Anda di halaman 1dari 30
: Modul 1 Pendahuluan Sediaan steril hendaklah dibuat pada kondisi khusus yang dapat memperkecil resiko kontaminasi mikroba dan partikulat dan pirogen. Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi, A. Klasifikasi Ruangan Produksi Sediaan Steril Berdasarkan CPOB, kegiatan pembuatan produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori: 1. Produk yang disterilkan dalam wadah akhir dan disebut juga sterilisasi akhir 2. Produk yang diproses secara aseptis pada sebagian atau semua tahap Pembuatan produk steril tersebut hendaklah dilakukan di area bersih. Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakterisitik lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat kebersihan ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimatkan risiko pencemaran oleh partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang ditangani. Pada pembuatan produk steril dibedakan menjadi 4 kelas kebersihan yaitu kelas A, B, C dan D. a Taras yang disarankan untuk mikroba zoe I T win Cawan | Cawan [Sanung tangan 5 wy aed = = popar ia Kenta | jon ef } udara} 90mm) | (dia. $5 | sarung tangan was 3} To Gute) uss jam| am) | 1 | cut ptate shows aay amy Petar as ry 5 3 waa c so 35 0 [asso ave J avin Eb 00 | 50 Tabel1 Jumlah partikulat di udara untuk Tabel2 — Batas cemaran mikroba yang disarankan untuk pemantauan area berbagai kelas dalam area bersih bersih selama kegiatan berlangsung Jntuk produk yang disterilisasi akhir, 1. Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi, hendakiah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan partikulat. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena ‘cemaran mikroba, misal, produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba atau harus didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses dalam tanghi tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C. :. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di ingkungan minimal Kelos C FA2231 ~ Dosor-dasar Teknologi Sediagn Formasi (Sedigan Steril) 1 Untuk produk yang dibuat secara aseptls, 1. Penanganan bahan awal don komponen steril,kecuali pada proses selanjutnya untuk distri, tay dsaring dengan menggunakan filer mikroba, hendakiah eiskukon di linekungan Kelas dengan latar belakang Kelas 8. 2 roses pembuatan larutan yang akan disteriisasi secara filtrasi hendaklah dilkukan, Nngkungan Kelas C; bila tidak dilakukan fitrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B 3. Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas 8, Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan disaring B. Metode Pembuatan (Cara Ster asi) Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen. Definisi sterilisasi pada proses pembuatan sediaan farmasi berarti atau bertujuan untuk mendestruksi atau penghilangan seluruh organisme hidup dan sporanya. Pemilihan metode sterilisasi ditentukan oleh sifat sediaan atau komponen penyusun sediaannya, Masing masing cara sterilisasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Lima metode yang digunakan untuk mensterilisasi sediaan farmasetik adalah: 1. Steam (panas basah) Metode sterilisasi ini menggunakan alat yang disebut dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi. Karena tidak mungkin mendapatkan uap air dengan suhu di atas 100°C pada kondisi atmosfer, maka tekanan digunakan untuk mencapai suhu yang lebih tinggi. Suhu, tekanan dan lama sterilisasi panas basah yang biasa digunakan adalah: + 115°C, 0,5 atm selama 30 menit © 121°C, 1 atm selama 20 menit 127°C, 1,5. atm selama 15 menit Mekanisme penghancuran mikroorganisme oleh uap air panas adalah Karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme. Sterilisasi panas basah dapat digunakan untuk steriisasi sediaan farmasi atau bahan yang tahan pada suhu sterilisasi panas basah dan dapat dipenetrasi oleh uap namun tidak terdegradasi oleh uap. Steriisasi panas basab ini dapat digunakan untuk sterilisasi larutan, peralatan gelas, pakaian dan insteumen bedah. Sterilisasi panas basah tidak dapat digunakan untuk minyak, lemak dan sediaan atau 42231 ~ Dasar-dasor Teknologi Sediaan Farmasi (Sedioon Steril) z a NN a ee eee arte ep ere cee cone ee ee adanya wap. ¢ Heat (panas koring) Metode steulisas ai mengnunakan oven dengan suhu terkontrol, Metode sterilisasi ini biasanya dilakukon pada suhu 0°C selma 2 jam, Penggunaan suhu > 170°C memungkinkan waktu storilisasi yang lebih pendek sedan 2 penggunaan suhu < 170°C memungkinkan waktu sterisast yang lebih lama, Sebagal contoh apabila bahan aktif yang digunakan meleleh atau terdekomposist paca sub 170" tetapi tidak pada suhu 140" maka sterilisasi menggunakan suhu lebih rendah dapat memunghinkan dengan paparan waktu yang lebih lama. Mekanisme penghancuran kematian oleh pemanasan kering timbul karena sel mikroba mengalami dehidrasi dikuti oleh pembakaraan pelan-pelan atau proses oksidasi. Metode sterilisasi pans Kering int biasanya digunakan untuk senyawa yang tidak dapat disterilisasi dengan sterilisast panas basah seperti minyak, gliserin, parafin. Metode ini juga efektif untuk mensterilisasi peralatan gelas atau peralatan bedah, Akan tetapi metode ini kurang efektif dalam membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan metode sterilisasi panas basah. 3. Filteasi Metode sterilisasi ini menggunakan suatu membran berpori sangat kecil (0.22um) sehingga mikroorganisme dapat tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Salah satu kekurangan metode ini adalah, membran filter bersifat fragile sehingga sangat penting selama proses sterilisasi membran tidak rusak. Oleh karena kompatibilitas dan integritas membran filter harus selalu ivalidasi. Hal ini sangat penting terutama apabila larutan yang akan disterilisasi memil viskositas yang tinggi. 4. Radiasi lonisasi Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk yang peka terhadap panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya radiasi ultra let tidak diterima sebagai metode sterilisasi sediaan atau bahan. Teknik yang tersedia untuk sterilisasi radiasi adalah menggunakan sinar gamma dan cathode rays. 5. Gas Beberapa bahan bersifat termolabil dan tidak tahan lembab dapat disterilisasi dengan metode sterilisasi menggunakan gas seperti gas etilen oksida atau propilen oksida. Gas ini bersifat flammable ketika bercampur dengan udara namun bersifat aman apabila dicampur dengan FA2231 ~ Dosar-dasor Teknofogi Sediaan Farmasi (Sediaan Steril) i a y . \ karbon dioksida atau hidrokarbon terfluorinasi. Steriisasi menggunakan metode inj py, | / dioptimasi dan divalidasi seperti Konsentrasi gas, lama paparan, suhu dan Kelembaban ya, digunakan. Tidak ada patokan khusus terhadap parameter tersebut seperti halnya suhy qs, Joma sterilisasi pada sterilisasi menggunakan autoklaf atau oven. Secara umum dengs, meningkatkan konsentrasi gas yang digunakan, meningkatkan kelembaban (hingga ~60%) da, meningkatkan suhu hingga 50-60°C_maka lama paparan waktu berkurang. Pada umumny, sterilisasi menggunakan gas membutuhkan waktu 4 ~ 16 jam. Etilen oksida dapat digunakay untuk sterilisasi diduga karena kemampuannya mengganggu metabolisme mikroorganisme, Metode sterilisasi ini hendaklah hanya digunakan bila cara lain tidak dapat diterapkan. Selama proses validasi hendaklah dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan gas hendaklah ditentukan untuk mengurangi ampai pada batas yang dapat diterima yang sudah ditetapkan untuk residu dan zat hasil real jap produk atau bahan. 42231 ~ Dosar-dasor Teknolog! Sediaan Farmasi(Sedicon Steril) | | | | | | Modul 2 Sediaan Injeks! Volume Keetl [Small Volume Parenteral (SVP)] - La A. Tojuan 1, Memprodukst sediaan tnjoksi, 2, Menentukan hela an sediaan tnjeks! berdasarkan hasil evalias! B, Pendabuluan Dalam Farmakepe Indonesia Fdisl 1, injekst volume kecll adalah Injoksl yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 mt atau kurang, Herdasarkan United! Stated Pharmacoplea (USP), bentuk sediaan parenteral dibagi menjadi § jenis: 1, lojeksi Larutan 2. Injeksi Rekonstitusi ~ Larutan 3. Injeks! Emulsi Injeksi Suspensi 4a 5. Injeksi Rekonstitusi - Suspensi | Catatan: yong akan dipraktikumkan hanya sediaan injeksilarutan dan infekst rekonstitus!- larutan | | ) | | Keuntungan dan Kerugian Sediaan Injeksi Keuntungan + Pemberian IV memberikan efek cepat atau segera dibandingkan dengan rute administrast lainnya, terutama pada ka s darurat seperti pada pasien IGD. + Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (pasien tidak sadarkan dir). * Dapat diberikan untuk sedia yang tidak bioavailable apabila diberikan secara oral (contoh senyawa peptida atau protein yang tidak tahan asam lambung dan sulit menembus siekulas) + Pemberian cairan atau elektrolit dalam jumlah besar dapat diberikan secara cepat melalui rute IV untuk pasien dengan gangguan serius cairan dan keseimbangan elektrolit atau infeksi saluran pencernaan. Kerugian * Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasisistemik sebagai contoh kasus dosing error (overdosis) * Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti resiko infeksi, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat. £FA2231 ~ Dosor-dosor Teknologi Sediaon Farmasi(Sediaan Steril) 5 tiftebih mahal, karena persyaratan manufabar dh rolatif febihe ma = Marganya Sea arulang. injeksi vol Asi dapat berupa sediaan dosis tunggal maupun berulang, Sediaan injeksi volume jy, Sedan ins 2405 PM, Dengan, mengandung eksipien, seperti pel lapar/pe dapat mengandung eksipien, seperti pelarut (air atau non air), dapar/y da 2 timikroba (sediaan dosis ganda), antioksidan, dan chelating agent Anttsciesol orenernives [enesh ork criehse Benzetorarn choise Benoyt skero! Crearctvtanet CHtercorect Hesces Prenitrecun: trate and acetate Bunt ptydontene Trerereea) Apatosissos emtoe kos bedte ‘certs nts Acobie se enters {Sanyeronysresote (BHA) Bayeyuritekere (HT) Cysteine Nosiybopuaisret: acts (NOGA) Monotogycerc Sox treats os Bodum metab : Tosusherts 08 Ghsatione 3 Cheatng agent Comfenedarneteraacete a own Stes Acetic aod onda sgh 3557 “s Cine ao are eat pt 25-0 2 Glutamec se pte s02 ¢ Prosstoie x04 2088 p82 ©. Tonaty adutnent ‘esvoae Sod esore Moemtas 1. Pelarut Sediaan calr SVP secara umum adalah sediaan dengan pembawa air tetapi beberapa produk ‘omersial mengandung hanya larutan minyak atau campuran dari air dan kosolven Water for ‘injection merupakan pilihan pelarut yang digunakan dalam formula injeksicair dengan pembaya air, Cotatan: yong akan dipraktikumkan hanya sediaan injeksi dengan pembawa air. Tugas! Pelajari jenis air yang tertera di USP! 142231 Bator dosor Teknologi Sedan Formasi Sedicon Steril) 2. Dapar : Sediaan parenteral sebaiknya dibuat pada pH yang mendekatiisiologis, yaitu sekitar pH 7,4 yang sesuai dengan pH darah, tetapi hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan karena sediaan harus dibuat pada pH yang mendukung stabilitas dari sediaan (disesuaikan dengan pH stabilitas zat aktif bukan pH larutan). Dapar yang ideal memiliki kapasitas dapar yang cukup untuk menjaga pH sediaan selama penyimpanan, namun memungkinkan cairan tubuh beradaptasi dengan mudah. Rentang pH yang tidak dapat ditoleransi oleh tubuh: + pH> 9 menyebabkan kematian jaringan + pH <3 sangat menyakitkan dan menyebabkan flebitis, Pengaturan pH sediaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu adjust pH dan pemakaian dapar. Perubahan pH pada penyimpanan dapat disebabkan: + Reaksi degradasi produk + Interaksi dengan komponen wadah (kaca atau tutup karet) + Pelarutan gas dan uap 3. Pengawet Penambahan pengawet dapat dilakukan pada sediaan multidosis kecuali yang dilarang oleh monografi, atau ZA bersifat bakteriostatik sebagai contoh misalnya, injeksi natrium metoheksital dan sebagian besar produk antikanker yang bersifat sitotoksik. Pada sediaan multidosis ada kemungkinan kontaminasi sediaan pada saat pemakaian kembali, dan pengawet bekerja secara bakteriostatik. 4, Bahan Pengisotonis Salah satu persyaratan sediaan intravena adalah sediaan harus bersifat isotonis. Hal ini diperlukan agar: ‘+ Mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi ‘© Mengurangi hemolisis sel darah * Mencegah ketidakseimbangan elektrolit ‘© Mengurangi sakit pada daerah injeksi Larutan isotonis memiliki tekanan osmotik yang sama dengan plasma darah. Larutan dengan tekanan osmotik yang rendah (hipotonik) atau tinggi (hipertonik) dapat merusak sel darah merah apabila diinjeksikan secara intravena. Sel darah merah dalam larutan: © hipotonis: mengembang kemudian pecah, karena air berdifusi kedalam set (hemolisis) Keadaan hipotonis kurang dapat ditoleransi, karena pecahnya sel bersifat irreversibel. * hipertonis: kehilangan air dan mengkerut (krenasi), keadaan ini cukup dapat ditalerans FA2231 — Dosar-dasor Teknologi Sediaan Farmasi (Sedigon Steril) 7 Larutan Isotonis tidak selalu mungkin karena: * konsentrasi obat tinggi, tetapi batas volume injeksi kecll * variasi dosis pemberian * metode pemberian * pertimbangan stabilitas produk D. Perhitungan Tonisitas Metode Penurunan Titik Beku Angka penurunan titik beku ditetapkan melalui percobaan dan dipublikasikan Menggunakay metode penurunan titik beku larutan isotonik dibuat dengan perbanclingan harga penurunan tity beku dari natrium klorida 0,9% yang diterima adalah 0,52 atau natrium klorida 1% adalah 0,576, b konsentrasi (g) bahan Pengisotonis dalam 100 mL atau (% b/v) w @ = Turunnya titik beku 1% akibat zat terlarut, dihitung dengan mengkalikan nilai untuk larutan 5 = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pengisotonis Contoh: Hitunglah tonisitas injeksi Deksametason Komponen Konsentrasi, (ATA) ] P 2,0% | 3,0% | 50% | Na Fosfat 10 mg/mL dan berapa jumlah [Deksametaron] | La 0,05" | 0,09° | 0.18* 0.26" | 0,41" NaCl yang harus ditambahkan! Na Fosfat Penyelesaian: NOMS ht ye oe 10 mg/ mL = 1 gram/ 100 mL = 1% WEL ORT = 0.09 WAS Gage Berdasarkan tabel maka dipilih konsentrasi Deksametas % setara dengan penurunan titik beku sebanyak 0,09°, maka : ‘on Na Fosfat 1 peel 0,7465 0576 ~ 0.876 = 07465 % Maka NaCl yang harus ditambahkan adalah 0,7465 g per 100 mL larutan, Metode Ekivalensi Naci Menggunakan metode kesetaraan natrium klorida larutan dibuat melipu mengalikan junlah gram tap komponen dihitung terhadap volume dengan kesetaraan natrium klor ida dari tabel pada kada! terdekat yang tercantum, FA2231 ~ Dosar-dasor Teknologi Sediaan armas 1e- Contoh: icl(E} ir Konsentrasi, Ekivalensi NaCl ( pitunglahtonstas ines Deksametason | Komponen Faery son | 20% | 3.0% | 5.0% na Fosfat 10 ma/mt dan berapajumiah — [peksametae0n | 9 4g |\0.47|| 06 | 0.45 | 0.4 Na Fosfat : NaCl yang harus ditambahkan! Penyelesaion: at 10 mg/mL = 1 gram/ 100 mL = 1% 04 017 20-7? Heo et Berdasarkan tabel maka dipilih konsentrasi Deksametason Na Fosfat 1% setara dengan 0,17% NaCl, maka agar dihasilkan larutan isotonik setara dengan 0,9% perlu ditambahkan bahan pengisotonis sebanyak 0,9% - 0,17% = 0,73% NaCl atau 0,73 gram per 100 mL larutan. Metode Liso Apabila tidak ditemukan data Ekivalensi NaCl dan ATf di pustaka, dapat digunakan metode Liso untuk menghitung nilai tonisitas. eR & “Table 13 ty, Values lor Various Typas of Additives in Parenteral Formulations Table 13 ty Valens for Vass Type ol SS Dimana M adalah nilai bobot Sencounstiee nw Example Sue molekul senyawa yang akan Ms Pratital ely 20 Zine wulaie dihitung tonisitasnya. Tabel 13 Geese esc. ail Sodium ehleeide ; Unidialent eectlyte 43 Sodium suilate adalah nilai_ liso. untuk $8 Galen chloride 52 Sodium phoephate beberapa tipe senyawa dan 60 ‘Nurinuzn chiodido contoh senyawanya. Contoh: 4 ve £ Hitunglah tonisitas larutan injeksi 2g/100 mL natrium sefalotin yang memiliki bobot molekul 238. Penyelesaian: Natrium sefalotin merupakan senyawa univalent electrolyte dengan nilai Liso = 3,4 berdasarkan tabel di atas, maka Vhow cay ars Maka 1% natrium sefalotin memiliki kesetaraan NaCl 0,24 gram. Larutan yang akan dibuat adalah larutan injeksi 2g/100 ml natrium sefalotin yang setara dengan 2% natrium sefalotin, maka larutan tersebut setara dengan 2 x 0,24 gram = 0,48 gram NaCl. ‘Agar dihasilkan larutan isotonik setara dengan 0,9% NaCl, perlu ditambahkan bahan pengisotonis sebanyak 0,9% - 0,48% = 0,42% NaCl atau 0,42 gram per 100 mL larutan. FA2231 — Dasor-dasor Teknologi Sediaan Farmasi (Sediaon Steril) ’ jatan E. Prosedur Pembu sterilisasl, proved, at in bahan aktif n volume kecil dibagi dalam empat dan stabllitas larutan terhadap subu kategori: Berdasarkan kelaruta’ fan larutannya stabil terhadap panay pembuatan injeksifaruta injes!arutan dimana bahan aktifteriarut dalam injeksi d farutan tidak stabil terhadap pana, at aktif tidak stab 1 ‘ut dalam injeksi dan I Injeksi larutan dimana bahan aktf ter 2 4, Injeksirekonstitusi dimana bahan aktf dapat terlarut dalam injeksi namun 2 terhadap hidrolisis 4, Injeksi rekonstitusi dimana bahan aktif dapat terlarut dalam injoksi namun zat aktil tidak stabi terhadap hidrolisis dan panas njeksi dalam bentuk kering dimana pada saat akan Poin 3 dan 4 merupakan bentuk contoh i ak obat, khususnya golongan antibiotik digunakan harus direkonstitusikan terlebih dahulu. Bany: sefalosporin dan penisilin, tidak cukup stabil dalam larutan air untuk memungkinkan pengemasan dalam bentuk larutan. 1. Bahan aktif terlarut dalam injeksi dan larutan stabil terhadap panas Prinsip: Sterilisasi akhir dengan otoklaf terhadap larutan injeksi yang sudah dibuat dan diisikan dalam wadah dan ditutup. Untuk injeksi dosis tunggal digunakan wadah ampul, sedangkan injeksi dosis berulang digunakan wadah vial. RUANG PROSEDUR Grey Area 1. Semua alat, wadah dan aquabidest disterilisasi sesuai dengan (Ruang Sterilisasi) metode masing-masing. Ruang kelas D 2. Penimbangan zat aktif dan eksipien yang dibutuhkan (Ruang Penimbangan) | 3. Semua alat, bahan, dan wadah dibawa ke white area melalui transfer box. wt bite area, 4. Bahan aktif maupun eksipien dilarutkan dalam aquabidest steril Ruang Kelas C pada volume tertentu dalam wadah yang berbeda + (Ruang Pencampuran) | 5+ Campurkan larutan zat aktif dan eksipien sedikit demi sedi sambil diaduk hingga homogen ee 6. Tambahkan aqual st steril hingga 80% volume Cotatan: wadah telah dit fara sebelumnya ~ 80% d lon 100% volume 7. Evalua SIPC berupa penetapan pH dan apabila diperlukan d; ‘an dapat ieee 8. Genapkan volume hingga 100% menggunakan aquabidest ne sten A231 ~ Dasor. ‘ar oser Teknologi Sediaan Farmasi(Sedioons 0 Steril) 9. Saring larutan menggunakan membran berpori berukuran 0,45 HM untuk meminimatkan partikulat, 10. Buret disiapkan dan dibilas dengan aquabides terlebih dahulu. Ujung buret dibersihkan dengan alkohol 70%. 11, Sediaan/eampuran hasil filtrasi pada tahap 9 dimasukkan ke dalam buret. 12. Ampul (untuk sediaan single dose) / vial (untuk sediaan dosis ganda} diisi dengan volume target dengan memperhitungkan volume terpindahkan seperti yang tertera pada Farmakope. (Cek aturan Farmakope) 13. Masing-masing wadah yang telah diisi larutan ditutup (vial ditutup dengan tutup karet sedangkan ampul dengan alumunium foil) 14. Wadah yang telah ditutup dimasukkan ke dalam beaker glass yang dilapisi kertas aluminium foil, kemudian dibawa ke grey area (ruang penutupan) melalui transfer box. Grey Area 15. Tutup wadah menggunakan mesin penutup ampul atau vial. (Ruang Penutupan 16. Sediaan dibawa ke ruang sterilisasi melalui transfer box. Wadah/Sealing) Grey area 17. Sterilisasi sediaan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C (Ruang Sterilisasi) Grey Area (Ruang Evaluasi) selama 15 menit. Cataton : Pemeriksaan kebocoran wadah dapat sekaligus dilakukan selama proses sterilisasi dengan membalik posisi wadah sediaan. 18, Sediaan diberi etiket dan kemasan. 19. Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan. 2. Bahan aktif ter! Prinsip: Sterilisasi dilanjutkan pengisian RUANG _ Grey Area (Ruang Sterilisasi) “Ruang kelas D (Ruang Penimbangan) ee White area, Ruang Kelas C (Ruang Pencampuran) _ White area, Kelas A/B (LAF) White Area (Ruang Penutupan wadah/Sealing) _ Grey Area (Ruang Evaluasi) farut dalam injeksi dan la sediaan menggunak: rutan tidak stabil terhadap panas “2a an filtrasi membran bakteri 0,22 yim di Bawah LAF dan ke dalam wadah dan penutupan wadah secara aseptik PROSEDUR __ Tahap / Langkah 1 sampai dengan pembuatan Sediaan Injeksi dengan injeksi dan larutan stabil terhadap panas: puran zat aktif dan eksipien yang telah yum dan pindahkan 9 dilakukan seperti pada tahap 1. Bahan aktif terlarut dalam 10. Tutup wadah berisi cam} di filtrasi menggunakan membran 0,45 menuju Laminar Air Flow (LAF) penyaringan mengt k meminimalkan jumlah 11, Larutan disterilisasi dengan cara gunakan membran filter berpori 0,22 pm untul kontaminan mikroba. ndibilas dengan aquabides terlebih dahulu. 12. Buret disiapkan da jung buret dibersinkan dengan alkohol 70%. 413, Sediaan/campuran hasil fitrasi pada tahap 11 dimasukkan ke dalam buret. i sediaan single dose) / vial (untuk sediaan dosis get dengan memperhitungkan ang tertera pada Farmakope 14, Ampul (untul ganda) diisi dengan volume ta volume terpindahkan sepe (Cek aturan Farmakope)- 15, Masing-masing wadah yang telah diisilarutan ditutup (vil ditutup dengan tutup karet sedangkan ampul dengan alumunium foil) p dimasukkan ke dalam beaker glass 16. Wadah yang telah ditutui 1m foil, kemudian dibawa ke ruang yang dilapisi kertas alumi penutupan Catatan : Di Industri digunakan mesin produksi “blowing - filing - hermetic sealing" yang telah terautomatisasi. 17, Masing-masing ampul ditutup menggunakan mesin penutup ampul atau dengan membakar ujung ampul dengan api bunsen elalui transfer box. 18, Sediaan dibawa ke ruang evalua: jo 19. Sediaan diberi etiket dan kemasan. 20. Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan. at dahan aktif dapat torlarut dalam Injekst namun zat aktif tidak stabil |. jet chon i | terhadop hidrolisis nanvun bentuk serbuk stabil terhadap panas (catatan zat aktif tidak meleleh | prinsip: Sterilisas zat aKtIE mengeunakan sterilisast panas kerln ddan tidak terelekomposist pada sul steriisast yang dlgunakan) terplsah dengan petarut untuk rekonstitusl, Serbuk zat aktif yang telah disterilisast dl masukkan ke dalam vial (wadah berupa I). RUANG PROSEDUR Jalah dosls tungy vial bukan ampul, walau sediaan al Ruang kelas D 1, Penimbangan zat aktif dan eksipien yang dibutuhkan (Ruang Penimbangan) Grey Area 2. Semua alat, zat aktif, eksipien wadah dan aquabidest disterlisast sesuai dengan metode masing-masing. en (Ruang Steritisasi) 3. Semua alat, bahan, dan wadah dibawa ke white area melalui transfer box. | White area, ‘A. Serbuk zat aktif dan eksipien dicampur hingga homogen kemudian | Kelas A/B (LAF) dimasukkan ke dalam vial sesuai dengan perhitungan. White Area ‘Masing-masing vial ditutup menggunakan mesin penutup vial (Ruang Penutupan | 6. Sediaan dibawa ke ruang. evaluasi melalui transfer box. Wadah/Sealing) Grey Area 7. Sediaan diberi etiket dan kemasan. 2, Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan (Ruang Evaluasi kemasan. FA2231 - Dosor-dosar Teknologi Sediaan Farmasi (Sediaan Steril) u 4. Injeksi rekonstitusi d terhadap hidrolisis dan Prinsip: Sterilisasi sea flow dan dilanjutkan pengisian ke dalat dilioflisasi atau pengeringan beku (freeze dry). Wa adalah dosis tunggal. RUANG “4 Grey Area (Ruang Sterilisasi) Ruang kelas D (Ruang Penimbangan) White area, Ruang Kelas C mana bahan aktif dapat terlarut dalam injeksi namun zat aktif tidak sta, panas ian menggunakan filtrasi membran bakteri 0,22 um di bawah Faminar 3, 1m wadah dan penutupan: wadah secara aseptik kemudia, dah berupa vial bukan ampul, walau sedia,, PROSEDUR po Tahap / Langkah 1 sampai dengan 15 dilakukan seperti pada tahap pembuatan Sediaan Injeksi dengan 2. Bahan aktif terlarut dalam injeksi dan larutan tidak stabil terhadap panas. (Ruang Pencampuran) White area, Kelas A/B (LAF) White Area 16, Masing-masing vial dimasukkan ke dalam mesin liofilisasi. (RuangPenutupan _| 17. Sediaan dibawa ke ruang evaluasi melalui transfer box. Wadah / Sealing) Grey Area (Ruang Evaluasi) 18. Sediaan diberi etiket dan kemasan. 19. Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etik n ang te i etil : ; ig telah diberi etiket dai erikut adalah skems lio! a tan dees rpg nee F. Evaluasi Sediaan 1 2. 3, 4, 5. 6. 7. Penetapan pH Penetapan volume injeksi Uji kejernihan Penetapan bahan partikulat dalam injeksi Uji kebocoran wadah Uji sterilitas Uji efektifitas pengawet (sediaan dosis berulang) Cotatan: Prinsip dan Prosedur lihat modul 6 Evaluasi. i | | FA2231 ~Dasor-éosar Teknologi Sedioon Formosi (Sediaan Steril) Modul 3 me Besar [Large Volume Parenteral (LVP), Infus) . Larutan Sediaan Injeksi volui ‘A. Tyjuan 1 1, Memproduksi sediaan Injeksi Volume Besar / Infus 2. Menentukan kelayakan sediaan Infus berdasarkan hasil evaluasi. B. Pendahuluan Berdasarkan Farmakope IV, larutan intravena volume besar adalah injekst dosis tunggal untu, intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml sedangkan berdasarkan British Pharmacopieo, infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan ar sebagai fase kontinu; biasanya dibuatisotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba, Larutan untuk infus, diperiksa secara visible pada kondisi yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase. Infus atau LVP dapat digunakan untuk: * Menyediakan kebutuhan air, elektrolit dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh, + Bertindak sebagai pembawa untuk obat-obat yang dapat bercampur dengan larutan infus, + Sebagai lerutan untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa tubuh, © Plasma expanders, bertindak sebagai cairan pengganti plasma, ‘* Meningkatkan diuresis pada saat tubuh banyak menahan cairan, « Bertindak sebagai agen dialisis pada pasien penderita gagal ginjal ‘© Bertindak sebagai x-ray contrast agents untuk membantu diagnosis Contoh sediaan infus: rpc Us F42231 ~ Dasor-dosar Teknologi Sediaan Formasi(Sediaan Steril) * saat inl pemberian infus dekstrosa atau elektrolit merupakan praktck standar yang diberikan bagi paseien rawat inap Ui RS. Salsh satu alasannya adalah untuk mempermudah pemberian obat tambahan yang, diperlukan, sem entara pada saat yang sama diberikan cairan dan elektrolit untuk mencapai homeostasts. . Formula Umum Berbeda dengan formula pada sediaan injeks! volume kecil, penambahan bahan pembantu lain seperti dapar, chelating agent, pengawet dan antioksidan jarang atau tidak dilakukan pada sediaan LWP. Hal ini dikarenakan infus memiliki volume lebih dari 100 mL. hingga 1 L, walaupun penambahan: bahan pembantu lain pada umumnya dalam persentase yang kecil akan tetapi jumlah total bahan pembantu tersebut pada pemberian volume besar dan_setelah pemberian berulang infus dapat terdeposit dan berefek, Dapar tidak bolch ditambahkan ke dalam formula infus, apabila diperlukan untuk menjaga stabilitas bahan aktif selama proses sterilisasi maka pH sediaan dapat di atur menggunakan larutan encer asam/basa. Sebagai contoh penggunaan antioksidan dapat ditambahkan ke dalam formula infus karena dapat meningkatkan stabilitas bahan aktif dari oksigen. Akan tetapi penggunaan antioksidan dapat digantikan dengan penggunaan gas inert seperti nitrogen. Penggunaan nitrogen juga dapat mengurangi jumlah antioksidan yang dibutuhkan. D. Perhitungan Tonisitas Lihat di Modul Injeksi, Small Volume Parenteral 2. Osmolaritas (Fi Edisi !V halaman 1020) Tekanan osmotik pada dasarnya berhubungan dengan semua proses biologik yang melibatkan difusi zat terlarut atau pemindahan larutan melalui membran, Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manito! sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar osmolar pada etiket suatu larutan parenteral membantu untuk memberikan informasi apakah larutan tersebut hipo-osmotik, iso-osmotik, atau hiper-osmotik. Satuan kadar osmolar = miliosmol (disingkat mOsmol) zat terlarut per liter larutan. Kadar osmolar ideal dapat ditentukan dengan rumus: Kadar Osmolar ("22") = mOsm = oot zat / Pobor7at (ite x jumtah spesies x 1000 Tovar molekul () FA2231 - Dasar-dasar Teknologi Sediaan Farmasi (Sedioan Steril) a jtas dan Tonisitas antara Osmolar! Hubungan ener Onanckanty at) T2M6Re | Table 20° Petatwratee De ; | Saveinay (mow Contoh perhitungan Berapakah osmolaritas li arutan 0,99% NaCl, BM=58,5? Penyelesaian: ; ing ah spesies atau ion = 2 NaCl dalam larutan terionisasi menjadi Na dan Cl sehingga jumlah sp Larutan 0,9% NaCl = 0,9 g/100 ml = 9 B/L Maka mOsm = x2x 1000 = 307,7 (isoosmotik) « Berapakah osmolaritas Larutan glukosa anhidrat 5%, BM = 180,2. Penyelesaion: Glukosa tidak terionisasi sehingga jumlah spesies = 1 5 % glukosa anhidrat = 5 g/100 ml = 50 g/l Maka mOsm = x 1x 1000 = 277,46 (isoosmotik) 50 180,2 E. Prosedur Pembuatan Berdasarkan kelarutan bahan aktif dan stabilitas larutan terhadap suhu sterilisasi, maka prosed pembuatan injeksi larutan volume besar dibagi dalam dua kategori: 1, Infus larutan dimana bahan aktif terlarut dan larutannya stabil terhadap panas. 2. Infus larutan dimana bahan aktif terlarut dan larutan tidak stabil terhadap panas RUANG Grey Area (ruang Sterilisasi) RuangkelasD {Ruang Penimbangan) White area, - Ruang Kelas C (Ruang Pencampuran) infus larutan dimana bahan aktifterlarut dan larutannya stabil terhadap paras | PROSEOUR 1. Semua alat, wadah dan aquabidest disterilisasi sesual dengan metode masing-masing. 2, Penimbangan zat aktif dan eksipien yang dibutubkan 3. Semua alat, bahan, dan wadah dibawa ke white area melalui transfer box. 4, Bahan aktif maupun eksipien dilarutkan dalam aquabidest steril pada volume tertentu dalam wadah yang berbeda 5. Campurkan larutan zat aktif dan eksipien sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen | 6. Tambahkan aquabidest steril hingga 80% volume Catatan: wadah telah ditara sebelumnya ~ 80% dan 100% volume 7. Evaluasi IPC berupa penetapan pH dan apabila diperlukan dapat digunakan larutan encer NaOH atau HC! hingga ‘tercapai pH sediaan yang ditargetkan. 8. Genapkan volume hingga 100% menggunakan aquabidest steril 9. Saring larutan menggunakan membran berpori berukuran 0,45 #M yang diletakkan dalam penyaring kolom G3 dengan menggunakan bantuan pompa vakum untuk meminimalkan partikulat 10. Sediaan/campuran hasil filtrasi pada tahap 9 dimasukkan ke dalam wadah infus (glass container) 11, Masing-masing wadah yang telah diisi larutan ditutup 12. Wadah kemudian dibawa ke grey area (ruang penutupan) melalui transfer box. Grey Area 13. Tutup wadah menggunakan mesin penutup wadah infus. (Ruang Penutupan 14. Sediaan dibawa ke ruang sterilisasi melalui transfer box. Wadah / Seating) Grey area 15. Sterilisasi sediaan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C (Ruang Sterilisasi) selama 15 menit. Catatan : Pemeriksaan kebocoran wadah dapat sekaligus dilakukan selama proses sterilisasi dengan membalik posisi wadah sediaan. Grey Area (Ruang Evaluasi) 16. Sediaan diberi etiket dan kemasan. 17. Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan. 9 £42231 ~ Dosar-dasar Teknologi Sediaan Formasi (Sediaon Steril) F. Evaluasi Sediaan NOY Penn penetapan pH sediaan penetapan kejernihan Kebocoran wadah Penetapan bahan partikulat Ujisterilitas Uji pirogen Penetapan endotoksin bakteri Modul 4 Sediaan Obat Tetes Mata (OTM) A. Tujuan Memproduksi sediaan OTM, 2. Menentukan belayakan sediaan OTM berdasarkan hasil evaluasi 8. Pendahutuan arutan obat maty adalah tarvtan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemast sedemiian rupa sehingna sesuai digunakan pada mata, Pembuatan larutan obat mata membutuhhan pethatian Hhusus dalam hal tolsisitas bahan obat, nilaiizotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat (Farmakope Indonesia IV, hal 13) Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk tetes mata yaitu: 1. Steril 2. Isotonis dengan cairan tubuh 3. Isohidris 4 Jernih, bebas partikulat © Formula Umum Sediaan OTM dapat berupa sediaan dosis tunggal maupun berulang. Sediaan OTM dapat mengandung eksipien, seperti pelarut (air), dapar/pengadjust pH, pengawet antimikroba (sec:3an dosis ganda), antioksidan, peningkat viskositas dan chelating agent. Formulasi OTM harus mempertimbangkan beberapa aspek: # Nilaiisotonisitas Bahan pengisotonis diperlukan untuk mengatur tonisitas. Obat tetes mata sedapat munskin harus isotonis dengan cairan tubuh, yakni memiliki nilai isotonisitas setara dengan larutan atrium Klorida 0,9% Namun jika tidak memungkinkan, mata masih dapat mentoleransi tonsisitas rendah setara dengan natrium Klorida 0,65 dan tonsisitas tinggi setare dengan natrium Klorida 2%, © Pendaparan Air mata memulihi pH{ lebih kurang 7,4 dan memiliki kapasitas dapar rendah. Larutan OTM tenps dapar pada pH 3,5 ~ 10,5 masih dapat ditoleransi mata walaupun terasa kurang nyaman dav penggunaan larutan obat mata yang tidak mendekati pH mata akan merangsang pengs!u2(2% 142231 - Dasor-dasar Teknolog! Sedioan Formas! (Seaioan Sten} a ) 3. Ole ak farutan obat dengan mata, Oleh Karona y, 1 . ‘sean t2%API Hal ni tigy pis air mata i p larut dalam air qa, | air mata sehingga mempersingkoat wakt kont sedopat mungkin OTM mernllkl pH mendekati pH fisiolo selalu dapat dilakukan karena pada jak cukut ph 7,4 banyak obat vant tidak cu tidak stabil secara kimia. * Pengawet ran ganda bila JIBUNAKAN seca, wadah taki Larutan obat mata dapat dikemas dalam wa saan perl MS. Wy, \k terdapat kerusakan perorangan pada pasien dan bila tidal ol untuk menjami in steriitas pada Pemakaig, larutan obat mata harus tertutup rapat dan diseg! a pertama. Sedangkan untuk penggunaan pembedahan, disamping stem" lab gan mata. boleh mengandung antibakteri karena dapat mengiritasi jar + Peningkat viskositas sau tonak jang waktu an Penggunaan peningkat viskositas dimaksudkan untuk memperpanjané tary ig berpenetrasi dalam mata akan sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yan semakin tinggi sehingga menambah efektivitas terapiny® D. Prosedur Pembuatan Berdasarkan kelarutan bahan aktf dan stabiltas larutan terhadap suhu sterilisasi, maka prosedur pembuatan obat tetes mata sama dengan seperti pada pembuatan injeksi volume besar akan tetar) biasanya wadah botol sediaan obat tetes mata terbuat dari bahan plastik yang tidak tahan sterilisar akhir pemanasan. Oleh karena itu steriisasi dilakukan pada bulk sediaan (sterilisasi panas basah atau filtrasi membran) untuk kemudian difilling dalam wadah obat tetes mata pada kelas A. RUANG PROSEDUR Grey Area 1. Semua alat, wadah dan aquabidest disterilisasi sesuai dengan {Ruang Sterlisasi) metode masing-masing, Ruang kelas D 2. Penimbangan zat altif dan eksipien yang dibutuhkan (Ruang Penimbangan) | 3. Semua alat, bahan, dan wadah dibs eeenatl awa ke whi transfer box. ite area melalui White area, 4. Bahan aktif maupun eksipien dilarutkan dalam aquabidest steril eri Ruang Kelas C Pada volume tertentu dalam wadah yang berbed; jerbeda (Ruang Pencampuran) | 5- Campurkan larutan zat aktif dan eksi sambil iaduk hinges homogen Nt demiseditit 6. Tambahkan aquabideststerilhingga 80% y, ; ‘olume Catatan: wadah telah ditara sebetum, et ditara nya ~ 80% dan 100% volume F42231 ~ Dasar-dosar Teknologi Sedioan Farmasi(Sedioan Steriy White area, Kelas A/B (LAF) Grey Area (Ruang Evaluasi) E. Evaluasi Sediaan 7. Evaluast IPC berupa penetapan pit dan apabila diperlukan dapat digunakan larwtan encer HaOH atau HCI hingga tercapal pH sedlaan yang ditargetkan. 8. Genapkan volume hingga 100% menggunakan aquabidest steril 9, Saring larutan menggunakan membran berpor! herukuran 0,45 yh untuk meminimalkan partikulat, 10, Lakukan sterilisasi pada larutan dalam bentuk bulk, Catatan: © Bohan aktif tahon terhadop pemanasan: Bulk solution datarn wadah yang telah ditutup kemudian dibawa ke grey area (ruang, sterilisasi) melalul transfer box untuk kemudian disterilisast menggunakan autoklaf di Grey Area. © Bahan aktif tidak tahan terhadap pemanasan: Bulk solution dalam wadah yang telah ditutup selanjutnya dibawa ke Kelas A untuk disterilisasi dengan cara penyaringan menggunakan ‘membran filter berpori 0,22 4m. 11. Buret disiapkan dan dibilas dengan aquabides terlebih dahulu. Ujung buret dibersihkan dengan alkohol 70%. 12. Sediaan/campuran hasil filtrasi pada tahap 10 dimasukkan ke dalam buret, 13. Wadah diisi dengan volume target dengan memperhitungkan volume terpindahkan seperti yang tertera pada Farmakope. (Cek aturan Farmakope). 14, Masing-masing wadah yang telah disi larutan ditutup Catatan: Di Industri digunakan mesin produksi "blowing — filling ~ hermetic sealing" yong telah terautomatisasi. 15. Sediaan diberi etiket dan kemasan. 16, Dilakukan evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan kemasan. 1, Penetapan pH sediaan 2. Penetapan volume sediaan 3, Uji kejernihan 4, Penetapan bahan partikulat 5. Uji sterilitas 6. Ujiefektivitas pengawet 7. Penentuan viskositas sediaan 8, Uji kebocoran wadah 2B 742231 ~ Dasar-dosar Teknologi Sediaan Formos! (Sediaan Steril) Modul 5 } Semisolida Steril (Krim dan Salap Mata) ’ A. Tyjuan 1. Memproduksi sediaan Krim Steril dan Salap Mata. 2. Menentukan kelayakan sediaan Krim Steril dan Salap Mata berdasarkan hasil evalua B. Pendahuluan Proses pembuatan sediaan krim steril dan salep mata mengikuti prosedur yang telah dijelaskan ° Nady penyiapan sediaan krim dan salap non-steril. Perbedaannya adalah untuk membuat krim dan sy hy steril dilakukan sterilisasi basis dan bahan aktif. ° 1. Krim Steril Sediaan krim steril biasanya ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar ata, pada kulit yang terluka parah. Krim steril umumnya dibuat dengan cara aseptik dalam lamina, air flow (LAF). Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak dilakukan untuk menghindari rusaknya sediaan. 2. Salap Mata Salap mata adalah salap yang digunakan pada mata. Beberapa hal yang harus diperhatian dalam pembuatan sediaan salap mata berdasarkan Farmakope Indonesia V adalah ‘an dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serto © Se memenuhi syarat Uji Sterilitas. pila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cae dapat digunakan bahan yang memenuhi syaratujisterilitas dengan pembustn biasa, maka secara aseptik. Salep mata ha p mata harus mengandung bahan atau camp' memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara kecuali dinyatakan lain dalam monogr rus memenuhi persyaratan uji sterilitas * Sale uran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau tidak sengaja bi? rafi ata wadah dibuka pada waktu penggunaan; formulanya sendiri sudah bersifat bakteriosta «Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus ran 43° 1p mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat keboc © Saley partikel logam pad a Uji Salep Mata. eh mengiritasi mata, " ivitas obat dalam jangka waktu memungkinkan difust obat 427 Dasar salep yang dipilih tidak bol tertenty pad? cairan mata dan tetap mempertahankan akti # ‘pa2231 ~ Dasar-dosor Teknologi Sediaan Formas! {Sediaan Steril) kondisi penyimpanan yang, penyimpanan yang tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang bai digunakan, c. Formula Umum Formula uum krim ataupun salep mata sama dengan formula umum krim dan salep non st hanya berbeda dalam cara pembuatannya. Basis hidrokarbon yang digunakan dalam salep ma adalah vaselin kuning. Ke dalam vaselin kuning dapat ditambahkan adeps lanae untuk meningkatka ketercampuran dengan cairan mata. Dapat ditambahkan pengatur viskositas seperti paraffin eair Bahan aktif dapat ditambahkan dalam bentuk terlarut atau terdispersi dalam basis. D. Prosedur Pembuatan RUANG PROSEDUR Grey Area (Ruang sterilisasi) \ Grey Area (Ruang Penimbangan) 1.Semua alat dan wadah disterilisasi sesuai dengan cara sterilisasinya. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dan oven 170°C selama 1 jam. 2. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan ke dalam white area melalui transfer box. 3, Penimbangan zat aktif dan eksipien yang dibutuhkan. Cataton: ‘+ Penimbangan eksipien dilebihkan 20-30%. «Basis fase minyak ditimbang ke dalam cawan penguap atau botol bermulut lebar. Selanjutnya cawan penguap ditutup dengan alumunium foil Basis fase air dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditutup dengan kapas non-lemak yang dibungkus dengan kasa, dan ditutup kembali dengan alumunium foil. Grey Area (Ruang sterilisasi) 4, Erlenmeyer berisi campuran larutan fasa air disterilisasi dengan autoklaf 121°C selama 15 menit. 5, Cawan penguap berisi campuran fasa minyak disterlisasi dengan coven selama 1 jam 170°C. 6. Sterilisasi bahan aktif sesuai dengan kestabilannya. 7, Setelah disterilisasi, erlenmeyer berisi basis fasa air dan cawan penguap berisi basis fase minyak dan bahan aktif dimasukkan dalam keranjang dan dimasukkan dalam transfer box. White area, Kelas A/B (LF) 8. Pembuatan basis secara aseptik dengan mencampurkan {asa air dan fasa minyak di bawah LAF. £82231 ~ Dasar-dosor Teknologi Sediaan Farmasi (Sediaan Steri) , 1359) Tujuan : Prinsip Syarat & Penafsiran Hasil Menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uli sterilitas seperti tertera pada masing-masing ‘monografi Menguji sterititas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya Pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji dalam medium Tioghkonat cair dan Soybean Casein Digest. Prosedur pengujian terdiri dari (2) inokulasi langsung ke dalam media uji dan (2) teknik penyaringan membran, Note: Baca cara pemilihan prosedur uji (kapan menggunakan teknik inokulesi fangsung atau penyaringan membron) serta prosedur lengkapnya serta persiopan sompel ujil Hasil_ yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian. Jika tidak terjadi pertumbuhan jkroba maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas Note: Cek, kopan uji dikatakan tidak absah dan apa yang harus Gilakukan! 2, Uji Endotoksin Bakteri (FI V, 1406) Tujuan : Prinsip : Syarat & : Penafsiran Hasil Uji untuk mendeteksi atau mengkuantifikasi kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam atau pada bahan ujl. Pengujian dilakukan menggunakan reagen Limulus Amebocyte Lysate (LAY). Terdapat dua teknik yaitu teknik pembentukan jendal gel dan teknik fotometri, (Cek perbedaanya!) Bahan memenuhi syarat ujijika kadar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada masing-masing monografi. 42231 ~ Dasor-dosar Teknologi Sediaan Farmosi (Sediaan Steril) a Uji Plrogen (FLV <233>, 1412) Tuyjuan Untuk membatast restko reakst demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan Injeksh Prinsip £ Pengukuran kenalkan suhu kelinc! setelah penyuntikan larutan ji secara WV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uyjikelinel dengan dosis penyuntikan tidak lebih dart 10 eml/g bb datam Jangka waktu tidak lebih dari 10 menit syarat_—& +. Setlap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuht syarat bila tak Penafsiran seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5" atau lebih. Jika ada Hasil kelinei yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5" tau lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan § ekor kelinci Jika tidak lebih dar 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing. menunjukkan kenaikan suhu 0,5" atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan_ dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen. 4, Kandungan Zat Antimikroba (FIV <441>, 1441) Tujuan : Farmakope mensyaratkan pencantuman nama dan jumlah zat antimikroba pada etiket. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket. Prinsip Cara penetapan kadar bergantung pada jenis senyawa antimikroba yang digunakan (Cek Farmakope!) syarat_ & + Zat yang tertera memang ada tetapi tidak lebih dari 20% dar jumlah Penafsiran yang tertera pada etiket. Hasil 5, Bahan Partikulat dalam Injeksi (Fl V <751>, hal 1494) Tujuan : Menentukan apakah larutan injeksi (termasuk larutan yang dikonstitusikan dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral) bebas dari bahan partikulat yang berupa zat asing yang bergerak dan asalnya tidak tentu yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual. £12231 ~ Dasor-dasor Teknologi Sediaan Farmasi (Sedioan Steril) Pa Larutan injek: ? on ‘si mula muta diuji dengan prosed o sedur pengaburar n cahaya jika tidak memenuhi memenuhi pro: i batas yang ditetapkan k , sedur mikroskopik (tahap 2) aan cotat fan: Cek prosedur untuk uji mikroskopik! penghamburan cohaya dan uji a: Injeksime i wt smenuhi persyaratan ujijika menurut perhi van partikel yan sais pe 0 yang ada dalam tiap unit tertentu yang diuji at “ne — : au tiap samy wil gan yang diuji tidak melebihi nilat yang dipersyaratk ve sh ‘ ratkan. (Cek el batas partikel pada Farmakope halaman 1500 dan 1504) e winimym (FV <861> hal 1519) é wan « penguiian dan spesiikasi digunakan untuk sediaan brim, gel sale pasta dan serbuk yang dlikemas dalam wadeh dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 1150 gram atau 150 mL. insio + prosedur mengacu pada untuk sediaan pukan aerosol. Pengukuran is sediaan dalam wadah dilakukan dengan menghitung selisih bobot 1st dalam wadah dengan bobot wadah Yong telah dikeluarkan isinya syarat & t pobot bersih rata rata isi dart +10 wadah tidak kurang dar bobot yang \ | penafsiran tertera pada etiket dan tidak ada wadah satupun yang bobot persin | Hasil isinya kurang dart ‘90% dari bobot yane tertera pada etiket untuk bobot | yurang dari 60 gram untuk bobot lebih dari 60 gram! Cotatan : Cek persyorate 1 Kejernihan dan 1 <8817) hal 1521) Tujuan + Menentukan ejernihan dan emastikan tarutan Beb2s pengotor vyaitu metode visual dan metode jinstrumentast ijt dengan Prinsip + Terdat pihan larutan Ul Metode visual: membandingkan kejert : ssi 162" suspensi Padanan, gilakuken jurus ke arah bawah tabung denga” felometsi & Metode instrumentast: enggunanan prs? Co turbidimetri. rau tarutan Yane syarat = & + Larutan dianggap jernih apabila 52" a dengan air 2 ed ; csyaratl Penafsiran digunakan dalam pengujian dengan kondls yang dipersy Hasil jika opalesen tidak lebih da” suspensiP y csaaae _nnenedasar Teknologi Sediaan Formosi (Sediaon Steril) L 8. Kesompurnaan Mela Tuluan Prinsip Syarat & Penafstran Hasil rut (FI V<901>, 1526) Menentukan kejernihan (zat aktif sempurna melarut) ketlka di larutkan dalam pelarutaya Catatan: Untuk injeksi rekonstitus!! Pelarutan zat dengan pelarut seperti tertera pada etiket pada gelas, ukur bersumbat kaca 10 ml. kemiudian dikocok hingga larut. Larutan harus sama jernihnya dengan sejumlah volume sama dari pelarut yang sama dalam wadah serupa dan diperlakukan dengan cara yang sama. 9. Penentuan Partikel Logam dalam Salep Mata (FI IV <1061>, 1563) Tujuan Prinsip Syarat Penafsiran Hasil & Membatasi jumlah & ukuran partikel logam yang diperbolehkan dalam sediaan salep mata. Partikel logam dalam salep mata ditentukan dengan penghitungan jumlah partikel berukuran SOum atau lebih besar menggunakan alat bantu mikroskop. Memenuhi syarat jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari SO artikel dan jika tidak lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel Jika persyaratan tidak terpenuhi, dilakukan penambahan uji sebanyak 20 tube, persyaratan dipenuhi jika jumlah partikel logam yang berukuran SOum atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-masing mengandung 8 partikel. 10. Penetapan pH (Fl V<1071> 1563) Tujuan Prinsip Syarat Penafsiran Hasil & Mengetahui pH sediaan sesual dengan persyaratan yang telah ditentukan Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasl pH sesual dengan spesifikasi formulasi sediaan atau yang dipersyaratkan oleh kompendial FA2231 ~ Dasar-dasor Teknologi Sediaan Farmasi (Sediaan Steril) 30

Anda mungkin juga menyukai