Anda di halaman 1dari 8

Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022

p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 16

Pemahaman Makna Bahasa Anak Kelas 1 SD


dalam Pembelajaran Online: Kajian Psikolinguistik
Yati Suwartini1*, Endry Boeriwati2, Zainal Rafli3
1, 2, 3Universitas Negeri Jakrta

ABSTRACT CONTACT
Language is a medium that children can use to acquire cultural values, morality, religion and yatihardi19@gmail.com
other community values. After children acquire the language consciously or not, children will
understand the meaning of the language said and done. This study aims to determine the KEYWORDS
understanding of the language of 1st grade elementary school students and what factors affect Understanding meaning,
their understanding of the meaning of language in terms of psycholinguistic studies. The psycholinguistics, children's
method in this research is descriptive qualitative research. Researchers made observations on language
the object of research, namely the students and teachers of SD Class 1 during the interaction Received: 06/02/2022
in the online class. The researcher chose class 1 SD Labschool Cibubur as the research site, Revised: 28/02/2022
because the grade I level was easier to obtain data and felt able to judge according to the Accepted: 31/03/2022
actual situation. Several other reasons researchers chose SD Labschool Cibubur, because in Online: 27/04/2022
terms of the ability of teachers, teacher experience, students and infrastructure that support Published: 30/04/2022
online learning. To get more in-depth information regarding the understanding of different
students, the researcher distributed questionnaires to the teachers. The results showed that
the students interpreted the decoding of the message conveyed by the teacher, the students
did it with the meaning of the words that they had understood based on their experience, Risenologi is licenced under a Creative
knowledge, needs, and abilities. Understanding the meaning of language in different children Commons Attribution 4.0 International
Public Licence (CC-BY 4.0)
is caused by environmental factors, facilities or facilities, and teacher factors. This study has
limitations in data collection which is only limited to speech that occurs in online classes.

ABSTRAK
Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai budaya,
moralitas, agama dan nilai-nilai masyarakat lainnya. Setelah anak-anak memperoleh bahasanya
secara sadar maupun tidak, anak-anak akan memahami makna Bahasa yang dikatakan dan
yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman Bahasa siswa kelas 1
SD dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman makna Bahasa mereka
ditinjau dari kajian psikolinguistik. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Peneliti melakukan observasi terhadap objek penelitian yaitu para siswa dan guru
SD Kelas 1 selama interaksi di dalam kelas online. Peneliti memilih kelas 1 SD Labschool
Cibubur sebagai tempat penelitian, karena tingkatan kelas I lebih mudah memperoleh data
dan dirasa mampu menilai sesuai keadaan yang sebenarnya. Beberapa alasan lain peneliti
memilih SD Labschool Cibubur, karena ditinjau dari kemampuan guru, pengalaman guru,
peserta didik dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran secara online. Untuk
mendapatkan informasi lebih dalam terkait pemahaman siswa yang berbeda, peneliti
menyebarkan kuesioner kepada para guru SD Labschool Cibubur. Data yang telah terkumpul
kemudian diidentifikasi, diklasifikasi, diinterpretasi, dan dilaporkan. Hasil penelitian
menunjukkan siswa mengartikan decode dari pesan yang disampaikan oleh guru, para siswa
melakukannya dengan makna kata-kata yang telah mereka pahami berdasarkan pengalaman
mereka, pengetahuan, kebutuhan, dan kemampuan. Pemahaman makna bahasa pada anak
yang berbeda-beda ini di antaranya disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor sarana atau
fasilitas, dan factor guru. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengambilan data yang
hanya terbatas pada tuturan yang terjadi di dalam kelas online.

PENDAHULUAN
Sebagai alat komunikasi, bahasa diperoleh manusia sejak lahir. Penguasaan bahasa adalah salah satu kelebihan
yang dimiliki manusia karena tidak terjadi di antara makhluk lain, seperti binatang. Bahasa sangat penting bagi
manusia. Bahasa digunakan digunakan sebagai ekspresi diri dalam lingkungan pribadi dan komunikasi dalam
lingkungan sosial (Clark, 2009).
Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai budaya, moralitas, agama dan
nilai-nilai masyarakat lainnya. Dalam perkembangannya, semua anak manusia normal mendapatkan setidaknya satu

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 17

bahasa. Setiap anak normal akan memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu (bahasa ibu) selama beberapa tahun
pertama hidupnya. Anak-anak biasanya bebas berkomunikasi saat anak sekolah (Sundayra, 2017).
Anak dalam memperoleh bahasa tentunya melewati proses dan tahapan yang panjang. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, semua manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah.
Dengan kata lain, manusia yang normal memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa pertama atau bahasa asli. Ketika
anak dilahirkan, anak memperoleh bahasa pertamanya dari kedua orang tuanya. Pemerolehan bahasa anak
didapatkan dengan proses stimulus respon secara berulang-ulang. Miller dan Dollard (1941) menyatakan bahwa
anak tidak memiliki insting bawaan untuk meniru. Bayi belajar dengan jalan meniru yang kemudian hasil tiruan itu
menjadi kebiasaan. Secara tidak sadar apa yang diucapkan oleh orangtuanya akan ditirukan oleh anak-anaknya
(Miller & Dollard, 1941)
Setelah anak-anak memperoleh bahasanya secara sadar maupun tidak, anak-anak akan memahami makna bahasa
yang dikatakan dan yang dilakukan. Menurut Miller dan Dollard Pemahaman anak terhadap Bahasa yang
digunakan, kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan terdekat mereka. Setiap kali anak mengulanginya karena
kebutuhan, lingkungan anak menguatkannya. Kemampuan meniru menolong anak untuk merangkai kata-kata yang
dibutuhkannya.
Konsep pemahaman dipengaruhi oleh gagasan tentang makna yang dimaksud. Pemahaman terkadang tampak
sebagai serangkaian informasi yang berbeda, tetapi ada sebagai informasi tunggal yang terbatas. Salah satu cara
untuk menentukan adanya pemahaman adalah dengan meminta tanggapan sebagai tanda pemahaman isi ujaran.
Jika pemahaman dan variabel yang diketahui sesuai dengan latar belakang teori, maka pengukurannya bermakna.
Jika seseorang telah memahami makna dari informasi atau stimulus tersebut, dikatakan telah memahami makna
atau memahami informasi verbal tersebut (Ariffudin, 2010).
Ketika menyelidiki atau mempelajari pemahaman bahasa anak-anak harus melihat keadaan konteks mental anak.
Oleh karena itu, penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian psikolinguistik. Psikolinguistik
adalah studi yang mempelajari hubungan antara bahasa dan pemikiran manusia (Dardjowidjojo, 2010). Ketika
berbicara tentang pikiran, tidak ada yang bisa menjelajahi pikiran manusia. Demikian pula, bahasa yang tersimpan
dalam pikiran manusia memiliki jutaan kata atau lebih yang tersimpan dalam pikiran manusia. Dalam benak manusia
juga banyak terdapat kata-kata yang sinonim, yang memungkinkan manusia untuk memilih kata yang berbeda
dengan arti yang hampir sama.
Teori pemerolehan bahasa anak dapat mengacu pada tiga sudut pandang, yaitu teori behavioral, teori nativisme,
dan teori kognitif. Teori perilaku diturunkan dari teori pengkondisian operasional B.F. Skinner (Lerner, 1988).
Pandangan ini adalah bahwa bahasa dapat dipelajari melalui peniruan dan penguatan. Oleh karena itu, melalui
behavioral bahasa, belajar bahasa dapat melalui prinsip-prinsip imitasi dan penguatan. Dalam konteks pembelajaran
bahasa, teori behavioral percaya bahwa perilaku bahasa dapat diproduksi dan dibentuk dengan memanipulasi
rangsangan dan faktor penguatan di lingkungan (Fatmawati, 2015).
Teori nativisme berasal dari pernyataan dasar bahwa belajar bahasa ditentukan oleh bakat. Setiap orang
dilahirkan dengan bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa. Teori bakat linguistik telah mendapat dukungan
dari banyak aspek. Lenneberg (1967) mengusulkan bahwa bahasa adalah perilaku manusia yang spesifik, dan mode
pemahaman tertentu, klasifikasi kemampuan dan mekanisme bahasa terkait lainnya ditentukan oleh biologis
(Saepudin, 2018). Artinya dalam belajar kita harus menyadari bahwa bahasa merupakan fenomena alam yang ada
pada manusia. Dengan membangun lingkungan untuk merangsang dan mendorong penggunaan bahasa terpadu,
keterampilan bahasa anak akan berkembang.
Konsep inti dari teori kognitif adalah bahwa kemampuan bahasa anak berasal dari kematangan kognitif. Proses
belajar bahasa kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena melibatkan lapisan bahasa yang paling
dalam. Dalam pandangan Jean Piaget, struktur bahasa yang kompleks tidak diberikan oleh alam, juga tidak dipelajari
melalui lingkungan. Pembentukan dan perkembangan struktur ini merupakan hasil interaksi yang terus menerus
antara tingkat fungsi kognitif anak dengan lingkungan bahasanya. Strukturnya dapat digunakan secara alami.
Perubahan atau perkembangan bahasa anak akan tergantung pada kesadaran anak untuk berpartisipasi aktif dalam
lingkungan (Saepudin, 2018).
Piaget menyebut struktur kognitif sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang
individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya dan berlangsung terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Proses terjadinya adaptasi
dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi (Saepudin, 2018) .
Pembelajaran bahasa dalam perspektif teori kognitif adalah menciptakan interaksi antara anak dengan berbagai
pengalaman belajar, pengalaman berbahasa, dan menciptakan lingkungan yang mendorong anak untuk

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 18

memperoleh pemahaman bahasa. Kuncinya adalah memulai dari apa yang sudah anak ketahui dan secara aktif
menciptakan pembelajaran yang membangun pemahaman. Sehingga perkembangan bahasa dan kemampuan
pemahamannya akan berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan pengalaman berbahasanya.
Anak SD kelas 1, masuk ke dalam Tahap Praoperasional (usia 3 hingga 6 atau 7 tahun). Pada tahap ini
keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata yang meningkat kemungkinan mereka
mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Bahasa juga menjadi dasar bagi bentuk interaksi
sosial yang baru yaitu komunikasi secara verbal. Pada tahap ini anak-anak dapat mengekspresikan pemikiran-
pemikiran mereka dan juga menerima informasi yang mereka belum temui sebelumnya. Anak pada tahap
Praoperasional sudah mampu mengaktualisasikan pemikiran mereka lewat bahasa. Meski demikian pada tahap ini
cenderung ditemukan anak yang melakukan percakapan egosentris yaitu saat anak mengatakan sesuatu tanpa
mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui atau tidak diketahui pendengar terkait topic yang dibicarakan
(Natsir, 2017).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua (Syaprizal, 2019) yaitu sebagai
berikut: 1. Faktor Usia, yaitu faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan
organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat Anak-anak SD sudah memiliki organ
bicara yang sempurna. Anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa baru, sedangkan orang
dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam memperoleh tingkat kemahiran bahasa kedua. 2. Faktor Bahasa
Pertama, yaitu bahasa pertama mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar.
Menurut teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh kaum behaviorisme, bahasa adalah hasil stimulus-respon.
Maka apabila seseorang ingin memperbanyak pengujaran, dia harus memperbanyak penerimaan stimulus. Oleh
karena itu, pengaruh lingkungan sebagai sumber datangnya stimulus menjadi sangat dominan dan sangat penting
dalam membantu proses pembelajaran. 3. Faktor Lingkungan, yaitu lingkungan bahasa sangat penting bagi
seseorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru (bahasa kedua). Lingkungan bahasa
adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Hal-
hal termasuk dalam lingkungan bahasa adalah situasi di restoran atau di toko, percakapan dengan kawan-kawan,
ketika menonton televisi, saat membaca koran, dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas, dan sebagainya.
Kualitas lingkungan bahasa ini merupakan suatu yang penting bagi pembelajar untuk memperoleh keberhasilan
dalam mempelajari bahasa kedua, berbahasa formal, Faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses
pemerolehan Bahasa adalah faktor lingkungan (Kapoh, 2010). Terdapat enam faktor yang perlu diperhatikan secara
cermat, yaitu tujuan, pembelajar, pengajar, bahan, metode, dan faktor lingkungan. Meski demikian, faktor tujuan,
pembelajar, dan pengajar merupakan tiga faktor utama dari ketiga faktor ini kemampuan bahasa kedua
mengkonsentrasikan diri pada hal-hal yang menyangkut pembelajar dan proses pembelajar (Syaprizal, 2019).
Dalam artikel ini peneliti akan menjelaskan lebih detail proses pemahaman makna bahasa anak ketika
menggunakan bahasa Indonesia. Peneliti juga ingin mengetahui faktor penyebab perbedaan perkembangan bahasa
anak. Peneliti memilih siswa sekolah dasar kelas satu yang berusia 7-9 tahun. Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan
utama penelitian ini adalah bagaimana pemahaman Bahasa siswa kelas 1 SD dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pemahaman makna Bahasa mereka ditinjau dari kajian psikolinguistik.

METODE
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Istilah naturalistik menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah dan apa adanya. Dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya. Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Mukhtar
(2013) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode dimana peneliti mencari pengetahuan atau teori
penelitian pada satu waktu tertentu. Penelitian kualitatif ini sering digunakan untuk menganalisis peristiwa,
fenomena, atau situasi sosial. Penelitian kualitatif berusaha untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif
tentang fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dan menggambarkannya dalam bentuk kata-kata, dalam
konteks hubungan alami yang khusus dan menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2000). Jenis penelitian
kualitatif ini adalah deskriptif karena data yang dianalisis dan dihasilkan berupa kata-kata dan kalimat, bukan dalam
bentuk angka.
Peneliti ini hendak menggambarkan apa adanya proses pemahaman makna bahasa verbal siswa SD kelas 1
sebagai suatu kajian psikolinguistik dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman anak-anak
berbeda. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa verbal yang dituturkan oleh guru dan siswa-siswi SD
Labschool Cibubur kelas 1 saat pembelajaran secara online dengan menggunakan zoom meeting. Di masa pandemi
Covid 19 seperti saat ini, pembelajaran tatap muka secara langsung tidak dapat dilaksanakan, oleh karenanya
pengambilan data dilaksanakan di dalam kelas online. Peneliti memilih kelas 1 SD Labschool Cibubur sebagai tempat
penelitian, karena tingkatan kelas I lebih mudah memperoleh data dan dirasa mampu menilai sesuai keadaan yang

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 19

sebenarnya. Beberapa alasan lain peneliti memilih SD Labschool Cibubur, karena ditinjau dari kemampuan guru,
pengalaman guru, peserta didik dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran secara online. Peneliti
melakukan observasi terhadap objek penelitian yaitu para siswa dan guru SD Kelas 1 selama interaksi di dalam
kelas virtual. Untuk mendapatkan informasi lebih dalam terkait pemahaman siswa yang berbeda, peneliti
menyebarkan kuesioner kepada para guru SD Labschool Cibubur. Data dalam penelitian ini adalah berupa hasil
dari proses berbahasa baik itu interaksi maupun komunikasi yang menghasilkan kata dan kalimat pada penutur
yaitu anak sekolah dasar. Sumber data dalam penelitian ini adalah anak kelas 1 SD Labschool Cibubur. Data tentang
bahasa verbal anak kemudian diidentifikasi, diklasifikasi, diinterpretasi, dan dilaporkan (Hardani, 2020).

Gambar 1. Proses Belajar Mengajar melalui Media Zoom Meeting

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam artikel ini, peneliti akan mendeskripsikan proses pemahaman makna bahasa verbal siswa SD kelas 1
sesuai dengan teori pemahaman makna dari Ariffudin dan teori perkembangan kognitif dari Piaget. Tabel berikut
adalah cuplikan tuturan antara guru dan siswa dalam pembelajaran secara virtual di kelas 1 SD Labschool Cibubur.
Tabel 1. Daftar Tuturan Guru dan Siswa
No Tuturan Guru Tuturan Siswa
1 Siapa yang pakai kacamata hitam. Bu Afi pakai kacamata

2 Aku pakai kacamata, filter Ih jangan filter

3 Bu Afi gak punya kacamata hitam. Eh Alea Bu itu bukan kacamata asli, yang bu guru pake itu,
kamu pakai apa? Kucing? Kucingnya kamu video filter
apain? Untuk tutup kepala? Fazila punya alat
apa nih teman-teman, coba lihat semua
4 Bu Afi liat bu Afi
5 Tunggu sebentar, ini asli dan palsu kah? Tuh Kipas angin
Fazri ada dua malahan, filter dan beneran.
Kalau Fazila bawa alat musim panas tuh yang
warnanya biru. Apa ya itu?

6 Kipas anginnya bisa jalan-jalan. Teman-teman Iya


berarti kalau lagi di luar terus kepanasan bisa
dinyalain. Itu pakai baterai ya Fazila?
7 Iya jadi kalau panas-panas di jalan Fazila bisa Naren: aku juga punya. Kalau punya aku di-charge
nyalain

8 Oh iya lucu. Bentuk apa itu? Kayak Angry Bird. Aku punya tapi gak bisa dibawa jalan-jalan
Hahaha oke kipasnya, raksasa buat rumah

9 Kalau bisa buat jalan-jalan kipasnya namanya Bu Afi, Cia juga punya
kipas portable, kalau bisa diangkat-angkat

10 Cia biasanya pake dimana Ci? Dipake buat Biasanya kalau cia lomba nari tuh pake kipas ini
dimana? loh, ini beruang loh (bentuknya)

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 20

No Tuturan Guru Tuturan Siswa


11 Kok sama kayak Fazila? Warnanya biru muda,
kalau Fazila biru tua

12 Oke tadi teman-teman banyak yang pakai Untuk melindungi mata dari sinar
kacamata. Kira-kira buat apa ya kacamatanya

13 Supaya matanya gak kena sinar

14 Betul. Untuk melindungi dari sinar matahari Silau, silau


yang panas. Jadi ga apa matanya? Jadi kalau liat
ke atas ga silau, ga sakit matanya

16 Tapi kalau yang dipakai sama rayka, naura, Cia Kipas angin, topi
apa itu ya?

17 Nah topi. Topi itu untuk melindungi apa itu Bu walaupun ini kacamata semuanya keliatan item,
teman-teman? ini sebenarnya kacamata buat sepeda

18 Oh kacamata sepeda. Oke kacamata untuk Kalau bu Afi kacamatanya filter


bersepeda tapi kan biar ga silau juga kan

19 Eh kalau tadi topi untuk melindungi apa? Kepala

20 Dari? Dari sinar?

21 Dari panas ya. Dari panasnya matahari. Jadi Dari ultraviolet


rambut kita terlindungi, kepala kita ga panas

Berikut disampaikan contoh tuturan yang lain antara guru dan para siswa SD kelas 1 yang terjadi di dalam kelas
daring kelas 1 SD Labschool Cibubur. Tuturan terjadi pada saat pembelajaran dalam jaringan melalui zoom meeting,
pada jam pertama pukul 08.00. Suasana tuturan tersebut adalah formal berada di dalam kelas 1. Guru menjelaskan
tentang manfaat alat-alat yang digunakan untuk melindungi diri. Siswa sangat antusias dalam belajar. Penutur
merupakan guru kelas 1, sedangkan mitra tutur adalah para siswa kelas 1 SD Labschool Cibubur.

Guru :”Siapa yang pakai kacamata hitam?”


Siswa 1 : “Bu Afi pakai kacamata”
Guru : “Aku pakai kacamata filter”.
Siswa 2 : “ih jangan filter”.
Guru : “tunggu sebentar, ini asli dan palsu kah? Tuh fazri ada dua malahan, filter dan beneran. Kalau
Fazila bawa alat musim panas tuh yang warnanya biru. Apa ya itu?
Siswa 3 : “ kipas angin”.

Tuturan-tuturan di atas merupakan contoh pemakaian bahasa tuturan verbal. Tuturan verbal tersebut digunakan
siswa dan guru saat pembelajaran di kelas virtual. Guru menggunakan tuturan verbal untuk menyampaikan materi
pembelajaran di kelas virtual. Selain itu tuturan verbal juga digunakan untuk interaksi dengan siswa. Tuturan verbal
yang digunakan masih sangat sederhana, mengingat kelas yang diampu adalah kelas 1 SD Labschool Cibubur. Para
siswa dalam berbicara juga menggunakan tuturan verbal yang masih sederhana sesuai dengan pengalaman dan
pengetahuan mereka.
Guru menjelaskan materi dengan artikulasi yang jelas. Guru dalam menjelaskan memberikan banyak contoh
benda konkretnya. Dengan demikian para siswa dapat memahami materi dengan baik dan dapat memahami tuturan
yang disampaikan guru. Dengan guru menghadirkan benda-benda konkret seperti kacamata dan kipas angin
membuat anak lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Artinya ketika siswa memahami pelajaran
berarti tujuan kurikulum tersebut tercapai dengan baik.

Guru : “Oke tadi teman-teman banyak yang pakai kacamata. Kira-kira buat apa ya kacamatanya?”
Siswa 1 : ”Untuk melindungi mata dari sinar”.

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 21

Siswa 2 : “Supaya matanya gak kena sinar.”

Penggalan komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas di atas bahwa siswa sudah memahami bahasa verbal
yang disampaikan oleh gurunya. Siswa merespon pertanyaan yang disampaikan oleh gurunya meski menjawab
dengan menggunakan kalimat tunggal. Menurut keterangan guru SD kelas 1 melalui kuesioner, anak-anak kelas 1
SD Labschool Cibubur masih memiliki kosakata yang minim dan terbatas sehingga anak-anak cenderung untuk
berbicara dengan singkat dan jelas. Ketika anak-anak diberikan kosakata yang baru, guru memberikan ilustrasi atau
contoh yang dekat dengan kehidupan anak. Guru juga harus memperagakan atau menggunakan langsung benda
yang dijadikan sebagai bahan atau materi pelajaran.

Bu Afi : “Nah topi. Topi itu untuk melindungi apa itu teman-teman?”
Siswa 4 : “Kepala”
Bu Afi : “Dari?”
Siswa 5 : “Dari sinar?”
Bu Afi : “Dari panas ya. Dari panasnya matahari. Jadi rambut kita terlindungi, kepala kita ga panas.”

Siswa dalam tuturan di atas menjawab sesuai penafsiran yang dia tangkap terkait penjelasan guru
sebelumnya tentang fungsi kacamata untuk melindungi mata dari sinar. Guru menyampaikan bahwa kacamata
berfungsi untuk melindungi sinar. Siswa dalam tuturan di atas menjawab sesuai dengan yang dia tangkap
sebelumnya tanpa memikirkan lebih dalam. Dalam hal ini sesuai dengan penjelasan Piaget bahwa pada usia 2 – 7
tahun (masa pra-operasional), anak menjadi pusat tunggal yang mencolok dari suatu objek. Maksudnya jika guru
bertanya terkait fungsi berbeda dari benda-benda yang dapat melindungi diri. Guru memberikan ilustrasi yang
berbeda-beda agar siswa dapat membedakannya. Tetapi ada beberapa siswa yang menjawab berdasarkan pernyatan
guru sebelumnya. Padahal bukan jawaban itu yang dimaksud. Siswa kelas 1 SD lebih banyak yang masih fokus pada
satu objek atau cara menjawabnya langsung pada poin terakhir yang diucapkan oleh guru.
Seseorang dikatakan sudah memahami atau mengerti suatu pesan apabila dia sudah mendapatkan makna pesan
atau stimulus tersebut. Konsep pemahaman pada dasarnya dipengaruhi oleh gagasan tentang apa yang dimaksud.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan respon terhadap pesan yang disampaikan. Hal yang sama berlaku untuk anak-
anak. Ketika dia memahami pesan yang disampaikan kepadanya, anak-anak akan merespon. Dalam hal ini, anak
usia 6-7 tahun di kelas satu sekolah dasar akan dengan jujur mengkomunikasikan pemahaman dan
ketidakpahamannya.
Banyak sedikitnya kosakata yang dimiliki oleh para siswa sangat mempengaruhi kemampuan kognitifnya.
Karena jika kosakata yang dimiliki siswa terbatas maka akan mengganggu proses komunikasi antara siswa dan guru.
Ketika guru menemui ada siswa yang belum memahami pokok bahasan, guru harus ekstra dalam mendampingi
siswa tersebut. Pada dasarnya proses pemahaman makna bahasa verbal siswa SD kelas 1 tergantung penguasaan
kosakata yang dikuasai siswa tersebut.

Proses pemahaman makna bahasa verbal bisa terlihat dalam gambar:

Pengiriman Bahasa
enkode pesan dekode
verbal

Respon Makna pesan penerima

Dari bagan di atas dapat diartikan bahwa pesan yang dibuat (encode) guru itu berdasarkan makna-makna yang
dipengaruhi oleh kebutuhan guru, pengalaman, dan tujuan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dalam
contoh tuturan di atas, code yang dibuat oleh guru bertanya tentang fungsi kacamata. Ketika siswa melakukan
mengartikan (decode) dari pesan yang disampaikan oleh guru, para siswa melakukannya dengan makna kata-kata
yang telah mereka pahami berdasarkan pengalaman, pengetahuan, kebutuhan, dan kemampuan. Dalam contoh
tuturan di atas, siswa mengartikannya kemudian siswa memberikan respon di akhir pembicaraan guru dengan
jawaban untuk melindungi mata dari sinar.
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, proses pemahaman makna bahasa siswa sekolah dasar memasuki
tahap pra-operasional dan tahap operasi konkret. Teori perkembangan kognitif Piaget adalah teori yang

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 22

menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menjelaskan objek dan kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari mainan, perabot, makanan dan benda-benda lain, serta ciri-ciri dan fungsi benda-benda sosial seperti
diri sendiri, orang tua, dan teman. Bagaimana anak belajar mengelompokkan benda untuk mengetahui persamaan
dan perbedaannya, memahami alasan terjadinya perubahan benda atau peristiwa, dan membentuk perkiraan benda
dan peristiwa tersebut.
Dalam tahapan pra operasional perkembangan kognitif anak ditandai dengan anak menjadi pusat tunggal yang
mencolok dari suatu objek. Maksudnya anak masih fokus terhadap satu hal yang dilihatnya. Anak-anak tidak dapat
menjelaskan dengan benar lingkungan dan kondisi di sekitar mereka. Dalam hal ini, anak-anak masih membutuhkan
bantuan. Ciri dari tahap operasional konkret adalah anak sudah memiliki sistem kognitif yang teratur, yang
merupakan dasar dari semua kognisi yang berbeda. Piaget menyampaikan perkembangan kognitif siswa SD kelas
1 terbagi menjadi 4 aspek yaitu (1) kematangan (kematangan pengembangan dan susunan saraf), (2) pengalaman
(hubungan timbal balik antara organisasi dengan lingkungan dan dunianya), (3) Transmisi sosial (pengaruh yang
diperoleh dalam hubungan dengan lingkungan sosial), (4) ekuilibrasi (kemampuan mengatur pada diri anak agar
bisa mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.)

KESIMPULAN
Tingkat pemahaman makna bahasa verbal siswa SD kelas 1 berbeda-beda. Pemahaman makna yang berbeda-
beda ini di antaranya disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor sarana atau fasilitas, dan faktor guru. Lingkungan
yang kondusif memungkinkan anak untuk dapat memahami bahasa verbal dengan baik. Suasana kelas online yang
kondusif yang diciptakan oleh guru membuat anak-anak dapat menjawab dan menyampaikan pendapatnya.
Demikian juga dengan ketersediaan sarana atau fasilitas dapat membantu anak dalam memahami bahasa verbal
yang diterimanya. Dengan dihadirkan nya kacamata, kipas, topi, dan alat peraga yang lain membuat anak lebih
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru yang menjelaskan dengan artikulasi yang jelas akan membantu
siswa dalam memahami ujaran dari guru. Guru juga dituntut untuk memahami karakter setiap siswa nya sehingga
dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan para siswa.
Proses pemahaman makna bahasa verbal siswa SD kelas 1 diawali dengan adanya pengirim bahasa verbal,
encode, pesan, decode, penerima, makna pesan, respon. Dari proses tersebut dapat diartikan bahwa pesan yang
dibuat (encode) guru itu berdasarkan makna-makna yang dipengaruhi oleh kebutuhan guru, pengalaman, dan tujuan
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sampai batas tertentu. Sedangkan ketika siswa melakukan
mengartikan decode dari pesan yang disampaikan oleh guru, para siswa melakukannya dengan makna kata-kata
yang telah mereka pahami berdasarkan pengalaman mereka, pengetahuan, kebutuhan, dan kemampuan. Pada
umumnya siswa akan memberikan respon di tengah/akhir pelajaran terkait pemahaman materi.

REFERENSI
Ariffudin. (2010). Neuropsikolinguistik. Raja Grafindo Persada.

Clark, E. C. And M. C. (2009). First Language Acquisition. Cambridge University Press.

Dardjowidjojo, S. (2010). Psikolinguistik. Yayasan Obor Indonesia.

Dollard, N. E. M. A. J. (2000). Social Learning And Imitation. Roudledge.

Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan Psikolinguistik. Lentera.

Kapoh, R. J. (2010). Beberapa Faktor yang Berpengaruh dalam Perolehan Bahasa. Jurnal Interlingua, 4.

Lenneberg. (1967). Biological Foundations Of Language.

Lerner, J. W. (1988). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, And Teaching Strategies. Houghton Mifflin Company.

Moleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Pt. Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Gp Press Group.

Natsir, N. (2017). Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Retorika, Volume 10,.

10.47028/j.risenologi.2022.71.266
Risenologi: Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, dan Bahasa Volume 7, Issue 1, April 2022
p-ISSN: 2502-5643 | e-ISSN: 2720-9571 23

Saepudin. (2018). Teori Linguistik dan Psikologi dalam Pembelajaran Bahasa. Al-Ishlah.

Sundayra, L. (2017). Proses Akuisisi Bahasa pada Anak: Kajian Teoretis Mutakhir. Kibas Cenderawasih.

Syaprizal, M. P. (2019). Proses Pemerolehan Bahasa pada Anak. Al-Himkah, (1).

10.47028/j.risenologi.2022.71.266

Anda mungkin juga menyukai