Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Sejarah dan Perkembangan Ilmu Akhlak

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Akhlak Tasawuf”

Dosen Pembimbing : Salman Farizi, S.Pd., M.E.

Disusun oleh Kelompok 1

1. Zulfa Sayyidatul Fitria (214105030006)


2. Zenita Claudia Salsabillah (212105030091)
3. Nihayatus Saadah (212105030096)
4. Febri S. Hamsyah (214105030022)
5. Windu Adi Saputra (214105030026)

PROGRAM AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................................................

Kata Pengantar ..............................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................4

Bab II Pembahasan ................................................................................................... 5

2.1 Sejarah Perkembangan Akhlak pada Zaman Yunani.......................................... 5

2.2 Akhlak pada Abad Pertengahan..........................................................................8

2.3 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab Sebelum Islam ............................................9

2.4 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab Setelah Islam...............................................11

2.5 Barat (Zaman Baru).............................................................................................13

Bab III Penutup............................................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 17

3.2. Daftar Pustaka ......................................................................................................... 17

1
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kata akhlak adalah kata yang sudah tidak asing kita dengarkan dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia apalagi untuk seorang muslim. Meskipun kata akhlak
sebenarnya diambil dari akar kata berbahasa Arab yakni ‫ اخالق‬yang diartikan dalam
bahasa Indonesia sama dengan adab, budi pekerti, tatakrama, dan sopan santun.
Menurut seorang ahli filsafat yakni Hamzah Yaqub memberikan pengertian tentang
akhlak dimana akhlak dapat diartikan sebagai perangai, tingkah laku atau budi pekerti
seorang manusia. 1
Degradasi akhlak yang terjadi saat ini menimbulkan banyak pertanya dari semua pihak.
Produk pendidikan yang seharusnya dapat menjadi harapan untuk memperbaiki
keadaan bangsa banyak yang menjadi sebaliknya. Mulai dari kasus pencurian biasa
sampai pencurian level korupsi banyak dilakukan oleh orang-orang yang mengenyam
pendidikan. Gagalnya institusi pendidikan untuk membentuk intelektual bermoral atau
berakhlak mulia selalu menjadi topik utama. Tetapi saat masalah lain muncul, yaitu
kasus kriminalitas yang dilakukan oleh remaja yang berkualitas dan berakhlak baik di
sekolah terjadi, tidak hanya institusi pendidikan yang dipertanyakan, namun juga definisi
konsep akhlak yang sebenarnya. Maka, kiranya dibutuhkan sebuah standar bentuk
yang sempurna dalam pembahasan tentang akhlak. Mulai dari unsur-unsur yang
membentuknya hingga tujuan pembentukannya. Oleh karena itu artikel ini bertujuan
untuk membahas integrasi antara aqidah dan akhlak dalam pemikiran Al-Ghazali
dengan menggunakan perspektif deskriptif analistis. Hasil analisis yang dilakukan
diketahui adanya integrasi aqidah dan akhlak pada pemikiran Al-Ghazali khususnya
dalam konsep akhlaknya. Terbukti dari setiap unsur dan latar belakang konsep akhlak
yang ia bahas berdasarkan dengan kesadaran akan Aqidah.2
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-
macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Objek
kajiannya adalah perbuatan manusia dan norma (aturan) yang dijadikan untuk
mengukur perbuatan dari segibaik dan buruk. Pembentukannya secara integral melalui
rukun iman dan rukun Islam. Rukun Iman bertujuan tumbuhnya keyakinan akan ke-
esaan Tuhan (unity of God) dan kesatuan kemanusiaan (unity of human beings).
Kesatuan kemanusiaan menghasilakn konsep kesetaraan sosial (social equity). Rukun

1
Dr, Suhayib M.Ag, “Studi Akhlak” (Yogyakarta : Kalimedia, 2016), hlm 1
2
Sabila, N. A. (2019). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-
Ghazali). NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2), 74-83.

2
Islam menekankan pada aspek ibadah yang menjadi sarana pembinaan akhlak, karena
ibadah memiliki fungsi sosial. Dalam menghadapi problematika kehidupan, diantara
caranya adalah dengan mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf.
Untuk pengkajiannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian dan
pengembangan dalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena itu dalam
pengembangannya diperlukan untuk mengembalikan kembali dalam kajian-kajian
akhlak tasawuf Islami ke sumber yang pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabawi.
Kemudian menghilangkan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Dengan demikian sudah semestinya kajian-kajian tentang akhlak dan tasawuf
perlu diajarkan dalamlembaga-lembaga pendidikan formal, informal, dan non-formal.
Untuk itu dalam pendidikan dan pengajarannya disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan kemampuannya sesuai dengan jenjang pendidikannya.3
Apabila membahas akhlak tentunya tidak terlepas dengan sejarah tentang ilmu akhlak
yang dimana ilmu akhlak ini pastinya sudah muncul sejak adanya manusia yakni nabi
Adam AS dan ada hingga sekarang. Sebenarnya ketika kita mempelajari tentang
sejarah ilmu akhlak kita akan melihat perkembangan dari bagaimana manusia
mempelajari bagaimana suatu sikap manusia dapat dinilai baik atau buruk.dan
bagaimana perkembangan pergaulan yang terjalin dalam kehidupan manusia dari suatu
masa ke masa4 .
sejarah yang terjadi pada perkembangan ilmu akhlak merupakan peristiwa yang
berkembang ilmu pengetahuan tentang budi pekerti, tingkah laku yang dilakukan
seseorang. Alasan manusia mempelajari sejarah dari ilmu akhlak adalah banyaknya
keuntungan yang didapat dimana akhlak adalah unsur yang sangat diperhatikan
didalam risalah Islamiyyah. Akhlak yang baik bagi manusia diartikan sebagai
manifestasi hidayah menurut syariah Islam. Akhlak islamiyyah merupakan hal yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dalam menuju kesempurnaan hidup.
Karena dalam ilmu akhlak mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik, benar,
jujur, berperilaku baik kepada orang tua, menyampaikan amanah, menyambung
silaturahmi, memiliki sifat malu dan menjauhi maksiat.5

3
Nasrul, H. S. "Akhlak Tasawuf." (2015).
4
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 19
5
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 12

3
1.2 rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang tersebut kami mengemukakan beberapa rumusan


belankang diantaranya :

a) Bagaimana sejarah perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani?


b) Bagaimana perkembangan akhlak pada abad pertengahan?
c) Bagaimana sejarah perkembangan akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam?
d) Bagaimana sejarah akhlak pada Bangsa Arab setelah Islam?
e) Bagaimana akhlak pada zaman barat (zaman baru)?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui bahwa sejarah dan perkembangan ilmu akhlak pada zaman
yunani
b) Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada abad pertengahan.
c) Untuk mengetahui sejarah akhlak pada Bangsa Arab sebelum islam.
d) Untuk mengetahui sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam.
e) Untuk mengetahui perkembangan kondisi ilmu akhlak pada zaman Barat (zaman
baru)

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Akhlak pada Zaman Yunani

1. Tokoh – tokoh sofistik (500-450 SM)

Sejarah perkembangan ilmu akhlak yang muncul pada abad ke 5 SM adalah


aliran dari tokoh-tokoh “sofistik” dalam sejarah dijelaskan bahwasannya Socrates
sebenarnya tidak terlalu condong kepada pemikiran yang ada dalam kaum sofis,
karena Socrates mengeluarkan pendapat pendapatnya yang dinilai bertentangan
dengan pendapat yang digunakan oleh kaum sofistik. Pendapat Socrates yang dinilai
sebagai kritikan yang muncul untuk kaum sofis ini adalah pernyataannya yang
menjadikan "manusia” sebagai objek dalam kajian penelitian yang digali dalam
pembelajaran ilmu filsafat. Bahkan dalam pendapat Cicero menyatakan bahwa
Socrates adalah orang yang berusaha untuk mengendalikan pemikiran manusia
yang beranggapan bahwa kajian dari ilmu akhlak yang menurut kaum Sofistik objek
kajiannya adalah alam dengan aneka ragamnya atau pemikiran filsaffat langit beralih
ke pemikiran Socrates yakni filsafat bumi. 6

Etika Islam sebenarnya bersumber dari wahyu, Al Qur’an, sunnah, dan rasio.
Sedangkan etika sufistik mendefinisikan sebuah akhlak bahwasannya bersumber
dari wahyu, akal, dan hati7. Etika yang diterapkan tokoh sofistik sebenarnya
berusaha untuk menanamkan fungsi dimensi dari ruh manusia lewat dari akal dan
hati tetapi tetap memperhatikan bimbingan yang telah diwahyukan untuk manusia
mengambil keputusan dalam bersikap dan berperilaku.

2. Socrates(469-399 SM)
Socrates merupakan salah satu ahli fikir yang menyingkap pembahasan
tentang ilmu akhlak beliau telah melakukan penelitian dan penyelidikan tentang
akhlak yang berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia yang ada di muka
bumi. Ia tidak seperti kaum sofistik yang banyak tertarik dengan alam dan
kelangsungan benda benda yang ada dilangit untuk menjadikannya sebagai objek
yang dikaji untuk mengartikan definisi dari ilmu akhlak. Tetapi ia cenderung memiliki
pendapat yang berlawanan yakni, menganggap bahwa untuk menemukan arti dari
akhlak hal yang perlu dipelajari adalah bagaimana manusia bertindak dan
berperilaku serta bagimana akibat dari perbuatan tersebut. Sehingga atas dasar
pemikirannya itu Socrates dijuluki sebbagai orang yang menurunkan ilmu filsafat dari
langit ke bumi.8
Plato beranggapan bahwa Socrates adalah orang yang sangat tekun
mempelajari ilmu filsuf dan haus akan kebenaran, karena dia memiliki pemikiran
bahwasannya hanya pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia kepada
6

Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka Almaida
Makassar, 2017), hlm 77
7
Rahmat Setiawan, “ETIKA SUFISTIK (Relevansinya Terhadap Pencegahan Krisis Moral)”,
Vol. 17,Jurnal Studi Islam dan Sosial, 2019, hlm 291
8
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 51

5
pemahaman yang baik sehingga dapat menuntun manusia pada jalan kebahagiaan.9
Socrates diangkat sebagai orang pertama yang merintis ilmu akhlak yang ada di
Yunani. Karena beliaulah manusia pertama yang mengaitkan ilmu akhlak dengan
ilmu pengetahuan dunia.
3. Cynics dan Cyrenics

Golongan yang muncul mengutarakan pemikirannya setelah Socrates adalah


kaum Cynics dan Cyrenics dimana dua golongan ini sebenarnya merupakan
pengikut dari ajaran dari Socrates. Golongan ini sebnarnya dibentuk pada tahun 444-
370 SM. Golongan ini berpendapat bahwa Tuhan itu bersih dari segala kebutuhan,
dan diantara manusia yang paling baik adalah orang orang yang patuh dan memiliki
perangai dari Tuhan.10

Perbedaan dari 2 kelompok ini adalah kelompok cynics memiliki pemikiran


bahwa manusia yang bergelimang harta dan kenikmatan adalah hal yang hina dan
tidak pantas dilakukan, sehingga pengikut dari cynics ini cenderung menjauhi
kelezatan, terbiasa hidup miskin dan susah, serta tidak peduli dengan keadaan
dirinya yang sulit walau mendapat kemiskinan.11 Sedangkan pemikiran dari cyrenics
yang dipimpin oleh Aristippus memiliki pendapat yang berlawanan dengan pemikiran
cynics dimana mereka beranggapan bahwa mencari kelezatan dan menjauhi rasa
sakit. Manusia dikatakan dekat dengan Tuhan apabila mereka memiliki hidup yang
sejahtera, bahagia dan menjauhi kesusahan dunia. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan kebahagiaan dan berupaya mencari kelezatan dunia bisa
membawa manusia lebih dekat dengan Tuhan.

4. Plato
Dalam pemikiran plato menjelaskan bahwa etika itu bersifat intelektual dan
moral. Dan pemikirannya memiliki tujuan untuk mencapai budi yang baik. beliau
berpendapatn bahwa tujuan hidup dari manusia adalah mendapat kesenangan
didunia yang didapat dari ilmu pengetahuan.12 Plato memberikan pengertian bahwa
orang yang baik itu dapat dinilai apabila memiliki banyak akal budi, dan buruk apabila
manusia dalam dirinya dikumpuli dengan hawa dan nafsu. Manusia dapat mengubah
hidupnya menjadi baik apabila mereka dapat membebaskan diri dari kekuatan
irrasional hawa dan nafsu tetapi juga harus mengarahkan hidup kepada akal dan
budi yang baik. Menurut plato tujuan hidup dari manusia yang beragama adalah
mendapat kesenangan hidup di dunia. Kesenangan yang diutarakan yang dimaksud
plato bukanlah kesenangan yang condong kepada sikap hedonisme, tetapi
kesenangan tersebut didapat dari pengetahuan nilai yang akan dituju manusia.
Melalui ide atau pemikiran baik yang muncul dalam pemikiran manusia akan
menimbulkan akibat yang positif salah satunya adalah tegaknya keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat. Apa yang menurut masyarakat banyak dinilai baik maka

9
Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka
Almaida Makassar, 2017), hlm 87
10
Ishak Talibo,Faradila Hasan,“FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA
MODERN”, Vol. 24,Potret Pemikiran, 2020, hlm 50
11
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 51

12
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika
Islam”,Vol. 18, Refleksi,2018, hlm 29

6
haruslah baik untuk orang tersebut. Sehingga kepentingan manusia dengan
masyarakat menjadi selaras
Plato juga berpendapat bahwa dalam kehidupan akhlak sehari hari manusia
itu dikaruniakan kekuatan. Kekuatan tersebut diantaranya ada 4 yakni kebijaksanaan
(keutamaan bagi mengusai dan mengatur seseorang), keberanian (keutamaan
melawan kejahatan), keperwiraan (keutamaan untuk menhan diri sendiri untuk
tindakan yang tidak boleh dilakukan), keadilan (keutamaan seseorang untuk berbuat
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat).13
5. Aristoteles (394-322 SM)
Pemikiran yang dicetuskan oleh murid plato ini mengatakan bahwa suatu akhlak
adalah keutamaan bagi seseorang. Aristoteles menilai bahwa kebaikan yang
dilakukan seseorang dengan moral adalah tujuan akhir perjalanan manusia hidup.
Baik yang dimaksud oleh aristoteles tidak berartii hanya dalam satu bidang saja,
melainkan mencakup banyak aspek yang ada di dunia.14

Hidup yang baik bagi


manusia adalah apabila ia
mencapai apa yang
menjadi tujuannya.
Dengan mencapai
tujuannya, maka manusia
telah mencapai dirinya
dengan sepenuhnya.
Apapun
13
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 52

14
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika
Islam”,Vol. 18, Refleksi,2018, hlm 36

7
tujuan hidup manusia
adalah demi sesuatu yang
baik dan bernilai.Aristoteles
mengatakan bahwa
tingkatan kebajikan
pertama yang dinamakan
kebahagiaan adalah
tingkatan dimana manusia
mengarahkan kehendak
dan upayanya menuju
kemaslahatan dirinya di
dunia inderawi ini
termasuk perkara-perkara
jiwa, tubuh, maupun
keadaan jiwa yang
berkaitan erat dengannya.
8
Dalam kasus ini, perilaku
manusia dalam keadaan-
keadaan ini. Ini merupakan
satu kondisi di
mana manusia kiranya
dipengaruhi hawa nafsu,
tetapi dalam batas yang
wajar seperti itu, dia
lebih mungkin melakukan
perbuatan yang benar serta
tidak menyimpang dari
penilaian nalar,
dalam kehidupan sehari-
harinya yang banyak
bergelut dengan perkara-
perkara inderawi
9
Hidup yang baik bagi
manusia adalah apabila ia
mencapai apa yang
menjadi tujuannya.
Dengan mencapai
tujuannya, maka manusia
telah mencapai dirinya
dengan sepenuhnya.
Apapun
tujuan hidup manusia
adalah demi sesuatu yang
baik dan bernilai.Aristoteles
mengatakan bahwa
tingkatan kebajikan
pertama yang dinamakan

10
kebahagiaan adalah
tingkatan dimana manusia
mengarahkan kehendak
dan upayanya menuju
kemaslahatan dirinya di
dunia inderawi ini
termasuk perkara-perkara
jiwa, tubuh, maupun
keadaan jiwa yang
berkaitan erat dengannya.
Dalam kasus ini, perilaku
manusia dalam keadaan-
keadaan ini. Ini merupakan
satu kondisi di
mana manusia kiranya
dipengaruhi hawa nafsu,
11
tetapi dalam batas yang
wajar seperti itu, dia
lebih mungkin melakukan
perbuatan yang benar serta
tidak menyimpang dari
penilaian nalar,
dalam kehidupan sehari-
harinya yang banyak
bergelut dengan perkara-
perkara inderawi
menurut aristoteles hidup dapat dinilai baik apabila manusia dapat meraih
atau mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya. Tujuan hidup dari seseorang
harusnya hal yang memiliki nilai positif dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri.
Beliau juga memiliki pendapat bahwa tingkat kebaikan yang dapat diraih oleh
manusia pertama adalah kebahagiaan, maksudnya manusia dapat menagarahkan
tubuhnya kepada kemaslahatan diri yang bersifat baik. dalam kebahagiaan manusia
sebenarnya boleh memiliki hawa nafsu tetapi harus dapat mengendalikannya, dan
manusia harusnya dapat melakukan perbuatan perbuatan yang baik serta tidak
menyimpang dari nalar dan aturan. 15

6. Stoics dan epicurics


Stoics memiliki pandangan dalam mengkaji arti dari akhlak dimana mereka
beranggapan bahwa manusia memiliki tujuan hidup hanya untuk menjalani sesuatu
yang bisa dijalani dan masuk akal. Mereka memiliki pemikiran bahwa rasa susah dan
bahagia adalah suatu hal yang pasti didapatkan dalam hidup, sehingga kita sebagai
manusia tidak akan bisa menghindarinya. Dan kita hidup untuk melewati kenikmatan
dan kesengsaraan tersebut. Semua yang ditakdirkan menjadi jalan kita itulah jalan

15
Prof. Dr. Hamka, “Konsep Pendidikan Akhalak Menurut Ibn Maskawaih dan Aristoteles”, Vol
9, Jurnal Pendidikan Islam, 2018, hlm 137

12
yang akan kita lalui, sedangkan apa yang bukan menjadi jalan kita, kita tidak akan
pernah sampai kepadanya.mereka memiliki pemikiran bahwa rasa sakit dan bahagia
sejatinya tercipta dari diri kita sendiri, dan hanya kita yang bisa mengendalikannya.
Pikiran, dan domain yang sehat akan menggiring hidup kita kepada kedamaian
apabila seseorang dapat berpikir secara rasional. Sedangkan pemikiran dari
kelompok epicurics berpendapat bahwa tujuan hidup dari seorang manusia adalah
kebahagian manusia itu sendiri. Pemikirannya diatas dasarkan kepada akhlak atau
etika yang baik sehingga akan memberikan ketenangan hati dan hidup. Adapun
ajaran ajaran epicuris diantaranya adalah 16
a) Manusia tidak boeh tenang dalam hidup karen mereka harus takut
kepada dewa dewa.
b) Manusia harus memiliki ketenangan dalam menghadapi ketakutannya
kepada dewa apabila telah melaksanakan kewajibannya karena dewa
tidak akan mengganggu kebahagiaan manusia.
c) Tidak perlu takut kepada kematian karena sejatinya mati tidak akan
menderita.
d) Jalan hidup manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri, apabila
manusia telah membangun ketenangan batin dalam hidupnya maka
manusia bisa mencapai tujuan dari hidupnya.
e) Manusia memiliki tujuan hidup hanya untuk mendapatkan kepuasan
dan kenikmatan, karena sejatinya ketenangan dalam batin akan
didapatkan apabila keinginan manusia telah tercapai dengan
kepuasannya. Diantaranya adalah sikap untuk menjalin silaturahmi
atau persaudaraan.

7. Agama Nasrani
Ajaran agama nasrani ini muncul pada akhir abad ke3 masehi. Karena pada
masa ini manusia mulai berpendapat bahwa agama juga memiliki peran yang
besar untuk menentukan pokok pokok ajarran adari akhlak. Karena didalam
ajaran agama juga memuat banyak aturan aturan bagaimana seorang
manusia dapat bersikap. Karena Tuhanlah yang harusnya memberikan
patokan apakah sebuah perilaku dapat dikatakan baika atau buruk. Dan
aturan aturan tersebutlah yang seharusnya kita gunakan dalam berinteraksi
dan menjalin hubungan dengan orang lain. Pada masa itu sebenarnya
pendeta sudah menduduki kedudukan yang sama dengan para filsuf yang
ada di wilayah Yunani karena kebanyakan yang diajarkan sesuai dengan
pengajaran yang dibeikan oleh filsuf. Ajaran agama nasrani sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan ajaran stoics.17 Yang menjadi perbedaan diantaranya
adalah dorangan manusia untuk melaksanakan akhlak atau etika tersebut.
Dalam pandangan kaum stoics dorongn yang diberikan adalah karena
adanya ilmu pengetahuan dalam otak manusia dan kebijaksanaan seorang
insan yang mengharuskan mereka bersikap baik. sedangkan dalam ajaran
agama nasrani dorongan yang diberikan adalah rasa cinta kasih sayang
16
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 54

17
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 55

13
kepada Tuhannya dan untuk mengimaninya sehingga manusia harus
melakukan perbuatan yang baik.

2.2 Akhlak Pada Abad Pertengahan


Pada abad pertengahan, dimana tepatanya pada abad XV di dataran eropa
terjadinya kebangkitan para ahli pemikir yang kembali mempelajari tentang filsafat
yunani, dimulai dari itali kemudian terus berkembang hingga ke seluruh eropa,
mereka mulai membangun pemikiran dan melihat segala sesuatu dengan kritis, pada
masa itu juga dinyatakan sebagai era kebebasan berfikir, hal yang tidak luput dari
kritik adalah etika “akhlak” yang telah dikaji serta di bangun pemikirannya oleh para
filsuf yunani dan para pengikutnya.18
Peradaban kehidupan wilayah eropa di abad pertengahan, diatur
keseluruhan oleh gereja, dimana pada waktu itu sangat menolak filsafat yunani dan
juga memerangi kerajaan romawi, serta menolak penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno yang dibawanya. Gereja mempunyai keyakinan bahwa kenyataannya “hakikat”
telah diterima , dan menurut apa yang sudah tuhan berikan petunjuk dianggap benar
adanya, maka mereka berkeyakinan apa yang telah diperintakan wahyu tentu
dianggap benar adanya, maka dari itu tidak ada lagi arti untuk menyelidiki tentang
kenyataan “hakikat” dan pikiran untuk penelitian karena sudah di anggap benar.
Mempergunakan filsafat sepenuhnya di tengah masyarakat diperkenankan dengan
batas dan ketentuan yang tidak bertentangan dengan doktrin yang dikeluarkan oleh
gereja dan diharapkan hanya untuk menguatkan keyakinan-keyakinan agama serta
juga memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja, diluar seperti itu
penggunaanya filsafat tidak diperkenankan. Setengah para -pemimpin agama
meyelidiki filsafat yakni plato, aristoteles dan stoics, untuk meperkuat ajaran masehi,
dan mencocokan dengan akal. Filsafat yang menentang agama nasrani, dibuang
sejau mungkin, dan banyak bapak-bapak gereja dikatakan ahli filsafat dengan arti
ini.19
Para ahli filsafat akhlak yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa panduan
dari ajaran yunani dan ajaran nasrani. Di antara mereka yang termasyur ialah
Abelard seorang ahli filsafat perancis dan Thomas Aquinas seorang ahli filsafat
agama dari bangsa Itali. 20
Kemudian datanglah Shakespeare dan hetzenner yang menyatakan adanya
perasaan naluri pada manusia yang dapat digunakan membedakan baik dan buruk.21

2.3 Sejarah akhlak pada bangsa arab sebelum islam.

Pada jaman kebodohan(jahiliah), bangsa arab tidak mempunyai ahli-ahli filsuf(filsafat)


yang mengajak kepada aliran paham tertentu. Sebagaimana yang kita ketahui dikalangan
bangsa Yunani seperti Epirus, Zeno, Plato dan Aristoteles. Demikian tersebut dikarenakan
18
Junaidi, Mahbub. "AKHLAK DALAM PRESPEKTIF SEJARAH." DAR EL-ILMI”: Jurnal Studi
Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora 6.1 (2019): 112-127.

19
Ahmad amin “akhlak” Terjemahan bahasa Indonesia, bulan bintang, Jakarta thn 1982 hal
456
20
H.A Mustofa. “ AKHLAK TASAWUF “ cet VIII (CV. PUSTAKA SETIA. BANDUNG). 2019.
Hal 45
21
Zahrudin Hasanudin s “pengantar study akhlak” cet 1 PT RajaGrafindo. Jakarta. 2004 hal.
34

14
penyelidikan ilmu itu tidak terjadi kecuali di negara yang telah mati. Pada waktu itu bangsa
arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagiannya ahli-ahli syair, dan mereka
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong keutamaan dan
menjauhkan dari kerendahan. Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Luqman,dan Aksam bin
Shaifi, syair-syair Zuhair bin Abi Sulma dan Hatin al Thai. 22

Pengertian jahiliah sendiri, sebenarnya bukan berarti bahwa bangsa arab itu bodoh
dalam pemikiran atau akal. Akan tetapi, jahiliah di sini menggambarkan bahwa bangsa arab
yang saat itu mempunyai nilai-nilai moral yang rusak, serta susah menerima suatu
kebenaran akidah. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad diutus di bangsa arab sebagai nabi
yang memperbaiki akhlak budi manusia yang rusak menjadi akhlak yang mulia.23

Allah menjadikan manusia dari struktural yang sangat baik, dan membuat perintah dan
larangan untuk dijalani. Allah menetapkan beberapa keutamaan seperti benaar dan adil, dan
menjadikan kebahagiaan, kenikmatan di akhirat bagi yang mengikutinya. Demikian pula
Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti dusta dan kedzaliman, larangan yang harus
dihindari dan di jauhi, menjadikan kesengsaraan , siksa diakhirat sebagai hukuman bagi
yang melakukannya.24

Firman Allah yang mengukapkan tentang “Akhlak” yaitu:

a. Surat An-Nahl ayat 90:

ُ ‫ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬ ‫هّٰللا ْأ‬
۞ ‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ِ ِ ِ ‫اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس‬

Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”.(QS. An-Nahl: 90)

b. Surat An-Nahl ayat 97:

‫ون‬ ۟ ‫صلِحً ا مِّن َذ َك ٍر َأ ْو ُأن َث ٰى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّنهُۥ َح َي ٰو ًة َط ِّي َب ًة ۖ َولَ َنجْ ز َي َّن ُه ْم َأجْ َرهُم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُن‬
َ ُ‫وا َيعْ َمل‬ َ ٰ ‫َمنْ َع ِم َل‬
ِ

Artinya :
“ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)

c. Surat Al-Maidah ayat 33:

22
Drs. H.A. Mustofa “AKHLAK TASAWUF” cet VIII (CV PUSTAKA SETIA BANDUNG) 2019
Hal 47
23
Drs. H. Samsul Munir Amin, M.A “ILMU AKHLAK” Hal 38
24
Drs. H.A. Mustofa “AKHLAK TASAWUF” cet VIII (CV PUSTAKA SETIA BANDUNG) 2019
Hal 49

15
‫هّٰللا‬ ۤ
‫ُصلَّب ُْٓوا اَ ْو ُت َق َّط َع اَ ْي ِدي ِْه ْم َواَرْ ُجلُ ُه ْم‬ ِ ْ‫ارب ُْو َن َ َو َرس ُْولَ ٗه َو َيسْ َع ْو َن فِى ااْل َر‬
َ ‫ض َف َسا ًدا اَنْ ُّي َق َّتلُ ْٓوا اَ ْو ي‬ ِ ‫ِا َّن َما َج ٰزُؤ ا الَّ ِذي َْن ي َُح‬
‫ض‬ ۗ ِ ْ‫ف اَ ْو ُي ْن َف ْوا م َِن ااْل َر‬
ٍ ‫مِّنْ ِخاَل‬

Artinya :
“ Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat perusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib,atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang
dari negeri (tempat kediamannya)”.(QS. Al-Maidah: 33)

Bangsa arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang
akhlak(jahiliyah), pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata
hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka
tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak 25. Dan dalam Islam Jahiliyah artinya
ketidaktahuan akan petunjuk Tuhan. Keadaan tersebut merujuk kepada kondisi bangsa Arab
sebelum Islam atau sebelum diutusnya seorang Rasul yaitu Nabi Muhammad saw.26

Dapat dipahami bahwa masa itu mereka jauh dari petunjuk Tuhan(Allah SWT) dan tidak
adanya risalah yang menuntunnya. Kondisi pada masa sebelum Islam juga diakui oleh Philip
K. Hitti dalam bukunya The History of Arabs, jahiliyahnya bangsa arab disebabkan bodoh
dalam agama, karena pada zaman itu, tidak adanya nabi, dan kitab suci sebagai petunjuk.27
Bangsa Arab sebelum Islam dengan tradisinya dapat mempengaruhi dalam berbagai sisi
aspek kehidupan. Beberapa aspek kehidupan bangsa arab sebelum Islam yang identik
dengan kebodohan yaitu dalam aspek keagamaan, mayoritas menganut dan menyembah
berhala. Meskipun ada juga diantara mereka yang menganut agama Yahudi, Nasrani, dan
Majusi. Semangat keberagamaan mereka sangat kuat. Hal ini kemudian yang membuat
mereka menentang keras ketika Islam datang dengan ajarannya.28

2.4 Sejarah akhlak pada bangsa Arab setelah islam

Islam sekarang mendorong manusia untuk beriman kepada Allah SWT. Ini adalah
sumber dari segala sesuatu di alam. Segala sesuatu di dunia berasal darinya. Alam mampu
bergerak secara teratur melalui kekuatannya.

Seperti Allah SWT. Allah telah menetapkan beberapa aturan untuk diikuti oleh
manusia SWT. Dia juga menetapkan beberapa kebajikan yang harus diikuti, seperti
kebenaran dan keadilan, dan beberapa hal buruk yang harus dihindari orang, seperti
kebohongan dan ketidak adilan. Waspadalah kepada Allah SWT.29

Firman Tuhan yang diwahyukan tentang “akhlak” adalah:

a. Surat An-Nahl ayat 90:


25
Prof. Dr.H. Abuddin Nata ,M.A. “AKHLAK TASAWUF dan Karakter Mulia” Hal 49.
26
Muhammad Hendra, Jahiliyah Jilid 11, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h.2
27
Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008), h.108
28
M. Yakub, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 2 pdf

29
AR, Zahruddin dkk.“Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004,hlm.25-27

16
ُ ‫ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬ ‫هّٰللا ْأ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ِ ِ ِ ‫اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس‬

Artinya: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan (kamu) untuk berbuat kebajikan dan
kebaikan dan membantu kerabatmu. Dia juga melarang kekejian, kemungkaran dan
permusuhan. Dia akan mengajari Anda sehingga Anda bisa mengambil pelajaran.

Ayat tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa ajaran akhlak dalam islam
dengan sumbernya Al-Qur’an demikian lengkap dan Mendalam. Yakni tidak hanya melarang
atau memerintah saja, melainkan menunjukkan dengan jelas manfaat yang terkandung
dalam perintah tersebut, dan bahaya yang terkandung dalam larangan.

b. Surah an-Nahl ayat 97:


‫صالِحً ا مِّنْ َذ َك ٍر اَ ْو ا ُ ْن ٰثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ٗه َح ٰيو ًة َط ِّي َب ۚ ًة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم اَجْ َر ُه ْم ِباَحْ َس ِن َما َكا ُن ْوا َيعْ َملُ ْو َن‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

Artinya: Laki-laki dan perempuan yang beriman dan beramal saleh akan diberi
kehidupan yang baik dan diberi pahala yang lebih baik dari mereka.

c. Surat Al-Qasa ayat 77 :


‫ض ۗاِنَّ هّٰللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ ِدي َْن‬
ِ ْ‫َواَل َتب ِْغ ْال َف َسا َد فِى ااْل َر‬

Artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.

Sangatlah jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pokok-
pokok akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan
manusia. Ayat-ayat diatas juga menunjukan dengan jelas bahwa ajaran akhlak dalam Islam
dengan sumbernya Al-Quran sangat lengkap, jelas, dan mendalam.30

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan kutukannya atas bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Namun, siapa yang pertama kali memprakarsai atau menulis ilmu
akhlak dalam Islam masih diperdebatkan, dan beberapa teori telah dikemukakan.

Pertama, Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang mencetuskan ilmu akhlak. Ini
didasarkan pada risalah yang dia tulis untuk putranya. Al-Hasan kembali dari Perang Shiffin.
Pamflet memiliki banyak pelajaran moral dan berbagai kebajikan. Isi risalah ini juga
tercermin dalam kitab Nahj Al-Balagha, yang sering dikutip oleh ulama Sunni seperti: Abu
Ahmad bin ‘Al-‘Askari dalam kitabnya zawajir wa Al-Mawaizh.31

Kedua, tokoh Islam pertama yang menulis tentang akhlak adalah Ismail bin Maharan
Abu Abu Nashr al-Sauqani, ulama abad ke 2 M, yang menulis Al-Mu’min wa Al-Fajir, buku
pertama tentang akhlak dalam Islam. Setelah itu, tokoh moral terkenal seperti Abu Dar al-
Gifari, Ammar bin Yasser, Nawal al-Bakkali dan Muhammad bin Abu Bakar tidak menulis
tentang mereka.

30
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf”,
Jakarta: PT Karya Mulia, 2005,hlm.32
31
Asy-Syaikh Nashir Makarim Asy-Syirazi. “Al-Akhlak fi Al-Qur’an.Qumm”: Madrasah al-Iman
‘Ali bin Abi Thalib. 1386 H.,hlm.29-30

17
Ketiga, pada abad ke-3 Hijriah, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis buku berjudul
Al-mani’at min dukhul Al-Jannah. Tokoh-tokoh lain yang berbicara khusus dalam bidang
akhlak antara lain:

1. Ar-Razi (250-313 H). Namun, ada filosof lain seperti A-Kindi dan Ibnu Sina. Ar-Razi telah
menulis sebuah karya di bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani (Kesehatan Rohani).
Buku ini menjelaskan tentang kesehatan mental dan cara menjaganya. Buku ini adalah
filsafat moral utama yang bertujuan untuk meningkatkan moralitas manusia.

2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad al-Kufi menulis Kitab Al-Adab dan Makarim al-Aflaq. Di
abad ini juga dikenal sosok Abu Nasr al-Farabi yang melakukan kajian akhlak. Demikian
juga Ikhwan Ash-Shafa (370-428 H) dari Rasa’il dan Ibn Sina .-nya

3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawih (w. 421 H) menulis kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa Tath-hit
Al-A’araq dan Al-‘Arab wa Al-Furs. Buku ini berasal dari konsep akhlak Plato dan Aristoteles,
memadukan ajaran Islam dengan hukum, dan merupakan kisah akhlak yang diperkaya
dengan pengalaman hidup penulis dan keadaan pada masanya.32

4. Pada abad ke-6, H Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa Nuzhah
An-Nazhir.

5. Pada abad ke-7 H, Syaikh Khawajah Nashir Ath-Thusi menulis kitab Al-Akhlaq An-
Nashiriyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta`allimin.

Berabad-abad setelahnya, Irsyad Ad-Dailami, Mashabih Al-Qulub dari Ash-Syairazi,


Makarim Al-Akhlaq dari Hasan bin Amin Ad-Din, Al-Adab Ad-diniyyah dari Amin Ad-Din Ath-
Thabarsi dan Bihar Al-Anwar menjadi beberapa buku dikenal.33

2.5 Akhlak Pada Zaman Barat ( Zaman Baru )

Pada pertengahan akhir abad ke-15, eropa mulai mengalamikemajuan dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kehidupan mereka yang semula mengikuti ajaran
gereja kemudian diubah menjadi akal pikiran dengan memberikan peran yang besar. Akal
sebagi ajaran klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. ajaran yang dikritik dan
sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan bangsa-bangsa
setelahnya. Pergeseran cara pandang pada zaman ini terjadi hingga beberapa masa ke
masa yang akhirnya melahirkan para tokoh dan pemikir hebat pada masanya masing-
masing. Banyak tokoh-tokoh akhlak yang lahir pada abad ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Descartes (1596-1650)
Descartes adalah salah satu dari tokoh barat yang memperhatikan kajian akhlak
dan mendasarkan filsafatnya pada rasionalisme. descartes juga merupakan filsuf
32
Zainul Kamal, Pengantar, dalam Ibnu maiskawaih, “Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Terj.
Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1985,hlm.14
33
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-
60

18
yang berasal dari prancis. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru bagi ilmu
pengetahuan dan filsafat, diantaranya sebagai berikut :
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan belum
dipastikan nyata adanya. Sesuatu yang didasarkan pada sangkaan semata
dan tumbuh dari kebiasaan wajib di tolak
b. Penyeledikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah, kemudian mengarah pada yang lebih kompleks
c. Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum dinyatakan benar terlebih
dahulu.

Descartes dan para pengikutnya cenderung kepada ajaran stoics.Sedangkan tokoh-


tokoh filosofsetelah Descartes lebih cenderung kepada paham Epicurus.34

2. Spinoza (1632 – 1677 M )


Spinoza adalah seseorang yang berasal dari keturunan yahudi yang
melepaskan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dan
mendasarkan filsafatnya kepada rasionalisme. Karena menurut spinoza manusia
harus berdasarkan kepada rasio (akal).
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Herbert Spencer adalah seseorang yang berasal dari inggris Pendapat
Herbert Spencer yang terkenal yaitu paham tentang pertumbuhan secara bertahap
atau evolusi dalam akhlak manusia. Ia juga berpendapat bahwa akhlak manusia
akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan evolusi alam.
4. Jhon Stuart Mill (1806-1873 M)
Jhon Stuart Mill ini dikenal sebagai seseorang yang memindahkan paham
Epicurus menjadi paham Utilitarianisme. Pada Paham Utilitariansme ini menganggap
bahwa ukuran baik dan buruknya sesuatu itu ditentukan oleh gunanya. Paham ini
termasuk paham yang terbesar di eropa dan mempunyai pengaruh yang sangat
besar di eropa.
5. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant ini dikenal sebagai ahli pikir jerman yang terkemuka dalam
bidang Akhlak atau etika. ia juga menyakini adanya kesusilaan. Titik terberat
etikanya adalah rasa kewajiban atau panggilan Hati Nurani untuk melakukan
sesuatau. Dan juga rasa kewajiban melakukan sesuatu yang didasarakan pada budi.

Pada zaman barat ini juga bermunculan berbagai macam etika, ada yang
menggunakan pemikiran lama dan ada juga yang menggunakan pemikiran baru untuk
melaksanakan perubahan pemikiran. Akan tetapi tidak banyak pula yang masih
mempertahankan etika yang berdasarkan ketuhanan.35

Salah satu ajaran penting tentang etika pada zaman barat ini adalah bersumber pada intuisi
yang dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1) Intuisi mencari hakikat atau mencari ilmu pengetahuan.


2) Intuisi etika dan akhlak, yaitu sesutau yang menjelaskan kepada kebaikan.
3) Intuisi estetika yaitu sesuatu yang menjelaskan tentang keindahan.
34
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal.60-
65.
35
Fuad Masykur, MA, Hakikat Pendidikan Akhlak Dalam Dunia Islam dan Barat, Tarbawi :
Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 2020, hlm 174-175

19
4) Intuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan segala
isinya.36

Bab III

36
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015), hlm 35

20
Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani dibagi menjadi 7 yakni : tokoh-
tokoh sofistik, Scorates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan
Epicurics, dan yang terakhir adalah agama Nasrani.
2. Akhlak pada pertengahan abad merupakan akhlak yang lahir di Eropa yang
dibangun dengan pepaduan antara ajaran Nasrani dan Yunani.
3. Sejarah akhlak pada zaman sebelum kemunculan Islam dalam keadaan bodoh.
4. Sejarah akhlak pada zaman setelah kemunculan Islam mulai berangsur membaik,
dikarenakan yang menjadi dasar perilaku akhlak adalah kepercayaan dalam
mengimani Allah. Islam sekarang mendorong manusia untuk beriman kepada Allah
SWT. Ini adalah sumber dari segala sesuatu di alam. Dia juga menetapkan beberapa
kebajikan yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan, dan beberapa hal
buruk yang harus dihindari orang, seperti kebohongan dan ketidak adilan. Sangatlah
jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pokok-pokok
akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan
manusia. Ayat-ayat diatas juga menunjukan dengan jelas bahwa ajaran akhlak
dalam Islam dengan sumbernya Al-Quran sangat lengkap, jelas, dan mendalam.
Dalam Islam,tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru terbesar
dalam bidang akhlak. Ini didasarkan pada risalah yang dia tulis untuk putranya.
Kedua, tokoh Islam pertama yang menulis tentang akhlak adalah Ismail bin Maharan
Abu Abu Nashr al-Sauqani, ulama abad ke 2 M, yang menulis Al-Mu’min wa Al-Fajir,
buku pertama tentang akhlak dalam Islam. Ar-Razi telah menulis sebuah karya di
bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani .
5. Sejarah akhlak pada zaman barat muncul banyak pemikiran baru diantaranya
Descartes, Spinoza, Herbert Spencer, Jhon Stuart Mill, Immanuel Kant. Pada zaman
barat ini juga bermunculan berbagai macam etika, ada yang menggunakan
pemikiran lama dan ada juga yang menggunakan pemikiran baru untuk
melaksanakan perubahan pemikiran

Daftar Pustaka

21
Dr, Suhayib M.Ag, “Studi Akhlak” (Yogyakarta : Kalimedia, 2016)
Sabila, N. A. (2019). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-
Ghazali). NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2),
Nasrul, H. S. "Akhlak Tasawuf." (2015).
Dr. H. Baruddin M.Ag “Akhlak Tasawuf” (Serang : IAIB Press, 2015).
Nurnaningsih Nawawi, “Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat”, (Makasar, Pusaka
Almaida Makassar, 2017).
Rahmat Setiawan, “ETIKA SUFISTIK (Relevansinya Terhadap Pencegahan Krisis Moral)”,
Vol. 17,Jurnal Studi Islam dan Sosial, 2019
Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, “Akhlak Tasawuf”, Bandung : Pustaka setia
Ishak Talibo,Faradila Hasan,“FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA
MODERN”, Vol. 24,Potret Pemikiran, 2020.
Muhammad Taufik, “ETIKA PLATO DAN ARISTOTELES: Dalam Perspektif Etika Islam”,Vol.
18, Refleksi,2018.
Prof. Dr. Hamka, “Konsep Pendidikan Akhalak Menurut Ibn Maskawaih dan Aristoteles”, Vol
9, Jurnal Pendidikan Islam, 2018.
Junaidi, Mahbub. "AKHLAK DALAM PRESPEKTIF SEJARAH." DAR EL-ILMI”: Jurnal Studi
Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora 6.1 (2019)
Ahmad amin “akhlak” Terjemahan bahasa Indonesia, bulan bintang, Jakarta thn 1982 H.A
Mustofa. “ AKHLAK TASAWUF “ cet VIII (CV. PUSTAKA SETIA. BANDUNG). 2019.
Zahrudin Hasanudin s “pengantar study akhlak” cet 1 PT RajaGrafindo. Jakarta. 2004 Drs.
H. Samsul Munir Amin, M.A “ILMU AKHLAK”
Prof. Dr.H. Abuddin Nata ,M.A. “AKHLAK TASAWUF dan Karakter Mulia”
Muhammad Hendra, Jahiliyah Jilid 11, (Yogyakarta: Deepublish, 2012),
Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008),
M. Yakub, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2015),

AR, Zahruddin dkk.“Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf”,
Jakarta: PT Karya Mulia, 2005

Asy-Syaikh Nashir Makarim Asy-Syirazi. “Al-Akhlak fi Al-Qur’an.Qumm”: Madrasah al-Iman


‘Ali bin Abi Thalib. 1386

Zainul Kamal, Pengantar, dalam Ibnu maiskawaih, “Menuju Kesempurnaan Akhlak”, Terj.
Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1985.
Fuad Masykur, MA, Hakikat Pendidikan Akhlak Dalam Dunia Islam dan Barat, Tarbawi :
Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 2020.

22
Lampiran

Laporan hasil sesi Tanya jawab

23
1. Safina Ulfi Maulida (214105030017) : Mengapa socrates menjadi pencetus pertama
padahal ada filsuf yang lain yang bisa di sebutkan tadi tidak menjadi pencetus
pertama?. Mengapa tidak di cantumkan nama david hume dan immanuel kant
padahal mereka juga filsuf di era moderen ?

Jawaban Pemateri : sebenarnya dari pendapatnya yang berbeda beda tersebut dan
sangking banyaknya pendapat tersebut tidak ada pendapat yang kuat dan timbul ke
permukaan, jadi tokoh socrates ini yang di kenal menyampaikan pendaptnya kepada
masyarakat umum dan di kenal sebagai pencetus pertama. Gini ya karena yang di
cantumkan tadi itu hanya beberapa tokoh dan kalo pemikiran David hume itu adalah
pemikiran yang berusaha menggabungkan rasionalisme dengan empirisme, khususnya
yang berkaitan dengan pengamatan dan percobaan. sedangkan pemikiran Immanuel
Kant adalah sebagian besar mengkritik tentang metafisika tradisional. Kant meyakini
bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dan sumber segala pengetahuan.

2. Moh. Yunus (212105030097) : pada materiakhlak pada abad pertengahan terdapat


kalimat yang katanya pemikiran akhlak yang di sampaikan kaum muktazilah,
bagaimana sih pemikiran kaum muktazilah ?

Jawaban Pemateri :Muktazilah berpandangan bahwa Tuhan telah memberikan


kemerdekaan dan kebebasan bagi manusia dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya, karena Tuhan tidak absolute dalam kehendak-Nya, dan Tuhan
mempunyai kewajiban berlaku adil, berkewajiban menempati janji, berkewajiban
memberi rizki.

3. Septian Eka Fitriani (214105030021 ) : Mengapa akhlak menjadi simbul harkat dan
martabat seorang muslim dan bagaimana pandangan anda tentang upaya upaya dalam
pembentukan akhlak di zaman ini ?
Jawaban Pemateri : karena ajaran islam merupakan agama yang rahmatal lil 'alamin
( menjadi rahmat bagi seluruh alam). Sehingga sudah sepatutnya seorang muslim
menjaga ciri khas martabat yang ada dalam ajaran islam. Seorang muslim yang
akhlaknya tercela menunjukan bahwa ia tidak memahami atau tidak mengamalkan
ajaran islam dengan baik.faktor utama pembentukan akhlak di era moderen ialah
kluarga dan lingkungan dua hal ini menjadi pembentuk akhlak yang pertama di temui
bagi generasi muda jadi sepatutnya dari kluargalah kita membimbing anak dengan
sangat baik serta lingkungan yang mendukung perkembangan anak anak muda yang
berdampak positif suatu contoh dalam lingkungan mengadakan kegiatan kegiatan
yang menambah minat dan bakat serta contoh contoh sopan santun terhadap orang
yang lebih tua.

24

Anda mungkin juga menyukai