Egghyy
Egghyy
*Corresponding Author
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Sejarah Artikel: Bahasa dapat mengidentifikasi seseorang dari mana mereka berasal
Diterima: 30 September melalui tuturan yang mereka ujarkan. Melalui tindak tutur kita dapat
2020 mengetahui asal daerah seseorang. Tindak tutur merupakan gejala
Direvisi: 15 Oktober individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh
2020 kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam
Disetujui: 1 November hal ini, tuturan yang diujarkan oleh seseorang yang berasal dari keturunan
2020 etnik Arab berbeda dengan tuturan masyarakat kota Bangil pada
Tersedia Daring: 16 umumnya. Tuturan mereka dipengaruhi oleh aksen dan beberapa kata
November 2020 dalam bahasa Arab yang masih mereka gunakan atau dapat disebut
Kata Kunci: dengan peristiwa campur kode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Alih Kode tuturan yang digunakan oleh masyarakat etnik keturunan Arab di kota
Etnik Arab Bangil. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Campur Kode pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Masyarakat
Tuturan keturunan etnik Arab umumnya tergolong masyarakat dwibahasa. Mereka
menguasai bahasa pertama (B1) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2)
bahasa Arab. Ragam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana
maupun gaya bahasa yang terjadi ketika suatu peristiwa tutur
berlangsung. Pada penelitian ini, ragam bahasa yang digunakan ketika
terjadi peralihan kode dari BI ke BA adalah dua tuturan dalam ragam
resmi. Pada penelitian ini, peralihan kode BI ke BA dalam ragam resmi
terdapat dua tuturan, yaitu tuturan yang diberi nomor (1) dan (2). Kontak
yang intensif antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi yang memiliki
lingkungan dwibahasa seperti halnya di masyarakat Indonesia dan dalam
kasus ini adalah Kota Bangil dapat menimbulkan alih kode dan campur
kode. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tuturan
masyarakat etnik keturunan Arab sering melakukan alih kode dan campur
kode.
ABSTRACT
Keywords: Language can identify a person where they come from through the speech
Switched Code they speak. Through speech acts we can find out where someone is from.
Arab Ethnic Speech act is an individual symptom, psychological in nature, and its
Mixed Code continuity is determined by the speaker's language ability in dealing with
Speech certain situations. In this case, the speech uttered by someone who comes
from Arab ethnic descent is different from the speech of the people of
Bangil city in general. Their speech is influenced by accents and some
Arabic words that they still use or can be called code-mixed events. This
study aims to determine the utterances used by ethnic Arab descendants
in the city of Bangil. The approach used in this research is a qualitative
approach with ethnographic research methods. People of Arab ethnic
descent are generally bilingual. They master the first language (B1)
regional language and second language (B2) Arabic. The variety referred
to in this study is the atmosphere and language style that occurs when a
speech event takes place. In this study, the variety of languages used when
there was a code transition from BI to BA were two speeches in official
types. In this study, the transition from BI code to BA in the official mode
contained two utterances, namely speech numbered (1) and (2). Intensive
contact between two or more languages in a situation that has a bilingual
environment such as in Indonesian society and in this case Bangil City can
lead to code switching and code mixing. In this study, it can be concluded
that in the speeches of ethnic Arab descendants, they often do switched
code and mixed code.
© 2020, Wegig Prasasti
This is an open access article under CC-BY license
How to Cite:Prasasti, W. (2020). Tuturan Bahasa Indonesia Masyrakat Etnik Keturunan Arab
di Bangil. JURNAL SATWIKA, 4(2), 140-149. doi:
https://doi/org/10.22219/SATWIKA.Vol4.No2.140-149.
Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 141
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
142 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 143
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
144 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 145
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
penjual. Si pembeli atau penutur ingin tuturan dalam ragam resmi, tiga tuturan
menekankan kembali harga yang tertera dalam ragam usaha, dan tiga tuturan dalam
pada barang tersebut. Sapaan “Bib” ragam akrab. Peristiwa tutur yang terjadi
diujarkan bagi orang lelaki yang mencapai dalam ragam resmi pada penilitian ini,
usia di atas 30 tahun. terdapat sebuah tuturan. Berikut adalah
rinciannya.
3.2 Wujud Campur Kode Tuturan
Masyarakat Etnik Keturunan Arab (5) Ilaahinnaas, Tuhannya manusia.
Pembicaraan mengenai alih kode
biasanya diikuti dengan pembicaraan Peristiwa tutur (5) tersebut dituturkan oleh
mengenai campur kode. Kedua perstiwa seorang muballigh dari masyarakat etnik
yang lazim terjadi dalam masyarakat dwi keturunan Arab ketika sedang mengisi
bahasa ini memiliki kesamaan yang besar, ceramah dalam kutbah Jumat. Medium
sehingga seringkali sukar dibedakan. tuturan tersebut adalah medium lisan
Kesamaan antara alih kode dan campur kode panggung. Ragam yang dipakai dalam
adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, khutbah Jumat tersebut adalah ragam resmi.
atau dua varian dari sebuah bahasa dalam Ragam resmi seperti halnya peristiwa
satu masyarakat tutur. Sumarsono, tutur tersebut dapat dijumpai saat ada
(2012:202), menyatakan campur kode ini kegiatan keagamaan. Kegiatan tersebut
serupa dengan apa yang disebut interferensi dihadiri oleh masyarakat luas tidak hanya
dari satu bahasa ke bahasa lain. etnik keturunan Arab saja tetapi Jawa dan
Banyak ragam pendapat mengenai beda Madura. Maka dari itu, ujaran yang
keduanya. Jika dalam alih kode setiap digunakan dapat dipahami seluruh lapisan
bahasa atau ragam bahasa yang digunakan masyarakat bukan hanya etnik tertentu.
itu masih memiliki fungsi otonomi masing- Pada kelompok masyarakat luas,
masing dilakukan dengan sadar dan karena seorang penutur akan mengutamakan
sebab-sebab tertentu, sedangkan dalam penggunaan bahasa yang dipahami oleh
campur kode ada sebuah kode yang pendengar di sekitarnya. Meski akan terlihat
digunakan dan memiliki fungsi dan ‘berwibawa’ dengan menggunakan bahasa
keotonomiannya. Campur kode (code- asing dalam hal ini bahasa Arab, tetapi jika
mixing) terjadi apabila seorang penutur pendengar tidak ada yang memahami secara
menggunakan suatu bahasa secara dominan baik maka juga tidak akan menghasilkan
mendukung suatu tuturan disisipi dengan informasi yang tersampaikan atau tidak
unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya komunikatif.
berhubungan dengan karakteristk penutur, Penggunaan bahasa yang paling baik
seperti latar belakang sosial, tingkat adalah saat kedua penutur memahami
pendidikan, atau rasa keagamaan. Biasanya bahasa yang disampaikan satu sama lain.
ciri menonjolnya berupa kesantaian atau Meski adanya perbedaan dalam hal
situasi informal. Namun, bisa terjadi karena pemilihan kata atau dialek, tetapi jika
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam informasi disampaikan bisa tepat maka tidak
bahasa tersebut tidak ada padanannya, akan menjadi sebuah masalah. Seperti
sehingga ada keterpaksaan menggunakan halnya yang disampaikan oleh Wardhaugh
bahasa lain, walaupun hanya mendukung dan Fuller (2015:54), bahasa adalah milik
satu fungsi. individu dan milik sosial. Menyikapi dari
Ragam yang dimaksud dalam penelitian hal tersebut, peristiwa tutur antara individu
ini adalah suasana maupun gaya bahasa tertentu dan kelompok individu tertentu
yang terjadi ketika suatu peristiwa tutur akan berperilaku linguistik seperti individu
berlangsung. Pada penelitian ini, ragam lain. Mereka mungkin dikatakan berbicara
bahasa yang digunakan ketika terjadi dalam bahasa yang sama atau dialek yang
campur kode BA dalam BI adalah sebuah sama atau menggunakan kode yang sama.
146 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
Pada contoh berikutnya (6) mengenai Peristiwa tutur (7) tersebut terjadi dalam
tuturan akrab dua orang teman ketika ragam akrab antara kakak beradik
hendak memutuskan mereka akan pergi ke masyarakat keturunan Arab. Penutur (A)
mana. memberikan informasi kepada adiknya
bahwa adiknya (B) sedang dicari ayahnya
A : shobahulkher ya ukhty, pagi ni kita menggunakan kalimat “Bib, dicari Abah.”
jadi jalan ila suuq aw dukkaan? Hubungan kerabat sebagai kakak-adik
(pagi yang indah wahai saudaraku, pagi menciptakan suasana akrab yang terjadi
ini kita jadi jalan ke pasar atau ke toko? dalam peristiwa tutur tersebut. Kalimat
B : kholaas ila suuq faqot, aku mau beli tersebut terindikasi adanya campur kode
sayur buat ghodaa’ dengan adanya kata “Bib” yang menunjuk
(sudahlah ke pasar saja, aku mau beli kepada seseorang yang dihormati atau
sayur buat makan siang) sesama masyarakat keturunan Arab dan
kata abah (ayah). Fungsi utama percakapan
Peristiwa tutur (6) tersebut dituturkan oleh tersebut menggunakan kalimat BI, namun
dua orang wanita berusia sekitar tiga puluh- karena faktor penutur dan mitra tutur yang
an. Mereka berbincang mengenai ke mana sama-sama menguasai BA, mereka
tujuan mereka. Di sini mereka sesekali menyelipkan serpihan kata-kata BA.
menggunakan tuturan bahasa Indonesia (BI) Jika sebelumnya sapaan ‘Bib’
yang disisipkan di antara tuturan bahasa digunakan untuk menyapa seorang lelaki
Arab mereka (BA). Hal tersebut tidak paruh baya, maka kasus di sini adalah
menjadi masalah dikarenakan keduanya sapaan untuk keluarga adik lelaki lebih
merupakan sama-sama etnik keturunan Arab tepatnya. Kata ‘Bib’ sudah bergeser makna
dan memahami bahasa satu sama lain. menjadi generalisasi sebab secara umum
Perubahan wujud alih kode yang orang yang memenuhi criteria akan disapa
langsung dilakukan oleh penutur tentu dengan panggilan “Bib”. Tidak hanya
dengan memperhatikan situasi dan kondisi. masyarakat etnik keturunan Arab saja,
Kondisi lawan biacara adalah sesame etnik bahkan orang Jawa yang sudah berkawan
keturunan Arab maka tidak akan menjadi lama dengan masyarakat etnik keturunan
sulit jika langsung menngunakan bahas Arab pun akan disapa dengan “Bib”.
Arab. Pemahaman antara kedua penutur Percakapan dalam situasi akrab lebih
tersebut akan menghasilkan informasi yang banyak menggunakan bahasa Arab sebab
dapat diterima oleh keduanya. Holmes petutur dan penutur sudah saling memahami
(2008:235), menyatakan bahwa satu sama lain. Tidak perlu membuat pola
penggabungan informasi tentang cara orang- kalimat yang terlalu panjang dan lebar jika
orang dari kelompok sosial yang berbeda keduanya sudah memahami. Konteks
berbicara dengan informasi tentang cara keakraban dalam keluarga juga memicu pola
orang berbicara dalam konteks yang percakapan yang sangat sederhana, namun
berbeda, jelas fitur itu kelas sosial dan gaya dipahami oleh lawan bicara.
kontekstual berinteraksi. Dari peristiwa tutur tersebut masyarakat
Contoh berikutnya mengenai konteks etnik keturunan Arab cenderung melakukan
ada seorang masyarakat keturunan Arab campur kode saat melakukan percakapan
menyampaikan pesan kepada adiknya. dengan konteks akrab. Konteks akrab sendiri
memudahkan penutur etnik keturan Arab
A : Bib, dicari abah. untuk melakukan percakapan dengan lawan
(Dik, dicari ayah.) bicara. Tingginya penutur yang melakukan
B : Fein? campur kode antara bahasa Indonesia
(Di mana?) dengan bahasa Arab membuktikan bahwa
A : Baet. lingkungan juga memengaruhi gaya
(Di rumah)
Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 147
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
percakapan. Hal tersebut tampak pada grafik Dalam penelitian tersebut dapat
3.1 berikut. disimpulkan bahwa pada tuturan masyarakat
etnik keturunan Arab cukup sering
Grafik 3.1 Penggunaan Bahasa Etnik melakukan peristiwa alih kode dan campur
Keturunan Arab di Kota Bangil kode. Mereka melakukan hal tersebut dari
segi situasi dan kondisi. Dari contoh-contoh
5 yang telah dikemukakan, masyarakat etnik
4 keturunan Arab menggunakan peristiwa alih
Resmi kode dalam tuturan formal, yakni ketika
3
Akrab mereka mengisi sebuah ceramah ataupun
2 Column1 menjadi pengisi materi ketika ibadah hari
1 Jumat. Alih kode juga dapat terjadi dalam
0 situasi nonformal atau keakraban. Hal
Alih Campur
Kode Kode tersebut terjadi ketika kedua penutur dari
keturunan etnik yang sama, atau bisa juga
Berdasarkan grafik tersebut diketahui ketika keduanya sama-sama mengerti apa
bahwa kecenderungan masyarakat etnik yang sedang dituturkan pada saat itu. Dalam
keturunan Arab menggunakan campur kode peristiwa campur kode yang dilakukan
dalam situasi akrab dengan memperhatikan masyarakat etnik keturunan Arab
lawan bicara. Tingginya penggunaan campur dipertimbangkan dari segi situasi keakraban.
kode dalam ranah akrab tidak hanya Situasi hubungan yang sangat dekat
dilakukan sesama etnik keturunan Arab sehingga memungkinkan kedua penutur
tetapi juga dengan masyarakat Jawa. Hal untuk bertutut dengan campuran bahasa
tersebut terjadi karena kebiasaan yang telah Arab dan bahasa Indonesia.
melekat dalam diri mereka. masyarakat Jawa
juga ikut dipengaruhi penutur etnik 5. Daftar Pustaka
keturunan Arab dalam hal komunikasi. Chaer, A. dan Agustina, L. (2010).
Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
4. Kesimpulan Jakarta: Rineka Cipta.
Kontak yang intensif antara dua bahasa
atau lebih di dalam situasi yang memiliki Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan.
lingkungan dwi bahasa seperti halnya di Terjemahan Helly Prajitno. 2015.
masyarakat Indonesia dan dalam kasus ini Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
adalah Kota Bangil dapat menimbulkan alih Holmes, J. (2013). An Introductions to
kode dan campur kode. Alih kode adalah Sociolinguistics. New York: Routledge
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
Mulyana, D. (2016). Komunikasi Lintas
lain dalam satu peristiwa tutur. Alih kode
Budaya. Bandung: Remaja
terjadi untuk menyesuaikan diri dengan
Rosdakarya
peran tertentu atau dengan adanya tujuan
tertentu. Campur kode terjadi apabila Pranowo. (2015). Teori Belajar Bahasa.
seorang penutur menggunakan suatu bahasa Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
secara dominan mendukung suatu tuturan Sholihatin, A. (2008). Pemilihan Kode pada
dan didiipi dengan unsur bahasa lain.
Masyarakat Keturunan Arab di
Campur kode dapat terjadi tanpa adanya
sesuatu dalam situasi berbahasa yang Noyontaan, Kota Pekalongan: Kajian
menuntut adanya percampuran bahasa, Sosiolinguistik. Tesis tidak diterbikan.
tetapi dapat juga terjadi karena faktor Semarang: Universitas Diponegoro.
keakraban, kebiasaan, atau tidak adanya
pandanan yang tepat.
148 Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….)
Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, pp. 140-149
Wegig Panji Prasasti (Tuturan Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Etnik….) 149