Etika Publik
Etika Publik
32
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
33
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
34
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
35
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
36
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
37
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
38
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
39
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
dengan kata lain, para pemberi tingkatan hirarki etika manakah yang
pelayanan publik harus mempelajari paling tepat untuk diterapkan.
norma-norma etika yang bersifat Perlindungan dan Insentif
universal, karena dapat digunakan Bagi Pengadu. Diantara kita semua
sebagai penuntun tingkah lakunya. ada pihak yang sangat peduli dengan
Akan tetapi norma-norma tersebut juga nilai-nilai etika dan moral, melakukan
terikat situasi sehingga menerima pengaduan tentang pelanggaran moral.
norma-norma tersebut sebaiknya tidak Mereka adalah pihak yang berani
secara kaku. Bertindak seperti ini membongkar rahasia dan menguji
menunjukkan suatu kedewasaan dalam tindakan-tindakan pelanggaran moral
beretika. Dialog menuju konsensus dan etika. Namun upaya untuk
dapat membantu memecahkan dilema melakukan hal ini kadang-kadang
tersebut. dianggap sebagai upaya tidak terpuji,
Kelemahan kita terletak pada bahkan sering dikutuk perbuatannya,
ketiadaan atau terbatasnya kode etik. dan nasibnya bisa menjadi terancam.
Demikian pula kebebasan dalam Pengalaman ini cenderung membuat
menguji dan mempertanyakan norma- mereka takut dan timbul kebiasaan
norma moralitas yang berlaku belum untuk tidak mau ”repot” atau tidak
ada, bahkan seringkali kaku terhadap mau ”berurusan” dengan hukum atau
norma-norma moralitas yang sudah pengadilan, yang insentifnya tidak
ada tanpa melihat perubahan jaman. jelas. Akibatnya, peluang dari pihak-
Kita juga masih membiarkan diri kita pihak yang berpengaruh dalam
didikte oeh pihak luar sehingga belum pelayanan publik terus terbuka untuk
terjadi otonomi beretika. melakukan tindakan-tindakan
Kadang-kadang, kita juga pelanggaran moral dan etika. Karena
masih membiarkan diri kita untuk itu, dalam rangka meningkatkan
mendahulukan kepentingan tertentu moralitas dalam palayanan publik,
tanpa memperhatikan konteks atau diperlukan perlindungan terhadap para
dimana kita bekerja atau berada. pengadu, kalau perlu insentif khusus.
Mendahulukan orang atau suku sendiri
merupakan tindakan tidak terpuji bila III. PENUTUP
itu diterapkan dalam konteks 3.1 Kesimpulan
organisasi publik yang menghendaki Dalam praktek pelayanan
perlakuan yang sama kepada semua publik saat ini di Indonesia, para
suku. Mungkin tindakan ini tepat pemberi pelayanan publik harus
dalam organisasi swasta, tapi tidak mempelajari norma-norma etika yang
tepat dalam organisasi publik. Oleh bersifat universal, karena dapat
karena itu, harus ada kedewasaan digunakan sebagai penuntun tingkah
untuk melihat dimana kita berada dan lakunya.
40
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
41
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
42
Jurnal Adminsitrasi Publik Volume 3 Nomor 1, Juni 2012
43