Anda di halaman 1dari 6

IDENTITAS NASIONAL

1. Pengertian Identitas Nasional

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris yaitu identity yang memiliki pengertian: ciri, tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain.
Dengan demikian identitas berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang dimiliki seorang,
kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa sehingga dengan identitas itu bisa membedakan
dengan yang lain. Kata nasional merujuk pada konsep kebangsaan. Nasional menunjuk pada
kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan
berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. Oleh karena itu identitas nasional lebih
merujuk pada identitas bangsa.

1. Beberapa faktor-faktor pembentukan identitas nasional:


a. Primordial: ikatan kekerabatan, kesamaan suku bangsa,daerah asal, bahasa, dan adat
istiadat.
b. Sakral: kesamaan agama, ideologi.
c. Tokoh
d. Bhinneka Tunggal Ika
e. Sejarah.
f. Perkembangan ekonomi.
g. Kelembagaan: misal birokrasi-birokrasi di lingkungan pemerintahan.
2. Identitas Cultural Unity atau identitas kesukubangsaan
Cultural Unity yang mengacu pada pengertian kebudayaan disatukan oleh adanya kesamaan
dalam hal ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan daerah asal. Identitas Cultural
Unity disebut juga identitas kesukubangsaan. Identitas ini bersifat askriftif, alamiah, primer,
dan etnik.
3. Identitas Political Unity atau identitas kebangsaan.
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa dan negara.
Kesamaan primordial dapat menciptakan bangsa untuk bernegara.
2. Sejarah Kelahiran Faham Nasionalisme Indonesia

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki semangat kebangsaan yang
tinggi. Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia pernah
menjadi bangsa yang besar yang berhasil disatukan dalam suatu pemerintahan/negara. Sumpah
Palapa merupakan bukti adanya nasionalisme pada masa tersebut.
Berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908) yang
berbasis subkultur Jawa, Sarekat Dagang Islam (1911) yang dibentuk oleh kaum entrepreuneur
Islam yang bersifat extrovert dan politis, Muhammaddiyah (1912) dari subkultur Islam modernis
yang bersifat introvert dan sosial, Indische Party (1912) dari subkultur campuran Indo Belanda,
Indo Chinese, Indo Arab, dan Indonesia asli yang mencerminkan elemen politis nasionalisme
nonrasial yang berselogan “tempat yang memberi nafkah yang menjadikan Indonesia sebagai
tanah airnya”, Indische Sociaal Democratische Vereniging (1913) yang mengejawantahkan
Nasionalisme politik radikal dan berorientasi Marxist, Trikoro Dharmo (1915) sebagai embrio
Jong Java (1918) dan Indonesia Muda (1931) yang berbasis subkultur Jawa, Nahdatoel Oelama
(1926) dari subkultur santri dan ulama, serta pergerakan-pergerakan lain dengan berbagai macam
subkultur etnis seperti Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Celebes dan lain sebagainya telah
melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu pergerakan nasionalisme yang berjati diri
“Indonesianess” dengan mengaktualisasikan tekad politiknya dalam Soempah Pemoeda 28
Oktober 1928.
Disamping itu para mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda mendeklarasikan
Manifesto Politik di tahun 1925. Dari keanekaragaman subkultur tadi terkristalisasi menjadi
suatu core culture yang kemudian menjadi basis eksistensi nation state Indonesia, yaitu
Nasionalisme. Apapun subkulturnya, mereka merasa bernusa satu, berbangsa satu dan berbahasa
satu-Indonesia. Itulah cetusan Identitas Nasional Indonesia.

3. Hakikat Bangsa dan Negara

1. Arti Negara
Beberapa konsep negara antara lain dikemukakan oleh:
a. George Jellinek
Negara ialah sistem kekuasaan dari kelompok manusia yang berkediaman di
wilayah tertentu
b. Kranenburg
Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri.

c. Jean Bodin
Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala kepentingannya yang
dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat.

2. Unsur-unsur negara
Unsur-unsur negara meliputi rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat (Konstitutif)
dan pengakuan dari negara lain (deklaratif). Sebagai organisasi kekuasaan, negara
mempunyai sifat memaksa, monopoli, dan mencakup semua.

3. Teori terjadinya negara


Beberapa teori terjadinya negara yaitu:
a. Teori hukum alam, menurut teori ini negara terjadi secara alamiah yaitu mulai dari
lahir berkembang, mencapai puncaknya, layu dan akhirnya mati.
b. Teori ketuhanan, menurut teori ini terjadinya negara karena kehendak Tuhan,
didasari kepercayaan bahwa segala sesuatu berasal dari tuhan dan terjadi atas
kehendak Tuhan.
c. Teori perjanjian, menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil perjanjian
antar manusia/individu. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari
masyarakat sebelum bernegara untuk kemudian menjadi masyarakat bernegara.

4. Karakteristik Identitas Nasional


a. Unsur unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation (bangsa)
dengan ciri ciri khas, dan dengan ciri ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan
bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.
Dikaitkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya
agama-agama besar di bumi nusantara ini. Indonesia terdiri dari berbagai suku yang
kemudian “dihimpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional
dalam bingkai Pancasila dan roh Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Pelaksanaan Unsur-unsur Identitas Nasional


Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hakekat Identitas Nasional kita
sebagai bangsa didalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila
yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas,
misalnya dalam pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan,
nilai nilai etik, moral, tradisi, bahasa mitos, ideologi dan lain sebagainya yang secara
normatif diterapkan dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional.
Perlu dikemukakan bahwa nilai nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas
Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis melainkan sesuatu yang terbuka, cenderung terus menerus bersemi sejalan
dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional merupakan
sesuatu yang terbuka, dinamis dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.
Krisis multi dimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita, menyadarkan
kita semua bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas
nasional kita telah ditegaskan sebagai komitment konstitutional sebagaimana
dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam pembukaan, khususnya dalam pasal 32
UUD 1945 beserta penjelasannya yaitu: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia” yang diberi penjelasan: “Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang
timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan
asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia,
terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah
kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya bangsa sendiri
serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Kemudian dalam UUD
1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam pasal 32:
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budaya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.
Dengan demikian secara konstitutional pengembangan kebudayaan untuk membina dan
mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa
dan bagaimana kebudayaan itu difahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak
kurang dari 166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn (1952).

5. Proses Berbangsa dan Bernegara

Proses bangsa menjadi negara memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya


bangsa, dimana sekelompok manusia yang berada didalamnya merasa sebagai bagian dari
bangsa. Bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan negara, sehingga tumbuhlah
kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara diantaranya melalui upaya
bela negara.
Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori kenegaraan
tentang terjadinya negara kesatuan RI sebagai berikut:
1. Terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu proses yang tidak
sekedar dimulai dari Proklamasi Perjuangan Kemerdekaan, juga mempunyai peran
khusus dalam pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.
2. Proklamasi baru mengantar bangsa Indonesia sampai ke pintu gerbang kemerdekaan.
Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah selesai bernegara.
3. Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya dengan adanya
pemerintahan, wilayah, dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk menuju keadaan
merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
4. Terjadinya negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keinginan golongan
yang kaya, dan yang pandai, atau golongan ekonomi lemah yang menentang golongan
ekonomi kuat seperti dalam teori kelas.
5. Religiusitas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan kepercayaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan YME. Unsur kelima ini kemudian diterjemahkan menjadi
pokok-pokok pikiran keempat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu
bahwa Indonesia bernegara berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Anda mungkin juga menyukai