Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Osteoarthritis
a. Definisi
Osteoarthritis adalah penyakit yang mengganggu homeostasis
pada metabolisme kartilago sehingga struktur proteoglikan pada
kartilago menjadi rusak, hal ini disebabkan karena beberapa faktor
misalnya usia, kinerja sendi yang berlebihan, obesitas, defek anatomik,
stress kimia atau mekanis, genetik serta humoral (Arismunandar, 2015).
Osteoarthritis merupakan kelainan kronis pada sendi karena tidak
seimbangnya proses sintesis dan degradasi pada sel-sel sendi, matriks
ekstraseluler, dan tulang subkondral yang terjadi pada usia tua
(Sjamsuhidajat et al., 2011).
Gambar 2.1.
Lutut Normal dan Lutut Osteoarthritis (Kuntono, 2011)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Etiologi
Osteoarthritis dibagi menjadi dua menurut etiopatogenesisnya,
yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis
primer lebih sering terjadi daripada osteoarthritis sekunder.
Osteoarthritis primer yang sering disebut osteoarthritis idiopatik yaitu
osteoarthritis yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak ada
kaitannya dengan penyakit sistemik ataupun inflamasi, sedangkan
osteoarthritis sekunder biasanya disebabkan oleh beberapa faktor
seperti pemakaian sendi yang berlebih dalam bekerja, olahraga berat,
adanya riwayat cedera sendi, penyakit sistemik, serta inflamasi (Davey,
2015).
c. Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang cukup menjadi
perhatian bagi warga negara Amerika. Prevalensi osteoarthritis di
Amerika lebih besar dari pada prevalensi di negara lain. The National
Arthritis Data Workgroup (NADW) pada tahun 2005 memperkirakan
orang yang menderita osteoarthritis di Amerika sekitar 27 juta orang
dan pada usia di atas 18 tahun. Pada tahun 2007 hingga 2009
prevalensinya bertambah menjadi sebanyak 50 juta jiwa yang
terdiagnosis osteoarthritis (Murphy and Helmick, 2012).
Di kawasan Asia, negara China dan India menjadi 2 negara
teratas epidemiologi osteoartrhitis yaitu mencapai angka 5.650 dan
8.145 jiwa terdiagnosis osteoarthritis (Fransen et al., 2011). Di
Indonesia berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013, ketika dilakukan wawancara kepada orang dengan usia
lebih dari 15 tahun ditemukan rata-rata prevalensi penyakit sendi
sebesar 24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi
prevalensi osteoarthritis tertinggi dengan persentase sebesar 33,1% dan
Riau merupakan provinsi dengan prevalensi osteoarthritis terendah
yang hanya 9%, (Riskesdas, 2013).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Faktor Risiko
Osteoarthritis adalah suatu penyakit kompleks yang memiliki 2
faktor risiko utama, yaitu faktor dasar umum yang meliputi usia, jenis
kelamin, obesitas, riwayat keluarga dan faktor lokal akibat beban
mekanis yang tidak normal pada persendian tertentu (Melnic, 2014)
Faktor risiko osteoarthritis antara lain :
1) Usia
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteoarthritis
menurut Heijink et al (2012), yaitu akibat penuaan dan adanya
perubahan pada sistem muskuloskeletal yang kemudian ditambah
adanya faktor instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Kwoh (2012),
meningkatnya prevalensi dan insidensi osteoathritis yang terjadi
pada lansia merupakan akibat perubahan biologi yang terjadi karena
penuaan.
2) Jenis Kelamin
Osteoarthritis lutut dan mayoritas sendi lebih sering terjadi
pada wanita, sedangkan osteoarthritis tangan lebih sering pada pria.
Osteoarthritis lutut pada wanita lebih parah diabndingkan pada pria,
terutama yang cukup signifikan adalah pada wanita postmenopause.
Hal ini dikarenakan efek dari penurunan esterogen yang
berpengaruh pada kartilago. Faktor anatomi juga cukup berpengaruh
yakni femur yang lebih sempit, patella lebih tipis, sudut quadriceps
lebih tinggi, dan perbedaan ukuran kondilus tibial (Hame and
Alexander, 2013).
3) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang seperti berdiri lama
lebih dari 2 jam pada setiap hari, berjalan cukup jauh sekitar 2 jam
setiap harinya, mengangkat beban berat (10 sampai 50 kilogram
setiap minggu selama 10 kali atau lebih), mendorong benda yang
beratnya sekitar 10 sampai 50 kilogram setiap minggu selama 10
kali atau lebih), serta melakukan aktivitas sehari-hari seperti naik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Patofisiologi
Pada awalnya osteoarthritis dihubungkan dengan kerusakan
pada rawan sendi. Namun penelitian – penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa osteoarthritis tidak hanya mencakup kartilago
sendi akan tetapi meliputi keseluruhan sendi yakni kartilago sendi,
tulang subkondral, membrane synovial, dan meniskus. Osteoarthritis
juga merupakan penyakit dengan etiologic multifactorial dan memiliki
mekanisme patologi yang kompleks (Man and Mologhianu, 2014).
1) Kartilago
Beberapa komponen yang membentuk kartilago yaitu terdiri
dari matriks ekstrasel, komposisi predominan kolagen tipe II dan
proteoglikan. Pada kondisi normal, matriks-matriks ekstrasel akan
mengalami remodelling yang dinamis sehingga terjadi
keseimbangan antara degradasi dan aktivasi sintesis enzim yang
menjaga volume kartilago tetap stabil. Pada kartilago yang
mengalami osteoarthritis, kondrosit tidak mampu mempertahankan
homeostasis antara degradasi matriks ekstrasel dan sintesis enzim
(Heijink et al., 2012).
Trauma maupun kenaikan aktivitas enzimatik yang
disebabkan oleh inflamasi mengakibatkan mikrofraktur sehingga
menimbulkan pembentukan partikel “wear” (Wang et al., 2014).
Partikel-partikel tersebut akan mempengaruhi kondrosit
mengeluarkan enzim degradatif yang akan merusak kolagen dan
proteoglikan. Kolagen dan proteoglikan yang rusak tersebut akan
difagosit oleh makrofag- makrofag lokal dan menghasilkan sitokin
pro-inflamasi (TNFα, IL-1, dan IL-6). Sitokin-sitokin pro-inflamasi
yang terbentuk akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada
kondrosit, sehingga kondrosit akan mengeluarkan MMP yang akan
mendegradasi semua komponen matriks ekstraseluler (Rose and
Kooyman, 2016). Selain itu, akan terjadi inhibisi dalam produksi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Meniskus
Meniskus berfungsi untuk transmisi beban, absorbsi
guncangan, stabilisasi, nutrisi, lubrikasi sendi, dan propiosepsi.
Selain itu, juga berfungsi untuk menurunkan stres kontak dan
meningkatkan luas area kontak pada lutut sehingga menjadi lebih
stabil (Fox et al., 2012).
Pada meniskus yang osteoarthritis, akan terjadi robek, fisura,
fragmentasi, maserasi, dan kerusakan total. Kerusakan kolagen tipe
1 terjadi secara berangsur-angsur pada permukaan, zona tengah,
dan zona dalam. Sedangkan kerusakan kolagen tipe 2 terjadi di
semua zona secara bersamaan (Sun et al., 2012).
f. Diagnosis
Gejala osteoarthritis pada umumnya terjadi ketika usia dewasa,
ditandai dengan gejala seperti kaku sendi di pagi hari atau setelah
istirahat. Terjadi pembengkakan sendi dan tulang serta terdapat
krepitasi ketika digerakkan, biasanya disertai adanya keterbatasan
gerak sendi. Lebih banyak kejadian tidak ditemukan peradangan atau
hanya terdapat peradangan yang ringan. Banyak sendi yang dapat
terjadi osteoarthritis, terutama sendi lutut, jari-jari kaki dan tangan,
tulang punggung dan panggul (Indonesian Rheumatology Association,
2014).
Diagnosis osteoarthritis dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan, yaitu:
1) Anamnesis
a) Nyeri yang berangsur-angsur (onset gradual).
b) Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi, bila disertai
inflamasi maka terdapat perabaan hangat, bengkak yang
minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit).
c) Tidak terdapat gejala sistemik.
d) Nyeri ketika beraktivitas.
e) Sendi yang sering terkena: sendi tangan: proksimal interfalang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
h) Deformitas.
i) Keterbatasan gerak sendi.
j) Nyeri tekan sendi dan periartikular.
k) Penonjolan tulang.
l) Pembengkakan jaringan lunak.
m) Instabilitas sendi.
3) Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain
a) Terdapat infeksi.
b) Terdapat fraktur.
c) Tanda keganasan.
d) Tanda rheumatoid arthritis.
e) Diagnosis banding yang menyerupai penyakit OA.
f) Inflammatory arthropaties.
g) Artritis Kristal.
h) Sindroma nyeri pada soft tissue.
i) Nyeri penjalaran dari organ lain (referred pain).
j) Penyakit lain dengan manifestasi artropati (penyakit
neurologi).
4) Pemeriksaan penunjang
a) Tidak ada pemeriksaan darah khusus pada diagnosis OA.
Pemeriksaan darah membantu berfungsi untuk menyingkirkan
diagnosis lain dan monitor terapi.
b) Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis.
5) Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang dapat
mempengaruhi pilihan
a) Menyingkirkan diagnosis banding.
b) Pada kasus dengan diagnosis yang meragukan, sebaiknya
dikonsulkan pada ahli reumatologi untuk menyingkirkan
diagnosis lain yang menyerupai OA. Umumnya dilakukan
artrosentesis diagnosis.
c) Tentukan derajat nyeri dan fungsi sendi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Klasifikasi Osteoarthritis
Osteoarthritis dapat dibagi berdasarkan beberapa klasifikasi sesuai
dengan kriteria masing-masing, antara lain :
a. Klasifikasi Kellgren-Lawrence
Derajat osteoartritis dapat ditentukan berdasarkan keadaan
radiologis pada sendi. Untuk mengklasifikasikan derajat osteoarthritis
terdapat beberapa skala yang digunakan. Skala klasifikasi yang paling
umum digunakan dalam penentuan derajat osteoarthritis sendi lutut
adalah sistem klasifikasi Kellgren-Lawrence. Sistem klasifikasi ini
menggolongkan osteoartritis sendi lutut menjadi derajat 0 sampai
dengan derajat 4, dengan derajat 0 menandakan tidak terdapat
osteoartritis dan derajat 4 menandakan terdapat osteoartritis derajat
berat (Jonathan et al., 2021).
Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan kellgren dan lawrence
yaitu :
i. Grade 0 : Normal, tidak ada tanda osteoarthritis.
ii. Grade 1 : Ragu-ragu, tidak terlihat adanya osteofit.
iii. Grade 2 : Ringan, terdapat osteofit dengan celah atau ruang
antar sendi masih normal.
iv. Grade 3 : Sedang, terdapat osteofit sedang dan ruang antar
sendi telah terjadi penyempitan.
v. Grade 4: Berat, osteofit besar, tidak terlihat celah sendi
dengan sklerosis tulang subkondral.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2.
Klasifikasi Grade Osteoarthritis Kellgren-Lawrence (Vashishtha and
Acharya, 2021)
5. Pembengkakan tulang
6. Tidak terdapat perubahan suhu pada sinovium sendi
terkena
7. LED kurang dari 40 mm/jam
8. RF kurang dari 1:40
9. Analisis pada cairan sinovium sesuai osteoarthritis
(Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%).
Catatan :
LED=Laju Endap Darah; RF= Rheumatoid Factor
(Indonesian Rheumatology Association, 2014)
3. Pekerjaan
a. Definisi
Pekerjaan diartikan sebagai tugas ataupun sebuah rutinitas yang
dilakukan oleh seseorang, di mana hal itu juga dilakukan untuk
mendapatkan nafkah serta menghidupi kehidupan baik itu diri sendiri
maupun keluarga. Macam-macam lapangan pekerjaan mayoritas
berhubungan dengan status social ekonomi pada masing-masing
individu, keluarga serta masyarakat (Notoatmojo, 2003).
Menurut Wiltshire (2016), sebuah pekerjaan didefinisikan
menjadi sebuah konsep dengan berbagai sinonim dan definisi antara
lain :
1) Pekerjaan lebih mengarah pada kepentingan suatu
aktivitas, sehingga memerlukan waktu dan tenaga yang
kemudian memperoleh imbalan yang sesuai.
2) Pekerjaan adalah suatu keterampilan dan kemampuan
tertentu.yang perlu untuk ditingkatkan seiring dengan
beban kerja ataupun tingkat kesulitan kerja.
3) Pekerjaan merupakan suatu cara selain hanya sekedar
mencari nafkah yang digunakan untuk mempertahankan
kedudukan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Pekerjaan
Diagnosis
Klinis Radiologi
Skor Kellgren-
Lawrence
- Nyeri
- Kaku Sendi
- Krepitasi
Derajat
Osteoarthritis
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
C. Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara tingkat riwayat pekerjaan dengan
peningkatan derajat osteoarthritis pada wanita usia di atas 65 tahun.