Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E


DENGAN PROLONGED PREGNANCY
DI RUANG WIDYA
RUMAH SAKIT CIREMAI

Nama: Chintia Dewi Maharani


NIM: CKR0200180

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2022
A. Konsep Penyakit
I. Definisi penyakit
Standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir , atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Varney Helen, 2007)
Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari petama haid terakhir menurut rumus Naegele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008)
Menurut saya kehamilan post term adalah kehamilan yang lebih dari 42 minggu
atau 9 bulan.

II. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor
penyebab kehamilan postterm adalah :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam
memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya
kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
faktor penyebabnya.
3. Teori Kortisol/ACTH janin
Pada teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan
tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan
mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang
dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak
adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebabnya.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren
(1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana
seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
mengalami kehamilan postterm.

III. Manifestasi Klinis


Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan
kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit. Pada bayi akan ditemukan tanda-
tanda lewat waktu yang terbagi menjadi : Stadium I : Kulit kehilangan verniks
kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah
mengelupas. Stadium II : Seperti stadium satu namun disertai dengan pewarnaan
mekonium (kehijauan) di kulit. Stadium III : Seperti stadium satu namun disertai
dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat (Nugroho, 2012).

IV. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut :
1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaikbaiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat, menurut Dr. Taufan (2012 :
145).
3. Bishop score Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan
serviks dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah
diketahui bahwa serviks bishop score rendah artinya serviks belum matang
dan memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding servik yang
matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
a. Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap
pertama kerja.
b. Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di
leher rahim.
c. Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi
janin kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika
punggung, yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior
(sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.
d. Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan,
seperti sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh
lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita
yang lebih tua
e. Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim
perempuan bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina
sebenarnya menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi
relatif menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi
anterior lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu
memungkinkan peningkatan kelahiran spontan

Skor 0 1 2 3
Sumber :
U Pembukaan 0 1 3-4 5-6
Achadiat (2004 : 17-18)

Pendaratan 0-30% 40- 60-70% 80%


Untuk
50%
menilai bishop
score n station -3 -2 -1 +1+2 yaitu :
1)
konsisensi keras sedang lunak Sangat
Bishop Score
lunak
> 5 yaitu
t Posisi Os Posterior Tenga Anterior Anterior
h

induksi persalinan,
a) Menggunakan tablet Misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mg yang
diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his /
kontraksi.
b) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya
mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000 - 20.000 mU
dicampur dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing-masing
menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.
Regimen Dosis awal Peningkatan Interval Dosis
dosis maksimal
(mU/ incremental (mU/ml)
menit) (menit)

Dosis 0,5-1 1 20-40 20


rendah 1-2 2 15 40

Dosis 6 6,3,1 15-40 42


tinggi

Sumber : Kenneth J. Laveno

2) Bishop Score < 5


a) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST),
Contraction Stess Test (CST).
b) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x /minggu.
c) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan
SC.
d) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu
dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari.
e) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC.
f) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan.
g) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin,
prostaglandin (Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks),
pemecahan selaput ketuban
h) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen,
monitor DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada
kontraindikasi dan belum ada tanda hipoksia intrauterine), tetes
Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/menit atau di naikkan
dengan interval < 30 menit, amniotomi pada fase aktif, infus
intraamniotik dengan 300 – 500 mL NaCl hangat selama 30 menit
yaitu untuk mengatasi oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi
kesejahteraan janin.
i) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat,
pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit),
contraction stress test (CST), berat Badan >4000 gr, malposisi,
malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum lahir, menurut Kurniawati
(2009 : IX 41-42).
j) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut Manuaba (2003 :
159) yaitu:
(1) Pembukaan minimal 5
(2) Ketuban negatif atau dipecahkan
(3) Anak hidup, letak kepala atau bokong
(4) Penurunan minimal H II
(5) His dan reflek mengejan baik.

V. Komplikasi
Menurut Manuaba ( 2009 :125-126), komplikasi dari kehamilan postterm adalah
sebagai berikut :
1. IBU
a. Timbulnya rasa takut akibat terlambat melahirkan atau rasa takut
menjalani operasi yang mengakibatkan b. Perdarahan post partum
yaitu atonia uteri (karena janin besar atau penggunaan oksitoksin). 2.
JANIN a. Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu
30 % sebelum partus, 55 % intrapartum, 15 % post natal.
b. Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali pusat
c. Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu, trauma
kepala janin.
d. Gangguan pembekuan darah.
e. Oligohidramnion adalah air ketuban normal pada kehamilan 34-37
minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400
cc. akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena
mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin),
pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai APGAR rendah, sindrom
gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga menimbulkan
atelektasis).
f. Makrosomia apabila plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh
kembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia.
Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukan tindakan
operatif seksio caesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena operasi
vagina, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi atau trauma
jalan lahir ibu
VI. Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada kehamilan postterm menurut Achadiat (2003), yaitu: 1.
Kehamilan cukup bulan (dengan atau tanpa pecah ketuban). 2. Pertumbuhan janin
terhambat.

B. Pengkajian
I. Wawancara
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,
Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer
rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal
pengkajian, dan kaji identitas penanggung jawab atas pasien.
b. Data kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
c. Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keuarga berencana.
d. Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarganya memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau
diabetes melitus (DM).
e. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa
nyaman (pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,
perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau
hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,
kebutuhan belajar.

II. Pemeriksaan Fisik


1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang
merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
c) Mata : Conjungtiva anemis.
d) Hidung : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3) Dada dan axilla
a) Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting
susu menonjol, colostrum tidak ada.
b) Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4) Ekstremitas Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada
ekstremitas Varices (-).
III. Pemeriksaan Diagnostik

Pada kehamilan post term antara lain dengan melakukan pemeriksaan


ultrasonografi dan cardiotocography. Kedua hasil pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk menilai biophysical profile janin.
a. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm selain bertujuan
untuk mengonfirmasi usia kehamilan, juga bermanfaat untuk
mengevaluasi cairan amnion. Pasien dinilai mengalami oligohidramnion
bila indeks cairan amnion < 5. Jika terdapat.
b. Cardiotocography
Cardiotocography berupa non-stress test digunakan untuk pemantauan
kesejahteraan janin dengan frekuensi sebanyak 2 kali seminggu.
Cardiotocography juga digunakan untuk menilai biophysical profile janin.
c. Biophysical Profile
Biophysical profile merupakan pemeriksaan yang bermanfaat untuk
menilai kesejahteraan janin dan memprediksi kejadian asfiksia
janin. Biophysical profile terdiri dari parameter ultrasonografi dan non-
stress test:
USG: volume cairan amnion, tonus, gerakan fetus, pernapasan fetus
Non-stress test: reaktivitas fetus
Hasil biophysical profile ini dapat digunakan untuk menentukan opsi
terapi antara terapi konservatif, induksi persalinan atau sectio caesarea.

IV. Analisa Data


Menurut setiawan (2012), analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat
untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien.

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Risiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar
3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

D. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


Keperawatan

1 Risiko Seteah dilakukan  identifikasi  untuk S: ibu


cedera pada intervensi status obstetrik mengidentifik klien
janin keperawatan selama  identifikasi asi status mengata
berhubungan 1x24 jam. Maka riwayat obstetrik obstetri kan
dengan Risiko cedera pada  identifikasi  untuk tidak
persalinan janin akan adaya mengetahui ada luka
yang lama berkurang kriteria penggunaan riwayat atau
hasil: obat, diet dan obstetri cedera
 Kejadian merokok sebelumnya
cedera  identifikasi  mengidentifik O: klien
menurun pemeriksaan asi nampak

 Luka/ lecet kehamilan penggunaan tidak

menurun sebelumnya obat, diet dan ada luka


 Frekuensi menrokok atau
 periksa denyut
nadi  mengidentifik cedera
jantung janin
membaik selama 1 menit asi kehamilan
A:
 Denyut  monitor denyut sebelumnya
Masalah
jantung jantung janin  memeruksa
teratasi
apikal  monitir tanda djj
membaik vital ibu  memonitor djj
P:
 Denyut  atur posisi  memonitir ttv
Interven
jantung pasien ibu
si
radial  lakukan  mengatur
dihentik
membaik manuver leopold posisi pasien an
untuk  menentukan
menentukan posisi janin
posisi janin  menjelaskan
 jelaskan tujuan tujuan dan
dan prosedur prosedur yang
pemantauan diakukan
 informasikan  menginforma
hasil sikan pada
pemantauan, ibu dan
jika perlu keluarga
pasien hasil
pemantauan

2 Resiko Seteah dilakukan  Identifikasi  Mengidentifik


Cidera pada intervensi kondisi umum asi ondisi
ibu keperawatan selama pasien pasien
berhubungan 1x24 jam. Maka  Monitor tanda-  Memonitir ttv
dengan bayi Risiko cedera ibu tanda vital  Memonitor
yang besar akan berkurang  Monitor kelainan ttv
kriteria hasil: kelainan tanda ibu dan janin
 Kejadian vital pada ibu  Memonitor
cedera dan janin djj
menurun  Monitor denyut  Mengidentfik
 Luka/ lecet jantung janin asi posisi
menurun  Identifikasi janin dengan
 Frekuensi posisi janin USG
nadi dengan USG  Mengidentiik
membaik  Identifiksi asi
 Denyut perdarahan perdarahan
jantung persalinan saat
apikal  Siapkan persalinan
membaik peralatan yang  Menyiapkan
 Denyut sesuai, termasuk peralatan
jantung monitor janin, yang sesuai
radial ultrasound, dan
membaik mesin dibutuhkan
 Toleransi anestesi,persedia  Agar pasien
aktivitas an resusitasi tenang
meningkat neonatal,  Untuk
forceps, dan mengurangi
penghangat bayi resiko infeksi,
ekstra cedera pd ibu
 Dukungan orang dan janin
terdekat dengan  Untuk
mendampingi memberikan
pasien ikatan batin
 Gunakan ibu dan bayi
tindakan  Menjelaskan
pencegahan tindakan yang
universal akan
 Motivsi dilakukan
interaksi orang  Menjelaskan
tua dengan bayi karakteristik
baru lahir segera bayi baru
setelah lahir
persalinan  Tim standby
 Jelaskan agar jika
prosedur terjadi sesatu
tindakan yang bisa langsung
akan dilakukan mendapatkan
 Jelaskan
karakteristik tindakan
bayi baru lahir  Agar
yang terkait mengurangi
dengan rasa sakit
kelahiran
beresiko tinggi
(mis. Memar,
dan tanda
forceps)
 Koordinasi
dengan tim
untuk standby
(mis.
Neonatologis,
perawat intensif
neonatal,
anestesiologis)
 Kolaborasi
pemberian
anastesi
material, sesuai
kebutuhan

3 Ansietas Seteah dilakukan  monitor tanda-  Menciptakan S: Klien


berhubungan intervensi tanda ansietas suasana mengata
dengan keperawatan selama  Ciptakan terapeutik kan
kurang 1x24 jam. Maka suasana untuk merasa
pengetahuan tingkatansietas terapeutik untuk menumbuhka lebih
menurun dengan menumbuhkan n kepercayaan tenang
kriteria hasil: kepercayaan  Mendengarka
O: Klien
 verbalisasi  Dengarkan n pasien agar
tampak
kebingunga pasien merasa
n menurun dengan penuh tenang rilex
 verbalisasi perhatian  Agar pasien
A:
khawatir  Gunakan percaya
Masalah
akibat pendekatan yang terhadap
teratasi
kondisi tenang perawat
yang P:
 Jelaskan  Menjelaskan
dihadapi Interven
prosedur prosedur dan
meurun si
termasuk sensasi sensasi yang
dihentik
 prilaku yang mungkin mungkin akan
an
gelisah dialami dialami
menurun  Anjurkan pasien
 prilaku keluarga untuk  Agar pasien
tegang tetap bersama tetap merasa
menurun pasien tenang
 Anjurkan  Agar pasien
mengugkap tidak ada
perasaan dan beban pikiran
presepsi dan cemas
 Latih teknik  Melatih
relaksasi teknik
relaksasi

E. Daftar Pustaka
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Nanda
Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: Arcan. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran :EGC Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Prof.Dr.dr.H.ibnu
pranoto,SPAnd.,spoG(K), Dkk.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
http://midwifery.blog.uns.ac.id/kehamilan-postterm-atau-serotinus/
BUKU:
SDKI, SLKI dan SIKI

Anda mungkin juga menyukai