Anda di halaman 1dari 10

Satwika, vol 4 (2020) issue 2, 140-149

Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial


ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580-443X (Online)

Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC

Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Etnik


Keturunan Arab Di Kota Bangil
Wegig Panji Prasasti a,1*
aYADIKA BangiL, Jalan Bader 9 Kalirejo Bangil, Pasuruan, 67153, Indonesia
1wegigprasasti92@gmail.com

*Corresponding Author
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Sejarah Artikel: Bahasa dapat mengidentifikasi seseorang dari mana mereka berasal
Diterima: 30 September melalui tuturan yang mereka ujarkan. Melalui tindak tutur kita dapat
2020 mengetahui asal daerah seseorang. Tindak tutur merupakan gejala
Direvisi: 15 Oktober individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh
2020 kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam
Disetujui: 1 November hal ini, tuturan yang diujarkan oleh seseorang yang berasal dari keturunan
2020 etnik Arab berbeda dengan tuturan masyarakat kota Bangil pada
Tersedia Daring: 16 umumnya. Tuturan mereka dipengaruhi oleh aksen dan beberapa kata
November 2020 dalam bahasa Arab yang masih mereka gunakan atau dapat disebut
Kata Kunci: dengan peristiwa campur kode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Alih Kode tuturan yang digunakan oleh masyarakat etnik keturunan Arab di kota
Etnik Arab Bangil. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Campur Kode pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Masyarakat
Tuturan keturunan etnik Arab umumnya tergolong masyarakat dwibahasa. Mereka
menguasai bahasa pertama (B1) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2)
bahasa Arab. Ragam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana
maupun gaya bahasa yang terjadi ketika suatu peristiwa tutur
berlangsung. Pada penelitian ini, ragam bahasa yang digunakan ketika
terjadi peralihan kode dari BI ke BA adalah dua tuturan dalam ragam
resmi. Pada penelitian ini, peralihan kode BI ke BA dalam ragam resmi
terdapat dua tuturan, yaitu tuturan yang diberi nomor (1) dan (2). Kontak
yang intensif antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi yang memiliki
lingkungan dwibahasa seperti halnya di masyarakat Indonesia dan dalam
kasus ini adalah Kota Bangil dapat menimbulkan alih kode dan campur
kode. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tuturan
masyarakat etnik keturunan Arab sering melakukan alih kode dan campur
kode.

ABSTRACT
Keywords: Language can identify a person where they come from through the speech
Switched Code they speak. Through speech acts we can find out where someone is from.
Arab Ethnic Speech act is an individual symptom, psychological in nature, and its
Mixed Code continuity is determined by the speaker's language ability in dealing with
Speech certain situations. In this case, the speech uttered by someone who comes
from Arab ethnic descent is different from the speech of the people of
Bangil city in general. Their speech is influenced by accents and some
Arabic words that they still use or can be called code-mixed events. This
study aims to determine the utterances used by ethnic Arab descendants
in the city of Bangil. The approach used in this research is a qualitative
approach with ethnographic research methods. People of Arab ethnic
descent are generally bilingual. They master the first language (B1)
regional language and second language (B2) Arabic. The variety referred
to in this study is the atmosphere and language style that occurs when a
speech event takes place. In this study, the variety of languages used when
there was a code transition from BI to BA were two speeches in official

140 10.22219/SATWIKA.Vol4.No2.94-103 jurnalsatwika@umm.ac.id


Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

types. In this study, the transition from BI code to BA in the official mode
contained two utterances, namely speech numbered (1) and (2). Intensive
contact between two or more languages in a situation that has a bilingual
environment such as in Indonesian society and in this case Bangil City can
lead to code switching and code mixing. In this study, it can be concluded
that in the speeches of ethnic Arab descendants, they often do switched
code and mixed code.
© 2020, Wegig Prasasti
This is an open access article under CC-BY license

How to Cite:Prasasti, W. (2020). Tuturan Bahasa Indonesia Masyrakat Etnik Keturunan Arab
di Bangil. JURNAL SATWIKA, 4(2), 140-149. doi:
https://doi/org/10.22219/SATWIKA.Vol4.No2.140-149.

1. Pendahuluan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat


Saat berkomunikasi antara satu dengan beragam.
yang lain, hal yang perlu diperhatikan setiap Setiap kegiatan komunikasi
individu adalah cara bertutur yang baik dan menyebabkan terjadinya keragaman bahasa.
komunikatif. Dalam setiap komunikasi Keragaman ini akan semakin bertambah jika
manusia saling menyampaikan informasi bahasa tersebut digunakan oleh penutur
berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, yang sangat banyak, serta wilayah yang
maupun emosi secara langsung. Maka dari sangat luas. Chaer dan Agustina (2010: 61),
itu, dalam setiap proses komunikasi ada menyebutkan bahwa variasi bahasa atau
yang disebut peristiwa tutur dan tindak ragam bahasa terjadi akibat dari adanya
tutur. keragaman sosial dan keragaman fungsi
Peristiwa tutur adalah berlangsungnya bahasa. Variasi bahasa ada untuk memenuhi
interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran fungsinya sebagai alat interaksi dalam
atau lebih yang melibatkan dua pihak, yakni kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
penutur dan pendengar (Wardhaugh, Indonesia merupakan negara yang luas,
2006:254). Peristiwa tutur merupakan terdiri dari 1.340 suku bangsa dan 300
peristiwa sosial karena menyangkut pihak- kelompok etnik yang tersebar di seluruh
pihak yang bertutur dalam satu situasi dan Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia
tempat tertentu. Jika peristiwa tutur lebih kaya akan budaya dan variasi bahasa. Dapat
dilihat pada tujuan peristiwanya, maka dipastikan bahwa tiap etnik yang ada di
tindak tutur dilihat pada makna atau arti Indonesia akan memiliki tuturan yang
tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan berbeda antara satu sama lain.
peristiwa tutur merupakan dua gejala yang Kota Bangil merupakan salah satu kota
terdapat pada satu proses, yaitu proses kecil yang berada di Kabupaten Pasuruan.
komunikasi. Terhitung mulai tanggal 28 Juni 2016 kota
Sebagai sebuah langue bahasa yang dijuluki sebagai “Bang Kodir” atau
mempunyai sistem dan subsistem yang “Bangil Kota Bordir” ini telah resmi
dipahami oleh semua penutur bahasa menjadi Ibu Kota Kabupaten Pasuruan.
tersebut. Akan tetapi, karena penutur bahasa Sesuai yang tertuang di Peraturan
tersebut berada dalam masyarakat tutur, dan Pemerintah (PP) No 26 Tahun 2016 tersebut
bukan merupakan kumpulan manusia yang sekaligus akan ditindaklanjuti dengan
homogen, maka wujud bahasa yang konkret pemindahan ibu kota dari Kota Pasuruan ke
atau parole menjadi tidak seragam. Bahasa Kota Bangil. Kota Bangil memiliki ragam
menjadi beragam dan bervariasi (Verhaar, etnik yang tersebar di setiap wilayah, ada
2010:4). Terjadinya keragaman ini bukan Jawa, Madura, Cina, India, dan Arab.
hanya disebabkan oleh penuturnya yang Kota Bangil memiliki daya tarik yang
tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan berbeda bagi para pendatang. Tercatat

Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 141
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

sebagian besar warga yang tinggal di Kota Adapun beberapa penelitian


Bangil bukanlah keturunan asli orang Jawa sebelumnya yang berhubungan dengan
Timur. Mereka adalah pendatang dari tuturan bahasa Indonesia etnik keturunan
daerah dan negara lain yang kemudian Arab dilakukan oleh Sutarsih (2016),
menentap dan menjadi warga Bangil. berjudul “Campur Kode dari Bahasa ke
Keturunan dari mereka menikah dengan dalam Bahasa Indonesia Tuturan
sesama ras mereka yang kemudian Masyarakat Keturunan Arab di Kampung
berkembang menjadi kelompok manusia Pekojan Semarang”. Penelitian tersebut
yang memiliki etnik tersendiri. menyimpulkan bahwa masyarakat
Di Kota Bangil terdapat daerah dengan berkomunikasi dengan melakukan campur
komunitas tersendiri. Misalnya, di Kauman kode antara bahasa Arab, Indonesia, dan
tempat tersebut ‘khusus’ ditempati oleh Betawi. Campur kode tersebut merupakan
warga keturunan etnik Arab, India, dan interaksi masyarakat etnik Arab dengan
Pakistan. Mereka juga memiliki bisnis yang warga sekitar.
dominan dimiliki oleh warga mereka Penelitian lain yang sejenis yang ditulis
sendiri. Misalnya, mereka menjual bibit oleh Sholihatin (2008), berjudul “Pemilihan
parfum, oleh-oleh khas untuk haji dan Kode pada Masyarakat Keturunan Arab di
umroh, serta masakan khas Arab. Meski Noyontaan, Kota Pekalongan: Kajian
begitu, mereka hidup berdampingan dengan Sosiolinguistik”. Dari penelitian tersebut
harmonis bersama warga pribumi. Maka ditemukan bahwa (1) pemilihan kode bahasa
dari itu, tutur kata yang dituturkan warga dalam masyarakat tutur di Noyontaan
etnik keturunan Arab juga dipengaruhi oleh terpola berdasarkan ranah pemakaian bahasa
pribumi di Kota Bangil. dalam interaksi sosial, (2) variasi kode
Literatur komunikasi lintas budaya bahasa yang merupakan repertoar bahasa
banyak membahas nilai-nilai Arab, yakni masyarakat tutur di Noyontaan, Kota
ramah, senioritas, dan spiritualis. Mereka Pekalongan mencakup variasi tunggal
juga dikenal bangga dengan budaya mereka bahasa, variasi alih kode, dan variasi campur
dan tidak larut dengan budaya lain kode. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
(Mulyana, 2016: 148). Etnik Arab memiliki interaksi dan komunikasi dengan
tempat tersendiri di Kota Bangil. Bangil masyarakat pribumi sehingga memengaruhi
juga dekat dengan stereotipe orang Arab. cara tuturan masyarakat keturunan Arab.
Oleh karena itu, banyak sekali pendatang Berdasarkan dari kedua penelitian
dari Arab untuk menetap di Bangil dan sebelumnya, diketahui bahwa penelitina ini
bahkan mereka sampai memiliki keturunan memiliki persamaan dengan penelitian
yang telah tersebar di seluruh wilayah tentang masyarakat keturunan Arab dalam
Bangil. Etnik Arab sendiri tentu akan bertutur. Masyarakat menggunakan bahasa
memiliki tuturan khas yang menunjukkan asli, alih kode, dan campur kode. Hal
identitas mereka. Gaya komunikasi orang tersebut disebabkan oleh lingkungan yang
Arab termasuk gaya komunikasi konteks- memengaruhi bagaimana cara bertutur
menengah, yakni tidak suka bertele-tele dan dengan bahasa daerah masing-masing. Dari
basa-basi. Tuturan etnik keturunan Arab kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan
masuk dalam peristiwa campur kode dan bahwa masyarakat Arab cenderung
alih kode. Mereka sering bertutur dengan melakukan alih kode dan campur kode
langsung dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan dengan bahasa masyarakat asli sehari-hari,
bahasa Indonesia baik dengan sengaja sehingga bahasa yang muncul adalah
maupun tidak. Karenanya penelitian ini ertautan antara bahasa Arab dengan bahasa
bertujuan mengetahui tuturan yang Indonesia atau daerah.
digunakan masyarakat Etnik Arab di Kota Perbedaan penelitian ini dengan
Bangil. penelitian terdahulu adalah lokasi yang
digunakan, yakni di Kota Bangil.

142 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

Masyarakat Bangil memiliki beragam etnik Kalirejo, Kersikan. Karakteristik penduduk


yang dapat memengaruhi cara bertutur pada daerah-daerah tersebut merupakan
hingga cara bersikap masyarakat Arab. Jika lokasi yang tepat dalam penelitian yakni
sebelumnya ditemukan pertautan antara subjek penelitian adalah keturunan etnik
bahasa Arab dan Indonesia, maka dalam Arab. Data dalam penelitian meliputi
penelitian ini ditemukan pertautan bahasa berbagai macam tuturan dalam praktik
Arab dengan Jawa, Madura dan Indonesia. berbahasa Indonesia, Jawa, dan Arab yang
Cara berutur yang ditemukan adalah struktur berbentuk lisan. Sumber data pada
bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah penelitian ini bersifat lokasional, sebab
Indonesia yang benar. Tuturan sumber data itu merupakan tempat asal
menggunakan bahasa Indonesia, namun muasalnya.
dengan pola dari bahasa Jawa atau Madura.
Tabel 1 Tahapan Penelitian
2. Metode No Tahap Penelitian Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Menemukan (1) Lokasi penelitian
mengetahui tuturan yang digunakan oleh karakterisasi dicari dengan
masyarakat etnik keturunan Arab di kota sumber penelitian mempertimbangkan
banyaknya penduduk
Bangil. Adapun pendekatan yang digunakan etnik keturunan Arab
dalam penelitian ini adalah pendekatan di Kauman, Kalirejo,
kualitatif dengan metode penelitian dan Kersikan.
(2) Kelompok masyarakat
etnografi. Creswell (2015: 942), menyatakan merupakan etnik
penelitian etnografi merupakan salah satu keturunan Arab yang
strategi penelitian kualitatif yang di telah menetap lama di
Bangil bukan pindahan
dalamnya peneliti menyelidiki suatu dari kota lain.
kelompok kebudayaan di lingkungan 2. Observasi (1) Peneliti merupakan
alamiah dalam periode waktu yang cukup warga Kota Bangil
lama dalam pengumpulan data utama, data sehingga mengetahui
tempat dan lokasi
observasi, dan data wawancara. tertentu.
Metode penelitian yang digunakan (2) Observasi dilakukan
adalah melalui wawancara tidak langsung. dengan mengamati
keseharian masyarakat
Peneliti mengamati sekelompok masyarakat yang dijadikan subjek
yang kemudian mendengarkan bagaimana penelitian.
acara mereka beriteraksi. Tidak ada unsur 3. Sumber Data (1) Sumber data dibagi
menjadi dua
kesengajaan dengan tujuan penelitian agar kelompok. Pria dewasa
hasil yang diperoleh menjadi lebih alami. dan perempuan
Keabsahan data sangat penting dalam dewasa. Dewasa di
atas 17 tahun.
penelitian etnografi seperti ini. (2) Kelompok yang
Dalam penelitian ini, peneliti adalah diamati terdiri dari
pihak pengamat dalam penelitian ini. keluarga, kelompok,
Peneliti yang datang dari luar kancah dan individu.
4. Wawancara tidak (1) Wawancara dilakukan
penelitian harus berbaur bahkan menyatukan langsung dengan mengamati
dirinya dengan kancah penelitian tersebut. situasi resmi dan tidak
Oleh karena itu, kehadiran peneliti di dalam resmi.
(2) Tidak ada unsur
kancah penelitian secara (hampir) terus- kesengajaan untuk
menerus dalam waktu yang cukup panjang meneliti sehingga
sangat penting artinya agar dapat masyarakat dapat
lebih natural.
menghayati apa yang sebenarnya terjadi di
5. Interpretasi (1) Menganalisis dan
lapangan. Lokasi yang digunakan dalam menyajikan hasil
penelitian ini adalah Kota Bangil yang tuturan etnik Arab.
terdiri dari daerah-daerah seperti Kauman, (2) Melakukan penarikan
kesimpulan.

Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 143
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

jalan yang lurus. Wassalamu‟alaikum


Penelitian dengan kajian ilmu etnografi warahmatullahi wabarakatuh)
digunakan untuk memahami suatu
masyarakat dengan keunikan mereka Penutur pada tuturan (1) adalah seorang
masing-masing. Hal tersebut dapat tampak muballigh terkenal di daerah Bangil yang
dari budaya yang terwujud dalam tuturan sedang memberikan ceramah di sebuah
mereka sehari-hari. Suharsaputra (2012: acara pernikahan dan yang sedang
235), menyatakan bahwa penelitian mendengarkan ceramah tersebut terdiri dari
etnografi juga meneliti mengenai masyarakat keturunan Arab dan
perkembangan budaya. Budaya yang masyarakat etnis lainnya, yaitu Jawa.
dibawa oleh sebuah masyarakat tertentu Dalam tuturannya terlihat bahwa terjadi
akan memengaruhi masyarakat lain secara peralihan bahasa dari BI ke BA dalam
tidak langsung. tataran peralihan kalimat. Awalnya,
muballigh tersebut menggunakan kalimat BI
3. Hasil dan Pembahasan “Apabila ada salah kata mohon
3.1 Wujud Alih Kode Tuturan dimaafkan”, kemudian tuturan beralih ke
Masyarakat Etnik Keturunan Arab kalimat BA “Allahu muwaafiq ilaa
Masyarakat keturunan etnik Arab aqwaamit thoriq. Wassalamu‟alaikum
umumnya tergolong masyarakat dwibahasa. warahmatullahi wabarakatuh.”
Mereka menguasai bahasa pertama (B1) Ragam bahasa yang digunakan dalam
bahasa daerah dan bahasa kedua (B2) peristiwa tutur ini adalah ragam fusha
bahasa Arab. Pranowo (2015:103) (tinggi). Ragam fusha selalu digunakan
menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah dalam berbagai situasi resmi.
pemakaian dua bahasa secara bergantian
baik secara produktif maupun reseptif oleh (2) Dalam istilah arabnya, alwaqtu kas
seorang individu maupun masyarakat. Kasus saif.
di sini adalah dalam berkomunikasi (Dalam istilah arabnya, waktu adalah
masyarakat etnik keturunan Arab terkadang pedang.)
melakukan alih kode. Alih kode merupakan
gejala peralihan pemakaian bahasa karena Tuturan pada peristiwa tutur (2)
berubahnya situasi. Alih kode bukan hanya dituturkan oleh muballigh yang lain
terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi dalam khutbah Jumat. Medium
antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang pembicaraan tuturan tersebut melalui
terdapat dalam satu bahasa. medium lisan, pidato. Pada peristiwa
Ragam yang dimaksud dalam penelitian tersebut terlihat bahwa terjadi peralihan
ini adalah suasana maupun gaya bahasa dalam tataran klausa dari BI ke BA. Pada
yang terjadi ketika suatu peristiwa tutur awalnya penutur berkata dalam BI
berlangsung. Pada penelitian ini, ragam “Dalam istilah Arabnya”, kemudian beralih
bahasa yang digunakan ketika terjadi ke dalam BA “alwaqtu kassaif”. Ragam
peralihan kode dari BI ke BA adalah dua resmi dalam peristiwa tutur tersebut terjadi
tuturan dalam ragam resmi. Pada penelitian dalam sebuah pidato di hadapan para sidang
ini, peralihan kode BI ke BA dalam ragam sholat Jumat. Peralihan kode dari BI ke BA
resmi terdapat dua tuturan, yaitu tuturan dalam penelitian ini terjadi karena beberapa
yang diberi nomor (1) dan (2). faktor yaitu, dua peristiwa tutur yang
(1) Apabila ada salah kata mohon disebabkan faktor ingin menunjukkan
dimaafkan. Allahumuwaafiq ilaa identitas diri sebagai golongan nahdliyyin
Aqwaamit thoriq. Wassalamualaikum dan faktor penutur yang terpelajar.
warahmatullahi wabarakatuh. Pada penelitian ini, ragam bahasa yang
(Apabila ada salah kata mohon digunakan ketika terjadi peralihan kode dari
dimaafkan. Allah selalu menunjukkan ke BA ke BI adalah dua tuturan dalam ragam

144 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

akrab. Pada peralihan kode dari BA ke BI Assalamu’alaikum, ahlan wa sahlan ji.


ditemukan dua tuturan yang terjadi dalam Keif?. (B) menjawab salam dari (A)
ragam akrab, yaitu peristiwa tutur (3) dan dengan kalimat yang setara dan berbalik
(4). menanyakan keadaan (A) menggunakan
Saat peristiwa tutur terjadi dalam kalimat BA Wa‟alaikumsalam, ahlan ane
keadaan resmi, maka bahasa yang kheer. Ente keif? Mereka bertukar kabar
digunakan adalah bahasa Arab yang resmi menggunakan kalimat-kalimat BA karena
bersama dengan bahasa Indonesia. Tuturan percakapan tersebut terjadi dalam ragam
tersebut umum diucapkan saat adanya akrab (a), (b), dan (c). Setelahnya,
ceramah agama. Ceramah tersebut dapat percakapan beralih topik mengenai kabar
disampaikan saat kutbah Jumat, adanya tentang keluarga (A) menggunakan kalimat-
pernikahan, atau peringatan hari besar kalimat BI (d) dan (e).
agama Islam. Berdasarkan tuturan tersebut terjadi
peralihan dari bahasa Arab ke bahasa
(3) Konteks: Seorang warga turunan Indonesia dengan pola bahasa Jawa. Ragam
etnik Arab bertemu dengan kerabatnya tidak resmi tersebut dapat terlihat pada
di depan rumah. tuturan (d). Penutur B tidak perlu
a) A : Assalamu’alaikum, ahlan wa menanyakan dengan lengkap seperti
sahlan ji. Keif? “Bagaimana keadaan keluarga Anda saat
(Assalamu’alaikum, Ji (haji). Bagaimana ini?” sebab sudah satu konteks maka
kabarnya?) pendengar pun paham apa yang ingin
b) B : Wa’alaikumsalam, ahlan ane disampaikan oleh petutur. Tidak perlu lagi
kheer. Ente keif? dijelaskan sebab sudah dalam satu situasi.
(Wa’alaikumsalam, saya baik. Kamu Pola kalimat yang menunjukkan sapaan
bagaimana kabarnya?) haji juga dipengaruhi oleh kebiasaan
c) A : Alhamdulillah kheer. masyarakat daerah Madura. Jika ada salah
(Alhamdulillah baik) seorang lelaki dewasa sudah berangkat haji
d) B : Eh, gimana keluarga? maka akan disapa dengan sebutan ‘Ji’.
e) A : Alhamdullilah, sehat semua. Sebutan tersebut lazim digunakan dalam
masayarakat di Bangil. Penampilan fisik
Peristiwa tutur (3) tersebut terjadi di yang juga didukung oleh gelar tersebut,
depan rumah ketika seorang warga umumnya mereka mempakai kopyah putih
keturunan etnik Arab (A) bertemu dengan dan berjenggot.
kerabatnya yang merupakan tetangga dan
sudah pergi haji, oleh karena itu dipanggil (4) Bib, kam? Lima ribu dapet dua ya.
dengan sebutan ‘ji’ atau haji (B), keduanya (Pak, berapa? Lima ribu dapet dua ya.)
adalah masyarakat keturunan Arab yang
sama-sama menguasai BA. Percakapan Pada percakapan (4) terjadi dalam ranah
tersebut terjadi pada pukul 16.00 WIB. pekerjaan ketika seorang pembeli
Penutur dan mitra tutur dalam peristiwa masyarakat keturunan Arab menawar
tutur memiliki hubungan kerabat. Oleh dagangan penjual. Terlihat dalam
karena itu, peristiwa tutur tersebut terjadi percakapan tersebut bahwa terjadi
dalam ragam akrab. peralihan kode dari BA ke BI. Peristiwa
Pada tuturan (a) terlihat bahwa (A) tutur tersebut terjadi dalam ragam akrab
memulai percakapan dengan menggunakan karena situasi yang terjadi antara penutur
Assalamu‟alaikum. Salam ini lazim dan mitra tutur adalah situasi keakraban.
digunakan para muslim ketika mengawali Peristiwa tersebut terjadi saat
percakapan. Kemudian (A) melanjutkan melakukan proses jual beli di sebuah toko
dengan bertanya kabar kepada B dengan kelontong. Pembelinya adalah seorang pria
menggunakan kalimat BA dewasa dan begitu pula sebaliknya dengan

Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 145
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

penjual. Si pembeli atau penutur ingin tuturan dalam ragam resmi, tiga tuturan
menekankan kembali harga yang tertera dalam ragam usaha, dan tiga tuturan dalam
pada barang tersebut. Sapaan “Bib” ragam akrab. Peristiwa tutur yang terjadi
diujarkan bagi orang lelaki yang mencapai dalam ragam resmi pada penilitian ini,
usia di atas 30 tahun. terdapat sebuah tuturan. Berikut adalah
rinciannya.
3.2 Wujud Campur Kode Tuturan
Masyarakat Etnik Keturunan Arab (5) Ilaahinnaas, Tuhannya manusia.
Pembicaraan mengenai alih kode
biasanya diikuti dengan pembicaraan Peristiwa tutur (5) tersebut dituturkan oleh
mengenai campur kode. Kedua perstiwa seorang muballigh dari masyarakat etnik
yang lazim terjadi dalam masyarakat dwi keturunan Arab ketika sedang mengisi
bahasa ini memiliki kesamaan yang besar, ceramah dalam kutbah Jumat. Medium
sehingga seringkali sukar dibedakan. tuturan tersebut adalah medium lisan
Kesamaan antara alih kode dan campur kode panggung. Ragam yang dipakai dalam
adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, khutbah Jumat tersebut adalah ragam resmi.
atau dua varian dari sebuah bahasa dalam Ragam resmi seperti halnya peristiwa
satu masyarakat tutur. Sumarsono, tutur tersebut dapat dijumpai saat ada
(2012:202), menyatakan campur kode ini kegiatan keagamaan. Kegiatan tersebut
serupa dengan apa yang disebut interferensi dihadiri oleh masyarakat luas tidak hanya
dari satu bahasa ke bahasa lain. etnik keturunan Arab saja tetapi Jawa dan
Banyak ragam pendapat mengenai beda Madura. Maka dari itu, ujaran yang
keduanya. Jika dalam alih kode setiap digunakan dapat dipahami seluruh lapisan
bahasa atau ragam bahasa yang digunakan masyarakat bukan hanya etnik tertentu.
itu masih memiliki fungsi otonomi masing- Pada kelompok masyarakat luas,
masing dilakukan dengan sadar dan karena seorang penutur akan mengutamakan
sebab-sebab tertentu, sedangkan dalam penggunaan bahasa yang dipahami oleh
campur kode ada sebuah kode yang pendengar di sekitarnya. Meski akan terlihat
digunakan dan memiliki fungsi dan ‘berwibawa’ dengan menggunakan bahasa
keotonomiannya. Campur kode (code- asing dalam hal ini bahasa Arab, tetapi jika
mixing) terjadi apabila seorang penutur pendengar tidak ada yang memahami secara
menggunakan suatu bahasa secara dominan baik maka juga tidak akan menghasilkan
mendukung suatu tuturan disisipi dengan informasi yang tersampaikan atau tidak
unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya komunikatif.
berhubungan dengan karakteristk penutur, Penggunaan bahasa yang paling baik
seperti latar belakang sosial, tingkat adalah saat kedua penutur memahami
pendidikan, atau rasa keagamaan. Biasanya bahasa yang disampaikan satu sama lain.
ciri menonjolnya berupa kesantaian atau Meski adanya perbedaan dalam hal
situasi informal. Namun, bisa terjadi karena pemilihan kata atau dialek, tetapi jika
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam informasi disampaikan bisa tepat maka tidak
bahasa tersebut tidak ada padanannya, akan menjadi sebuah masalah. Seperti
sehingga ada keterpaksaan menggunakan halnya yang disampaikan oleh Wardhaugh
bahasa lain, walaupun hanya mendukung dan Fuller (2015:54), bahasa adalah milik
satu fungsi. individu dan milik sosial. Menyikapi dari
Ragam yang dimaksud dalam penelitian hal tersebut, peristiwa tutur antara individu
ini adalah suasana maupun gaya bahasa tertentu dan kelompok individu tertentu
yang terjadi ketika suatu peristiwa tutur akan berperilaku linguistik seperti individu
berlangsung. Pada penelitian ini, ragam lain. Mereka mungkin dikatakan berbicara
bahasa yang digunakan ketika terjadi dalam bahasa yang sama atau dialek yang
campur kode BA dalam BI adalah sebuah sama atau menggunakan kode yang sama.

146 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

Pada contoh berikutnya (6) mengenai Peristiwa tutur (7) tersebut terjadi dalam
tuturan akrab dua orang teman ketika ragam akrab antara kakak beradik
hendak memutuskan mereka akan pergi ke masyarakat keturunan Arab. Penutur (A)
mana. memberikan informasi kepada adiknya
bahwa adiknya (B) sedang dicari ayahnya
A : shobahulkher ya ukhty, pagi ni kita menggunakan kalimat “Bib, dicari Abah.”
jadi jalan ila suuq aw dukkaan? Hubungan kerabat sebagai kakak-adik
(pagi yang indah wahai saudaraku, pagi menciptakan suasana akrab yang terjadi
ini kita jadi jalan ke pasar atau ke toko? dalam peristiwa tutur tersebut. Kalimat
B : kholaas ila suuq faqot, aku mau beli tersebut terindikasi adanya campur kode
sayur buat ghodaa’ dengan adanya kata “Bib” yang menunjuk
(sudahlah ke pasar saja, aku mau beli kepada seseorang yang dihormati atau
sayur buat makan siang) sesama masyarakat keturunan Arab dan
kata abah (ayah). Fungsi utama percakapan
Peristiwa tutur (6) tersebut dituturkan oleh tersebut menggunakan kalimat BI, namun
dua orang wanita berusia sekitar tiga puluh- karena faktor penutur dan mitra tutur yang
an. Mereka berbincang mengenai ke mana sama-sama menguasai BA, mereka
tujuan mereka. Di sini mereka sesekali menyelipkan serpihan kata-kata BA.
menggunakan tuturan bahasa Indonesia (BI) Jika sebelumnya sapaan ‘Bib’
yang disisipkan di antara tuturan bahasa digunakan untuk menyapa seorang lelaki
Arab mereka (BA). Hal tersebut tidak paruh baya, maka kasus di sini adalah
menjadi masalah dikarenakan keduanya sapaan untuk keluarga adik lelaki lebih
merupakan sama-sama etnik keturunan Arab tepatnya. Kata ‘Bib’ sudah bergeser makna
dan memahami bahasa satu sama lain. menjadi generalisasi sebab secara umum
Perubahan wujud alih kode yang orang yang memenuhi criteria akan disapa
langsung dilakukan oleh penutur tentu dengan panggilan “Bib”. Tidak hanya
dengan memperhatikan situasi dan kondisi. masyarakat etnik keturunan Arab saja,
Kondisi lawan biacara adalah sesame etnik bahkan orang Jawa yang sudah berkawan
keturunan Arab maka tidak akan menjadi lama dengan masyarakat etnik keturunan
sulit jika langsung menngunakan bahas Arab pun akan disapa dengan “Bib”.
Arab. Pemahaman antara kedua penutur Percakapan dalam situasi akrab lebih
tersebut akan menghasilkan informasi yang banyak menggunakan bahasa Arab sebab
dapat diterima oleh keduanya. Holmes petutur dan penutur sudah saling memahami
(2008:235), menyatakan bahwa satu sama lain. Tidak perlu membuat pola
penggabungan informasi tentang cara orang- kalimat yang terlalu panjang dan lebar jika
orang dari kelompok sosial yang berbeda keduanya sudah memahami. Konteks
berbicara dengan informasi tentang cara keakraban dalam keluarga juga memicu pola
orang berbicara dalam konteks yang percakapan yang sangat sederhana, namun
berbeda, jelas fitur itu kelas sosial dan gaya dipahami oleh lawan bicara.
kontekstual berinteraksi. Dari peristiwa tutur tersebut masyarakat
Contoh berikutnya mengenai konteks etnik keturunan Arab cenderung melakukan
ada seorang masyarakat keturunan Arab campur kode saat melakukan percakapan
menyampaikan pesan kepada adiknya. dengan konteks akrab. Konteks akrab sendiri
memudahkan penutur etnik keturan Arab
A : Bib, dicari abah. untuk melakukan percakapan dengan lawan
(Dik, dicari ayah.) bicara. Tingginya penutur yang melakukan
B : Fein? campur kode antara bahasa Indonesia
(Di mana?) dengan bahasa Arab membuktikan bahwa
A : Baet. lingkungan juga memengaruhi gaya
(Di rumah)

Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 147
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

percakapan. Hal tersebut tampak pada grafik Dalam penelitian tersebut dapat
3.1 berikut. disimpulkan bahwa pada tuturan masyarakat
etnik keturunan Arab cukup sering
Grafik 3.1 Penggunaan Bahasa Etnik melakukan peristiwa alih kode dan campur
Keturunan Arab di Kota Bangil kode. Mereka melakukan hal tersebut dari
segi situasi dan kondisi. Dari contoh-contoh
5 yang telah dikemukakan, masyarakat etnik
4 keturunan Arab menggunakan peristiwa alih
Resmi kode dalam tuturan formal, yakni ketika
3
Akrab mereka mengisi sebuah ceramah ataupun
2 Column1 menjadi pengisi materi ketika ibadah hari
1 Jumat. Alih kode juga dapat terjadi dalam
0 situasi nonformal atau keakraban. Hal
Alih Campur
Kode Kode tersebut terjadi ketika kedua penutur dari
keturunan etnik yang sama, atau bisa juga
Berdasarkan grafik tersebut diketahui ketika keduanya sama-sama mengerti apa
bahwa kecenderungan masyarakat etnik yang sedang dituturkan pada saat itu. Dalam
keturunan Arab menggunakan campur kode peristiwa campur kode yang dilakukan
dalam situasi akrab dengan memperhatikan masyarakat etnik keturunan Arab
lawan bicara. Tingginya penggunaan campur dipertimbangkan dari segi situasi keakraban.
kode dalam ranah akrab tidak hanya Situasi hubungan yang sangat dekat
dilakukan sesama etnik keturunan Arab sehingga memungkinkan kedua penutur
tetapi juga dengan masyarakat Jawa. Hal untuk bertutut dengan campuran bahasa
tersebut terjadi karena kebiasaan yang telah Arab dan bahasa Indonesia.
melekat dalam diri mereka. masyarakat Jawa
juga ikut dipengaruhi penutur etnik 5. Daftar Pustaka
keturunan Arab dalam hal komunikasi. Chaer, A. dan Agustina, L. (2010).
Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
4. Kesimpulan Jakarta: Rineka Cipta.
Kontak yang intensif antara dua bahasa
atau lebih di dalam situasi yang memiliki Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan.
lingkungan dwi bahasa seperti halnya di Terjemahan Helly Prajitno. 2015.
masyarakat Indonesia dan dalam kasus ini Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
adalah Kota Bangil dapat menimbulkan alih Holmes, J. (2013). An Introductions to
kode dan campur kode. Alih kode adalah Sociolinguistics. New York: Routledge
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
Mulyana, D. (2016). Komunikasi Lintas
lain dalam satu peristiwa tutur. Alih kode
Budaya. Bandung: Remaja
terjadi untuk menyesuaikan diri dengan
Rosdakarya
peran tertentu atau dengan adanya tujuan
tertentu. Campur kode terjadi apabila Pranowo. (2015). Teori Belajar Bahasa.
seorang penutur menggunakan suatu bahasa Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
secara dominan mendukung suatu tuturan Sholihatin, A. (2008). Pemilihan Kode pada
dan didiipi dengan unsur bahasa lain.
Masyarakat Keturunan Arab di
Campur kode dapat terjadi tanpa adanya
sesuatu dalam situasi berbahasa yang Noyontaan, Kota Pekalongan: Kajian
menuntut adanya percampuran bahasa, Sosiolinguistik. Tesis tidak diterbikan.
tetapi dapat juga terjadi karena faktor Semarang: Universitas Diponegoro.
keakraban, kebiasaan, atau tidak adanya
pandanan yang tepat.

148 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian:


Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Refika Aditama: Bandung.
Sumarsono. (2012). Sosiolinguistik. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Sutarsih. (2016). Campur Kode dari Bahasa
ke dalam Bahasa Indonesia Tuturan
Masyarakat Keturunan Arab di
Kampung Pekojan Semarang. Jurnal
Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan
Widyaparwa, 44 (2): 163-171.
Verhaar, J. W. M. (2010). Asas-Asas
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wardhaugh, R. (2006). Sociolinguistics
Fifith Edition. UK: Blackwell
Publishing.
Wardhaugh, R. dan Fuller, J.M. (2015). An
Introductions to Sociolingusitics
Seventh Edition. West Sussex UK: John
Wiley & Sons, Inc.

Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 149

Anda mungkin juga menyukai