Anda di halaman 1dari 18
BABII TINJAUAN PUSTAKA 2A Nata de soya Nata de soya adalah suatu produk bahan pangan hasil fermentasi dari Jimbah tahu atau tempe yang dilakukan oleh bakteri Acetobacter xylinum, Bahan ‘makanan ini berbentuk padat, kokoh kuat, berwama putih keruh keabu-abuan, kenyal, mirip kolang-kaling. Makanan ini termasuk makanan khas tradisional dari Filipina, Sejenis dengan bahan makanan ini adalah Nata de Coco yang dibuat dari fermentasi air kelapa, dan Nata de Pina yang dihasilkan dari fermentasi cairan nanas (Saragih dalam Nurhayati, 2006), Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan nata de soya antara lain air limbah tahu, fermentasi nata, bakteri Acetobacter xylinum 24.1 Air Limbah Tahu Limbah eair yang diha kan pabrik pengolahan tahu termasuk limbah tidak berbahaya, limbah cair ini termasuk juga air tahu (whey tofu). Air tahu dapat dimanfaatkan menjadi nata de soya, tetapi bila akan dibuang perlu dilakukan penanganan secara khusus. Hal ini disebabkan oleh sifat limbah cair tersebut. Sifat limbah cair dari pengolahan tahu antara lain sebagai berikut: 1, Air limbah tahu mengandung zat-zat organik terlarut yang cenderung ‘membusuk kalau dibiarkan tergenang sampai beberapa hari ditempat terbuka 2. Suhu air limbah tahu rata-rata berkisar 40-60°C, suhu ini lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan, Pembuangan secara langsung 12 tanpa proses, dapat membahayakan kelestarian lingkungan hidup. Air limbah tahu bersifat asam karena proses penggumpalan sari kedelai 3. Keasaman limbah dapat membunuh miktoba, misalnya bakteri. Bakteri tumbuh optimal pada pH 6,5-8.5. Agar aman limbah tahu perlu diolah hingga ‘mempunyai pH 6,5 (Sarwono dan Saragih dalam Budiarti, 2008) ‘Menurut Nuraida, Hasilton, dan Fardiaz (1996), komposisi limbah cair tahu adalah sebagai berikut: air 97,05%, protein 1,70 ml, lemak 0,63% dan abu 0.17%. Sementara menurtit Suwanto (1994) menyatakan bahwa dalam satu liter limbah cair tahu mengandung 32,205 mg nitrogen, 3,1 mg fosfat dan 14,65 mg sulfur, Adapun komposisi beberapa komponen limbah cair tahu yang berumur satu hati adalah sebagai berikut: total nitrogen 434,780 ppm, glukosa 92 ppm, Pb 0,24 ppm, Ca 34,03 ppm, Fe 0,197 ppm, Cu 0,118 ppm dan Na 0,591 ppm (Kuswardani dalam Sunsufi, 2000). Tabel 2.1 Komposisi gizi tahu dan air limbah tahu dalam 100 gram Zat Gizi (Satuan) ‘Tabu ‘Air Limbah Tahu Karbohidrat (2) 0.8 2 Protein (g) 10.9 1,75 Lemak (g) 47 1,25 Serat kasar (2) OL 0,001 Kalsium (g) 223 5 2.1.2. Fermentasi vata Fermentasi merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat- zat yang bekerja pada proses ini adalah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi Lamanya proses peragian tergantung dari bahan yang akan diragikan, Fermentasi terbagi menjadi 2 tipe, berdasarkan tipe kebutuhan akan oksigen. Tipe acrobik 4 yaitu fermentasi yang membutuhkan oksigen dan tipe anaerobik yaitu fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen (Effendi, 2012). Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba_penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini menyebabkan perubahan fat pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi tergantung pada jenis baban pangan (substrat), jenismikroba dan kondisi lingkungan yang _mempengaruhi pertumbuhan metabolisme mikroba (Simanihuruk, 2013). Proses fermentasi dilakukan dalam fermentor yang berisi medium dengan kandungan gizi yang cukup dan kondisi medium, misalnya subu, pli, nutrien, medium dan homogenitas yang optimal, Suhu optimum fermentasi nata sekitar 26-28°C, Jika suhu selama fermentasi berlangsung di bawah kisaran tersebut, bakteri tidak akan tumbuh secara optimal sehingga tidak dapat_mensintesis selulosa dengan sempuma. pH dalam proses fermentasi juga mempengarubi, pH optimum yang dibutuhkan olch bakteri Acetobacter xylinum adalah 3-4 (Simanihuruk, 2013), 24.3 Bakteri Acetobacter xylinum Bakteri pembentuk nata termasuk ke dalam golongan Acetobacter, yang ‘mempunyai ciri — ciri antara lain sel bulat panjang sampai batang (seperti kapsul), tidak mempunyai endospora, sel — selnya bersifat gram negatif, bemafas secara acrob tetapi dalam kadar yang kecil. Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan spesies yang lain karena sifatnya yang bila ditumbuhkan pada medium yang kaya Komponen gula, bakteri ini dapat memecah Komponen gula dan mampu 15 ‘membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler (Astuti, 2011). Acetobacter xylinum mempunyai tiga enzim yang aktif, yaitu enzim kinase, enzim ekstraseluler selulosa polimerase, dan enzim protein sintetase Enzim ekstraseluler selulosa polimerase aktif pada pH 4 yang berfungsi untuk ‘membentuk benang-benang selulosa (nata). Enzim protein sintetase aktif pada pH 3-6 yang berfungsi untuk mengubah makanan yang mengandung C, H, O, dan N menjadi protein (Astuti, 2011). Acetobacter xylinum mampu membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter dalam media cair. Suhu_ fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium peru Giperhatikan untuk menghasilkan massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang (Astuti, 2011). Thiman dan Kenneth (1955) menyatakan bahwa bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung gula, Acetobacter xylinum dapat mengubah sekitar 19% gula menjadi selusosa, Selulosa yang terbentuk di dalam medium tersebut berupa benang-benang membentuk suatu jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata 16 2.2 Tinjauan Tanaman Azolla (Azolla microphylla) 2.21 Klasifikasi Azolla Indonesia merupakan salah satu Negara yang beriklim tropis, sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh subur di Negara ini, salah satunya adalah jenis tanaman air yang biasa dikenal dengan azolla, Nama lokal azolla di setiap daerah berbeda-beda, seperti mata lele (Jawa), kayu apu dadak, kakarewoan atau kayambang (Sunda). Keberadaan azolla secara alami memang melimpah, namun belum banyak dimanfaatkan (Marhadi, 2009). Tumbuhan Azolla microphylla ‘menurut Lumpkin dan Plucknett (1980) dalam taksonomi tumbuhan mempunyai Klasifikasi sebagai berikut Kingdom Plantae (Tumbuhan) Sub-kingdom _: Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh) Divisi Preridophyta (paku-pakuan) Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Azollaceae Genus 2 Azolla Spesies Azolla microphylla 2.22 Kandungan Nutrisi Azolla (4zolla microphylla) Azolla sangat kaya akan protein, asam amino lengkap, vitamin (vitamin A, Vitamin BO2 dan B-Carotene), perantara penyelenggara pertumbuhan dan mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, besi, tembaga, serta magnesium (Marhadi, 2009). Azolla segar, kandungan unsur hara yang terdapat didalamnya meliputi unsur N: 1,96-5.30 (9%), P: 0.16-1.59 (%), K: 0.31-5.97 (%), Ca: 0.45-1.70 (%), Mg: 0.22- 0,66 (%), $: 0.22+0.73 (%), Si: 0.16-3.35 (%), Na: 0.16-1.31 (%), Cl: 0.62-0.90 (26), Al: 0.04-0.59 (%), Fe: 0.04-0.59 (%), Mn: 66-2944 (ppm), Co: 0.264 (ppm), Zn: 26-989 (ppm). Berdasarkan kandungan tersebut, azolla yang bersimbiosis 7 dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi Nz-udara dari 70-90 ml, No-fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Kegunaan azolla di bidang pertanian adalah sebagai sumber N yang dapat ‘mengganti pupuk urea sampai 100 kg. Selain untuk pupuk dan media tanam, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan temak, khususnya itik dan beragam jenis ikan omnivore dan herbivora, dapat menekan pertumbuhan gulma dan kontrol terhadap perkembangan nyamuk. kandungan gizi azolla cukup banyak. Kandungan protein misalnya, mencapai 31,25%, lemak 7,5%, karbohidrat 6,5%, gula terlarut 3,5% dan serat kasar 13%, Tabel 2. sur-unsur yang terkandung dalam Azolla (%) berdasarkan Berat Kering Unsur Kandungan Unsur ‘Kandungan ‘Abu Magnesium 0,5-0,65% Lemak kasar Mangan 0,11-0,16 ml Protein kasar Zat besi 0,6-0,26 ml Nitrogen Gula terlarut 35% Posfor Kalsium 0,4-1,0 ml Kalium Serat kasar 9.1% Pal Klorofil 0,34-0,55% 2.3 Tinjauan Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) 2.3.1. Klasifikasi Cinnamomum burmanii Kingdom: Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Ordo : Laurales, Famili Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmanii. (Nees & TH.Nees). 18 2.3.2 Deskripsi Tanaman Cinnamomum burmanii Kulit batang kayu manis merupakan salah satu spesies y ig mengandung 1- 4 ml minyak atsiri. Minyak atsiti yang berasal dari kulit batang berwama kuning kecoklatan dengan kandungan cinnamaldehida dan sedikit eugenol. Minyak asal daun juga mengandung cinnamaldehida sedangkan yang berasal dari akar unsur ‘utamanya adalah Kamper. Minyak asal batang dan daun Cinnamomum casia ‘mempunyai struktur yang sama, Batangnya memiliki kandungan 1-4 ml minyak atsiri, Minyak pada batang mengandung 70-95% cinamaldehida dan sedikit eugenol. Rendaman asal daun dan batang mencapai 0,3-0,8 ml, Minyak asal daun berwarna cokelat gelap, sedangkan biji mengandung 1,9% minyak atsiri (80 ml berupa aldehida), Setiap 100 gram biji berukuran 370-400 gr (Ismawan, 2009), 2.3.3. Deskripsi Kulit Batang Cinnamomum burmanii Kulit batang kayu manis memiliki bau khas aromatik, rasa agak manis, agak pedas dan kelat, Berdasarkan pengamatan secara makroskopik potongan kulit berbentuk gelendong, agak menggulung membujur, agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur, panjang sampai 1 m, tebal kulit 1 mm sampai 3 mm atau lebih (Departemen Kesehatan RI, 1977). Permukaan Iuar kulit yang tidak bergabus berwama coklat kekuningan atau coklat sampai coklat kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang dan bergaris-garis pendek melintang yang menonjol atau agak berlekuk, sedangkan permukaan luar yang bergabus berwama hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang-kadang terdapat bercak-bercak lumut kerak berwama agak 19 putih atau coklat muda, Permukaan dalam kulit berwama coklat kemerahan tua sampai coklat kehitaman, Bekas atahan tidak rata (Departemen Kesehatan RI, 1977), Pengamatan mikroskopik, kulit yang lapisan luanya belum dibuang akan tampak lapisan epidermis dengan kutikula berwamna kuning, lapisan gabus terdiri dari beberapa sel berwama coklat, dinding tangensial dan dinding radial lebih tebal dan berlignin, kambium gabus jemih tanpa penebalan dinding, Korteks terdiri dari beberapa lapis sel parenkim dengan dinding berwama coklat, diantaranya terdapat kelompok sel batu, sel lendir dan sel minyak (Departemen Kesehatan, 1977). 2.3.4 Kandungan Kimia Batang Cinnamomum burmanii Batang kayu manis mengandung paling banyak cinnamic aldehyde atau cinnamicaldehyde, sedangkan pada daun lebih banyak mengandung eugenol dibandingkan cinnamaldehyde. Minyak pada kulit batang kayu mani ‘mengandung cukup banyak aldehid, termasuk didalamnya yaitu: cinnamaldehyde (70-88 ml), (E)-o-methoxy-cinnamaldehyde (3-15%), benzaldehyde (0,5-0 ml), salicyladehyde (0,2-8 ml), cinnamyl acetate (0-6 ml), eugenol (< 4 ml) dan coumarin (1,5-4 ml). Kulit batang kayu manis juga mengandung phenylpropanes lainnya meliputi Aydroxycinnamaldehyde, o-methoxycinnamaldehyde, cinnamyl alcohol dan asetatnya, dan terpena diantaranya limonene , a-terpineol, tanin, ‘mucilage, oligomeric, dan kumarin (Dwijayanti, 2011). 20 2.4 Pengembangan Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis (Prastowo, 2014). Dari penggalan definisi bahan ajar tersebut tersirat sebuah maksud bahwa bahan ajar disusun menggunakan bahan- bahan dari berbagai macam sumber seperti buku, orang (pendidik atau narasumber), pesan, lingkungan dan lain sebagainya, Para abli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar tersebut, Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya, 2.4.1 Bahan Ajar Menurut Bentuknya Menurut bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. a. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran tan penyampaian informasi, Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. b. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 2 Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) yakni, segala sesuatu yang ‘memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compack disk, dan film. 4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) yakni, kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang, oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interactive. 2.42 Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer. Bahan ajar yang tidak diproyeksikan yakni, bahan ajar yang tidak ‘memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi didalamny, schingga peserta didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya foto, diagram, display, ‘model, dan lain sebagainya. b. Bahan ajar yang diproyeksikan yakni, bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfeatkan dan/atau dipelajari peserta didik. Contohnya slide, filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer. Bahan ajar audio yakni, bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam, Untuk menggunakannya, memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset, CD, “flashdisk dan Tain-tain, 4. Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD Player, DVD player dan sebagainya, Bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekam, Hanya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi dalam tampilannya, dapat diperoleh sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya video, film dan lain sebagainya, €. Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar non cetak yang ‘membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated instructions dan computer based multimedia atau hypermedia, 2.43 Bahan Ajar Menurut Sifatnya Berdasarkan sifatnya bahan ajar dibagi menjadi empat macam, scbagaimana disebutkan berikut ini a. Bahan ajar yang berbasis cetak, misalnya buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah serta koran, dan lain sebagainya, b. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia, ¢. Bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek, misalnya kit sains, Jembar observasi, lembar wawancara dan lain sebagainya, 4. Bahan ajar yang dibutubkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, handphone, video conferencing, dan lain sebagainya. 2.4.4 Pengembangan Bahan Ajar Modul 2.4.4.1 Modul Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan eyaluasi, Penulisan modu! bertujuan ; a, Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. b, Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat_maupun guruinstruktur. c, Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti : d, Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat; e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya, f Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, g. Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya, 2.4.4.2, Model Pengembangan Modul Menurut Sugiyono (2010), penetitien dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan 24 menguji keefektifan produk yang akan dikembangkan, Menurut Kumiawan (2013), dalam mengembangkan bahan belajar pertama kali yang perlu dilakukan adalah dengan menganalisis kebutuhan baban ajar dilapangan dan karakteristik sasaran, setelah menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa, selanjutnya mendesain bahan belajar sesi dengan kebutuhan dan karakteristik.siswa. Menurut Amin (2010), Amin (2015), dan Amin (2016), pengembangan bahan ajar berupa modul berbasis riset kekinian dan berbasis penelitian sangat penting karena akan memberikan penguatan pengembangan pendidikan yang dilandasi oleh perkembangan keimuan biologi kekinian. Hal ini diharapkan mampu ‘mempermudah siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektifnya secara maksimal. Penelitian pengembangan modul telah banyak dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya dengan model, karakteristik serta materi pengembangan yang berbeda, Penelitian yang pernah dilakukan oleh Budiningsih (2011) menunjukkan bahwa modul sistem pemafasan berbasis LC dengan penckanan pada tahap engagement mendapat tanggapan yang sangat baik dari siswa dan guru dan sesuai dengan standar kelayakan bahan ajar menurut kriteria BSNP. Puspitaningrum (2013) telah melakukan pengembangan modul biologi materi keanekaragaman ‘mamalia berbasis potensi lokal untuk siswa SMA/MA kelas x semester genap ‘mendapat respon yang baik dati siswa dan memiliki kualitas yang sangat baik sehingga modul yang dikembangkan layak digunakan sebagai acuan guru dalam pembelajaran biologi sekaligus dapat dipakai siswa sebagai salah satu bahan ajar biologi, 25 Penelitian dilakukan menggunakan prosedur penelitian pengembangan ADDIE, yang terdiri atas 5 tahap, yaitu Analyze, Design, Develope, Implementation, dan Evaluation (Branch, 2009). Gambar 3.1 menunjukkan konsep model pengembangan ADDIE (Clark, 2015) Gambar 2.1 Tahap-tahap model pengembangan ADDIE. Sumber: Clacrk, 2015 a) Analyze ‘Tahap analisis merupakan tahap awal dari penclitian pengembangan yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab dari ketidakseimbangan kondisi nyarta dengan kondisi ideal (performance gap) atau ‘masalah yang ada sehingga memerlukan suatu pengembangan produk. 26 b) Design Tahap ini merupakan tahap kedua dari penelitian pengembangan yang, dilakukan, Tahap ini bertujuan untuk memverifikasi tujuan yang diharapkan dengan kesesuaian spesifikasi produk yang dikembangkan, Pada akhir tahap ini, akan diperoleh spesifikasi fungsi dari produk yang dikembangkan. Berikut ‘merupakan langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini. 1) Mendaftar hal-hal yang dibutuhkan. 2) Menyusun tujuan pengembangan produk. 3) Menyusun strategi pengujian, ©) Develope ‘Tahap ini merupakan tahap pengembangan, yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bahan ajar serta memvalidasi bahan ajar yang dikembangkan, Setelah melewati tahap ini, akan dihasilkan produk dibutuhkan untuk tahap Implentation. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut, 1) Menyusun isi/materi. 2) Memilih atau mengembangkan media pendukung. 3) Melakukan revisi formatif. Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dan uji coba awal. 4) Implement ‘Tahap implement atau penerapan bertujuan untuk menerapkan produk yang telah dikembangkan agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang ‘menarik untuk siswa. a7 ©) Evaluate Tabap evaluate atau evaluasi bertujuan untuk menilai kualitas produk. Berikut merupakan uraian dari langkab-langkah yang dilakukan pada tahap ini 1) Menentukan kriteria evaluasi 2) Memilih alat evaluasi 3) Melakukan evaluasi (Branch, 2009). 28 2.5 Kerangka Konsep ‘Limbab Pabeik Tabu Pemanfaatan Limbah Pabrik Tabu Dengan berbagai perlakuan Azolla microphytla Bakteri pembentuk nats (Acetobacter xlinurm) dapat tumbub dalam medium gule dan mengubah 19% gula menjadi sclulosa, mampu smengoksidasietanol menjadi asam asetat pada pH 3,5. Sinamaldchid pada kayu manis menghilangkan bau asam. Azolla microphylla ‘mempunyai kandungan Nitrogen tinggi untuk aktivitas metabolisme Acetobacter xylinum Pembuatan nate Kaya polisakarida yang tings Sebagai sumber nutrsi yang (__ Ketebatan nata Po( Kader air Kualitas Produk me L. Comm) Ali bahan aiar Dikembangkan menjadi Sumber Belajar bli materi Bioteknolii Praktisi Pendidikan Gambar 2.2 : kerangka konsep penelitian 2.6 29 Hipotesis Terdapat pengaruh filtrat Azoila microphylla dan penambahan filtrat kayu manis terhadap kualitas nata de soya Dosis filtrat Azolla microphylla 10 ml dan filtrat kayu manis 6 ml adalah yang paling optimum terhadap kualitas nara de soya

Anda mungkin juga menyukai