki partisipasi peserta partai
yang ikut dalam pemilihan dibandingkan pemilu sebelumnya
2014. Karena pesta diadakan besar-besaran dan di seluruh
Indonesia, tentu Anda bisa bayangkan akan terjadi
pembengkakan biaya penyelenggaraan Pemilu 2019 ini.
Berdasarkan data yang didapatkan, telah dianggarkan sekitar Rp
24,8 triliun. Nilai ini meningkat sekitar Rp 700 miliar
dibandingkan Pemilu 2014, yang diselenggarakan dengan biaya
24,1 triliun.
Namun Pemilu 2014 hanya pemilu legislatif. Tahun ini
dilangsungkan serentak dengan pemilihan presiden, wakil
presiden, dan pemilu legislatif. Selain itu, biaya juga didapatkan
dari berbagai pendaftaran pemilu serta dana pemerintah.
Nantinya, setelah dipilih, akan ada 1 presiden dan wakil
presiden, 575 anggota DPR, 136 anggota DPD, serta 19.817
anggota DPRD, yang terdiri atas 2.207 anggota DPR provinsi
dan 17.610 anggota DPRD kota/kabupaten. Sedangkan para
pemilih sejauh ini yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT)
KPU sebanyak 185.732.093 orang, yang terdiri atas 92.802.671
pemilih laki-laki dan 92.929.422 pemilih perempuan. Mereka
akan memilih di 805.075 TPS. Yang memenangkan pemilu 2019
ini yaitu PDIP dengan kursi terbanyak yaitu 128 kursi.
KESIMPULAN Dalam pemilu era reformasi masih banyak kekurang dan
juga problematic yang masih harus diselesaikan oleh karena itu
pemilu pemilu yang akan dating harus lebih baik dengan
pengalaman lima kali pemilu ini.
Bukan hanya itu dengan adanhya konsolidasi reformasi 98 dan dengan adanya

otonomi daerah membuka peluang bagi daerah-daerah untuk membangun daerahnya

secara mandiri. Bukan hanya pada aspek pembangunan daerah tetapi ini dapat terlihat

dengan jelas bagaimana upaya-upaya politik daerah yang menjadi kekhasan politik di

suatu daerah bahkan dalam beberapa kasus terdapat partai-partai local yang tumbuh

hingga saat ini. Misalnya Partai AcehPartai Adil Sejahtera Aceh (PAS Aceh); Partai

Generasi Aceh Beusaboh Tha’at dan Taqwa; Partai Darul Aceh; Partai Nanggroe Aceh;

dan Partai Sira (Soliditas Independen Rakyat Aceh).

Didaerah sendiri kekuatan partai-partai politik sangatlah beragam yang dimana

ini mempengaruhi kelokalan politik yang ada di suatu daerah tertentu misalnya pada

tahun 2019 pemilihan ketiga era reformasi pemenang pemilu nasional adalah partai

PDIP namun di beberapa kabupaten misalnya Konawe Kepulauan yang menjadi

pemenang pemilunya adalah Partai democrat hal ini dapat mempengaruhi pemilihan

kepala daerah 2020 yaitu H. Amrullah adalah kader Golkar. Bukan hanya itu di

kabupaten muna pemenang pemilunya adalah Golkar namun kepala daerahnya adalah

kader PDIP yaitu H. LM. Rusman Emba.

Fenomena Politik local yang terjadi didaerah itu sangatlah beragam bahkan

sampai etinis punya warna tersendiri didalam pemilu. Dominasi etnis didalam partai

menjadi salah satu kekuatan besar yang menyokong pada perolehan suara. Berikut salah

satu contoh dominasi etnis dalam partai politik 2001-2006 di Sulawesi Tenggara.

Nama Posisi Latar Belakang Etnik

Burhanuddin, Se Ketua Muna

Anami Abd. Rahman Wakil Ketua Buton


Buttu H. Malaka, SE Wakil Ketua Buton

Zeth Sialla, SE Wakil Ketua Toraja

La Ode Lawama, SH Wakil Ketua Muna

Darman, SE Wakil Ketua Muna

Muhamad Arifin Sekretaris Muna

Hasan

Erwin Genda Wk. Muna

Sekretaris

Wa Ode Guna Darma Wk. Muna

Sekretaris

Dra. St. Karim Bendahara Muna

Drs. Abd Karim Bendahara Muna

Dari tabel diatas kitab isa lihat bagaimana partai politik didominasi oleh etnis

tertentu sehingga menjadi kekuatan politik dalam memenangkan pemilu didaerah. Tak

lupa juga dengan adanya pengaruh elite politik didaerh dalam menyokong kekuatan

partai dalam memenangkan pemilu. Ada beberapa sudut pandang tentang elite. Elite

dilihat dari sudut pandang posisi yang lebih menekankan kedudukan elite dalam

struktur masyarakatnya. Kedudukan mereka yang berada pada lapisan atas struktur

masyarakat, menyebabkan mereka memegang peranan penting dalam aktivitas

masyarakatnya. Kedudukan tersebut dapat dicapai melalui usaha atau prestasi atau pun

melalui kedudukan sosial yang melekat, misalnya karena keturunan atau karena

prestasi, ataupun karena kelahiran. Semua itu menempatkan elite pada lapisan atas

struktur masyarakatnya.
Pandangan lain menyatakan bahwa elite sebagai sekelompok yang terdiri atas

tokoh – tokoh yang memegang dan memiliki otoritas tradisional yang mengendalikan

sistem komunikasi secara terpadu dan sebagian besar tertutup (Jackson, 1981). Inti

pandangan ini adalah elite dapat memainkan peranan penting karena landasan otoritas

tradisional. Dasar dari otoritas tradisional adalah penerimaan masyarakat terhadap

lembaga tersebut, sekaligus sebagai sumber keabsahan bahwa elite mempunyai

kedudukan utama atau dominan dalam struktur masyarakat, didasarkan atas

kemampuan mereka dalam membentuk atau menciptakn nilai – nilai yang diakui dan

mendapat penghargaan tinggi oleh masyarakat.

Elit-elit politik yang ada di Kabupaten Muna misalnya itu cenderung memiliki

warna PDIP oleh karena dominan pada PDIP maka tidak heran H. LM. Rusman Emba

dapat memenangkan pilkada dan duduk sebagai Kabupaten Muna selam 2 periode

lamanya. Bukan hanya di Kabupaten Muan, Ada hal yang menarik perhatian pada

pemihan bupati wakatobi yang dimana konstituen salah satu calon itu dari kalangan

ibu-ibu atau Ina-Ina sehingga terpilih menjadi bupati di Wakatobi. H. Haliana, S.E.

yaitu bupati Wakatobi menjadikan ibu-ibu sebagai elit politik dalam rumah tangga

karena dapat mempengaruhi keputusan politik dalam rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai