Cover ..............................................................................................................................
1
Bab I
Pendahuluan
1
Dr, Suhayib M.Ag, “Studi Akhlak” (Yogyakarta : Kalimedia, 2016), hlm 1
2
Sabila, N. A. (2019). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-
Ghazali). NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2), 74-83.
2
Islam menekankan pada aspek ibadah yang menjadi sarana pembinaan akhlak, karena
ibadah memiliki fungsi sosial. Dalam menghadapi problematika kehidupan, diantara
caranya adalah dengan mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf.
Untuk pengkajiannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian dan
pengembangan dalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena itu dalam
pengembangannya diperlukan untuk mengembalikan kembali dalam kajian-kajian
akhlak tasawuf Islami ke sumber yang pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabawi.
Kemudian menghilangkan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Dengan demikian sudah semestinya kajian-kajian tentang akhlak dan tasawuf
perlu diajarkan dalamlembaga-lembaga pendidikan formal, informal, dan non-formal.
Untuk itu dalam pendidikan dan pengajarannya disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan kemampuannya sesuai dengan jenjang pendidikannya.3
Apabila membahas akhlak tentunya tidak terlepas dengan sejarah tentang ilmu akhlak
yang dimana ilmu akhlak ini pastinya sudah muncul sejak adanya manusia yakni nabi
Adam AS dan ada hingga sekarang. Sebenarnya ketika kita mempelajari tentang
sejarah ilmu akhlak kita akan melihat perkembangan dari bagaimana manusia
mempelajari bagaimana suatu sikap manusia dapat dinilai baik atau buruk.dan
bagaimana perkembangan pergaulan yang terjalin dalam kehidupan manusia dari suatu
masa ke masa4 .
sejarah yang terjadi pada perkembangan ilmu akhlak merupakan peristiwa yang
berkembang ilmu pengetahuan tentang budi pekerti, tingkah laku yang dilakukan
seseorang. Alasan manusia mempelajari sejarah dari ilmu akhlak adalah banyaknya
keuntungan yang didapat dimana akhlak adalah unsur yang sangat diperhatikan
didalam risalah Islamiyyah. Akhlak yang baik bagi manusia diartikan sebagai
manifestasi hidayah menurut syariah Islam. Akhlak islamiyyah merupakan hal yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dalam menuju kesempurnaan hidup.
Karena dalam ilmu akhlak mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik, benar,
jujur, berperilaku baik kepada orang tua, menyampaikan amanah, menyambung
silaturahmi, memiliki sifat malu dan menjauhi maksiat.5
3
Nasrul, H. S. "Akhlak Tasawuf." (2015).
4
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 19
5
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 12
3
1.2 rumusan Masalah
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui bahwa sejarah dan perkembangan ilmu akhlak pada zaman
yunani
b) Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada abad pertengahan.
c) Untuk mengetahui sejarah akhlak pada Bangsa Arab sebelum islam.
d) Untuk mengetahui sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam.
e) Untuk mengetahui perkembangan kondisi ilmu akhlak pada zaman Barat (zaman
baru)
4
BAB II
PEMBAHASAN
Etika Islam sebenarnya bersumber dari wahyu, Al Qur’an, sunnah, dan rasio.
Sedangkan etika sufistik mendefinisikan sebuah akhlak bahwasannya bersumber
dari wahyu, akal, dan hati7. Etika yang diterapkan tokoh sofistik sebenarnya
berusaha untuk menanamkan fungsi dimensi dari ruh manusia lewat dari akal dan
hati tetapi tetap memperhatikan bimbingan yang telah diwahyukan untuk manusia
mengambil keputusan dalam bersikap dan berperilaku.
2. Socrates(469-399 SM)
Socrates merupakan salah satu ahli fikir yang menyingkap pembahasan
tentang ilmu akhlak beliau telah melakukan penelitian dan penyelidikan tentang
akhlak yang berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia yang ada di muka
bumi. Ia tidak seperti kaum sofistik yang banyak tertarik dengan alam dan
kelangsungan benda benda yang ada dilangit untuk menjadikannya sebagai objek
yang dikaji untuk mengartikan definisi dari ilmu akhlak. Tetapi ia cenderung memiliki
pendapat yang berlawanan yakni, menganggap bahwa untuk menemukan arti dari
akhlak hal yang perlu dipelajari adalah bagaimana manusia bertindak dan
berperilaku serta bagimana akibat dari perbuatan tersebut. Sehingga atas dasar
pemikirannya itu Socrates dijuluki sebbagai orang yang menurunkan ilmu filsafat dari
langit ke bumi.8
Plato beranggapan bahwa Socrates adalah orang yang sangat tekun
mempelajari ilmu filsuf dan haus akan kebenaran, karena dia memiliki pemikiran
bahwasannya hanya pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia kepada
6
Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka Almaida
Makassar, 2017), hlm 77
7
Rahmat Setiawan, “ETIKA SUFISTIK (Relevansinya Terhadap Pencegahan Krisis Moral)”,
Vol. 17,Jurnal Studi Islam dan Sosial, 2019, hlm 291
8
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 51
5
pemahaman yang baik sehingga dapat menuntun manusia pada jalan kebahagiaan.9
Socrates diangkat sebagai orang pertama yang merintis ilmu akhlak yang ada di
Yunani. Karena beliaulah manusia pertama yang mengaitkan ilmu akhlak dengan
ilmu pengetahuan dunia.
3. Cynics dan Cyrenics
4. Plato
Dalam pemikiran plato menjelaskan bahwa etika itu bersifat intelektual dan
moral. Dan pemikirannya memiliki tujuan untuk mencapai budi yang baik. beliau
berpendapatn bahwa tujuan hidup dari manusia adalah mendapat kesenangan
didunia yang didapat dari ilmu pengetahuan.12 Plato memberikan pengertian bahwa
orang yang baik itu dapat dinilai apabila memiliki banyak akal budi, dan buruk apabila
manusia dalam dirinya dikumpuli dengan hawa dan nafsu. Manusia dapat mengubah
hidupnya menjadi baik apabila mereka dapat membebaskan diri dari kekuatan
irrasional hawa dan nafsu tetapi juga harus mengarahkan hidup kepada akal dan
budi yang baik. Menurut plato tujuan hidup dari manusia yang beragama adalah
mendapat kesenangan hidup di dunia. Kesenangan yang diutarakan yang dimaksud
plato bukanlah kesenangan yang condong kepada sikap hedonisme, tetapi
kesenangan tersebut didapat dari pengetahuan nilai yang akan dituju manusia.
Melalui ide atau pemikiran baik yang muncul dalam pemikiran manusia akan
menimbulkan akibat yang positif salah satunya adalah tegaknya keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat. Apa yang menurut masyarakat banyak dinilai baik maka
9
Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka
Almaida Makassar, 2017), hlm 87
10
Ishak Talibo,Faradila Hasan,“FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA
MODERN”, Vol. 24,Potret Pemikiran, 2020, hlm 50
11
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 51
12
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika
Islam”,Vol. 18, Refleksi,2018, hlm 29
6
haruslah baik untuk orang tersebut. Sehingga kepentingan manusia dengan
masyarakat menjadi selaras
Plato juga berpendapat bahwa dalam kehidupan akhlak sehari hari manusia
itu dikaruniakan kekuatan. Kekuatan tersebut diantaranya ada 4 yakni kebijaksanaan
(keutamaan bagi mengusai dan mengatur seseorang), keberanian (keutamaan
melawan kejahatan), keperwiraan (keutamaan untuk menhan diri sendiri untuk
tindakan yang tidak boleh dilakukan), keadilan (keutamaan seseorang untuk berbuat
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat).13
5. Aristoteles (394-322 SM)
Pemikiran yang dicetuskan oleh murid plato ini mengatakan bahwa suatu akhlak
adalah keutamaan bagi seseorang. Aristoteles menilai bahwa kebaikan yang
dilakukan seseorang dengan moral adalah tujuan akhir perjalanan manusia hidup.
Baik yang dimaksud oleh aristoteles tidak berartii hanya dalam satu bidang saja,
melainkan mencakup banyak aspek yang ada di dunia.14
14
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika
Islam”,Vol. 18, Refleksi,2018, hlm 36
7
tujuan hidup manusia
adalah demi sesuatu yang
baik dan bernilai.Aristoteles
mengatakan bahwa
tingkatan kebajikan
pertama yang dinamakan
kebahagiaan adalah
tingkatan dimana manusia
mengarahkan kehendak
dan upayanya menuju
kemaslahatan dirinya di
dunia inderawi ini
termasuk perkara-perkara
jiwa, tubuh, maupun
keadaan jiwa yang
berkaitan erat dengannya.
8
Dalam kasus ini, perilaku
manusia dalam keadaan-
keadaan ini. Ini merupakan
satu kondisi di
mana manusia kiranya
dipengaruhi hawa nafsu,
tetapi dalam batas yang
wajar seperti itu, dia
lebih mungkin melakukan
perbuatan yang benar serta
tidak menyimpang dari
penilaian nalar,
dalam kehidupan sehari-
harinya yang banyak
bergelut dengan perkara-
perkara inderawi
9
Hidup yang baik bagi
manusia adalah apabila ia
mencapai apa yang
menjadi tujuannya.
Dengan mencapai
tujuannya, maka manusia
telah mencapai dirinya
dengan sepenuhnya.
Apapun
tujuan hidup manusia
adalah demi sesuatu yang
baik dan bernilai.Aristoteles
mengatakan bahwa
tingkatan kebajikan
pertama yang dinamakan
10
kebahagiaan adalah
tingkatan dimana manusia
mengarahkan kehendak
dan upayanya menuju
kemaslahatan dirinya di
dunia inderawi ini
termasuk perkara-perkara
jiwa, tubuh, maupun
keadaan jiwa yang
berkaitan erat dengannya.
Dalam kasus ini, perilaku
manusia dalam keadaan-
keadaan ini. Ini merupakan
satu kondisi di
mana manusia kiranya
dipengaruhi hawa nafsu,
11
tetapi dalam batas yang
wajar seperti itu, dia
lebih mungkin melakukan
perbuatan yang benar serta
tidak menyimpang dari
penilaian nalar,
dalam kehidupan sehari-
harinya yang banyak
bergelut dengan perkara-
perkara inderawi
menurut aristoteles hidup dapat dinilai baik apabila manusia dapat meraih
atau mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya. Tujuan hidup dari seseorang
harusnya hal yang memiliki nilai positif dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri.
Beliau juga memiliki pendapat bahwa tingkat kebaikan yang dapat diraih oleh
manusia pertama adalah kebahagiaan, maksudnya manusia dapat menagarahkan
tubuhnya kepada kemaslahatan diri yang bersifat baik. dalam kebahagiaan manusia
sebenarnya boleh memiliki hawa nafsu tetapi harus dapat mengendalikannya, dan
manusia harusnya dapat melakukan perbuatan perbuatan yang baik serta tidak
menyimpang dari nalar dan aturan. 15
15
Prof. Dr. Hamka, “Konsep Pendidikan Akhalak Menurut Ibn Maskawaih dan Aristoteles”, Vol
9, Jurnal Pendidikan Islam, 2018, hlm 137
12
yang akan kita lalui, sedangkan apa yang bukan menjadi jalan kita, kita tidak akan
pernah sampai kepadanya.mereka memiliki pemikiran bahwa rasa sakit dan bahagia
sejatinya tercipta dari diri kita sendiri, dan hanya kita yang bisa mengendalikannya.
Pikiran, dan domain yang sehat akan menggiring hidup kita kepada kedamaian
apabila seseorang dapat berpikir secara rasional. Sedangkan pemikiran dari
kelompok epicurics berpendapat bahwa tujuan hidup dari seorang manusia adalah
kebahagian manusia itu sendiri. Pemikirannya diatas dasarkan kepada akhlak atau
etika yang baik sehingga akan memberikan ketenangan hati dan hidup. Adapun
ajaran ajaran epicuris diantaranya adalah 16
a) Manusia tidak boeh tenang dalam hidup karen mereka harus takut
kepada dewa dewa.
b) Manusia harus memiliki ketenangan dalam menghadapi ketakutannya
kepada dewa apabila telah melaksanakan kewajibannya karena dewa
tidak akan mengganggu kebahagiaan manusia.
c) Tidak perlu takut kepada kematian karena sejatinya mati tidak akan
menderita.
d) Jalan hidup manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri, apabila
manusia telah membangun ketenangan batin dalam hidupnya maka
manusia bisa mencapai tujuan dari hidupnya.
e) Manusia memiliki tujuan hidup hanya untuk mendapatkan kepuasan
dan kenikmatan, karena sejatinya ketenangan dalam batin akan
didapatkan apabila keinginan manusia telah tercapai dengan
kepuasannya. Diantaranya adalah sikap untuk menjalin silaturahmi
atau persaudaraan.
7. Agama Nasrani
Ajaran agama nasrani ini muncul pada akhir abad ke3 masehi. Karena pada
masa ini manusia mulai berpendapat bahwa agama juga memiliki peran yang
besar untuk menentukan pokok pokok ajarran adari akhlak. Karena didalam
ajaran agama juga memuat banyak aturan aturan bagaimana seorang
manusia dapat bersikap. Karena Tuhanlah yang harusnya memberikan
patokan apakah sebuah perilaku dapat dikatakan baika atau buruk. Dan
aturan aturan tersebutlah yang seharusnya kita gunakan dalam berinteraksi
dan menjalin hubungan dengan orang lain. Pada masa itu sebenarnya
pendeta sudah menduduki kedudukan yang sama dengan para filsuf yang
ada di wilayah Yunani karena kebanyakan yang diajarkan sesuai dengan
pengajaran yang dibeikan oleh filsuf. Ajaran agama nasrani sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan ajaran stoics.17 Yang menjadi perbedaan diantaranya
adalah dorangan manusia untuk melaksanakan akhlak atau etika tersebut.
Dalam pandangan kaum stoics dorongn yang diberikan adalah karena
adanya ilmu pengetahuan dalam otak manusia dan kebijaksanaan seorang
insan yang mengharuskan mereka bersikap baik. sedangkan dalam ajaran
agama nasrani dorongan yang diberikan adalah rasa cinta kasih sayang
16
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 54
17
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 55
13
kepada Tuhannya dan untuk mengimaninya sehingga manusia harus
melakukan perbuatan yang baik.
19
Ahmad amin “akhlak” Terjemahan bahasa Indonesia, bulan bintang, Jakarta thn 1982 hal
456
20
H.A Mustofa. “ AKHLAK TASAWUF “ cet VIII (CV. PUSTAKA SETIA. BANDUNG). 2019.
Hal 45
21
Zahrudin Hasanudin s “pengantar study akhlak” cet 1 PT RajaGrafindo. Jakarta. 2004 hal.
34
14
penyelidikan ilmu itu tidak terjadi kecuali di negara yang telah mati. Pada waktu itu bangsa
arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagiannya ahli-ahli syair, dan mereka
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong keutamaan dan
menjauhkan dari kerendahan. Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Luqman,dan Aksam bin
Shaifi, syair-syair Zuhair bin Abi Sulma dan Hatin al Thai. 22
Pengertian jahiliah sendiri, sebenarnya bukan berarti bahwa bangsa arab itu bodoh
dalam pemikiran atau akal. Akan tetapi, jahiliah di sini menggambarkan bahwa bangsa arab
yang saat itu mempunyai nilai-nilai moral yang rusak, serta susah menerima suatu
kebenaran akidah. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad diutus di bangsa arab sebagai nabi
yang memperbaiki akhlak budi manusia yang rusak menjadi akhlak yang mulia.23
Allah menjadikan manusia dari struktural yang sangat baik, dan membuat perintah dan
larangan untuk dijalani. Allah menetapkan beberapa keutamaan seperti benaar dan adil, dan
menjadikan kebahagiaan, kenikmatan di akhirat bagi yang mengikutinya. Demikian pula
Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti dusta dan kedzaliman, larangan yang harus
dihindari dan di jauhi, menjadikan kesengsaraan , siksa diakhirat sebagai hukuman bagi
yang melakukannya.24
ُ ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع هّٰللا ْأ
۞ ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن ِ ِ ِ اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”.(QS. An-Nahl: 90)
ون ۟ صلِحً ا مِّن َذ َك ٍر َأ ْو ُأن َث ٰى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّنهُۥ َح َي ٰو ًة َط ِّي َب ًة ۖ َولَ َنجْ ز َي َّن ُه ْم َأجْ َرهُم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُن
َ ُوا َيعْ َمل َ ٰ َمنْ َع ِم َل
ِ
Artinya :
“ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)
22
Drs. H.A. Mustofa “AKHLAK TASAWUF” cet VIII (CV PUSTAKA SETIA BANDUNG) 2019
Hal 47
23
Drs. H. Samsul Munir Amin, M.A “ILMU AKHLAK” Hal 38
24
Drs. H.A. Mustofa “AKHLAK TASAWUF” cet VIII (CV PUSTAKA SETIA BANDUNG) 2019
Hal 49
15
هّٰللا ۤ
ُصلَّب ُْٓوا اَ ْو ُت َق َّط َع اَ ْي ِدي ِْه ْم َواَرْ ُجلُ ُه ْم ِ ْارب ُْو َن َ َو َرس ُْولَ ٗه َو َيسْ َع ْو َن فِى ااْل َر
َ ض َف َسا ًدا اَنْ ُّي َق َّتلُ ْٓوا اَ ْو ي ِ ِا َّن َما َج ٰزُؤ ا الَّ ِذي َْن ي َُح
ض ۗ ِ ْف اَ ْو ُي ْن َف ْوا م َِن ااْل َر
ٍ مِّنْ ِخاَل
Artinya :
“ Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat perusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib,atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang
dari negeri (tempat kediamannya)”.(QS. Al-Maidah: 33)
Bangsa arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang
akhlak(jahiliyah), pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata
hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka
tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak 25. Dan dalam Islam Jahiliyah artinya
ketidaktahuan akan petunjuk Tuhan. Keadaan tersebut merujuk kepada kondisi bangsa Arab
sebelum Islam atau sebelum diutusnya seorang Rasul yaitu Nabi Muhammad saw.26
Dapat dipahami bahwa masa itu mereka jauh dari petunjuk Tuhan(Allah SWT) dan tidak
adanya risalah yang menuntunnya. Kondisi pada masa sebelum Islam juga diakui oleh Philip
K. Hitti dalam bukunya The History of Arabs, jahiliyahnya bangsa arab disebabkan bodoh
dalam agama, karena pada zaman itu, tidak adanya nabi, dan kitab suci sebagai petunjuk.27
Bangsa Arab sebelum Islam dengan tradisinya dapat mempengaruhi dalam berbagai sisi
aspek kehidupan. Beberapa aspek kehidupan bangsa arab sebelum Islam yang identik
dengan kebodohan yaitu dalam aspek keagamaan, mayoritas menganut dan menyembah
berhala. Meskipun ada juga diantara mereka yang menganut agama Yahudi, Nasrani, dan
Majusi. Semangat keberagamaan mereka sangat kuat. Hal ini kemudian yang membuat
mereka menentang keras ketika Islam datang dengan ajarannya.28
Islam sekarang mendorong manusia untuk beriman kepada Allah SWT. Ini adalah
sumber dari segala sesuatu di alam. Segala sesuatu di dunia berasal darinya. Alam mampu
bergerak secara teratur melalui kekuatannya.
Seperti Allah SWT. Allah telah menetapkan beberapa aturan untuk diikuti oleh
manusia SWT. Dia juga menetapkan beberapa kebajikan yang harus diikuti, seperti
kebenaran dan keadilan, dan beberapa hal buruk yang harus dihindari orang, seperti
kebohongan dan ketidak adilan. Waspadalah kepada Allah SWT.29
29
AR, Zahruddin dkk.“Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004,hlm.25-27
16
ُ ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع هّٰللا ْأ
ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن ِ ِ ِ اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan (kamu) untuk berbuat kebajikan dan
kebaikan dan membantu kerabatmu. Dia juga melarang kekejian, kemungkaran dan
permusuhan. Dia akan mengajari Anda sehingga Anda bisa mengambil pelajaran.
Ayat tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa ajaran akhlak dalam islam
dengan sumbernya Al-Qur’an demikian lengkap dan Mendalam. Yakni tidak hanya melarang
atau memerintah saja, melainkan menunjukkan dengan jelas manfaat yang terkandung
dalam perintah tersebut, dan bahaya yang terkandung dalam larangan.
Artinya: Laki-laki dan perempuan yang beriman dan beramal saleh akan diberi
kehidupan yang baik dan diberi pahala yang lebih baik dari mereka.
Artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.
Sangatlah jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pokok-
pokok akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan
manusia. Ayat-ayat diatas juga menunjukan dengan jelas bahwa ajaran akhlak dalam Islam
dengan sumbernya Al-Quran sangat lengkap, jelas, dan mendalam.30
Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan kutukannya atas bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Namun, siapa yang pertama kali memprakarsai atau menulis ilmu
akhlak dalam Islam masih diperdebatkan, dan beberapa teori telah dikemukakan.
Pertama, Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang mencetuskan ilmu akhlak. Ini
didasarkan pada risalah yang dia tulis untuk putranya. Al-Hasan kembali dari Perang Shiffin.
Pamflet memiliki banyak pelajaran moral dan berbagai kebajikan. Isi risalah ini juga
tercermin dalam kitab Nahj Al-Balagha, yang sering dikutip oleh ulama Sunni seperti: Abu
Ahmad bin ‘Al-‘Askari dalam kitabnya zawajir wa Al-Mawaizh.31
Kedua, tokoh Islam pertama yang menulis tentang akhlak adalah Ismail bin Maharan
Abu Abu Nashr al-Sauqani, ulama abad ke 2 M, yang menulis Al-Mu’min wa Al-Fajir, buku
pertama tentang akhlak dalam Islam. Setelah itu, tokoh moral terkenal seperti Abu Dar al-
Gifari, Ammar bin Yasser, Nawal al-Bakkali dan Muhammad bin Abu Bakar tidak menulis
tentang mereka.
30
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf”,
Jakarta: PT Karya Mulia, 2005,hlm.32
31
Asy-Syaikh Nashir Makarim Asy-Syirazi. “Al-Akhlak fi Al-Qur’an.Qumm”: Madrasah al-Iman
‘Ali bin Abi Thalib. 1386 H.,hlm.29-30
17
Ketiga, pada abad ke-3 Hijriah, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis buku berjudul
Al-mani’at min dukhul Al-Jannah. Tokoh-tokoh lain yang berbicara khusus dalam bidang
akhlak antara lain:
1. Ar-Razi (250-313 H). Namun, ada filosof lain seperti A-Kindi dan Ibnu Sina. Ar-Razi telah
menulis sebuah karya di bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani (Kesehatan Rohani).
Buku ini menjelaskan tentang kesehatan mental dan cara menjaganya. Buku ini adalah
filsafat moral utama yang bertujuan untuk meningkatkan moralitas manusia.
2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad al-Kufi menulis Kitab Al-Adab dan Makarim al-Aflaq. Di
abad ini juga dikenal sosok Abu Nasr al-Farabi yang melakukan kajian akhlak. Demikian
juga Ikhwan Ash-Shafa (370-428 H) dari Rasa’il dan Ibn Sina .-nya
3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawih (w. 421 H) menulis kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa Tath-hit
Al-A’araq dan Al-‘Arab wa Al-Furs. Buku ini berasal dari konsep akhlak Plato dan Aristoteles,
memadukan ajaran Islam dengan hukum, dan merupakan kisah akhlak yang diperkaya
dengan pengalaman hidup penulis dan keadaan pada masanya.32
4. Pada abad ke-6, H Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa Nuzhah
An-Nazhir.
5. Pada abad ke-7 H, Syaikh Khawajah Nashir Ath-Thusi menulis kitab Al-Akhlaq An-
Nashiriyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta`allimin.
Pada pertengahan akhir abad ke-15, eropa mulai mengalamikemajuan dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kehidupan mereka yang semula mengikuti ajaran
gereja kemudian diubah menjadi akal pikiran dengan memberikan peran yang besar. Akal
sebagi ajaran klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. ajaran yang dikritik dan
sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan bangsa-bangsa
setelahnya. Pergeseran cara pandang pada zaman ini terjadi hingga beberapa masa ke
masa yang akhirnya melahirkan para tokoh dan pemikir hebat pada masanya masing-
masing. Banyak tokoh-tokoh akhlak yang lahir pada abad ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Descartes (1596-1650)
Descartes adalah salah satu dari tokoh barat yang memperhatikan kajian akhlak
dan mendasarkan filsafatnya pada rasionalisme. descartes juga merupakan filsuf
32
Zainul Kamal, Pengantar, dalam Ibnu maiskawaih, “Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Terj.
Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1985,hlm.14
33
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-
60
18
yang berasal dari prancis. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru bagi ilmu
pengetahuan dan filsafat, diantaranya sebagai berikut :
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan belum
dipastikan nyata adanya. Sesuatu yang didasarkan pada sangkaan semata
dan tumbuh dari kebiasaan wajib di tolak
b. Penyeledikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah, kemudian mengarah pada yang lebih kompleks
c. Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum dinyatakan benar terlebih
dahulu.
Pada zaman barat ini juga bermunculan berbagai macam etika, ada yang
menggunakan pemikiran lama dan ada juga yang menggunakan pemikiran baru untuk
melaksanakan perubahan pemikiran. Akan tetapi tidak banyak pula yang masih
mempertahankan etika yang berdasarkan ketuhanan.35
Salah satu ajaran penting tentang etika pada zaman barat ini adalah bersumber pada intuisi
yang dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
19
4) Intuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan segala
isinya.36
Bab III
36
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 35
20
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani dibagi menjadi 7 yakni : tokoh-
tokoh sofistik, Scorates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan
Epicurics, dan yang terakhir adalah agama Nasrani.
2. Akhlak pada pertengahan abad merupakan akhlak yang lahir di Eropa yang
dibangun dengan pepaduan antara ajaran Nasrani dan Yunani.
3. Sejarah akhlak pada zaman sebelum kemunculan Islam dalam keadaan bodoh.
4. Sejarah akhlak pada zaman setelah kemunculan Islam mulai berangsur membaik,
dikarenakan yang menjadi dasar perilaku akhlak adalah kepercayaan dalam
mengimani Allah. Islam sekarang mendorong manusia untuk beriman kepada Allah
SWT. Ini adalah sumber dari segala sesuatu di alam. Dia juga menetapkan beberapa
kebajikan yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan, dan beberapa hal
buruk yang harus dihindari orang, seperti kebohongan dan ketidak adilan. Sangatlah
jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pokok-pokok
akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan
manusia. Ayat-ayat diatas juga menunjukan dengan jelas bahwa ajaran akhlak
dalam Islam dengan sumbernya Al-Quran sangat lengkap, jelas, dan mendalam.
Dalam Islam,tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru terbesar
dalam bidang akhlak. Ini didasarkan pada risalah yang dia tulis untuk putranya.
Kedua, tokoh Islam pertama yang menulis tentang akhlak adalah Ismail bin Maharan
Abu Abu Nashr al-Sauqani, ulama abad ke 2 M, yang menulis Al-Mu’min wa Al-Fajir,
buku pertama tentang akhlak dalam Islam. Ar-Razi telah menulis sebuah karya di
bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani .
5. Sejarah akhlak pada zaman barat muncul banyak pemikiran baru diantaranya
Descartes, Spinoza, Herbert Spencer, Jhon Stuart Mill, Immanuel Kant. Pada zaman
barat ini juga bermunculan berbagai macam etika, ada yang menggunakan
pemikiran lama dan ada juga yang menggunakan pemikiran baru untuk
melaksanakan perubahan pemikiran
Daftar Pustaka
21
Dr, Suhayib M.Ag, “Studi Akhlak” (Yogyakarta : Kalimedia, 2016)
Sabila, N. A. (2019). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-
Ghazali). NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2),
Nasrul, H. S. "Akhlak Tasawuf." (2015).
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015).
Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka
Almaida Makassar, 2017).
Rahmat Setiawan, “ETIKA SUFISTIK (Relevansinya Terhadap Pencegahan Krisis Moral)”,
Vol. 17,Jurnal Studi Islam dan Sosial, 2019
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia
Ishak Talibo,Faradila Hasan,“FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA
MODERN”, Vol. 24,Potret Pemikiran, 2020.
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika Islam”,Vol.
18, Refleksi,2018.
Prof. Dr. Hamka, “Konsep Pendidikan Akhalak Menurut Ibn Maskawaih dan Aristoteles”, Vol
9, Jurnal Pendidikan Islam, 2018.
Junaidi, Mahbub. "AKHLAK DALAM PRESPEKTIF SEJARAH." DAR EL-ILMI”: Jurnal Studi
Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora 6.1 (2019)
Ahmad amin “akhlak” Terjemahan bahasa Indonesia, bulan bintang, Jakarta thn 1982 H.A
Mustofa. “ AKHLAK TASAWUF “ cet VIII (CV. PUSTAKA SETIA. BANDUNG). 2019.
Zahrudin Hasanudin s “pengantar study akhlak” cet 1 PT RajaGrafindo. Jakarta. 2004 Drs.
H. Samsul Munir Amin, M.A “ILMU AKHLAK”
Prof. Dr.H. Abuddin Nata ,M.A. “AKHLAK TASAWUF dan Karakter Mulia”
Muhammad Hendra, Jahiliyah Jilid 11, (Yogyakarta: Deepublish, 2012),
Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008),
M. Yakub, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2015),
AR, Zahruddin dkk.“Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf”,
Jakarta: PT Karya Mulia, 2005
Zainul Kamal, Pengantar, dalam Ibnu maiskawaih, “Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Terj.
Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1985.
Fuad Masykur, MA, Hakikat Pendidikan Akhlak Dalam Dunia Islam dan Barat, Tarbawi :
Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 2020.
22
Lampiran
23
1. Safina Ulfi Maulida (214105030017) : Mengapa socrates menjadi pencetus pertama
padahal ada filsuf yang lain yang bisa di sebutkan tadi tidak menjadi pencetus
pertama?. Mengapa tidak di cantumkan nama david hume dan immanuel kant
padahal mereka juga filsuf di era moderen ?
Jawaban Pemateri : sebenarnya dari pendapatnya yang berbeda beda tersebut dan
sangking banyaknya pendapat tersebut tidak ada pendapat yang kuat dan timbul ke
permukaan, jadi tokoh socrates ini yang di kenal menyampaikan pendaptnya kepada
masyarakat umum dan di kenal sebagai pencetus pertama. Gini ya karena yang di
cantumkan tadi itu hanya beberapa tokoh dan kalo pemikiran David hume itu adalah
pemikiran yang berusaha menggabungkan rasionalisme dengan empirisme, khususnya
yang berkaitan dengan pengamatan dan percobaan. sedangkan pemikiran Immanuel
Kant adalah sebagian besar mengkritik tentang metafisika tradisional. Kant meyakini
bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dan sumber segala pengetahuan.
3. Septian Eka Fitriani (214105030021 ) : Mengapa akhlak menjadi simbul harkat dan
martabat seorang muslim dan bagaimana pandangan anda tentang upaya upaya dalam
pembentukan akhlak di zaman ini ?
Jawaban Pemateri : karena ajaran islam merupakan agama yang rahmatal lil 'alamin
( menjadi rahmat bagi seluruh alam). Sehingga sudah sepatutnya seorang muslim
menjaga ciri khas martabat yang ada dalam ajaran islam. Seorang muslim yang
akhlaknya tercela menunjukan bahwa ia tidak memahami atau tidak mengamalkan
ajaran islam dengan baik.faktor utama pembentukan akhlak di era moderen ialah
kluarga dan lingkungan dua hal ini menjadi pembentuk akhlak yang pertama di temui
bagi generasi muda jadi sepatutnya dari kluargalah kita membimbing anak dengan
sangat baik serta lingkungan yang mendukung perkembangan anak anak muda yang
berdampak positif suatu contoh dalam lingkungan mengadakan kegiatan kegiatan
yang menambah minat dan bakat serta contoh contoh sopan santun terhadap orang
yang lebih tua.
24