Anda di halaman 1dari 12

menggunakan simple random sampling.

Pengambilan data melalui


medik. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Hasil pe
yang bermakna antara usia (p=0,015; OR=3,286; 95%CI=1,332–8,
95%CI=1,912–11,875), status pekerjaan (p=0,001; OR=4,667;
(p=0,000; OR=129,000; 95%CI=15,848–1050,034) dengan keja
penelitian ini ada hubungan antara usia, jenis kelamin, status
pekerj iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan tahun 2016.

Kata kunci : usia, jenis kelamin, status pekerjaan, hipertensi, strok

ABSTRACT
Stroke is a disease caused by circulatory disorders of the brain tha
can not be changed such as age and sex or can be changed
dyslipidemia, and work. This study aims to determine the relatio
with the incidence of ischemic stroke in the Regional Public Hospit
The design of this study was observational analytic with a case-
ischemic stroke sufferers, while control samples were non-ischemi
sampling technique uses simple random sampling. Collecting dat
record data. The statistical test used was the chi-square test. The
between age (p = 0.015; OR = 3.286; 95% CI = 1,332–8,107), ge
1,912–11,875), employment status (p = 0.001; OR = 4,667; 95% C
0,000; OR = 129,000; 95% CI = 15,848–1050,034) with ischemic
is a relationship between age, sex, work status, and hypertension
Ngimbang Lamongan District Hospital in 2016.

Keywords: age, gender, job status, hypertension, ischemic stroke

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license


Received 27 December 2016, received in revised form 01 February 2017 Accepted
2017
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 49

PENDAHULUAN stroke semakin penting dan mendesak karena


Penyakit stroke merupakan salah satu penyakit jumlah kejadian stroke di Indonesia kini
yang menjadi masalah di dunia, hal ini mengalami kenaikan angka kejadiannya dan
digambarkan dengan adanya peringatan hari menjadi negara terbanyak di Asia. Kejadaian
stroke se dunia tanggal 29 Oktober. Organisasi stroke pada usia diatas 60 tahun menduduki urutan
stroke dunia telah mencacat hampir 85% orang kedua dan usia 15-59 tahun menduduki urutan
mempunyai risiko mengalami stroke, tetapi hal ini kelima (Yastroki, 2012).
bisa terhindar jika adanya kesadaran untuk Banyak faktor yang bisa mempengaruhi
mengatasi faktor risiko sejak dini. Badan kejadian stroke, diantaranya usia, jenis kelamin,
kesehatan dunia memprediksi bahwa penyebebab ketururnan, ras, hipertensi, hiperkolesterolemia,
kematian didunia yang disebabkan oleh stroke diabetes melitus, merokok, aterosklerosis,
akan meningkat seiring dengan meningkatnya penyakit jantung, obesitas, konsumsi alkohol,
kematian akibat penyakit jantung dan kanker stres, kondisi sosial ekonomi yang mendukung,
kurang lebih enam juta di tahun 2010 dan menjadi diet yang tidak baik. Faktor risiko terjadinya
delapan juta pada tahun 2030 (Nabyl, 2012). stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
Penyakit stroke dibagi menjadi dua macam bisa di modifikasi dengan faktor risiko yang tidak
yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. bisa di modifikasi. Faktor risiko yang tidak bisa di
Kejadian stroke iskemik sekitar 80-85% modifikasi tidak bisa di kontrol pengaruhnya
sedangkan untuk stroke hemoragik sekitar 20% terhadap kejadian stroke, faktor risiko tersebut
(Agustina, 2012). Stroke iskemik memiliki angka diantaranya faktor keturunan, ras, usia, dan jenis
kejadian sekitar 80%. Insiden penyakit stroke kelamin. Sedangkan faktor risiko yang bisa di
hemoragik antara 15%-30%, sedangkan untuk modifikasi seperti hipertensi, diabetes melitus,
kejadian stroke iskemik sekitar 70-85%. Di hiperkolesterolemia, stres, merokok, obesitas, dan
negara-negara berkembang seperti Asia kejadian gaya hidup yang kurang sehat (Nastiti, 2012).
stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Penyakit hipertensi merupakan faktor risiko
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan utama untuk terjadinya stroke, yang sering
bahwa kejadian stroke iskemik memiliki proporsi disebut sebagai the silent killer karena hipertensi
lebih besar jika dibandingkan dengan stroke meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 6
hemoragik (Nastiti, 2012). kali. Dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan
Negara Amerika diperkirakan pada setiap darah lebih dari 140/90 mmHg. Semakin tinggi
tahunnya kejadian stroke masih sekitar 500.000 tekanan darah pasien makan semakin tinggi pula
pasien stroke baru dan 150.000 pasien meninggal risiko untuk mengalami stroke. Kejadian
dengan stroke. Di negara maju insiden stroke hipertensi bisa merusak dinding pembuluh darah
hemoragik antara 15%-30% dan stroke non yang bisa dengan mudah akan menyebabkan
hemoragik antara 70%-85%, tetapi untuk negara- penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di
negara berkembang seperti Asia kejadian stroke otak (Junaidi, 2011).
hemoragik sekitar 30% dan stroke non hemoragik Berdasarkan data Departemen Kesehatan
70%. Stroke non hemoragik disebabkan oleh Republik Indonesia (Depkes RI) bahwa di
thrombosis otak (penebalan dinding arteri) 60%, Indonesia penyebab kematian untuk semua umur
emboli (sumbatan mendadak) 5%, dan lain-lain adalah stroke sebesar (15,4%), tuberkulosis
35% (Junaidi, 2011). (7,5%), dan hipertensi (6,8%). Kejadian stroke di
Di negara Asia khususnya Indonesia Indonesia setiap tahun selalu mengalami
diperkirakan 500 ribu orang mengalami stroke peningkatan, sekitar 28,5% pasien yang
untuk setiap tahunnya. Dari jumlah kejadian mengalami stroke di Indonesia meninggal dunia
tersebut, didapatkan sekitar 2,5% meninggal dunia (Kemenkes, RI, 2007). Kejadian stroke akan
dan sisanya mengalami cacat berat dan ringan. meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Stroke merupakan penyebab kecacatan yang serius Risiko stroke meningkat 2 kali lebih besar pada
dan menetap nomor satu di seluruh dunia. Di usia lebih dari 55 tahun, begitu juga angka
Indonesia masalah stroke semakin penting karena kematian yang disebabkan oleh stroke meningkat
angka kejadian stroke di Indonesia merupakan seiring dengan bertambahnya usia penderita.
terbanyak di negara Asia (Yastroki, 2013). Stroke paling banyak diderita pada usia lebih dari
Berdasarkan dari data Yayasan Stroke Indonesia 65 tahun dan jarang terjadi pada usia dibawah 40
(Yastroki), masalah tahun (Agustina, 2012).
5 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-

Prevalensi stroke meningkat seiring dengan ditimbulkan akibat stroke sehingga dapat menjadi
adanya pertambahan usia, kejadian tertinggi pada dasar dalam upaya pencegahan penyakit stroke.
usia ≥75 tahun (67%). Prevalensi stroke sering
dijumpai pada laki-laki daripada perempuan.
Prevalensi stroke cenderung lebih banyak dialami METODE
oleh masyarakat dengan pendidikan rendah Jenis penelitian yang digunakan adalah
(32,8%). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat penelitian analitik dengan menggunakan
yang tidak bekerja (Riskesdas, 2013). pendekatan observasional dengan menggunakan
Kejadian stroke lebih banyak dialami oleh laki- rancangbangun desain case control, dengan cara
laki dibandingkan dengan perempuan, bisa membandingkan kelompok kasus dan kelompok
dilakukan perbandingan sekitar 1,3:1, kecuali kontrol berdasarkan dengan status paparan
pada usia lanjut, laki-laki dan perempuan kejadian (Purnomo, W. 2013). Kelompok kasus adalah
stroke hampir tidak ada perbedaan. Laki-laki yang penderita stroke iskemik dan kelompok kontrol
berumur 45 tahun dan bisa bertahan hidup sampai adalah penderita non stroke iskemik (penyakit
usia 85 tahun kemungkinan bisa terkena stroke inflamasi, epilepsi, gangguan gerak dan gangguan
sekitar 25%, sedangkan untuk perempuan hanya saraf perifer).
20%. Pada laki-laki lebih cenderung terkena jenis Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
stroke non hemoragik (iskemik), sedangkan pada Daerah Ngimbang Lamongan. Lokasi penelitian
perempuan lebih cenderung terkena stroke jenis ini dipilih dengan aasan bahwa Rumah Sakit ini
hemoragik dan kematiannya 2 kali lebih tinggi merupakan Rumah Sakit negeri tipe D yang
dibandingkan dengan laki-laki (Junaidi, 2014). menjadi rujukan beberapa puskesmas yang berada
Status pekerjaan juga mempunyai hubungan disekitar wilayah Rumah Sakit. Populasi dalam
dengan status ekonomi, sedangkan berbagai jenis penelitian ini dibagi menjadi 2 populasi yaitu
penyakit yang timbul sering di dalam keluarga kelompok kasus pada pasien stroke iskemik dan
biasanya ada kaintannya dengan jenis pekerjaan kelompok kontrol pada pasien tidak stroke
yang bisa mempengaruhi pendapatan di dalam iskemik (penyakit inflamasi, epilepsi, gangguan
keluarga. Kejadian kematian yang disebabkan gerak dan gangguan saraf perifer) yang berada di
stroke sangat erat hubungannya dengan pekerjaan RSUD Ngimbang Lamongan tahun 2016.
dan pendapatan di dalam keluarga, pada umumnya Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
angka kematian stroke meningkat pada pasiean 2016 s/d awal bulan desember 2016.
yang mempunyai status sosial ekonomi rendah Sampel dalam pernelitian ini adalah sebagian
(Noor, 2008). pasien yang menderita penyakit stroke iskemik
Berdasarkan laporan tahunan rumah sakit tahun dan non stroke iskemik di RSUD Ngimbang
2012 (per 31 mei 2013), kasus penyakit terbanyak Lamongan. Besar sampel di ambil dengan
pasien dengan rawat inap di rumah sakit umum menggunakan rumus perhitungan Lemeshow.
pemerintah tipe D dengan penyakit Cerebro Berdasarkan Odds Ratio dari beberapa variabel
Vascular Accident (CVA) infark/ stroke (548 didapatkan Odds Ratio yang paling kecil yaitu
kasus), setelah angka tertinggi pertama yaitu diare variabel usia tua, setelah dilakukan perhitungan
sebanyak 563 kasus (Kemenkes, 2012). Menurut berdasarkan rumus sehingga didapatkan besar
data rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah sampel sebesar 44 responden untuk kelompok
Ngimbang Lamongan yang yang merupakan kasus dan 44 responden untuk kelompok kontrol.
termasuk rumah sakit negeri tipe D, jumlah pasien Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
rawat inap di ruangan neurologi, pasien rawat inap teknik simple random sampling, yaitu cara
dengan stroke menduduki angka tertinggi yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi
(38%), di ikuti dengan pasien hipertensi sebanyak denggan menggunakan acak tanpa memperhatikan
22% (RSUD Ngimbang, 2015). strata dalam anggota populasi tersebut (Riduwan,
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 2013).
pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
stroke iskemik pada pasien rawat inap di RSUD karakteristik dan hipertensi dan variabel terikat
Ngimbang Lamongan Tahun 2016. Manfaat dari adalah kejaidan stroke iskemik. data yang
penelitian ini supaya dapat membantu memberi digunakan merupakan jenis data sekunder dengan
informasi mengenai faktor risiko dan dampak menggunakan buku rekam medik yang ada di
ekonomi yang Rumah Sakit. Analisis data dilakukan secara
bertahap yaitu dengan menggunakan analisis
univariat, dan analisis
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 51

bivariat, dimana analisis univariat adalah analisis terjadi pada responden yang bekerja sebanyak 28
yang dilakukan untuk masing-masing variabel orang (63,6%).
atau disebut juga dari hasil analisis berdistribusi
tunggal (Notoatmojo, 2010). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Analisis univariat bertujuan untuk Responden Stroke Iskemik di RSUD
menggambarkan kejadian stroke iskemik dan non Ngimbang Lamongan Tahun 2016.
stroke iskemik berdasarkan variabel independen
Kejadian Stroke
karakteristik dan hipertensi, dan variabel dependen Karakteris- Iskemik Total
kejadian stroke iskemik dengan menggunakan tik Pasien Kasus Kontrol
tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat adalah n % n % n %
analisis yang digunakan untuk menganilisis Usia Responden
hubungan antara dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen. <55 Tahun 11 25,0 23 52,3 34 38,6
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat ≥55Tahun 33 75,0 21 47,7 54 61,4
hubungan antara variabel independent (hipertensi) Jenis Kelamin
dan variabel dependen (kejadian stroke) setelah
Pria 33 75,0 17 38,6 50 56,8
dikontrol oleh variabel penganggu (umur, jenis
kelamin dan pekerjaan). Analisis data yang Perempuan 11 25,0 27 61,4 38 43,2
dilakukan untuk melihat hubungan penelitian Pekerjaan
dengan menggunakan uji Chi-square (Yasril, Bekerja 12 27,3 28 63,6 40 51.1
2009). Tidak 32
Bekerja 72,7 16 36,4 38 48.9

HASIL
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
Distibusi responden terdiri dari kelompok hampir seluruh responden kelompok kasus
kasus dan kelompok kontrol. Jumlah sampel total memiliki riwayat hipertensi sebanyak 43 orang
88 responden yang terdiri dari 44 responden (97,7%), dan untuk kelompok kontrol sebagian
kelompok kasus (stroke iskemik) dan 44 besar responden tidak memiliki riwayat hipertensi
responden kelompok kontrol (non stroke iskemik) sebanyak 33 orang (75%).
yang berdasarkan pada variabel independen
(karakteristik dan hipertensi) dan variabel Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
dependen (kejadian stroke iskemik). Responden Menurut Hipertensi di RSUD
Ngimbang Lamongan Tahun 2016.
Analisis Univariat
Tot-
Tabel 1 menunjukkan distribusi pasien rumah Hipertensi Kasus Kontrol
al
sakit (pasien rawat inap) di RSUD Ngimbang
n % n % n %
Lamongan yaitu 88 orang yang terdiri dari 44
pasien stroke iskemik dan 44 bukan stroke Hipertensi 43 97,7 11 25 54 61,4
iskemik. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
bahwa pada
kelompok kasus paling banyak terjadi antara usia Tidak 1 2,3 33 75 34 38,6
≥55 tahun sebanyak 33 orang (75,0%), dan pada Hipertensi
kelompok kontrol paling banyak terjadi pada usia Jumlah 44 100 44 100 88 100
<55 tahun sebanyak 23 orang (52,3%). Tetapi
secara keseluruhan dari kelompok kasus dan
kontrol paling banyak terjadi pada usia ≥ 55 tahun Analisis Bivariat
sebanyak 54 orang (61,4).
Pada variabel jenis kelamin, kelompok kasus Analisis ini bertujuan untuk melihat besar
paling banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 33 risiko variabel independen dan variabel dependen.
orang (75,0%), sedangkan pada kelompok kontrol Pada analisis ini diperoleh OR yang bertujuan
paling banyak pada perempuan sebanyak 27 tahun untuk melihat besaran risiko faktor independen
(61,4%). Pada kelompok kasus sebagian besar yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan dan hipertensi
adalah tidak bekerja sebanyak 32 orang (72,7%), terhadap kejadian stroke iskemik di RSUD
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar Ngimbang Lamongan tahun 2016.
5 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-

Tabel 3. Hubungan antara Karakteristik dengan Kejadian Stroke Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan
Tahun 2016.

Kejadian Stroke
Variabel Total p
Iskemik Kasus Kontrol OR CI 95%
value
n % n % n %
Usia
<55 tahun 11 25,0 23 52,3 34 38,6 0,015 3,286 1,332-8,107
33 75,0 21 47,7 54 61,4
≥55 tahun

Jumlah 44 100 44 100 88 100


Jenis Kelamin
Laki-laki 33 75,0 17 38,6 50 56,8 0,001 4,765 1,912-11,875
Perempuan 11 25,0 27 61,4 38 43,2
Jumlah 44 100 44 100 88 100
Status Pekerjaan
Bekerja 12 27,3 28 63,6 45 51,1 0,001 4,667 1,890-11,526
Tidak Bekerja 32 72,7 16 36,4 36 48,9
Jumlah 44 100 44 100 88 100

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa 3,286 kali lebih berisiko mengalami stroke iskemik
dari 88 responden yang berusia <55 tahun yang dibandingkan dengan responden dengan usia < 55
mengalami stroke iskemik sebesar 25,0% dan yang tahun.
tidak mengalami stroke iskemik sebesar 52,3%. Dari 88 responden yang berjenis kelamin laki-
Responden yang memiliki usia ≥55 tahun dan laki dan mengalami stroke iskemik sebesar 75,0%
mengalami stroke iskemik sebesar 75,0% dan yang dan yang tidak mengalami stroke iskemik sebesar
tidak mengalami stroke iskemik sebesar 47,7%. 38,6%. Responden perempuan yang mengalami
Perbandingan persentase kejadian stroke lebih stroke iskemik sebesar 25,0% dan yang tidak
banyak pada kelompok usia ≥55 tahun. Analisis mengalami stroke iskemik sebesar 61,4%. Analisis
statistik yang dilakukan dengan menggunakan statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji
uji Chi square didapatkan p = 0,015 (p < 0,050) Chi square didapatkan p= 0,001 (p<0,050) artinya
artinya bahwa ada hubungan antara usia dengan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian stroke iskemik. Berdasarkan perhitungan kejadian stroke iskemik.
diperoleh nilai OR sebesar 3,286 (95% CI 1,332 Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh
– 8,107) artinya responden dengan usia ≥ 55 tahun nilai OR sebesar 4,765 (95% CI 1,912-11,875)

Tabel 4. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Stroke Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan Tahun
2016.

Kejadian Stroke
Hipertensi Total p
Iskemik KausKontrol OR CI 95%
value
n % n % n %
Hipertensi 43 97,7 11 25,0 54 61,4
Tidak 0,000 129,000 15,848-1050,034
1 2,3 33 75,0 34 38,6
Hipertensi
Jumlah 44 100 44 100 88 100
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 53

artinya responden laki-laki 4,765 kali lebih Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
berisiko mengalami stroke iskemik dibandingkan stroke iskemik lebih banyak pada usia ≥ 55 tahun.
dengan responden perempuan. Dari 88 responden Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
yang bekerja dan mengalami stroke iskemik Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Jayanti
sebesar 27,3% dan yang tidak mengalami stroke (2015) bahwa proporsi pasien yang mengalami
iskemik sebesar 63,6%. Responden yang tidak stroke pada kategori usi ≥ 40 tahun lebig besar
bekerja dan mengalami stroke iskemik sebesar dibandingkan dengan pasien dengan kategori usia
72,7% dan yang tidak mengalami stroke iskemik < 40 tahun. Hasil penelitian diatas menunjukkan
sebesar 36,4%. bahwa semakin bertambahnya usia akan
Hasil analisis statistik yang dilakukan dengan meningkatkan risiko terkena stroke (Jayanti, 2015).
menggunakan uji Chi square didapatkan nilai p Penyakit stroke tidak hanya terjadi pada usia
= 0,001 (p < 0,050) artinya bahwa ada hubungan lansia saja, tetapi sekarang juga terjadi pada usia
antara status pekerjaan dengan kejadian stroke produktif dibawah 45 tahun, bahkan ada penderita
iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan tahun stroke yang berusia dibawah 30 tahun (Junaidi,
2016. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai OR 2014). Oleh karena itu, penyakit stroke yang
= 4,667 (95% CI ; 1,890-11,526) artinya responden dahulu diderita pada usia lansia sekarang juga
yang tidak bekerja 4,667 lebih besar mengalami diderita pada usia produktif, hal ini disebabkan
stroke iskemik dibandingkan dengan responden karena gaya hidup masyarakat jaman sekarang
yang bekerja. yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, makan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari makanan yang tidak sehat, dan kurang aktivitas.
88 responden yang memiliki riwayat hipertensi Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD
dan mengalami stroke iskemik sebesar 97,7% Ngimbang Lamongan tahun 2016 bahwa penyakit
dan yang tidak mengalami stroke iskemik sebesar stroke iskemik juga diderita pasien usia < 55 tahun
25,0%. Responden yang tidak mempunyai riwayat sebanyak 11 orang (25%). Hasil penelitian ini
hipertensi dan mengalami stroke iskemik hanya didukung pernyataan Suiroka (2012) bahwa stroke
2,3% dan yang tidak mengalami stroke iskemik bisa dialami oleh berbagai kelompok usia.
sebesar 75,0%. Perbandingan persentase kejadian
stroke iskemik lebih banyak terjadi pada pasien Gambaran Jenis Kelamin Pasien Stroke
dengan riwayat hipertensi, hampir seluruh pasien Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan Tahun
stroke iskemik memiliki riwayat hipertensi. 2016
Analisis statistik yang dilakukan dengan
menggunakan uji Chi square didapatkan p = Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar
0,000 (p < 0,05) artinya bahwa ada hubungan untuk terkena stroke dibandingkan dengan wanita
antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik. pada usia dewasa awal, dengan perbandingan 2:1.
Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh nilai Walaupun pria lebih rawan daripada laki-laki lebih
OR sebesar 129,000 (95% CI ; 15,848 - 1050,034) rawan daripada wanita pada usia muda, tetapi
sehingga responden yang riwayat hipertensi kejadian stroke pada wanita akan meningkat
129,000 kali lebih berisiko mengalami stroke setelah usia mencapai menopause (Burhanuddin,
iskemik dibandingkan dengan responden yang 2012). Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
tidak mempunyai riwayat. kelompok kasus paling banyak pada laki-laki
sebanyak 75%, dan pada kelompok kontrol
sebanyak (38,6%). Sedangkan pada kelompok
PEMBAHASAN kontrol paling banyak terjadi pada perempuan
sebanyak (61,4%) dan pada kelompok kasus
Gambaran Usia Pasien Stroke Iskemik di sebanyak (25%).
RSUD Ngimbang Lamongan Tahun 2016 Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan
Usia merupakan salah satu karakteristik yang Bushnell (2009) bahwa kejadian stroke banyak
cukup penting dalam penelitian karena cukup dialami oleh laki-laki, laki-laki memiliki hormon
banyak yang ditemukan dengan variasi frekuensi testoteron yang bisa meningkatkan kadar LDL
yang disebabkan oleh usia (Noor, 2008). Kejadian darah, apabila kadar LDL tinggi akan
stroke akan meningkat seiring dengan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, jika
bertambahnya usia, terutama pada waktu kolesterol dalam darah meningkat akan
memasuki usia ≥ 55 tahun (Suiroka, 2012). meningkatkan risiko penyakit degeneratif karena
kolesterol darah tinggi merupakan salah satu faktor
risiko penyebab penyakit degeneratif (Watila, dkk.,
2010).
5 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-

Penelitian lain menunjukkan bahwa pasien tersebut mendukung penelitian yang sudah
stroke lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Dari dilakukan oleh Jayanti (2015) bahwa proporsi
102 pasien laki-laki 87% menderita stroke iskemik penderita stroke yang mengalami hipertensi
(Burhanuddin, 2012). Selain terjadi pada laki-laki, sebanyak (88,3%) lebih besar jika dibandingkan
stroke juga menyerang pada perempuan walaupun dengan penderita tidak hipertensi.
laki-laki berisiko tiga kali lipat daripada Hasil penelitian ini juga didukung oleh Nastiti
perempuan (Burhanuddin, 2012). Laki-laki lebih (2012) bahwa faktor risiko utama penyakit stroke
rawan terkena stroke karena pada perempuan adalah tekanan darah tinggi, baik tekanan sistolik
memiliki hormon esterogen yang mampu maupun diastolik. Hipertensi akan memicu
mempertahankan kekebalan tubuh perempuan untuk timbulnya plak di pembuluh darah besar
sampai usia menopause sebagai pelindung dalam (aterosklerosis). Dampak yang ditimbulkan oleh
proses aterosklerosis (Bushnell, 2009). dengan adanya plak di dalam pembuluh darah
akan menyebabkan penyempitan lumen/diameter
Gambaran Pekerjaan Pasien Stroke Iskemik di
pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan
RSUD Ngimbang Lamongan Tahun 2016
mudah menyebabkan pembuluh darah menjadi
Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan mudah pecah dan lepas. Sehingga, jika plak
oleh manusia dengan tujuan tertentu. Pekerjaan terlepas akan menyebabkan peningkatan risiko
lebih banyak dilihat dari kemungkinan paparan tersumbatnya pembuluh darah otak. Jika proses ini
serta risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan terjadi, maka akan menyebabkan timbulnya
dan sosial ekonomi karyawan. Angka kematian penyakit stroke Jayanti (2015) hasil analisis ini
pada penderita stroke sangat erat hubungannya menunjukkan bahwa individu yang hipertensi
dengan pekerjaan dan pendapatan kepala keluarga, mempunyai proporsi lebih besar mengalami stroke
dan telah diketahui bahwa angka kematian stroke dibandingkan dengan individu yang tidak
lebih banyak terjadi pada status ekonomi rendah mengalami stroke.
(Noor, 2008). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dilakukan oleh Jayanti (2015) bahwa proporsi
faktor pekerjaan pada penelitian ini menunjukkan responden hipertensi yang mengalami stroke
bahwa kejadian stroke iskemik paling banyak lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak
terjadi pada pasien tidak bekerja. Hal ini mengalami stroke. Faktor dominan terhadap
mendukung pernyataan dari Hartono (2007) bahwa kejadian stroke adalah hipertensi. Ada hubungan
stroke terjadi pada pasien tidak bekerja karena antara hipertensi dengan kejadian stroke adalah
adanya kecenderungan hidup lebih santai, pola hipertensi (Kristiyawati dkk, 2009). Menurut
makan tidak teratur, malas berolahraga, dan tingkat penelitian yang telah dilakukan oleh Jayanti (2015)
stres yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menunjukkan bahwa hipertensi mempunyai
orang yang bekerja. Seperti di dalam penelitian hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke.
yang pernah dilakukan oleh Hartono (2007) pasien Responden dengan status hipertensi berisiko lebih
yang tidak mempunyai pekerjaan maka akan besar terkena stroke dibandingkan dengan
mengalami stres karena memikirkan tentang responden yang tidak bersatatus hipertensi.
bagaimana cara mencari kerja dan mendapatkan
pekerjaan. Hubungan Usia dengan Kejadian Stroke
Sesuai dengan pernyataan Hartono (2007) iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan Tahun
bahwa pemicu terjadinya stroke salah satunya 2016
adalah stress, karena jika seseorang mengalami Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil
stres akan mempengaruhi kinerja kelenjar adrenal uji statistik didapatkan nilai p = 0,024 < 0,05 atau
dan tiroid yang akan memproduksi hormon yang berarti H0 diterima yaitu ada hubungan antara
adrenalin, tiroksin dan kortisol sebagai hormon usia dengan kejadian stroke iskemik di RSUD
utama stres. Ngimbang Lamongan tahun 2016. Responden
dengan usia lebih tua mempunyai risiko lebih besar
Gambaran Hipertensi Pasien Stroke Iskemik di
jika dibandingkan dengan usia muda. Responden
RSUD Ngimbang Lamongan Tahun 2016
dengan usia ≥ 55 tahun mempunyai risiko 3,960
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kali lebih besar terkena stroke iskemik
dilakukan menunjukkan bahwa stroke iskemik dibandingkan dengan responden dengan usia <55
paling banyak terjadi pada pasien hipertensi tahun dengan nilai CI 95%(1,150-13,636). Hasil
(97,7%) lebih besar dibandingkan dengan pasien penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Zhang
tidak hipertensi. Hasil et al.,. (2011)
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 55

bahwa pertambahan usia mempengaruhi kejadian penyumbatan pada pembuluh darah yang sudah
stroke iskemik dengan OR 2,122 (95% CI 1,335- rapuh (aneurisma), pembuluh darah yang rapuh
3,374). disebabkan karena faktor usia (degeneratif).
Pada dasarnya stroke iskemik dapat terjadi Kerapuhan pembuluh darah sering terjadi karena
pada semua usia, bahkan pada usia muda sekalipun mengerasnya dinding pembuluh darah akibat
(Nastiti, 2012). Akan tetapi pola penyakit stroke tertimbunnya plak dalam pembuluh darah, akan
sering terjadi pada lansia yang sering dijumpai di lebih parah jika disertai dengan gejala tekanan
temui banyak wilayah. Hal ini disebabkan oleh darah tinggi (Feigin, 2007).
stroke yang merupakan penyakit yang disebabkan Kejadian stroke sekarang sudah mulai
oleh gangguan aliran darah. Pembuluh darah pada mengalami pergeseran penyakit. Penyakit tidak
lansia cenderung mengalami perubahan secara hanya menyerang kelompok usia ≥50 tahun,
degeneratif. Di tahun 2006, Heart dan Stroke melainkan juga terjadi pada kelompok produktif
Foundation menemukan bahwa 1 dari 5 orang <45 tahun yang seharusnya menjadi tulang
yang berumur 50-64 tahun memiliki 2 atau lebih punggung keluarga. Bahkan dalam beberapa kasus
faktor risiko untuk terserang stroke dan penyakit kejadian stroke masih berusia < 30 tahun (Junaidi,
jantung (Nastiti, 2012). 2011).
Peningkatan kejadian stroke seiring dengan Insiden stroke iskemik meningkat sesuai
peningkatan usia berhubungan dengan proses dengan bertambahnya usia. Banyaknya pasien
penuaan yang disebabkan karena semua organ stroke yang berusia tua dikarenakan pada usia ≥55
tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk timbunan plak didalam pembuluh darah
pembuluh darah yang berada di otak. Perubahan (aterosklerosis) semakin bertambah dan kapan saja
struktur pembuluh darah menjadi tidak elastis plak bisa terlepas dan terjadi emboli yang dapat
terutama bagian endotel yang mengalami menyumbat pembuluh darah menuju otak yang
penebalan bagian intima, sehingga akan dapat menyebabkan stroke iskemik (Nastiti, 2012).
mengakibatkan penebalan dibagian intima
sehingga akan menyebabkan lumen pembuluh Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian
darah menjadi sempit yang berdampak pada Stroke Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan
gangguan pada aliran darah ke otak (Kristiyawati Tahun 2016
dkk, 2009).
Umur merupakan salah satu faktor risiko Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
yang tidak dapat diubah. Kejadian stroke iskemik kelompok stroke iskemik paling banyak pada laki-
meningkat dengan bertambahnya usia. Namun, laki yaitu sebanyak 75%, dan yang terjadi pada
sekarang ada kecenderungan juga diderita diderita perempuan sebanyak 75%. Sedangkan pada
oleh kelompok umur usia muda (<40 tahun). Hal kelompok non stroke iskemik paling banyak pada
ini disebabkan karena perubahan gaya hidup perempuan yaitu sebanyak 59,1% dan yang terjadi
terutama pada orang usia muda yang tinggal pada laki-laki sebanyak 41,9%. Berdasarkan hasil
diperkotaan seperti mengkonsumsi makanan siap uji statistik menunjukkan P = 0,001<0,05 atau
saji yang mengandung lemak tinggi, rendah serat, yang berarti H0 diterima yaitu ada hubungan antara
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, jenis kelamin dengan kejadian stroke iskemik di
kerja berlebihan, kurang olahraga dan stres RSUD Ngimbang Lamongan tahun 2016.
(Junaidi, 2011). Responden laki- laki mempunyai risiko 4,765 kali
lebih besar terkena stroke iskemik dibandingkan
Pada dasarnya kejadian stroke bisa terjadi pada
dengan responden perempuan dengan CI 95%
usia berapa saja bahkan pada usia muda sekalipun,
(1,912-11,875).
akan tetapi pola penyakit stroke memang lebih
cenderung pada golongan umur lebih tua.Stroke Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nastiti
iskemik merupakan penyakit yang disebabkan (2012) didapatkan bahwa sebagian besar pasien
karena gangguan aliran pembuluh darah. Pembuluh stroke berjenis kelamin laki-laki, dari 152 pasien
darah pada lansia umumnya cenderung mengalami stroke rawat inap di RSKM, sebanyak 102 pasien
perubahan secara degeneratif. berjenis kelamin laki-laki. Proporsi laki-laki
Cepat atau lambatnya proses terjadinya menderita stroke iskemik sebanyak 89 pasien
aterosklerosis di dalam pembuluh darah (87%). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Pada lansia dilakukan oleh Zang et al.,. (2011) bahwa jenis
terjadinya proses pecah pembuluh darah kelamin berpengaruh terhadap kejadian stroke
dikarenakan adanya iskemik dengan OR pada laki-laki sebesar 1,593
(1,006-2,523). Laki-laki lebih cenderung terkena
5 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-

stroke iskemik dibandingkan dengan perempuan sampai usia menopause sebagai pelindung dalam
1,3 proses aterosklerosis (Bushnell, 2009).
:1, kecuali pada laki-laki usia lanjut dan Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh
perempuan angka kejadiannya hampir tidak Nastiti (2012) bahwa kejadian stroke lebih banyak
berbeda (Junaidi, 2011). Laki-laki cenderung dialami oleh laki-laki daripada perempuan.
terkena stroke iskemik sedangkan perempuan lebih Perempuan lebih terlindung dari penyakit jantung
sering menderita perdarahan subarachnoid dan dan stroke sampai umur <50 tahun atau
kematiannya 2 kali lebih tinggi dibandingkan pertengahan usianya karena adanya hormon
dengan laki-laki (Junaidi, 2011). esterogen yang dimilikinya. Akan tetapi, pada saat
Perbedaan fisiologis antara laki-laki dan perempuan berusia ≥ 50 tahun atau setelah
perempuan yang bersifat hormonal mempengaruhi menopause memiliki risiko yang sama dengan laki-
ciri-ciri biologis seperti kesuburan. Meskipun laki untuk terkena stroke dan jantung. Berdasarkan
secara fisik laki-laki lebih kuat dibandingkan dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan
dengan perempuan, tapi perempuan sejak lahir bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke
memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan iskemik dibandingkan dengan perempuan terkena
dengan laki- laki, dari daya tahan rasa sakit stroke hemoragik.
ataupun dari penyakit. Menurut studi kasus yang
sering dilakukan, bahwa laki-laki lebih berisiko Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Stroke
terkena stroke 3 kali lipat jika dibandingkan Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan
dengan perempuan. Laki-laki lebih cenderung Tahun 2016
terkena stroke non hemoragik sedangkan
perempuan cenderung terkena stroke hermoragik BerdasarkanTabel 4 menunjukkan bahwa
(Nabyl, 2012). terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
Kejadian stroke lebih banyak terjadi pada laki- kejadian stroke iskemik di RSUD Ngimbang
laki karena menurut Bushnell (2009) pada laki-laki Lamongan tahun 2016. Berdasarkan hasl uji
memiliki hormone testoteron yang bisa statistik didapatkan nilai p = 0,001<0,05 atau yang
meningkatkan kadar LDL darah, sedangkan jika berarti H0 diterima yaitu ada hubungan antara
LDL tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol pekerjaan dengan kejadian stroke iskemik di
dalam darah yang merupakan salah satu faktor RSUD Ngimbang Lamongan tahun 2016.
risiko penyebab terjadinnya penyakit degeneratif Responden yang tidak bekerja mempunyai risiko
seperti stroke. Selain itu, pada laki-laki cenderung 4,667 kali lebih besar terkena stroke iskemik
memiliki gaya hidup yang kurang sehat seperti dibandingkan dengan responden yang bekerja
merokok dan mengkonsumsi alkohol, sehingga dengan CI 95 % (1,890-11,526).
akan meningkatkan risiko dan lebih rentan terkena Status tidak bekerja menjadi penyebab
stroke. Karena rokok dapat memicu kadar terjadinya stroke karena pasien yang tidak
fibrinogen yang bisa memicu terjadinya proses memiliki pekerjaan akan menyebabkan pasien
aterosklerosis (Watila dkk, 2010). menjadi stres karena memikirkan bagaimana cara
Penelitian lain yang dilakukan oleh untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut Hartono
Burhanuddin (2012) bahwa proporsi kejadian (2007) bahwa pemicu stroke adalah stres yang
stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki terlampau besar. Apabila tekanan stres terlampau
dibandingkan pada perempuan. Kejadian stroke besar dapat menyebabkan daya tahan tubuh
lebih besar terjadi pada laki-laki karena pada menjadi menurun, maka akan menimbulkan gejala-
perempuan cenderung mengalami stroke setelah gejala seperti sakit kepala, mudah marah, lebih
pasca menopause. Sesuai dengan teori bahwa sensitif, susah tidur yang akan merangsang kelenjar
sebelum perempuan menopause, perempuan anak ginjal (corfex) untuk melepaskan hormon
dilindungi oleh hormon esterogen yang adrenalin dan akan memacu denyut jantung lebih
meningkatkan HDL yang berperan untuk cepat sehingga tekanan darah menjadi naik dan
pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Selain aliran darah ke otak dan otot perifer menjadi
terjadi pada laki-laki, stroke juga menyerang meningkat.
perempuan. Walaupun pada laki-laki memiliki Penyebab stres dapat digolongkan menjadi
risiko tiga kali daripada perempuan (Burhanuddin, beberapa kelompok, yang pertama pada orang
2012). Laki-laki lebih rawan terkena stroke karena yang bekerja tetap karena sering mengalami stres
pada perempuan memiliki hormon esterogen yang karena kerja otak yang terlalu lama sehingga
mampu mempertahankan kekebalan tubuh dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
perempuan menyebabkan stroke, yang kedua pada orang yang
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 57

tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bekerja nilai p = 0,000 < 0,05 atau berarti H0 diterima.
karena mengalami masalah keuangan yang hampir Responden yang mempunyai riwayat hipertensi
semua kalangan merasakan keuangan. Jika tidak mempunyai risiko 129,000 lebih besar mengalami
bekerja semakin stres karena memikirkan cara stroke iskemik dibandingkan dengan responden
mendapatkan uang untuk kebutuhan keluarga, yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dengan
begitu juga yang tidak memiliki pekerjaan tetap nilai CI 95% (15,848-1050,034).
stres memikirkan bagaimana cara mengmbangkan Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin
usahanya, oleh karena itu status pekerjaan pemicu berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil
terjadinya stroke (Hartono, 2007). penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa
Risiko terjadinya stroke pada orang tidak hipertensi dijumpai pada 50-70% pada pasien
bekerja karena adanya kecenderungan hidup yang stroke. Seseorang yang memiliki hipertensi
santai, pola makan yang tidak teratur, malas berisiko 3-4 kali mengalami stroke dibandingkan
berolahraga, dan tingkat stres yang lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki hipertensi.
dibandingkan dengan orang yang mempunyai Hipertensi berhubungan dengan stroke karena
pekerjaan. Faktor inilah yang menyebabkan adanya perubahan struktur pembuluh darah arteri
kurangnya kemampuan metabolisme tubuh dalam yang menyempit sehingga pembuluh darah ke otak
pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi. berkurang sehingga terjadi proses penyumbatan di
Sehingga ini dapat meningkatkan risiko otak.
menumpuknya kadar lemak dan kolesterol dalam Plak aterosklerosis yang terdapat didalam
darah yang akan menyebabkan terbentuknya pembuluh darah akan menyebabkan thrombus yang
aterosklerosis dalam pembuluh darah yanga akan akan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
akan menyumbat aliran darah yang akan akan otak atau bahkan bisa sampai menghambat aliran
menyebabkan munculnya stroke (Hartono, 2007). darah ke otak, hal ini terjadi sesuai dengan
Stres menyumbang 20% penyebab terjadinya diameter pembuluh darah. Trombus yang tidak
stroke, selain itu stres juga dapat meningkatkan stabil akan terlepas dan menjadi emboli yang akan
kadar kolesterol dalam darah yang nantinya dapat menyumbat aliran didalam pembulu darah sesuai
membuat pembuluh darah tersumbat sehingga dengan tempat dimana emboli tersebut tersangkut
berisiko terkena stroke. Stres memang kondisi (Agustina, 2009).
yang memang sulit utuk dihindari dalam kehidupan Riwayat hipertensi merupakan salah satu faktor
sehari-hari sehingga membutuhkan pengelolaan risiko kejadian stroke pada usia dewasa awal
stres dengan baik. Jika mampu dalam mengelola dengan risiko 16,22 kali lebih besar mengalami
stres dengan baik dapat menurunkan risiko stroke dibandingkan dengan pasien yang tidak
mengalami stroke hingga 25 %. mempunyai riwayat hipertensi. Hipertensi
Stres menyebabkan peningkatan hormon- merupakan penyebab utama dari komplikasi
hormon didalam tubuh seperti kortisol, beberapa penyakit kardiovaskuler (Burhanuddin,
katekolamin, epinefrin, dan adrenalin membuat 2012).
tubuh waspada. Jika dikeluarkannya hormon
adrenalin atau hormon kewaspadaan lainnya
meningkat secara berlebihan akan berdampak pada SIMPULAN DAN SARAN
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung
yang akan merusak dinding pembuluh darah dan Simpulan
menyebabkan terjadinya plak didalama pembuluh Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
darah yang akan memicu terjadinya aterosklerosis adalah sebagian besar responden mempunyai
sehingga berisiko terjadinya stroke (Suiroka, riwayat hipertensi, sebagian besar responden
2012). berusia ≥ 55 tahun, sebagian responden berjenis
kelamin laki-laki, sebagian responden mempunyai
Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke status tidak bekerja. Berdasarkan analisis statistik
Iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan didapatkan nilai p < α, sehingga dapat diartikan
Tahun 2016 bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa stroke iskemik, ada hubungan antara jenis kelamin
responden dengan riwayat hipertensi mempunyai dengan kejadian stroke iskemik, ada hubungan
hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke pekerjaan dengan kejadian stroke iskemik, dan ada
iskemik, beradasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke
iskemik. Berdasarkan perhitungan statistik antara
5 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-

usia dengan kejadian stroke iskemik diperoleh OR REFERENSI


sebesar 3,286. Sehingga responden yang memiliki
usia ≥55 tahun kemungkinan mempunyai risiko Agustina. E.2009. Prevalensi Stroke Iskemik Pada
mengalami stroke iskemik sebesar 3,286 kali Pasien Rawat Inap Di RSUP Fatmawati
dibandingkan dengan responden yang berusia Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Kedokteran.
<55 tahun dan secara statistik bermakna. Menurut Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
perhitungan statistik antara jenis kelamin dengan Jakarta.
kejadian stroke iskemik diperoleh OR 4,765. Burhanuddin. M., Wahiduddin., Jumriani. 2013.
Sehingga responden yang berjenis kelamin laki- Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa
laki mempunyai risiko untuk mengalami stroke Awal (18-40 Tahun) di Kota Makassar Tahun
iskemik sebesar 4,765 kali dibandingkan dengan 2010-2012. Jurnal MKMI. dilihat 14 oktober
responden yang berjenis kelamin perempuan dan 2016, www.repository.unhas.ac.id.
secara statistik bermakna. Bushnell, C.D., Johnston, D.C., Goldstein, L.B.,
Berdasarkan perhitungan statistik antara status 2009. “Restrospective Assessment of Initial
pekerjaan dengan kejadian stroke iskemik Stroke Severity: Comparison of the NIH Stroke
diperoleh nilai OR sebesar 4,667. Sehingga Scale and The CNS”. Jurnal Stroke. Volume
responden yang tidak bekerja mempunyai risiko 32. Hal. 656.
untuk mengalami stroke iskemik sebesar 4,667 kali Feigin VL., Wiebers DO., Nikitin YP., O’Fallon
dibandingkan dengan responden yang memiliki WM., Whisnant JP. 2007. Risk Factors For
pekerjaan dan secara statistik Ischemic Stroke in a Russian Community : A
bermakna.Berdasarkan perhitungan statistik antara Population-Based Case-Control Study. Stroke
hipertensi dengan kejadian stroke iskemik 29: Hal. 34-39.
diperoleh OR 129,000. Sehingga responden yang Hartono. 2007. Stres dan Stroke. Yogyakarta.
memiliki riwayat hipertensi mempunyai risiko Kanisius.
untuk mengalami stroke iskemik 129,000 kali lebih Jayanti.A.A. 2015. Hubungan Hipertensi Dengan
besar dibandingkan dengan responden yang tidak Kejadian Stroke Di Sulawesi Selatan. Skripsi
memiliki riwayat hipertensi. Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Saran Jakarta.
Junaidi. I. 2011.Stroke Waspadai Ancamannya.
Saran yang dapat direkomendasikan adalah
Yogyakarta:PT Bhuana Ilmu Populer
bagi RSUD Ngimbang Lamongan, agar melakukan
Kelompok Gramedia
penyuluhan dengan cara bekerja sama dengan
KemenKes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar
puskesmas setempat tentang faktor risiko stroke
(RISKESDAS). Jakarta : Badan Litbangkes
dengan lebih intensif melalui media cetak atau
DepKes RI. Tersedia di https://www.k4health.
audio visual serta ceramah kesehatan di sekolah-
org/sites/default/files/laporanNasional%20Ris
sekolah, tempat-tempat ibadah dan tempat-tempat
kesdas%202007.pdf. (diakses pada tanggal 27
umum lainnya.Bagi masyarakat sehat diharapkan
juli 2016).
mengurangi gaya hidup yang tidak sehat dan
KemenKes RI. 2012. Profil Kesehatan Jatim.
berhenti merokok. Selain itu juga melakukan
2012. Surabaya. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
olahraga untuk kesehatan tubuh minimal 3 kali dan
Timur. Tersedia di www.depkes.go.id/.../profil/
makasimal 5 kali dalam seminggu pada hari yang
PROFIL.2012/15_Profil_Kes.Prov.JawaTimur_
berbeda secara bergantian. Sedangkan bagi
2012.pdf. (diakses pada tanggal 06 April 2016).
masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
supaya mengkonsumsi obat anti hipertensi sesuai
(RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbangkes
dosis yang dianjurkan dokter, mengurangi stres,
DepKes RI. Tersedia di https://www.
hindari merokok serta mengkonsumsi makanan
depkes.go.id/resources/download/general/
yang tinggi serat, rendah lemak dan rendah
Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. (diakses pada
karbohidrat.
tanggal 27 juli 2016).
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Kristiyawati, S.P., Irawaty, D., Hariyati,
menggunakan penelitian gabungan antara kualitatif
Rr.T.S.2009. “Faktor Risiko yang Berhubungan
dan kuantitatif sehingga menghasilkan penelitian
dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa
yang lebih mendalam mengenai faktor yang
Citarum Semarang”, Jurnal Keperawatan dan
berhubungan dengan kejadian stroke iskemik di
Kebidanan (JIKK), Volume (1), 30 hal. 1-7.
RSUD Ngimbang Lamongan.
Semarang:
Siti Rohmatul Laily, Hubungan Karakteristik Penderita dan Hipertensi dengan … 59

STIKES Telogorejo. RSUD Ngimbang. 2015. Standart Pelayanan


Nabyl. R.A. 2012. Deteksi dini gejala dan Medis SMF Saraf. Lamongan. RSUD
pengobatan stroke. Yogyakarta : Aulia Ngimbang.
Publishing. Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta:
Nastiti. 2012. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Nuha Medika.
Stroke pada Pasien Stroke Rawat Inap di Wahjoepramono, E J.2005. Stroke Tata laksana
Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun 2011. Fase Akut. Jakarta: Universitas Pelita Harapan.
Jakart: Universitas Indonesia. Watila, M.M., Nyandaiti, Y. W., Bwala, S. A.,
Noor, N. N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Ibrahim, A. 2010.”Gender Variation Risk Factor
Cipta and Clinical Presentasion of Acute Stroke”,
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Jurnal of Neuroscience and Behavioral Health,
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Volume 3 (3), hal. 38-43.
Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yasril & Subaris, H.2009. Analisis Multivariat
Yogyakarta: Nuha Medika. Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Purnomo, W., Bramantoro, T. 2015. 36 Langkah Cendekia Press.
Praktis Sukses Menulis Karya Tulis Ilmiah.
Surabaya: PT Revka Petra Media.

Anda mungkin juga menyukai