Anda di halaman 1dari 74

PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dr. Heny Perbowosari, S.Ag., M.Pd


Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I.
Hadian Wijaya, S.E., S.H., S.Pd., M.H., M.M.,A Ak., CA., QWP®
Setyaningsih, S.Ag., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi Psikologi
Sesuai dengan sejarahnya, pengertian psikologi lebih kepada ilmu yang
mempelajari gejala-gejala jiwa pada manusia. Jiwa manusia sendiri bersifat
abstrak, sehingga sulit untuk dipelajari secara objektif, maka muncullah
psikologi sebagai tolak ukur perubahan jiwa manusia yang dilihat dalam
bentuk perilaku. Dalam perkembangnya, psikologi dikenal juga sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku. Kata psikologi
berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama disebut ilmu
jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti
ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang
hingga kini (sekarang) masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran,
psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh
organ-organ biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat, psikologi
berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan
dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan berbagai
disiplin itulah, maka timbul bermacam- macam defenisi psikologi yang satu
sama lain berbeda, seperti:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental
life);
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior);
dan lainlain defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang
mendefenisikannya1
B. Definisi Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, dengan memberinya awalan
“pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini awalnya berasal dari bahasa Yuanani,
yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti
pendidikan.

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai


sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Dalam pengertian yang luas, pendidikan ialah seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilakuprilaku manusia, juga
proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.

C. Definisi Psikologi Pendidikan


Ada banyak defenisi yang diutarakan para ahli terkait psikologi pendidikan,
bahkan psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin
psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Di antara salah seorang ahli yang
menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan
adalah Arthur S. Reber (1988, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn
College, University of New York City). Dalam pandangannya, psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan
teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai
berikut: (1) Penerapan prinsi-pprinsip belajar dalam kelas, (2)
Pengembangan dan pembaharuan kurikulum, (3) Ujian dan evaluasi bakat
dan kemampuan, (4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses
tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, (5) Penyelenggaraan
pendidikan keguruan.

D. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari
tentang cara manusia belajar dalam psikologi pengajaran, intervensi
pendidikan, pendidikan pengaturan, dan psikologi sosial di dalam sekolah
yang mana sebagai organisasi. Ilmu psikologi pendidikan ini berkaitan
mengenai cara siswa dapat belajar serta berkembang dalam sebuah sub
kelompok. Ada beberapa pengertian psikologi pendidikan menurut para
ahli, antara lain:
1. Menurut Arthur S.Reber, psikologi pendidikan adalah sub ilmu psikologi
yang berkaitan dengan teori dan masalah pendidikan yang ditujukan untuk
hal-hal di bawah ini:
a. Penerapan prinsip belajar di dalam kelas
b. Ujian serta evaluasi yang diperuntukkan bakat dan
kemampuan
c. Sosialisasi untuk proses-proses dan interaksi proses
yang menggunakan pendayagunaan yang berasal dari ranah kognitif

Perbedaan ini tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penulis yang
menulis buku tersebut. Ada yang memang bertujuan untuk memberikan
pengantar saja, namun membahas ruang lingkup secara lebih luas tapi tidak
mendalam. Jika ruang lingkup pembahasan terbatas, berkisar pada proses
belajar mengajar saja namun pembahasan akan lebih mendalam. Sehingga
jika berdasarkan pada buku-buku psikologi pendidikan, tidak akan pernah
menunjukkan ruang lingkup psikologi pendidikan yang benar-benar sama.
Meskipun begitu, jika
didasarkan pada ilmu psikologi, psikologi pendidikan akan membahas hal-
hal berikut ini.
1. Pertumbuhan dan perkembangan
2. Hereditas dan lingkungan
3. Potensial serta karakteristik tingkah laku
4. Hasil proses pendidikan serta pengaruhnya di dalam
individu yang memiliki sifat personal dan sosial
5. Higiene mental dan pendidikan
6. Evaluasi hasil pendidikan
7. Namun menurut penjelasan Sumadi Suryobroto (1987),
ruang lingkop ilmu psikologi pendidikan dapat meliputi
beberapa hal, antara lain adalah:
8. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan, mulai dari
pengertian ruang lingkup, sejarah psikologi pendidikan,
dan tujuan untuk mempelajari ilmu tersebut.
9. Pembawaan
10. Lingkungan fisik dan psikologis
11. Proses-pross tingkah laku
12. Perkembangan siswa
13. Hakikat dan ruang lingkup belajar
14. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar
15. Pengukuran pendidikan
16. Hukum dan teori belajar
17. Transfer belajar
18. Aspek praktis pengukuran pendidikan
19. Kesehatan mental
20. Ilmu statistik dasar
21. Pendidikan pembentukan watak atau kepribadian 22. Kurikulukum
pendidikan sekolah dasar
23. Kurikulum pendidikan sekolah menengah
Sedangkan menurut Soerjabrata (1974) ruang lingkup psikologi pendidikan
ada di dalam peninjauan yang dilakukan secara statis yaitu kajian psikologi
tentang siswa yang ada di dalam dunia pendidikan yang mana mencakup
gejala jiwa serta tingkah laku umum. Sedangkan untuk peninjauan secara
dinamis, psikologi pendidikan mencakup mengenai individu siswa di dalam
proses pendidikan terutama pada perubahan tingkah laku.

E. OBJEK KAJIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Objek kajian di dalam psikologi pendidikan tidak mengabaikan persoalan
tentang psikolgi guru namun terletak pada peserta didik. Pada hakikat
pendidikannya lebih menjelaskan mengenai pelayanan khusus yang
diperuntukkan pada peserta didik. Untuk itu, objek di dalam psikologi
pendidikan selain dari teori-teori di dalam psikologi pendidikan (sebagai
sebuah ilmu) namun lebih condong pada sisi psikologis peserta didik
terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalam proses pembelajaran.
Menurut penjelasan Glover dan Ronning, objek kajian dari psikologi
pendidikan mencakup pada topik-topik mengenai pertumbuhan dan
perkembangan dari peserta didik, perbedaan antara individual peserta didik,
hereditas dan lingkungan, pengukuran proses dan hasil pendidikan
pembelajaran, karakteristik tingkah laku dari peserta didik, motivasi dan
minat, kesehatan mental, dan disiplin lainnya yang relevan.

Psikologi pendidikan memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan tindakan


psikologis mana yang tepat di dalam interaksi yang terjadi di setiap faktor-
faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis mengenai peserta didik menjadi
hal yang cukup penting di dalam proses pendidikan. Untuk itu lah
pengetahuan mengenai psikologi pendidikan harus dimiliki dan menjadi
kebutuhan untuk para guru ataupun orang yang sadar jik dirinya berperan
sebagai pendidik. Secara garis besar, banyak ahli psikologi yang membatasi
objek kajian dari psikologi pendidikan menjadi 3 macam, antara lain
adalah:
1. Mengenai belajar, yang mana meliputi teori-teori, ciri khas perilaku
belajar untuk peserta didik, dan prinsip-prinsip di dalamnya.
2. Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan
perbuatan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar
peserta didik.
3. Mengenai situasi belajar, yaitu suasan dan kondisi
lingkungan, baik itu yang bersifat fisik ataupun non fisik yang berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar peserta didik.

F. PERAN PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN


Psikologi pendidikan memang sudah menjadi sebuah dasar dalam
pembentukan dan pengembangan di dalam sistem kurikulum, proses
pembelajaran, dan penilaian di dalam bidang pendidikan. Kontribusi di
dalam perkembangan dunia pendidikan memiliki beberapa manfaat, antara
lain adalah:
1. Peran psikologi terhadap kurikulum pendidikan
Dari sisi psikologis, pengembangan diri siswa dapat didasarkan pada
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotor. Kemampuan tersebut dapat
terlihat dari perkembangan sikap, tingkah laku, motivasi, dan hal lainnya.
Komponen pembelajaran ini adalah proses input menuju output. Lalu untuk
penggunaan kurikulum yang digunakan sebagai kerangka alur input ke
output membutuhkan hakikat-hakikat psikologi. Kurikulum pendidikan
yang saat ini mulai dikembangkan adalah kurikulum dengan basis
kompetensi. Kompetensi disini bertujuan untuk dapat mengembangkan
kemampuan terlebih pada pengetahuan, ketrampilan, serta releksi dalam
bertindak dan berpikir. kebiasaan bertindak dan berpikir yang memiliki
refleksi diri yang konsisten akan memungkinkan individu tersebut terbentuk
menjadi invidu yang kompeten dan unggul.
2. Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran
Terkait teori-teori psikologi yang berkaitan dengan dampak seseorang
dalam bertingkah laku, ilmu psikologi juga memiliki pengaruh dalam
sistem pembelajaran di dunia pendidikan secara positif. Siswa dapat
sungguh-sungguh belajar saat respon psikologinya memang dibimbing
dengan pengajar yang baik. Proses pemahaman di dalam pembelajaran
sebuah topik akan lebih mudah jika penyelesaian-penyelesaian masalah di
dalam pembelajaran sudah dialami. Keinginan dan hasrat untuk bisa
menjadi yang lebih tinggi melalui pendekatan psikologi dari guur melalui
interaksi dan komunikasi yang sangat menyenangkan.

3. Peran psikologi terhadap sistem penilaian


Ilmu psikologi juga memberikan peranan dan manfaat dalam sistem
penilaian. Misalnya, melalui tes psikologi dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat dari kecerdasan peserta didik, tes bakar digunakan
untuk mengetahui bakat dan potensi di dalam diri pserta didik sehingga
nantinya lebih mudah untuk dibimbing dan emmbantu mengembangkan
potensi di dalam diri, tes aspek kepribadian digunakan untuk membantu
guru agar lebih bisa mengenal baik pribadi siswa-siswanya sehingga
nantinya dapat memberikan pendekatan di dalam proses
pembelajaran yang lebih baik lagi. Beragam tes psikologi dapat membantu
untuk memberikan penilaian kepada masing-masing siswa yang digunakan
untuk mempermudah dalam menjembatani potensi, keinginan, ataupun
impian siswa yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.

BAB II
SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Filsafat
Manusia merupakan makhluk yang berakal budi. Dengan akal budinya,
manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesisifik manusiawi,
yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Dengan akal budinya,
maka kemampuan bersuara bisa menjadi kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi. Manusia mampu menciptakan dan menggunakan simbol-
simbol dalam kehidupan sehari-hari, sehingga oleh Ernst Cassirer disebut
sebagai animal symbolicum.
Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Hasrat ingin
tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan
yang benar mengenai hal- hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah
perkembangannya, ternyata manusia selalu berusaha memperoleh
pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut sebagai
kebenaran9. Manusia senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan
memanfaatkan kebenaran untuk
kehidupannya. Tidak salah jika satu sebutan lagi diberikan kepadanya, yaitu
manusia sebagai makhluk pencari kebenaran.

Sementara itu, kegunaan filsafat dalam kehidupan manusia secara umum,


sebagaimana diidentifikasi oleh Burhanuddin,20 adalah:
1. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah suatu keinginan
yang maha berharga.
2. Rene Descartes yang masyhur sebagai pelopor filsafat modern,
menyebutkan bahwa berfilsafat berarti berpangkal pada suatu kebenaran
yang fundamental.
3. Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat
sebagai kesadaran dan pandangan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan
hidup, dan kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada
seluruh usaha peradaban.
4. Maurice Marleau Ponty, mengatakan bahwa jasa
dari filsafat adalah terletak pada sumber penyelidikannya, sumber itu adalah
eksistensi dan dengan sumber itu akan dapat berpikir tentang manusia.

B. Pendidikan
Proses pendidikan itu sesungguhnya telah berlangsung sepanjang sejarah
dan berkembang sejalan dengan perkembang- an sosial budaya manusia
dipermukaan bumi. Bila diperhatikan dalam sejarah pertumbuhan suatu
masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka
memajukan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat.
Maju mundurnya suatu bangsa tergantung maju mundurnya pendidikan.
didik menjadi manusia berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokrasi dan bertanggung jawab.24 Sementara tujuan yang
hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh
sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdi
diri kepada-Nya. Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “Bimbingan atau
pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan
Rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh.

Para Ahli mendefinisikan ilmu pendidikan, yaitu:


a. Langeveld; ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang bukan saja
menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek
itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
b. Carter V.Good; ilmu pendidikan sebagai suatu bangunan pengetahuan
yang sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif dan obyektif dari proses
belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajarkan
hipotesis- hipotesis pendidikan untuk diuji dari pengalaman, sering kali
dalam bentuk eksperimentasi.
c. Frederick Herbart; ilmu pendidikan sebagai ilmu yang
berdiri sendiri yang mengkaji hakekat, persoalan, bentuk-
bentuk, dan syarat-syarat dari pendidikan.
d. Driyakara; ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah
tentang realitas pendidikan.
e. Ngalim Purwanto; ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki dan merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari suasana dan proses pendidikan
yang berusaha memecahkan masalah- masalah yang terjadi di dalamnya
sehingga mampu menawarkan pilihan-pilihan tindakan mendidik anak yang
efektif sehingga anak menjadi anak yang yang beriman dan dan beriptek
untuk
bekal anak dimasa yang akan datang.
C. Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama
manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih
cepat.31
Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasaGreek(Yunani), yaitu : 1.)psycheyang berarti jiwa; 2.) logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu
jiwa.Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi
yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan tingkah laku belajar oleh
siswa, tingkah laku mengajar oleh guru, dan tingkah laku belajar mengajar
oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi.

Upaya mengenal berbagai unsur dan aspek kejiwaan yang mempengaruhi


gerak-gerik dan tingkah laku anak didik, terutama pada saat proses
pendidikan sedang berlangsung, biasanya dibahas secara berlangsung,
biasanya dibahas secara khusus dan panjang lebar dalam salah satu cabang
psikolog yang disebut
“psikologi pendidikan” atau” ilmu jiwa pendidikan”.

BAB III
MANFAAT DAN METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Peserta didik merupakan subjek dari psikologi pendidikan, di dalamya tidak
terlepas dengan perilaku dalam mengekspresikan diri pada situasi
berlangsungnya pembelajaran, baik di dalam kelas mapun di luar kelas.
Bentuk ekspresi yang dilakukan oleh anak/peserta didik tidak lepas dari
unsur psikologi, seperti: kesiapan mereka untuk menerima pelajaran,
kesehatan mental yang sedang dialaminya, minat belajarnya dan lain-lain.
Apabila guru/pendidik telah memperhatikan berbagai ekspresi mereka,
maka dengan mudah guru/pendidik memberikan motivasi belajar kepada
peserta didik. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk
mengetahui dan memahami makna ekspresi yang dilakukan oleh anak
didiknya, dengan tetap memperhatikanminat, kebutuhan dan kesiapan
dalam belajar.

Dari penjelasan diatas, terdapat peran penting dari psikologi pendidikan


untuk peserta didik. Adapun manfaat dari psikologi pendidikan sebagai
berikut:
1. Merumuskan program pembelajaran secara tepat.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
3. Memberikan bimbingan atau konseling.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar siswa.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
B. METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi Pendidikan sebagai bagian/cabang dari psikologi tentunya dalam
memperoleh fakta-fakta pengetahuan yang diperlukan oleh ilmu ini
menggunakan cara-cara studi (Metode Penelitian) yang tidak jauh berbeda
dengan Psikologi sebagai induknya.
Dalam memperoleh fakta-fakta pengetahuan tentang tingkah laku yang
khusus dalam situasi yang ada hubungannya dengan tujuan dan praktek
pendidikan di sekolah sebagaimana yang sudah disebutkan diatas, Psikologi
Pendidikan akan menggunakan metode-metode penelitian psikologi sebagai
berikut:
1. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap tingkah laku
peserta didik atau objek lainnya dalam situasi wajar, dilaksanakan dengan
berencana, kontinyu, sistematis, serta diikuti dengan pencatatan atau
perekaman secara lengkap.
Hal-hal yang harus diperhatikan seorang peneliti maupun pendidik atau
personal lainnya yang akan menggunakan metode observasi dalam
mengumpulkan data, antara lain : Situasi wajar, Berencana, Kontinyu, dan
Sistematis.
2. Metode Observasi Naturalistik
Naturalistic observation adalah sejenis observasi yang dilakukan secara
alamiah, karena itu peneliti berada diluar objek yang diteliti atau tidak
menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
3. Metode Eksperimen
Eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan oleh
eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) dalam sebuah laboratorium
atau ruangan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, apa saja yang akan
atau telah dilakukan oleh seorang eksperimen pasti ada unsur kesengajaan
untuk diciptakan situasi buatan dalam pendidikan. Sedangkan teknik
pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya:
data pendengaran siswa, penglihatan siswa, gerak mata siswa ketika
membaca, juga untuk mengatur kecepatan siswa terhadap suatu stimulus
tertentu.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka rancangan
eksperimen dibuat sebaik mungkin, sehingga semua unsur peneliti baik
pengguna laboratorium atau tempat dan subjek yang akan diteliti, betul-
betul memnuhi syarat penelitian eksperimental. Obejek yang akan diteliti
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kelompok percobaan (eksperimental group), terdiri dari sejumlah orang
yang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus, sesuai dengan data
yang diinginkan.
b. Kelompok pembanding (control group), terdiri dari objek yang jumlah
dan karakteristiknya sama kelompok percobaan, tetapi tingkah lakunya
tidak diteliti atau diperlakukan seperti kelompok percobaan.
4. Metode Tes
Metode ini dilakukan dengan memberikan tugas yang harus dilakukan oleh
subjek atau infomen, baik berbentuk tulisan maupun lisan. Metode ini ada
kemiripan dengan metode eksperimen. Tetapi ada juga perbedaannya. Ada
beberapa macam tes, seperti: tes intelegensi, tes sikap, tes situasi, tes
kecepatan reaksi, tes hasil belajar dan lain sebagainya.
5. Metode Kuesioner
Kuesioner (Quetionare) disebut juga dengan :
a. Metode surat-menyurat (mail survey), sebab
pelaksanaan penyebaran dan pengambilan data sering dikirimkan ke dan
dari responden menggunakan jasa pos.
b. Metode angket (Perancis : Enquete) berupa daftar yang memuat
responden untuk dikerjakan atau dijawab. Biasanya jawaban dalam angket
sudah tersedia, sehingga responden / subjek tinggal memilih jawaban atau
memberi tambahan jawaban manakala jawaban yang sudah tersedia kurang
memenuhi jawaban.
Untuk memperoleh data yang diharapkan dalam menggunakan metode ini,
maka para peniliti harus melakukan uji coba (try out) kepada sejumlah
orang tertentu yang memiliki latar belakang dan karakteristik yang sama
dengan calon responden.
6. Metode Interview
Metode ini hampir ada kesamaannya dengan metode kuesioner, yaitu sama-
sama memberi beberapa pertanyaan kepada subjek / responden, hanya saja
interview digunakan untuk mencari data dengan menggunakan wawancara
atau dialog secara lisan. Oleh karena itu, metode ini lebih cocok digunakan
oleh peneliti yang : 1) Jumlah responden sedikit, 2) Wilayah atau tempat
responden dapat dijangkau oleh peneliti, 3) Ada maksud tertentu, terkait
dengan persoalan yang harus dirahasiakan oleh kedua belah pihak (peneliti
dan responden), 4) Ada hubungan personal antara peneliti dengan
responden, sehingga data tersebut akan diperoleh secara objektif.
7. Metode Studi Kasus
Metode Studi Kasus atau Case Study merupakan sebuah metode penelitian
yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-
aspek psikologi peserta didik atau sekelompok masyarakat (kecil) tertentu.
Metode ini selain digunakan oleh para peneliti psikologi, juga para peneliti
ilmu-ilmu sosial yang lebih memungkinkan untuk melakukan investigasi
(penyelidik- an dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan
mendalam.
8. Metode Penyelidikan Klinis
Metode ini juga disebut dengan clinical method yang hanya dimanfaatkan
oleh para ahli psikolog klinis atau psikiater. Oleh karena itu, dalam
penggunaan metode ini harus melalui prosedur diagnosis dan penggolongan
penyakit kelainan jiwa, juga cara memberi perlakuan pemulihan
terhadap kelainan jiwa tersebut. Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti
dalam menggunakan metode ini hanya diperuntukkan bagi responden atau
anak didik yang mengalami penyimpangan perilaku.

BAB IV PENTINGNYA MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN


A. Pokok Permasalahan Pendidikan 1. Pokok Permasalahan
Pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah
menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa pendidikan
di Indonesia telah mengalami kemajuan. Indikator pencapaiannya dapat
dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal
ini sebagai akibat dari program pemerataan pendidikan, terutama melaui
INPRES SD yang dibangun oleh rezim Orde Baru. Namun demikian,
keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil
membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif apalagi unggul.

Kita semua mempunyai guru (sayangnya paling sering dosen perguruan


tinggi) yang cerdas dan berpengetahuan mendalam tentang bidang mereka
tetapi tidak dapat mengajar.41Adapun masalah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Masalah pemerataan pendidikan
b. Masalah mutu pundidikan
c. Masalah efisiensi prndidikan d. Masalah relevansi pendidikan
Berikut ini adalah penjelasan lebih detailnya mengenai keempat jenis
permasalahan pokok pendidikan tersebut.42
a. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa
dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara
Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan
adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan seluas- luasnya kepada seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjukkan pembangunan.

b. Pemecahan masalah pemerataan pendidikan.


Banyak macam pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, langkah-langkahyang di tempuh
melalui cara konvesional dan cara inovatif.
 Cara konvensional
- Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres atau
ruang belajar
- Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistempergantian pagi
dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu dikalahkan, utamanya untuk pendidikan
dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat atau keluarga
yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
 Cara Inovatif :
- Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang
tua, dan guru) atau (Instrutional Management by Parent, Community and
teacher). Sistem tersebut di rintis di sekolah dan didiseminasikan
kebeberapa provinsi.
- SD kecil pada daerah terpencil
- Sistem guru kunjung
- Kejar paket A dan B
- Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka.
c. MasalahMutuPendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai
taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama
dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon
luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun
kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
konsumen tenaga
dengan sistem tes unjuk kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu
masih dilakukan pelatihan pemagangan bagi calon untuk penypenyesuaian
dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika
tujuan pendidikan nasional dijadikan kritetria, maka pertanyaannya adalah:
Apakah keluarga dari suatu sistem pendidikan menjadi pribadi yang
bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan
bertanggung jawab, warga negara yang cinta kepada tanah air dan memiliki
rasa kesetiakawanan sosial.

d. Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan


Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi
hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan manajemen
sebagai berikut:
- Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah,
khususnya untuk SLTA dan PT.
- Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan
melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi
seperti PKG dan lain-lain.
- Pengembangan prasarana yang menciptakan
lingkungan yang tenteram untuk belajar.
- Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket,
media pembelajaran dan peralatan laboratorium.
- Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang
mengenai anggaran.
- Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-
kegiatan:
o Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan
o Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas
o Sistem ujian nasional atau Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru atau
UMPTN.
o Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu
lembaga
e. MasalahEfisiensiPendidikan
Masalah Efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya,
efisiensinya berarti rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang
penting ialah :
- Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
- Bagaimana parasarana dan sarana pendidikan di
gunakan.
- Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
- Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

e. Masalah Relevansi Pendidikan


Telah di jelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas pendidikan ialah
menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Masalah relevansi
pendidikan
mencangkup sejauh mana sistem pendidikan menghasilkan luaran yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti
yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Luaran
pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang
beraneka ragam seperti sektor produksi, sektor jasa dan lain-lain. Baik dari
segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika sitem pendidikan menghasilkan
luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan yang aktual (yang
tersedia) maupun potensial dengan memenuhi kriteria yang di persyaratkan
oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.

f. Saling Keterkaitan Antara Masalah -Masalah Pendidikan


Ada dua faktor penghambat perbaikan mutu
pendidikan. Yaitu gerakan perluasan pendidikan untuk melayani
pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi
satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga
pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan
antara lain: perkembangan iptek dan seni,
laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan :
 Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama
dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala
sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalam
masyarakat sangat terasa. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

3. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya


 Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia Permasalahan aktual
pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan
dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya
manusia. Masalah masalah tersebut antara lain: - Masalah keutuhan
pencapaian sasaran
- Masalah kurikulum-
 Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah
 masalah aktual tersebut, diantaranya:
 Masalah peranan guru
 Masalah pendidikan dasar 9 Tahun48
 Upaya Penanggulangan
- Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
- Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan
dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan
nilai akhir ataupun kelulusan.
- Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui
keragaman jenis program studi.
- Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan (prajabatan dan
jabatan)

B. Kemampuan Mengajar
1. Aspek – Aspek Kecakapan Dan Pengetahuan Dasar Guru Sebagai
Pendidik
Konsep mengajar ini memberikan indikator bahwa pengajarannya lebih
bersifat pupil centered. Raka Joni sebagaimana disebutkan oleh Sardiman
A.M, memberikanbatasan mengajar adalah menyediakan kondisi optimal
yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat
membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.
Menjadi dan menjalani profesi guru bukanlah hal yang mudah, tidak hanya
harus menguasai materi pada bidang yang ditekuni namun juga harus
memiliki kemampuan dalam hal mengajar ataupun menyampaikan dan
mentransfer apa yang dimiliki kepada orang lain khususnya peserta didik
atau siswa. Tak hanya itu, guru juga harus mampu mengelola serta
membimbing peserta didik sehingga tidak hanya menghasilkan peserta
didik yang pintar dalam hal kognitif saja namun juga dalam ranah afektif
dan psikomotor.
Melihat atas jasa dari guru yang sangat besar, guru banyak menjadi panutan
dan teladan bagi banyak orang. Guru dipandang sebagai profesi yang
memiliki derajat dan kehormatan yang tinggi. Seorang yang memiliki
profesi guru akan dianggap sebagai tokoh masyarakat yang penting bahkan
juga termasuk keluarga dan relasi. Hal ini menjadikan guru menjadi lebih
bermartabat serta juga menjadi tanggung jawab yang harus terus diemban
dan dilaksanakan guru agar terus mampu mendidik dan memberikan
edukasi agar setiap orang sebagai peserta didik atau pembelajar memiliki
masa depan yang cerah karena memiliki tingkat pendidikan yang baik.

2. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


Guru merupakan faktor yang dominan dan penting dalam pendidikan
karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi
tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu,
guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk
mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya
secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai
berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.
Di sisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang
dibinanya kerena wujud siswa pada setiap saat tidak akan sama sebab
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak
serta nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi
gambaran para lulusan suatu sekolah yang diharapkan. Oleh sebab itu,
gambaran perilaku guru yang diharapkan sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar, guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan keadaan
dan tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.

a. Pentingnya Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar- Mengajar


Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh
kehidupan pribadi siswa. Oleh siswa sering dijadikan tokoh teladan,
bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya
memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan diri siswa
secara utuh. Menurut Rochman Natawidjaya :
“untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan
menghayati siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Di sisi lain,
guru harus pula memahami danmenghayati wujud anak lulusan sekolah
sebagai gambaran hasil didikannya diharapkan oleh masyarakat sesuai
sengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut bangsa Indonesia.”Adapun
wujud siswa tidaklah sama sepanjang masa.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak terhadap nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran siswa yang
diharapkan itu.

Pada saat ini terdapat perkembangan baru dalam sistem pengajaran dan
pendidikan. Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan
kualitas layanan dan kualifikasi professional
guru, guru perlu membina dan menata kembali kemampuannya sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan penataan program
guru. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
mempunyai tanggung jawab untuk terus mendidik siswanya. Untuk itu
sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar sebagai realisasi
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun penanggung jawab
kegiatan proses belajar-mengajar di dalam kelas adalah guru karena gurulah
yang memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang
efektif. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar.

Berikut merupakan perkembangan karakteristik dari siswa SMA:


1. Perkembangan Karakteristik Berupa Perkembangan Fisik.
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini
remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan
secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan
tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh
berkembang pesat.
2. Perkembangan Karakteristik Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat
reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang
pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak
perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan
menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki
pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya
pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh
bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya
pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai
tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya
meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar
kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak
memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada
remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-
tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

3. Perkembangan Karakteristik Berpikir, Cara Berfikir Kausalitas.


Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir
secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga
mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

4. Perkembangan Karakteristik Emosi Yang Cenderung Meluap-Meluap


Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu
waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba
langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru
putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih
kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat
melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa
memikirkan resiko yang akan terjadi.
5. Perkembangan Karakteristik Dalam Kehidupan Sosial
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada
dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah
memiliki keterampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut
meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan
dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima
kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila
keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia
akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut
mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak
mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari
ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya
mengikuti kegiatan remaja disekolah dan dia diberi peranan dimana dia bisa
menjalankan peranan itu dengan baik.
6. Perkembangan Karakteristik Moral
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya.
Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam
jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam
dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka
mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka
lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan
“kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap
“pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas
yang selama ini diterima bulat-bulat.
7. Perkembangan Karakteristik Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil
tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang
sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai
seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki
penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya
orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi
atau penampilan.

KELEBIHAN BUKU:

Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.

KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah
ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KARYA: Prof. Dr. H. Endin Nasrudin, Drs., M.Si Guru Besar Fakultas
Psikologi UIN SGD.

MEMAHAMI NILAI PENTING PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Konsep Dasar Psikologi Pendidikan Sebagian besar siswa Kelas VIII di


SMP X mengalami kesulitan untuk menyelesaikan, alih-alih memahami
soal dan materi Kesebangunan pada mata pelajaran Matematika. Hal ini
membuat Ibu Tuty sebagai pengajar di kelas tersebut sedih. Ia berpikir
bahwa seharusnya para siswa bisa menangkap dan memahami apa yang
dijelaskan kepada mereka sewaktu pembelajaran dilangsungkan. Alasannya
sederhana, bahwa Ibu Tuty merasa penjelasan yang ia berikan sangat
mudah dipahami, runut, dan dilengkapi pula dengan contoh yang jelas. lam
hal ini, tidak semua siswa bisa memahami apa yang diajarkan kepada
mereka. Para guru yang menemui kasus seperti ini umumnya akan berusaha
mencari tahu apa yang menyebabkan sebagian siswa tersebut tidak bisa
memahami apa yang diajarkan kepada mereka. Upaya-upaya yang
dilakukan biasanya adalah dengan merubah pendekatan, model, dan atau
metode pembelajaran yang digunakan. Beberapa guru misalnya akan
menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk membantu para siswa
agar lebih mudah menangkap dan memahami materi bersangkutan.

Ketika guru memberikan tugas tertentu untuk diselesaikan oleh anak didik
misalnya, apa yang seringkali terjadi adalah guru mengharapkan hasil yang
sama dari seluruh anak didik. Padahal, dalam kenyataannya, ada anak didik
yang merasa mudah untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan ada anak didik
yang mengalami kesulitan tertentu dalam mengerjakannya. Ada tugas yang
memberikan keuntungan pada sebagian anak didik, dan ada pula yang justru
menjadi persoalan bagi anak didik lainnya. Beberapa guru bahkan
cenderung membedakan antara anak didik laki-laki dan anak didik
perempuan dalam hal waktu pengerjaan tugas. Meski hal-hal seperti ini
seringkali tidak diniatkan, namun ia sebenarnya bisa berpengaruh terhadap
upaya guru memahami proses belajar anak didik itu sendiri. Proses interaksi
yang berlangsung antara guru dan anak didik juga seringkali didasarkan
pada asumsi tertentu yang dimiliki oleh guru dan anak didik bersangkutan.
Beberapa guru dalam interaksinya dengan anak didik seringkali sudah hadir
dengan kecenderungan untuk membedakan antara anak didik yang
diasumsikan “cerdas” dengan anak didik yang dianggap kurang bisa
memahami pelajaran yang diberikan.

Adapun penguasaan atas strategi instruksional didasarkan pada kebutuhan


dan tuntutan pembelajaran hari ini, yakni guru bukan lagi berfungsi sebagai
pemasok materi atau penyampai informasi tentang materi tertentu, namun ia
adalah pembimbing yang mengarahkan anak didik agar bisa belajar secara
mandiri. Kalangan konstruktivis seperti dasar pemikirannya dapat
ditemukan pada William James atau John Dewey misalnya menyatakan
bahwa anak didik harus bisa mengonstruk atau membangun pengetahuan
dan pemahaman mereka sendiri. Informasi tidak begitu saja diberikan pada
pikiran anak didik. Sebaliknya, anak didik dirangsang dan diarahkan untuk
bisa mencari informasi dan mengolahnya sendiri. Hanya dengan cara itu
maka pengetahuan yang mereka bangun bisa lebih bermakna untuk hidup
mereka. Untuk keperluan ini pula maka penguasaan atas strategi
instruksional dalam pembelajaran sangat diperlukan. Tanpa itu, maka guru
akan sulit untuk mengarahkan anak didik agar bisa bisa belajar secara
mandiri.

HAKIKAT MANUSIA DAN PERTUMBUHANNYA

Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia Manusia berasal dari kata “Manu”
(Sansekerta) yang mempunyai arti berpikir, berakal budi. Demokritos
menyebutkan bahwa manusia adalah materi, jiwa pun adalah materi yang
terdiri dari atom. Sedangkan Plato menjelaskan bahwa manusia terdiri dari
tubuh dan jiwa. Sifat Manusia Comenius (2005) menjelaskan bahwa
manusia memiliki tiga komponen yang menggerakkan aktivitas jiwa dan
raga. Tiga komponen jiwa ini meliputi saraf pertumbuhan, perasaan dan
intelektual. Tiga komponen jiwa ini yang melatarbelakangi sifat manusia.

1) Sifat biologis Manusia tumbuh dan berkembang secara alami dengan


prinsip biologi dengan menggunakan lingkungannya. Manusia tumbuh
melewati fase pertumbuhan sebagaimana wajarnya.

2) Sifat hewani Manusia memiliki perasaan hakiki, perasaan untuk terus


mencari keseimbangan hidup yang didapat melalui hasil penginderaan.
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

3) Sifat Intelektual Manusia dengan kecerdasan dan kemampuan


berpikirnya mampu memelajari dan membedakan mana hal yang salah dan
benar, baik dan buruk serta mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi
dan keinginannya. Sifat Intelektual inilah yang secara jelas membedakan
manusia dengan hewan.

2) Sifat hewani Manusia memiliki perasaan hakiki, perasaan untuk terus


mencari keseimbangan hidup yang didapat melalui hasil penginderaan.
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 3) Sifat
Intelektual Manusia dengan kecerdasan dan kemampuan berpikirnya
mampu memelajari dan membedakan mana hal yang salah dan benar, baik
dan buruk serta mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi dan
keinginannya. Sifat Intelektual inilah yang secara jelas membedakan
manusia dengan hewan

Hakikat Manusia Hakikat manusia terdiri dari dua kata yaitu hakikat dan
manusia itu sendiri, hakikat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
inti sari atau dasar. Dengan demikian hakikat manusia adalah dasar utama
yang mewujudkan sesuatu yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Muhmidayeli (2011) mengemukan pemikiran dari beberapa ahli mengenai
hakikat manusia yaitu: 1) Plato Plato menjelaskan bahwa manusia itu suatu
pribadi yang tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Jiwa dan
raga tidak diciptakan bersamaan. Jiwa telah ada jauh sebelum ia muncul di
dunia, sedangkan raga manusia diciptkan setelah jiwa, sebagai instrument
bagi penyempurnaan jiwa. 2) Aristoteles Aristoteles berpendapat bahwa
manusia adalah makhluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada
keberadaan jiwa di dalam dirinya. 3) Rene Descartes Psikologi Pendidikan
41 Descartes menjelaskan bahwa jiwa adalah terpadu, rasional dan
konsisten dalam aktivitasnya selalu berinteraksi dengan tubuh. 4)
Schopenhauer Schopenhauer berpendapat bahwa eksistensi manusia adalah
tarik menarik daya kehendak dan daya inteleknya. Kalau diperhatikan,
keempat pendapat tersebut memiliki kesamaan yaitu bahwa jiwa merupakan
hakikat manusia yang sesungguhnya dan raga adalah alat pagi
pengembangan jiwa manusia. c. Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia
Manusia terdiri dari jiwa dan raga memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dengan makhluk lain. Karakteristik manusia ini berbeda
satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan perlunya memiliki
kemampuan komunikasi dan pendekatan yang berbeda. Pendidik dan anak
didik juga dituntut harus memiliki kemampuan memahami dan memaklumi
perbedaan dan keunikan karakter. Tiap anak didik memiliki kemampuan
pemahaman yang berbeda, ada yang bisa dengan cepat mengerti ada yang
harus mencerna berkali-kali baru bisa paham. Tugas pendidiklah untuk
menemukan metode pengajaran yang efektif bagi semua peserta didik

d. Wujud dan Sifat Hakikat Manusia Apa yang membuat manusia benar-
benar berbeda dengan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan? Dalam
eksistensinya, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir jernih dan
kemampuan emosional. Tirtaharja (2005) menjelaskan bahwa ada beberapa
kemampuan yang dimiliki manusia sebagai perwujudan dari sifat hakikat
manusia ini, yaitu: 1) Kemampuan menyadari diri Kemampuan yang
dimiliki manusia bahwa dirinya berbeda, bahwa ia memiliki sifat dan
karakter yang berbeda dengan manusia lainnya. Sehingga ia bisa membuat
jarak dengan orang lain bahkan 42 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni
lingkungan. Mampu menyadari dan melihat ke dalam dirinya tentang
kelebihan dan kekurangannya. Mampu mengeksplorasi potensi untuk
dikembangkan menjadi hal yang lebih baik. Para pendidik disarankan
mampu memiliki kemampuan menyadari diri dengan baik, sebagai bahan
introspeksi dan follow up dari evaluasi pengajaran yang diterapkan
sehingga mampu menciptkan atau menemukan metode pangajaran yang
lebih efektif. Kemampuan ini juga seolah menuntut para pendidik agar
mampu mengenali kekurangan dan kelebihan anak didik sehingga
diharapkan anak didik mampu mengenali dan mengembangkan potensi
dalam dirinya. 2) Kemampuan bereksistensi Kemampuan bereksistensi
yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Mampu membuat jarak antara dirinya dengan
dirinya lainnya, mampu membedakan aku sebagai subjek dengan aku
sebagai objek. Dalam proses pendidikan, kemampuan ini perlu dibina dan
ditingkatkan agar anak didik mampu belajar dari pengalaman atau peristiwa
masa lampau serta mampu mengantisipasi situasi dan kondisi yang akan
terjadi sebagai akibat dari hokum sebab dan akibat, serta mampu
mengembangkan imajinasi kreatif yang dimulai dari fase toddler (1-3
tahun) sampai dewasa. 3) Kata Hati (Conscience of Man) Kemampuan pada
diri manusia untuk membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang
buruk. Kata hati atau hati nurani kadang membisikkan baik atau tidaknya
perbuatan yang dilakukan manusia. Tinggal manusia mau mengikuti kata
hati atau justru melakukan hal yang bertentangan dengan kata hati, dengan
konsekuensi bahwa semua hal yang dilakukan memiliki risiko entah itu
baik atau buruk.
Perkembangan Bahasa Bahasa pada dasarnya merupakan suatu bentuk
komunikasi antar manusia. Hubungan anak dengan lingkungannya pun
berubah dengan meningkatnya usia dan oleh karena itu peran dari
lingkungan dalam perkembangan berubah pula. Lingkungan harus dianggap
sebagai hal yang relative. Bicara mengenai bahasa merupakan salah satu
pembahasan yang penting, karena perkembangan bahasa mencerminkan
kognisi dasar manusia

PeranPendidikdalamMeningkatkanKemampuanPerkembangan Kognitifdan
Bahasa Beberapa peran penting pendidik dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan individu ini, khususnya dalam konteks kognitif dan bahasa,
di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak 70 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni a) Mendorong
permainan anak b) Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dan
perkembangan kognitif anak c) Mengenali bahwa anak menyusun
pengertian ata pemahaman nya sendiri d) Mendiskusikan cara-cara
pengelompokan atau peng-golongan sesuatu e) Mengenali bahwa perhatian
anak akan diarahkan pada apa yang penting dan relevan dengan mereka f)
Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi untuk
mengolah informasi g) Mendukung interaksi di antara anak-anak, dan di
antara orang dewasa dan anak- anak h) Mendorong anak-anak untuk
mengenali hubungan antara konsep-konsep i) Memberikan contoh
pemecahan masalah j) Mendiskusikan bagaimana cara masalah dapat
diiden-tifikasi dan dipecahkan k) Meningkatkan pemikiran reflektif l)
Mengakui pengaruh-pengaruh sosial dan budaya pada permainan dan
pembelajaran m) Menganjurkan anak-anak menggunakan imajinasinya
untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman baru n) Merespon
pertanyaan dan ide anak dengan antusias dan berminat. 2) Meningkatkan
Perkembangan Bahasa a) Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari
anak-anak itu, apakah itu berupa dialek atau bahasa lain selain bahasa
Inggris Australia yang diajarkan. b) Memberi kesempatan bagi anak untuk
berbicara dengan bahasa ibu, dan mendengarkan orang lain berbicara
dengan bahasa itu. Psikologi Pendidikan 71 c) Menganjurkan penggunaan
bahasa ibu d) Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster
dan kemasan makanan dengan bahasa yang tepat. e) Menyediakan
lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa untuk anak-anak,
terlibat dalam percakapan dengan anak-anak secara personal, dan
memperluas perbendaharaan bahasa anak. f) Memfasilitasi penggunaan
bahasa anak dalam konteks yang bermakna, misalnya melalui pengalaman-
pengalaman kelompok kecil. g) Mendorong anak-anak dalam memperluas
daftar fungsifungsi bahasa mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level
yang lebih tinggiseperti penalaran. h) Membantu anak-anak
mengungkapkan pengertian mereka dengan kata-kata, misalnya dengan
menyampaikan pertanyaan yang akan mendorong jenis bahasa ini. i)
Memberikan contoh tipe bahasa yang anda ingin anak gunakan. j)
Memfokuskan pada pengertian yang anak-anak coba ungkapkan bukannya
mengoreksi bahasanya. k) Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk
terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, di mana
mereka dapatmempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak
mengancam. l) Mendorong anak bermain dengan media cetak dan membuat
taksiran tertulis. m) Membantu perkembangan pengertian anak dari alat
tulis melalui keterlibatan orang dewasa dalam permainan. n) Menyediakan
bagi anak-anak prasekolah dengan pusat-pusat yang mendorong penulisan
melalui alat pena, pena lakan yang halus, kertas bergaris, blocknote dan
komputer. o) Mengelilingi anak dengan hasil cetak,seperti bagan, label dan
72 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni poster yang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari mereka, dan baca. p) instrumen tersebut bersama anak- anak
untuk membantu pengertian mereka mengenai peran media cetak. q)
Memberikan contoh bagi anak dengan terlibatsecara teratur dalam
membaca dan menulsisecara snegaja,seperti menulis daftar belanja atau
memberitahukan dan menulis catatan dari orang tua. Sekali-kali bertindak
sebagai juru tulis bagi anakanak dengan menuliskan pesan mereka, apakah
pada kartu ucapan, surat untuk teman, atau pada tanda yang menjadi bagian
dari susunan balok. r) Memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kecakapan pengaturan buku dan lebih lanjut pengertian
mereka tentang proses membaca dengan berbagi buku dengan anak-anak
secara teratur, lebih disukai dalam situasi satu demi satu. Rangkuman
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Manusia mengalami tumbuh dan kembang sepanjang
rentang kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga membuat manusia berbeda menjadi makhluk
yang berbeda, unik. Manusia memiliki potensi berbeda antara satu dengan
yang lain, sehingga para pendidik harus paham keberagaman potensi ini
yang membuat para pendidik lebih bijak dan hati-hati dalam menghadapi
dan membimbing setiap peserta didiknya.

PeranPendidikdalamMeningkatkanKemampuanPerkembangan Kognitifdan
Bahasa Beberapa peran penting pendidik dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan individu ini, khususnya dalam konteks kognitif dan bahasa,
di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak 70 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni a) Mendorong
permainan anak b) Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dan
perkembangan kognitif anak c) Mengenali bahwa anak menyusun
pengertian ata pemahaman nya sendiri d) Mendiskusikan cara-cara
pengelompokan atau peng-golongan sesuatu e) Mengenali bahwa perhatian
anak akan diarahkan pada apa yang penting dan relevan dengan mereka f)
Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi untuk
mengolah informasi g) Mendukung interaksi di antara anak-anak, dan di
antara orang dewasa dan anak- anak h) Mendorong anak-anak untuk
mengenali hubungan antara konsep-konsep i) Memberikan contoh
pemecahan masalah j) Mendiskusikan bagaimana cara masalah dapat
diiden-tifikasi dan dipecahkan k) Meningkatkan pemikiran reflektif l)
Mengakui pengaruh-pengaruh sosial dan budaya pada permainan dan
pembelajaran m) Menganjurkan anak-anak menggunakan imajinasinya
untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman baru n) Merespon
pertanyaan dan ide anak dengan antusias dan berminat. 2) Meningkatkan
Perkembangan Bahasa a) Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari
anak-anak itu, apakah itu berupa dialek atau bahasa lain selain bahasa
Inggris Australia yang diajarkan. b) Memberi kesempatan bagi anak untuk
berbicara dengan bahasa ibu, dan mendengarkan orang lain berbicara
dengan bahasa itu. Psikologi Pendidikan 71 c) Menganjurkan penggunaan
bahasa ibu d) Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster
dan kemasan makanan dengan bahasa yang tepat. e) Menyediakan
lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa untuk anak-anak,
terlibat dalam percakapan dengan anak-anak secara personal, dan
memperluas perbendaharaan bahasa anak. f) Memfasilitasi penggunaan
bahasa anak dalam konteks yang bermakna, misalnya melalui pengalaman-
pengalaman kelompok kecil. g) Mendorong anak-anak dalam memperluas
daftar fungsifungsi bahasa mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level
yang lebih tinggiseperti penalaran. h) Membantu anak-anak
mengungkapkan pengertian mereka dengan kata-kata, misalnya dengan
menyampaikan pertanyaan yang akan mendorong jenis bahasa ini. i)
Memberikan contoh tipe bahasa yang anda ingin anak gunakan. j)
Memfokuskan pada pengertian yang anak-anak coba ungkapkan bukannya
mengoreksi bahasanya. k) Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk
terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, di mana
mereka dapatmempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak
mengancam. l) Mendorong anak bermain dengan media cetak dan membuat
taksiran tertulis. m) Membantu perkembangan pengertian anak dari alat
tulis melalui keterlibatan orang dewasa dalam permainan. n) Menyediakan
bagi anak-anak prasekolah dengan pusat-pusat yang mendorong penulisan
melalui alat pena, pena lakan yang halus, kertas bergaris, blocknote dan
komputer. o) Mengelilingi anak dengan hasil cetak,seperti bagan, label dan
72 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni poster yang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari mereka, dan baca. p) instrumen tersebut bersama anak- anak
untuk membantu pengertian mereka mengenai peran media cetak. q)
Memberikan contoh bagi anak dengan terlibatsecara teratur dalam
membaca dan menulsisecara snegaja,seperti menulis daftar belanja atau
memberitahukan dan menulis catatan dari orang tua. Sekali-kali bertindak
sebagai juru tulis bagi anakanak dengan menuliskan pesan mereka, apakah
pada kartu ucapan, surat untuk teman, atau pada tanda yang menjadi bagian
dari susunan balok. r) Memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kecakapan pengaturan buku dan lebih lanjut pengertian
mereka tentang proses membaca dengan berbagi buku dengan anak-anak
secara teratur, lebih disukai dalam situasi satu demi satu. Rangkuman
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Manusia mengalami tumbuh dan kembang sepanjang
rentang kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga membuat manusia berbeda menjadi makhluk
yang berbeda, unik. Manusia memiliki potensi berbeda antara satu dengan
yang lain, sehingga para pendidik harus paham keberagaman potensi ini
yang membuat para pendidik lebih bijak dan hati-hati dalam menghadapi
dan membimbing setiap peserta didiknya.

KELEBIHAN BUKU:

Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.

KEKURANGAN BUKU:

Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah


ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.

REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Fadhilah Suralaga

MEMAHAMI NILAI PENTING PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Konsep Dasar Psikologi Pendidikan Sebagian besar siswa Kelas VIII di


SMP X mengalami kesulitan untuk menyelesaikan, alih-alih memahami
soal dan materi Kesebangunan pada mata pelajaran Matematika. Hal ini
membuat Ibu Tuty sebagai pengajar di kelas tersebut sedih. Ia berpikir
bahwa seharusnya para siswa bisa menangkap dan memahami apa yang
dijelaskan kepada mereka sewaktu pembelajaran dilangsungkan. Alasannya
sederhana, bahwa Ibu Tuty merasa penjelasan yang ia berikan sangat
mudah dipahami, runut, dan dilengkapi pula dengan contoh yang jelas. lam
hal ini, tidak semua siswa bisa memahami apa yang diajarkan kepada
mereka. Para guru yang menemui kasus seperti ini umumnya akan berusaha
mencari tahu apa yang menyebabkan sebagian siswa tersebut tidak bisa
memahami apa yang diajarkan kepada mereka. Upaya-upaya yang
dilakukan biasanya adalah dengan merubah pendekatan, model, dan atau
metode pembelajaran yang digunakan. Beberapa guru misalnya akan
menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk membantu para siswa
agar lebih mudah menangkap dan memahami materi bersangkutan.

Ketika guru memberikan tugas tertentu untuk diselesaikan oleh anak didik
misalnya, apa yang seringkali terjadi adalah guru mengharapkan hasil yang
sama dari seluruh anak didik. Padahal, dalam kenyataannya, ada anak didik
yang merasa mudah untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan ada anak didik
yang mengalami kesulitan tertentu dalam mengerjakannya. Ada tugas yang
memberikan keuntungan pada sebagian anak didik, dan ada pula yang justru
menjadi persoalan bagi anak didik lainnya. Beberapa guru bahkan
cenderung membedakan antara anak didik laki-laki dan anak didik
perempuan dalam hal waktu pengerjaan tugas. Meski hal-hal seperti ini
seringkali tidak diniatkan, namun ia sebenarnya bisa berpengaruh terhadap
upaya guru memahami proses belajar anak didik itu sendiri. Proses interaksi
yang berlangsung antara guru dan anak didik juga seringkali didasarkan
pada asumsi tertentu yang dimiliki oleh guru dan anak didik bersangkutan.
Beberapa guru dalam interaksinya dengan anak didik seringkali sudah hadir
dengan kecenderungan untuk membedakan antara anak didik yang
diasumsikan “cerdas” dengan anak didik yang dianggap kurang bisa
memahami pelajaran yang diberikan.
Adapun penguasaan atas strategi instruksional didasarkan pada kebutuhan
dan tuntutan pembelajaran hari ini, yakni guru bukan lagi berfungsi sebagai
pemasok materi atau penyampai informasi tentang materi tertentu, namun ia
adalah pembimbing yang mengarahkan anak didik agar bisa belajar secara
mandiri. Kalangan konstruktivis seperti dasar pemikirannya dapat
ditemukan pada William James atau John Dewey misalnya menyatakan
bahwa anak didik harus bisa mengonstruk atau membangun pengetahuan
dan pemahaman mereka sendiri. Informasi tidak begitu saja diberikan pada
pikiran anak didik. Sebaliknya, anak didik dirangsang dan diarahkan untuk
bisa mencari informasi dan mengolahnya sendiri. Hanya dengan cara itu
maka pengetahuan yang mereka bangun bisa lebih bermakna untuk hidup
mereka. Untuk keperluan ini pula maka penguasaan atas strategi
instruksional dalam pembelajaran sangat diperlukan. Tanpa itu, maka guru
akan sulit untuk mengarahkan anak didik agar bisa bisa belajar secara
mandiri.

HAKIKAT MANUSIA DAN PERTUMBUHANNYA

Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia Manusia berasal dari kata “Manu”
(Sansekerta) yang mempunyai arti berpikir, berakal budi. Demokritos
menyebutkan bahwa manusia adalah materi, jiwa pun adalah materi yang
terdiri dari atom. Sedangkan Plato menjelaskan bahwa manusia terdiri dari
tubuh dan jiwa. Sifat Manusia Comenius (2005) menjelaskan bahwa
manusia memiliki tiga komponen yang menggerakkan aktivitas jiwa dan
raga. Tiga komponen jiwa ini meliputi saraf pertumbuhan, perasaan dan
intelektual. Tiga komponen jiwa ini yang melatarbelakangi sifat manusia.

1) Sifat biologis Manusia tumbuh dan berkembang secara alami dengan


prinsip biologi dengan menggunakan lingkungannya. Manusia tumbuh
melewati fase pertumbuhan sebagaimana wajarnya.
2) Sifat hewani Manusia memiliki perasaan hakiki, perasaan untuk terus
mencari keseimbangan hidup yang didapat melalui hasil penginderaan.
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

3) Sifat Intelektual Manusia dengan kecerdasan dan kemampuan


berpikirnya mampu memelajari dan membedakan mana hal yang salah dan
benar, baik dan buruk serta mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi
dan keinginannya. Sifat Intelektual inilah yang secara jelas membedakan
manusia dengan hewan.

2) Sifat hewani Manusia memiliki perasaan hakiki, perasaan untuk terus


mencari keseimbangan hidup yang didapat melalui hasil penginderaan.
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 3) Sifat
Intelektual Manusia dengan kecerdasan dan kemampuan berpikirnya
mampu memelajari dan membedakan mana hal yang salah dan benar, baik
dan buruk serta mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi dan
keinginannya. Sifat Intelektual inilah yang secara jelas membedakan
manusia dengan hewan

Hakikat Manusia Hakikat manusia terdiri dari dua kata yaitu hakikat dan
manusia itu sendiri, hakikat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
inti sari atau dasar. Dengan demikian hakikat manusia adalah dasar utama
yang mewujudkan sesuatu yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Muhmidayeli (2011) mengemukan pemikiran dari beberapa ahli mengenai
hakikat manusia yaitu: 1) Plato Plato menjelaskan bahwa manusia itu suatu
pribadi yang tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Jiwa dan
raga tidak diciptakan bersamaan. Jiwa telah ada jauh sebelum ia muncul di
dunia, sedangkan raga manusia diciptkan setelah jiwa, sebagai instrument
bagi penyempurnaan jiwa. 2) Aristoteles Aristoteles berpendapat bahwa
manusia adalah makhluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada
keberadaan jiwa di dalam dirinya. 3) Rene Descartes Psikologi Pendidikan
41 Descartes menjelaskan bahwa jiwa adalah terpadu, rasional dan
konsisten dalam aktivitasnya selalu berinteraksi dengan tubuh. 4)
Schopenhauer Schopenhauer berpendapat bahwa eksistensi manusia adalah
tarik menarik daya kehendak dan daya inteleknya. Kalau diperhatikan,
keempat pendapat tersebut memiliki kesamaan yaitu bahwa jiwa merupakan
hakikat manusia yang sesungguhnya dan raga adalah alat pagi
pengembangan jiwa manusia. c. Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia
Manusia terdiri dari jiwa dan raga memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dengan makhluk lain. Karakteristik manusia ini berbeda
satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan perlunya memiliki
kemampuan komunikasi dan pendekatan yang berbeda. Pendidik dan anak
didik juga dituntut harus memiliki kemampuan memahami dan memaklumi
perbedaan dan keunikan karakter. Tiap anak didik memiliki kemampuan
pemahaman yang berbeda, ada yang bisa dengan cepat mengerti ada yang
harus mencerna berkali-kali baru bisa paham. Tugas pendidiklah untuk
menemukan metode pengajaran yang efektif bagi semua peserta didik

d. Wujud dan Sifat Hakikat Manusia Apa yang membuat manusia benar-
benar berbeda dengan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan? Dalam
eksistensinya, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir jernih dan
kemampuan emosional. Tirtaharja (2005) menjelaskan bahwa ada beberapa
kemampuan yang dimiliki manusia sebagai perwujudan dari sifat hakikat
manusia ini, yaitu: 1) Kemampuan menyadari diri Kemampuan yang
dimiliki manusia bahwa dirinya berbeda, bahwa ia memiliki sifat dan
karakter yang berbeda dengan manusia lainnya. Sehingga ia bisa membuat
jarak dengan orang lain bahkan 42 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni
lingkungan. Mampu menyadari dan melihat ke dalam dirinya tentang
kelebihan dan kekurangannya. Mampu mengeksplorasi potensi untuk
dikembangkan menjadi hal yang lebih baik. Para pendidik disarankan
mampu memiliki kemampuan menyadari diri dengan baik, sebagai bahan
introspeksi dan follow up dari evaluasi pengajaran yang diterapkan
sehingga mampu menciptkan atau menemukan metode pangajaran yang
lebih efektif. Kemampuan ini juga seolah menuntut para pendidik agar
mampu mengenali kekurangan dan kelebihan anak didik sehingga
diharapkan anak didik mampu mengenali dan mengembangkan potensi
dalam dirinya. 2) Kemampuan bereksistensi Kemampuan bereksistensi
yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Mampu membuat jarak antara dirinya dengan
dirinya lainnya, mampu membedakan aku sebagai subjek dengan aku
sebagai objek. Dalam proses pendidikan, kemampuan ini perlu dibina dan
ditingkatkan agar anak didik mampu belajar dari pengalaman atau peristiwa
masa lampau serta mampu mengantisipasi situasi dan kondisi yang akan
terjadi sebagai akibat dari hokum sebab dan akibat, serta mampu
mengembangkan imajinasi kreatif yang dimulai dari fase toddler (1-3
tahun) sampai dewasa. 3) Kata Hati (Conscience of Man) Kemampuan pada
diri manusia untuk membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang
buruk. Kata hati atau hati nurani kadang membisikkan baik atau tidaknya
perbuatan yang dilakukan manusia. Tinggal manusia mau mengikuti kata
hati atau justru melakukan hal yang bertentangan dengan kata hati, dengan
konsekuensi bahwa semua hal yang dilakukan memiliki risiko entah itu
baik atau buruk.

Perkembangan Bahasa Bahasa pada dasarnya merupakan suatu bentuk


komunikasi antar manusia. Hubungan anak dengan lingkungannya pun
berubah dengan meningkatnya usia dan oleh karena itu peran dari
lingkungan dalam perkembangan berubah pula. Lingkungan harus dianggap
sebagai hal yang relative. Bicara mengenai bahasa merupakan salah satu
pembahasan yang penting, karena perkembangan bahasa mencerminkan
kognisi dasar manusia
PeranPendidikdalamMeningkatkanKemampuanPerkembangan Kognitifdan
Bahasa Beberapa peran penting pendidik dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan individu ini, khususnya dalam konteks kognitif dan bahasa,
di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak 70 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni a) Mendorong
permainan anak b) Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dan
perkembangan kognitif anak c) Mengenali bahwa anak menyusun
pengertian ata pemahaman nya sendiri d) Mendiskusikan cara-cara
pengelompokan atau peng-golongan sesuatu e) Mengenali bahwa perhatian
anak akan diarahkan pada apa yang penting dan relevan dengan mereka f)
Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi untuk
mengolah informasi g) Mendukung interaksi di antara anak-anak, dan di
antara orang dewasa dan anak- anak h) Mendorong anak-anak untuk
mengenali hubungan antara konsep-konsep i) Memberikan contoh
pemecahan masalah j) Mendiskusikan bagaimana cara masalah dapat
diiden-tifikasi dan dipecahkan k) Meningkatkan pemikiran reflektif l)
Mengakui pengaruh-pengaruh sosial dan budaya pada permainan dan
pembelajaran m) Menganjurkan anak-anak menggunakan imajinasinya
untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman baru n) Merespon
pertanyaan dan ide anak dengan antusias dan berminat. 2) Meningkatkan
Perkembangan Bahasa a) Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari
anak-anak itu, apakah itu berupa dialek atau bahasa lain selain bahasa
Inggris Australia yang diajarkan. b) Memberi kesempatan bagi anak untuk
berbicara dengan bahasa ibu, dan mendengarkan orang lain berbicara
dengan bahasa itu. Psikologi Pendidikan 71 c) Menganjurkan penggunaan
bahasa ibu d) Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster
dan kemasan makanan dengan bahasa yang tepat. e) Menyediakan
lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa untuk anak-anak,
terlibat dalam percakapan dengan anak-anak secara personal, dan
memperluas perbendaharaan bahasa anak. f) Memfasilitasi penggunaan
bahasa anak dalam konteks yang bermakna, misalnya melalui pengalaman-
pengalaman kelompok kecil. g) Mendorong anak-anak dalam memperluas
daftar fungsifungsi bahasa mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level
yang lebih tinggiseperti penalaran. h) Membantu anak-anak
mengungkapkan pengertian mereka dengan kata-kata, misalnya dengan
menyampaikan pertanyaan yang akan mendorong jenis bahasa ini. i)
Memberikan contoh tipe bahasa yang anda ingin anak gunakan. j)
Memfokuskan pada pengertian yang anak-anak coba ungkapkan bukannya
mengoreksi bahasanya. k) Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk
terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, di mana
mereka dapatmempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak
mengancam. l) Mendorong anak bermain dengan media cetak dan membuat
taksiran tertulis. m) Membantu perkembangan pengertian anak dari alat
tulis melalui keterlibatan orang dewasa dalam permainan. n) Menyediakan
bagi anak-anak prasekolah dengan pusat-pusat yang mendorong penulisan
melalui alat pena, pena lakan yang halus, kertas bergaris, blocknote dan
komputer. o) Mengelilingi anak dengan hasil cetak,seperti bagan, label dan
72 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni poster yang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari mereka, dan baca. p) instrumen tersebut bersama anak- anak
untuk membantu pengertian mereka mengenai peran media cetak. q)
Memberikan contoh bagi anak dengan terlibatsecara teratur dalam
membaca dan menulsisecara snegaja,seperti menulis daftar belanja atau
memberitahukan dan menulis catatan dari orang tua. Sekali-kali bertindak
sebagai juru tulis bagi anakanak dengan menuliskan pesan mereka, apakah
pada kartu ucapan, surat untuk teman, atau pada tanda yang menjadi bagian
dari susunan balok. r) Memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kecakapan pengaturan buku dan lebih lanjut pengertian
mereka tentang proses membaca dengan berbagi buku dengan anak-anak
secara teratur, lebih disukai dalam situasi satu demi satu. Rangkuman
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Manusia mengalami tumbuh dan kembang sepanjang
rentang kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga membuat manusia berbeda menjadi makhluk
yang berbeda, unik. Manusia memiliki potensi berbeda antara satu dengan
yang lain, sehingga para pendidik harus paham keberagaman potensi ini
yang membuat para pendidik lebih bijak dan hati-hati dalam menghadapi
dan membimbing setiap peserta didiknya.

PeranPendidikdalamMeningkatkanKemampuanPerkembangan Kognitifdan
Bahasa Beberapa peran penting pendidik dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan individu ini, khususnya dalam konteks kognitif dan bahasa,
di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak 70 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni a) Mendorong
permainan anak b) Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dan
perkembangan kognitif anak c) Mengenali bahwa anak menyusun
pengertian ata pemahaman nya sendiri d) Mendiskusikan cara-cara
pengelompokan atau peng-golongan sesuatu e) Mengenali bahwa perhatian
anak akan diarahkan pada apa yang penting dan relevan dengan mereka f)
Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi untuk
mengolah informasi g) Mendukung interaksi di antara anak-anak, dan di
antara orang dewasa dan anak- anak h) Mendorong anak-anak untuk
mengenali hubungan antara konsep-konsep i) Memberikan contoh
pemecahan masalah j) Mendiskusikan bagaimana cara masalah dapat
diiden-tifikasi dan dipecahkan k) Meningkatkan pemikiran reflektif l)
Mengakui pengaruh-pengaruh sosial dan budaya pada permainan dan
pembelajaran m) Menganjurkan anak-anak menggunakan imajinasinya
untuk berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman baru n) Merespon
pertanyaan dan ide anak dengan antusias dan berminat. 2) Meningkatkan
Perkembangan Bahasa a) Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari
anak-anak itu, apakah itu berupa dialek atau bahasa lain selain bahasa
Inggris Australia yang diajarkan. b) Memberi kesempatan bagi anak untuk
berbicara dengan bahasa ibu, dan mendengarkan orang lain berbicara
dengan bahasa itu. Psikologi Pendidikan 71 c) Menganjurkan penggunaan
bahasa ibu d) Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster
dan kemasan makanan dengan bahasa yang tepat. e) Menyediakan
lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa untuk anak-anak,
terlibat dalam percakapan dengan anak-anak secara personal, dan
memperluas perbendaharaan bahasa anak. f) Memfasilitasi penggunaan
bahasa anak dalam konteks yang bermakna, misalnya melalui pengalaman-
pengalaman kelompok kecil. g) Mendorong anak-anak dalam memperluas
daftar fungsifungsi bahasa mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level
yang lebih tinggiseperti penalaran. h) Membantu anak-anak
mengungkapkan pengertian mereka dengan kata-kata, misalnya dengan
menyampaikan pertanyaan yang akan mendorong jenis bahasa ini. i)
Memberikan contoh tipe bahasa yang anda ingin anak gunakan. j)
Memfokuskan pada pengertian yang anak-anak coba ungkapkan bukannya
mengoreksi bahasanya. k) Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk
terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, di mana
mereka dapatmempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak
mengancam. l) Mendorong anak bermain dengan media cetak dan membuat
taksiran tertulis. m) Membantu perkembangan pengertian anak dari alat
tulis melalui keterlibatan orang dewasa dalam permainan. n) Menyediakan
bagi anak-anak prasekolah dengan pusat-pusat yang mendorong penulisan
melalui alat pena, pena lakan yang halus, kertas bergaris, blocknote dan
komputer. o) Mengelilingi anak dengan hasil cetak,seperti bagan, label dan
72 Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni poster yang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari mereka, dan baca. p) instrumen tersebut bersama anak- anak
untuk membantu pengertian mereka mengenai peran media cetak. q)
Memberikan contoh bagi anak dengan terlibatsecara teratur dalam
membaca dan menulsisecara snegaja,seperti menulis daftar belanja atau
memberitahukan dan menulis catatan dari orang tua. Sekali-kali bertindak
sebagai juru tulis bagi anakanak dengan menuliskan pesan mereka, apakah
pada kartu ucapan, surat untuk teman, atau pada tanda yang menjadi bagian
dari susunan balok. r) Memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kecakapan pengaturan buku dan lebih lanjut pengertian
mereka tentang proses membaca dengan berbagi buku dengan anak-anak
secara teratur, lebih disukai dalam situasi satu demi satu. Rangkuman
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Manusia mengalami tumbuh dan kembang sepanjang
rentang kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga membuat manusia berbeda menjadi makhluk
yang berbeda, unik. Manusia memiliki potensi berbeda antara satu dengan
yang lain, sehingga para pendidik harus paham keberagaman potensi ini
yang membuat para pendidik lebih bijak dan hati-hati dalam menghadapi
dan membimbing setiap peserta didiknya.

KELEBIHAN BUKU:

Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.

KEKURANGAN BUKU:

Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah


ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Penulis
Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd Dr. Hardika, M.Pd
Yuliati Hotifah, S.Psi., M.Pd Sinta Yuni Susilawati, S.Pd., M.Pd Imam
Gunawan, S.Pd., M.Pd

BAB I
KONSEP DASAR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Yuliati Hotifah, S.Psi., M.Pd
Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang berupaya
menyelidiki karakteristik perilaku dan perkembangan individu dalam
bidang pendidikan. Psikologi pendidikan digunakan untuk memahami siswa
sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar. Psikologi pendidikan merupakan
hal yang penting dalam bidang pendidikan, sebab dengan psikologi
pendidikan para pegiat pendidikan dapat menentukan sikap terhadap
perilaku orang-orang yang ada dalam bidang pendidikan. Psikologi
pendidikan juga menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta menentukan
tujuan pembelajaran.

2.Sejarah Psikologi
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui perjalanan
panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno.
Psikologi berakar pada filsafat ilmu dimulai sejak zaman Aristoteles sebagai
ilmu jiwa, yang merupakan ilmu kekuatan hidup (levens beginsel).
Aristoteles melihat psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala
kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (anima), sehingga setiap-setiap
makhluk hidup memiliki jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi
sejalan dengan perkembangan intelektual Eropa dan mendapatkan bentuk
pragmatis di Amerika.
a. Psikologi Sebagai Ilmu
Meskipun selalu ada pikiran pada studi manusia pada periode
bersama dengan pikiran mereka pada studi tentang alam, tetapi karena
kompleksitas dan dinamika manusia untuk dipahami, maka psikologi baru
dibuat sebagai ilmu sejak 1800-an baik ketika Wilhelm Wundt mendirikan
laboratorium psikologi pertama di dunia. Wundt pada tahun 1879
mendirikan laboratorium psikologi pertama di University of Leipzig,
Jerman. Ditandai dengan pembentukan laboratorium ini, metode ilmiah
untuk lebih memahami orang telah ditemukan, meskipun tidak terlalu
memadai. dengan pembentukan laboratorium ini juga bermain, kondisi
psikologis menjadi ilmu, sehingga pendirian Wundt diakui laboratorium
serta tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu.

Psikologi adalah anggapan bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga
atau badan. Dengan mempelajari ekspresi yang nampak pada tubuh
seseorang, orang akan dapat mengetahui keadaan jiwa orang yang
bersangkutan. Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu seseorang harus
membedakan antara nyawa dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang
adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan
badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses
belajar. Misalnya insting, reflek, dan nafsu. Jika jasmani mati, maka mati
pulalah nyawanya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat
abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatan pribadi (personal
behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi adalah
perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan
jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Karena sifatnya yang abstrak, maka seseorang tidak dapat mengetahui jiwa
secara wajar, melainkan hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah
sesuatu yang tidak nampak, tidak dapat dilihat oleh alat indra. Demikian
pula hakekat jiwa, tak seorangpun dapat mengetahuinya. Manusia dapat
mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Tingkah laku itu
merupakan kenyataan jiwa yang dapat dihayati dari luar. Pernyataan itu
dinamakan gejala-gejala jiwa, diantaranya: mengamati, menanggapi,
mengingat, dan memikir. Dari itulah kemudian orang membuat definisi,
ilmu jiwa (psikologi) yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hubungan dengan lingkungannya.
b. Objek Pembahasan Psikologi
Objek ilmu jiwa (psikologi) yaitu jiwa. Jiwa adalah abstrak, tidak
dapat dilihat, didengar, dirasa, dicium, atau diraba dengan panca inderaa.
Karena itulah, pada mulanya ia diselubungi oleh rahasia dan pertanyaan
ghaib, yang oleh ahli-ahli pada zaman itu menerangkan dan menjawabnya
dengan pandangan dan tinjauan filosofis dan metafisis. Ditinjau dari segi
objeknya, Saleh dan Wahab (2004:6-7) membagi psikologi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Konsep Dasar Psikologi Pendidikan 3
1) Psikologi Metafisika
Meta artinya di balik, di luar; dan fisika artinya alam nyata. Hal
yang menjadi objek adalah hal-hal yang mengenai asal usulnya jiwa,
wujudnya jiwa, akhir jadinya sesuatu yang tidak berujud nyata dan tidak
pula diselidiki ilmu alam biasa atau fisika. Karena itu dinamakan psikologi
metafisika. Psikologi metafisika berupaya menyelidiki tentang jiwa
manusia. Jiwa manusia bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dengan
mata, namun dapat diketahui dengan perilaku.
2) Psikologi Empiris
Empiris memiliki makna pengalaman. Beberapa abad-abad
kemudian para ahli (misalnya Descrates) lebih mengutamakan pada rasio.
Descrates menyatakan bahwa ilmu jiwa yang benar hanya diperoleh dengan
berpikir, bukan dengan pengalaman dan percobaan (Saleh dan Wahab,
2004). Dipengaruhi oleh aliran rasionalisme, maka para ahli menyelidiki
dan menguraikan proses-proses jiwa dan gejala- gejala jiwa. Bertentangan
dengan aliran rasionalisme, maka timbullah aliran empirisme, dipelopori
oleh Bacon dan John Locke. Menurut ahli- ahli empiris ini, ilmu jiwa tidak
dapat didasarkan atau diuraikan dengan falsafah atau teologi, melainkan
harus berdasarkan pengalaman.

3. Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan
sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan
dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses
belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik dan
pendidik. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi
pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai
organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar
dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat
anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat.

B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


Peserta didik dalam proses pendidikan, merupakan salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok
persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua transformasi yang disebut
pendidikan. Karena peserta didik merupakan komponen manusiawi yang
terpenting dalam proses pendidikan, maka seorang guru dituntut mampu
memahami perkembangan peserta didik, sehingga guru dapat memberikan
pelayanan pendidikan atau menggunakan strategi pembelajaran yang
relevan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa tersebut. Ketepatan
materi yang disampaikan guru dengan tingkat perkembangan siswa, akan
mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri.
Setiap tahapan perkembangan anak akan berdampak pada perkembangan
kepribadian anak. Kepribadian anak merupakan watak atau sifat anak dalam
menghadapi atau mempersepsikan suatu hal. Kepribadian lebih lanjut akan
dibahas pada bab selanjutnya (Bab III Karakteristik Psikologis Peserta
Didik). Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep
yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Koeswara,
1991:5). Berikut ini akan diuraikan: (1) karakteristik anak usia sekolah
dasar; (2) karakteristik anak usia sekolah menengah; dan (3) karakteristrik
anak usia remaja.
1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar (SD) adalah 6 tahun
dan selesai pada usia 12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan
perkembangan anak, maka anak usia sekolah berada dalam dua masa
perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6 s.d. 9 tahun) dan masa
kanak-kanak akhir (10 s.d. 12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan
senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah


Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak
usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas
(10 s.d. 14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada
anak usia SMP ini, yaitu: (1) terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi
dan berat badan; (2) mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder; (3)
kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua; (4) senang membandingkan kaidah-
kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan orang dewasa; (5) mulai mempertanyakan secara skeptik
mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan; (6) reaksi dan
ekspresi emosi masih labil; (7) mulai mengembangkan standar dan harapan
terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial; dan (8)
kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.

3. Karakteristrik Anak Usia Remaja


Masa remaja (12 s.d. 21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak dan masa orang dewasa. Anak usia remaja masuk pada masa
sekolah menengah atas (SMA). Masa remaja sering dikenal dengan masa
pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik,
yaitu: (1) mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya; (2) dapat
menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi masyarakat; (3) menerima keadaan fisik dan mampu
menggunakannya secara efektif; (4) mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya; (5) memilih dan mempersiapkan karier
di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya; (6)
mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan
memiliki anak; (7) mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-
konsep yang diperlukan sebagai warga negara; (8) mencapai tingkah laku
yang bertanggung jawab secara sosial; (9) memperoleh seperangkat nilai
dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku; dan (10)
mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.

KEKURANGAN BUKU:

Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah


ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
Psikologi
Pendidikan
Pengantar Menuju Praktik
Prof Dr. H. Endin Nasrudin,Drs., M.Si
MEMAHAMI NILAI PENTING PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

1. Konsep Dasar Psikologi Pendidikan


Sebagian besar siswa Kelas VIII di SMP X mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan, alih-alih memahami soal dan materi Kesebangunan pada
mata pelajaran Matematika. Hal ini membuat Ibu Tuty sebagai pengajar di
kelas tersebut sedih. Ia berpikir bahwa seharusnya para siswa bisa
menangkap dan memahami apa yang dijelaskan kepada mereka sewaktu
pembelajaran dilangsungkan. Alasannya sederhana, bahwa Ibu Tuty merasa
penjelasan yang ia berikan sangat mudah dipahami, runut, dan dilengkapi
pula dengan contoh yang jelas. Namun, ketika para siswa diuji tentang
materi bersangkutan di akhir pembelajaran, justru banyak dari mereka yang
tetap tidak mengerti dan mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar.

Meski demikian, pada beberapa kasus juga, ada guru yang tidak tahu harus
bersikap dan melakukan tindakan seperti apa. Ia hanya menganggap bahwa
beberapa siswa yang tidak bisa memahami penjelasan yang diberikan,
ketika siswa lain bisa menangkapnya dengan baik, semata persoalan daya
tangkap yang kurang dari siswa bersangkutan. Padahal anggapan seperti ini
jelas salah adanya. Setiap siswa atau pembelajar memiliki potensi dan
peluang yang sama untuk menguasai materi yang diberikan. Apa yang
membedakan mereka adalah dalam cara menangkapnya. Sebab bentuk
kecerdasan setiap siswa bisa saja berbeda. Ada yang lebih bisa
menangkapnya ketika ia diberikan ruang untuk mempraktikkan apa yang
dipelajari atau ketika tubuhnya ikut bergerak dalam belajar. Ada pula yang
bisa menangkap materi yang diajarkan hanya dengan melihat contoh atau
mendengarkan penjelasan dari guru, dan cara-cara lainnya.

Meski demikian, perlu dipahami juga dari awal, bahwa kajian tentang
Psikologi Pendidikan sebagai salah satu cabang dari Psikologi ini memiliki
bahasan yang luas. Ia mencakup bahasan tentang berbagai hal yang
Memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam belajar,
tentang pengaruh lingkungan dan keragaman sosial serta kultural, tentang
bahasa dan pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif anak, tentang
bagaimana belajar dan mengajar yang efektif, tentang etika dan moral, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan bagaimana pemahaman soal psikis dan
perilaku berperan dalam keberhasilan pendidikan seseorang. Kajian yang
luas inilah yang menjadi alasan mengapa Psikologi Pendidikan harus
menjadi satu cabang khusus dari kajian Psikologi secara umum.

Historisitas Psikologi Pendidikan


Bidang Psikologi Pendidikan, seperti disebutkan sebelumnya merupakan
salah satu cabang dari disiplin Psikologi, yang mengkhususkan dirinya
dalam mengkaji perihal pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan. Pengertian dasar ini menyiratkan kesan yang berbeda secara
ontologis dengan bidang Psikologi secara umum, padahal bahasan Psikologi
Pendidikan sejatinya tetap tidak terlepas dari berbagai hal yang dikaji dalam
bidang Psikologi tersebut, hanya saja dengan penekanan yang lebih besar
terhadap persoalan-persoalan perilaku, mental kejiwaan, dan atau
perkembangan seseorang, dalam konteks pendidikan. Penekanan ini
diperlukan karena tujuan awal dari bidang ini adalah untuk membantu guru
agar lebih memahami bagaimana seharusnya melangsungkan pembelajaran
dengan cara yang tepat, sesuai dengan minat, bakat, perkembangan, dan
atau kondisi anak secara keseluruhan. Dengan itu, diharapkan pembelajaran
bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.
Bidang Psikologi Pendidikan sendiri mendapatkan rintisan dari berbagai
konsep tentang cara belajar dan mengajar, terutama berdasarkan masukan
dan rumusan beberapa Psikolog terkemuka, seperti William James, John
Dewey, E. L. Thorndike, dan lainnya. Berikut adalah beberapa kontribusi
para psikolog awal tersebut:
a. William James
William James (1842-1910) adalah seorang Psikolog kelahiran New York,
yang paling berpengaruh terhadap perkembangan awal disiplin Psikologi. Ia
juga dikenal sebagai pendiri mazhab pragmatisme dalam filsafat. Beberapa
karyanya yang utama adalah Pragmatism, The Will to Believe, The
Varieties of Religious Experience, The Meaning of Truth, dan The
Principles of Psychology. Karya pertamanya dalam bidang Psikologi inilah
yang nantinya menjadi rujukan untuk pengajaran Psikologi secara massif.

Dalam karyanya tersebut, James menegaskan perlunya guru atau tenaga


pendidik untuk memahami kondisi dasar anak didiknya. Seorang anak, bagi
James adalah subjek yang sensitif, impulsif, asosiatif, reaktif, terkadang
terkontrol, terkadang merasa penuh dengan kebebasan. Mereka memiliki
beragam bentuk reaksi alamiah (native reaction) yang hadir sejak lahir
dalam diri mereka. Mereka memiliki cinta, ketakutan, kecurigaan atau
keingintahuan, rasa memiliki, dan konstruktivitas. Seorang guru ketika
mengajar mereka, harus memulai dari reaksi alamiah anak ini, yakni dengan
cara menghubungkan reaksi tersebut dengan informasi dan materi yang
diajarkan, sehingga anak bisa mendapatkan reaksi yang baru. James
menjelaskan bahwa setiap bentuk reaksi yang diperoleh anak berfungsi
sebagai suatu aturan (rule) atau menjadi suatu substitusi atas reaksi asli
terhadap objek yang sama.

b. John Dewey
John Dewey (1859-1952) merupakan seorang filsuf dari Burlington,
Amerika Serikat, yang dikenal juga sebagai kritikus sosial dan pemikir
dalam bidang pendidikan. Dewey mengecap studi di Baltimore, dan
di sana pula ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian
dalam bidang pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya,
Dewey sudah menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel dalam
berbagai bidang. Seperti halnya William James, Dewey juga dikenal
sebagai penganut mazhab Pragmatisme dalam filsafatnya. Meski demikian,
Dewey sendiri lebih menyukai
untuk menyebut pemikirannya sebagai instrumentalisme dan
eksperimentalisme.

Adapun hal-hal lain yang terlibat dan menjadi bagian dari upaya memahami
tingkah laku tersebut, seperti hakikat manusia dan perkembangannya,
keragaman manusia dan latar sosial yang dimilikinya, efektivitas berbagai
pendekatan dalam pembelajaran, motivasi dalam pembelajaran, hingga
pengelolaan kelas, juga menjadi pokok bahasan yang tidak bisa
ditinggalkan karena ia akan melengkapi pemahaman kita tentang tingkah
laku anak didik dan guru sebagai bahasan utama dalam Psikologi
Pendidikan. Dengan kata lain apa yang akan dipelajari dalam buku ini,
sebagai pokok-pokok bahasan dalam Psikologi Pendidikan secara umum
adalah sebagai berikut:
a. Hakikat manusia dan pertumbuhannya
Apa yang dipelajari pada poin ini adalah bagaimana sifat dan hakikat
kejiwaan manusia, pertumbuhan individu dan perkembangannya baik
secara kognitif, afektif, ataupun psikomotorik, serta kecakapannya dalam
berbahasa sebagai salah satu faktor utama untuk memahami pertumbuhan
kecerdasan manusia.
b. Variasi individu dan keragaman sosiokultural
Apa yang dipelajari pada pokok bahasan ini adalah bagaimana pendapat
dan teori yang berkembang dalam Psikologi Pendidikan tentang perbedaan
tingkat dan jenis kecakapan individu, apakah hereditas berpengaruh
terhadap keragaman tersebut, jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki individu
anak didik, lingkungan sosikultural dan pengaruhnya terhadap individu,
hingga bagaimana perkembangan sosio-emosional individu di tengah
keragaman lingkungan dan lingkup perbedaan sosio-kultural yang ada.
Aktivitas belajar dan perkembangan individu
Pada poin ini apa yang dibahas adalah tentang belajar dan atau
pembelajaran serta dampaknya terhadap perkembangan individu, faktor-
faktor yang Memengaruhi praktik dan keberhasilan seseorang dalam
belajar, kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami oleh anak dalam belajar,
memahami cara anak belajar dengan mengacu pada gaya belajar atau jenis
kecerdasan yang dimilikinya.
d. Pendekatan dalam pembelajaran dan upaya mewujudkan pembelajaran
efektif
Beberapa pendekatan pembelajaran yang akan dibahas pada poin ini, di
antaranya adalah pendekatan psikologi behavioristik dalam pembelajaran,
pendekatan kognitif, pendekatan humanistik, pendekatan pemrosesan
informasi, pendekatan konstruktivis sosial, dan pendekatan multikultural
dalam pendidikan. Selain itu dibahas juga sekilas tentang beberapa model
atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak atau peserta
didik dalam proses belajar.
e. Pengajaran dan motivasi dalam belajar
Psikologi Pendidikan pada dasarnya adalah kajian psikologi tentang proses
belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan secara keseluruhan.
Karena itu, bahasan tentang bagaimana mengajar, hal- hal apa yang harus
diperhatikan dalam praktik pengajaran, hingga bagaimana peranan guru
dalam memotivasi anak didik untuk belajar juga akan menjadi pokok
bahasan dalam poin ini.
f. Penilaian dalam belajar
Pada poin ini, apa yang dipelajari adalah bagaimana cara guru dalam
melangsungkan penilaian yang tepat dalam belajar, bentuk-bentuk tes yang
bisa diberikan pada anak didik, hingga peranan guru dalam mengarahkan
dan membimbing anak didik untuk mencapai prestasi dan tujuan belajar itu
sendiri.
g. Pengelolaan kelas
Apa yang akan dipelajari pada poin ini adalah tentang peran penting kelas
untuk pembelajaran, bagaimana menata dan membentuk lingkungan belajar
di kelas untuk pencapaian tujuan belajar secara efektif, hingga bagaimana
membentuk kelas sebagai konteks penilaian dalam belajar.

3. Psikologi dan Pembelajaran yang Efektif


Persoalan utama yang dihadapi oleh tenaga pendidik atau para guru sejak
dulu adalah bagaimana melangsungkan praktik pembelajaran yang bisa
mencapai segenap tujuan dan target kunci dari pembelajaran tersebut secara
efektif. Hal ini bukan saja berarti guru atau tenaga pendidik harus bisa
menguasai berbagai macam teori, model, pendekatan, ataupun metode dan
strategi yang tepat dalam pembelajaran, tapi juga bagaimana ia bisa
memahami berbagai faktor penentu dari beragam jenis anak didik yang
dihadapinya yang semua itu akan menunjang pada keberhasilan mereka
dalam belajar.
Dalam perkembangan pendidikan dari masa ke masa, guru memang
dianggap sebagai pemegang peran kunci untuk keberhasilan praktik
pembelajaran yang ada. Ia menjadi sosok sentral karena seluruh kegiatan
pembelajaran sangat bertumpu pada keberadaannya. Karena itu pula, di
masa lalu, pembelajaran berarti suatu praktik belajar-mengajar di mana guru
menjelaskan tentang materi tertentu kepada anak didik yang dengan tekun
mendengarkan.
Persoalan seperti ini kemudian ditambah lagi dengan hakikat pengajaran itu
sendiri yang sudah selalu bersifat multidimensi sedari awalnya. Orang
mungkin cenderung berpikir bahwa mengajar adalah kegiatan dalam
konteks akademik atau domain kognitif belaka. Mengajar adalah bagaimana
mengelola pikiran untuk berfokus pada subjek tertentu yang akan diajarkan,
seperti Matematika, Bahasa, atau Ilmu Pengetahuan Alam. Padahal
mengajar lebih dari itu. Praktik mengajar juga melibatkan domain lain
seperti domain sosial, moral, afeksi, bahkan kesehatan ataupun domain-
domain lain yang berurusan dengan kehidupan anak didik secara utuh. Anak
didik yang ada di sekolah bukan saja belajar tentang materi atau subyek
tertentu yang diajarkan sesuai dengan teks buku sebagai acuan, tapi mereka
juga belajar bagaimana bersosialisasi dengan temannya, bagaimana
mengelola emosi dan perasaan, bagaimana bekerjasama dengan kawan-
kawannya, bagaimana berempati terhadap orang lain, dan lain sebagainya.
Karena itu kegiatan guru di sekolah tidak hanya mengajar bidang pelajaran
atau materi tertentu, tapi juga bagaimana mengenalkan nilai-nilai lain yang
akan melengkapi perkembangan diri anak didik secara utuh.

HAKIKAT MANUSIA DAN PERTUMBUHANNYA


1. Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia
Manusia berasal dari kata “Manu” (Sansekerta) yang mempunyai arti
berpikir, berakal budi. Demokritos menyebutkan bahwa manusia adalah
materi, jiwa pun adalah materi yang terdiri dari atom. Sedangkan Plato
menjelaskan bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.
Manusia adalah makhluk unik yang tidak sama satu dengan yang lain,
mempunyai karakter, sifat dan pemikiran yang subjektif. Manusia memiliki
potensi individu yang membedakan dengan makhluk lain. Pendidikan
bertujuan untuk membantu manusia agar bisa menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi yang merupakan bibit
kemungkinan menjadi manusia seutuhnya. Tugas mendidik bisa dilakukan
dengan baik jika para pendidik memahami sifat dan hakikat kejiwaan
manusia, dalam hal ini para peserta didik yang memiliki karakter dan sifat
yang berbeda.
a. Sifat Manusia
Comenius (2005) menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga komponen
yang menggerakkan aktivitas jiwa dan raga. Tiga komponen jiwa ini
meliputi saraf pertumbuhan, perasaan dan intelektual. Tiga komponen jiwa
ini yang melatarbelakangi sifat manusia.
1) Sifat biologis
Manusia tumbuh dan berkembang secara alami dengan prinsip biologi
dengan menggunakan lingkungannya. Manusia tumbuh melewati fase
pertumbuhan sebagaimana wajarnya. Mulai dari
konsepsi, janin hingga menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Baik lingkungan internal yaitu genetik, dan eksternal yaitu gizi.
2) Sifat hewani
Manusia memiliki perasaan hakiki, perasaan untuk terus mencari
keseimbangan hidup yang didapat melalui hasil penginderaan. Manusia
selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
3) Sifat Intelektual
Manusia dengan kecerdasan dan kemampuan berpikirnya mampu
memelajari dan membedakan mana hal yang salah dan benar, baik dan
buruk serta mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi dan
keinginannya. Sifat Intelektual inilah yang secara jelas membedakan
manusia dengan hewan.
b. Hakikat Manusia
Hakikat manusia terdiri dari dua kata yaitu hakikat dan manusia itu sendiri,
hakikat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah inti sari atau dasar.
Dengan demikian hakikat manusia adalah dasar utama yang mewujudkan
sesuatu yang terdiri dari jasmani dan rohani. Muhmidayeli (2011)
mengemukan pemikiran dari beberapa ahli mengenai hakikat manusia
yaitu:
1) Plato
Plato menjelaskan bahwa manusia itu suatu pribadi yang tidak terbatas pada
saat bersatunya jiwa dengan raga. Jiwa dan raga tidak diciptakan
bersamaan. Jiwa telah ada jauh sebelum ia muncul di dunia, sedangkan raga
manusia diciptkan setelah jiwa, sebagai instrument bagi penyempurnaan
jiwa.
2) Aristoteles
Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah makhluk organis yang
fungsionalisasinya tergantung pada keberadaan jiwa di dalam dirinya.

c. Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia


Manusia terdiri dari jiwa dan raga memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dengan makhluk lain. Karakteristik manusia ini berbeda
satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan perlunya memiliki
kemampuan komunikasi dan pendekatan yang berbeda. Pendidik dan anak
didik juga dituntut harus memiliki kemampuan memahami dan memaklumi
perbedaan dan keunikan karakter. Tiap anak didik memiliki kemampuan
pemahaman yang berbeda, ada yang bisa dengan cepat mengerti ada yang
harus mencerna berkali-kali baru bisa paham. Tugas pendidiklah untuk
menemukan metode pengajaran yang efektif bagi semua peserta didik.
d. Wujud dan Sifat Hakikat Manusia
Apa yang membuat manusia benar-benar berbeda dengan makhluk lain,
seperti binatang dan tumbuhan? Dalam eksistensinya, manusia memiliki
kemampuan untuk berpikir jernih dan kemampuan emosional. Tirtaharja
(2005) menjelaskan bahwa ada beberapa kemampuan yang dimiliki
manusia sebagai perwujudan dari sifat hakikat manusia ini, yaitu: 1)
Kemampuan menyadari diri
Kemampuan yang dimiliki manusia bahwa dirinya berbeda, bahwa ia
memiliki sifat dan karakter yang berbeda dengan manusia lainnya.
Sehingga ia bisa membuat jarak dengan orang lain bahkan lingkungan.
Mampu menyadari dan melihat ke dalam dirinya tentang kelebihan dan
kekurangannya. Mampu mengeksplorasi potensi untuk dikembangkan
menjadi hal yang lebih baik.
Para pendidik disarankan mampu memiliki kemampuan menyadari diri
dengan baik, sebagai bahan introspeksi dan follow up dari evaluasi
pengajaran yang diterapkan sehingga mampu menciptkan atau menemukan
metode pangajaran yang lebih efektif. Kemampuan ini juga seolah
menuntut para pendidik agar mampu mengenali kekurangan dan kelebihan
anak didik sehingga diharapkan anak didik mampu mengenali dan
mengembangkan potensi dalam dirinya.
2) Kemampuan bereksistensi
Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri,
menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Mampu
membuat jarak antara dirinya dengan dirinya lainnya, mampu membedakan
aku sebagai subjek dengan aku sebagai objek. Dalam proses pendidikan,
kemampuan ini perlu dibina dan ditingkatkan agar anak didik mampu
belajar dari pengalaman atau peristiwa masa lampau serta mampu
mengantisipasi situasi dan kondisi yang akan terjadi sebagai akibat dari
hokum sebab dan akibat, serta mampu mengembangkan imajinasi kreatif
yang dimulai dari fase toddler (1-3 tahun) sampai dewasa.
3) Kata Hati (Conscience of Man)
Kemampuan pada diri manusia untuk membedakan mana hal yang baik dan
mana hal yang buruk. Kata hati atau hati nurani kadang membisikkan baik
atau tidaknya perbuatan yang dilakukan manusia. Tinggal manusia mau
mengikuti kata hati atau justru melakukan hal yang bertentangan dengan
kata hati, dengan konsekuensi bahwa semua hal yang dilakukan memiliki
risiko entah itu baik atau buruk.
4) Moral
Moral identik dengan etika. Standar baik dan buruk yang ada di masyarakat.
Pendidikan moral menjadi salah satu tugas utama pendidik, di mana
diharapkan para pendidik tidak hanya mengajarkan dan berfokus pada
aspek akademik, tetapi juga aspek non akademik di antaranya adalah
mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari, mengajarkan apa yang etis dan tidak etis, hal yang
perlu diingat adalah dalam menanamkan nilai-nilai moral ini, pendidik
diharapkan mampu memberi dan menjadi contoh dari apa yang diajarkan,
sehingga hasil dari pengajaran ini akan efektif.
5) Tanggung Jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang
dilakukan. Kemampuan ini perlu dididik sejak dini, belajar bertanggung
jawab akan peran dan perbuatan, baik tanggung jawab pada diri sendiri,
orang tua atau keluarga, sekolah, dan masyarakat.
6) Rasa kebebasan atau kemerdekaan
Merdeka adalah rasa bebas, tidak terikat oleh sesuatu, tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Manusia sebagai individu yang bebas, tentunya
tidak memiliki kebebasan yang mutlak, karena kebebasan kita akan
bersinggungan dengan kebebasan orang lain. Ada standar moral, kata hati
dan tanggung jawab di dalamnya. Dalam dunia pendidikan, kebebasan yang
dimaksud salah satunya adalah kebebasan untuk bertanya, berdiskusi, dan
menyatakan pendapat. Pendidik harus mampu menghargai setiap
pernyataan, pendapat dan atau opini apapun yang dimiliki anak didik meski
pendapat atau opini tersebut kontra atau berseberangan dengan yang
lainnya. Arahan dan pujian tetap harus diberikan secara adil dan bijaksana,
jangan sampai mematikan kreatifivitas dan imajinasi anak didik.
7) Hak dan Kewajiban
Hak adalah sesuatu yang menjadi milik kita dan penggunannya tergantung
kepada diri kita sendiri. Misalnya, setiap anak berhak mendapatkan kasih
sayang orang tuanya, berhak mendapatkan pengajaran. Kewajiban adalah
sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Misalnya
wajib membayar iuran sekolah, wajib membayar pajak, dan lainnya. Hak
dan kewajiban dalam pelaksanaannya selalu terjadi beriringan, karena di
mana hak biasanya juga disertai kewajiban. Manusia diharapkan mampu
memiliki kemampuan untuk menyadari dan melaksanakan hak dan
kewajibannya secara bertanggung jawab dalam hidup yang dijalaninya.
8) Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Kemampuan untuk bisa merasakan kesenangan, kepuasan. Kebahagiaan ini
bersifat subyektif, setiap orang mempunyai definisi sendiri. Kebahagian
bisa berasal dari hasil interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Ciri-ciri Perkembangan dan Pertumbuhan


1) Ciri Pertumbuhan
Terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan menurut
Soetjiningsih (2002) yaitu :
a) Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi
badan, lingkaran kepala, dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-
paru, atau usus akan bertambah besar sesuai dengan peningkatan kebutuhan
tubuh.
b) Perubahan proporsi
Perubahan proporsi juga merupakan ciri pertumbuhan. Anak bukanlah
dewasa kecil. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila
dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi
baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.
Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar
dibandingkan pada umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang
lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh
terdapat kurang lebih simpisis pubis.
c) Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan anak, terdapat hal-hal yang terjadi secara
perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
dan menghilangnya reflek-reflek primitif.

d) Timbulnya ciri-ciri baru


Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi
organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan
munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti timbulnya rambut pubis,
aksila, dan lain-lain.
2) Ciri Perkembangan
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang
berkelanjutan, teratur, dan saling terkait. Seperti pertumbuhan,
perkembangan pun mempunyai cirri-ciri tertentu sebagai suatu pola yang
tetap walaupun variasinya sangat luas.
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem
neuromuskuler, bicara, emosi, dan social. Kesemua fungsi tersebut
memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri-ciri
perkembangan adalah :
a) Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan, maka setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan
tersebut meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi
tubuh, berubahnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda
kematangan suatu organ tubuh tertentu.
b) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Seseorang
tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahap
sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
bisa berdiri. Karena itu, perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan


Lingkungan dan latar belakang kebudayaan masing-masing bangsa
Memengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan penduduknya
dengandemikian,akanterbentukkarakteristik yangmenjadipolakhusus bangsa
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh
kecenderungan - kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan
perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum perkumbuhan
dan perkembangan.
1) Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa
pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian -bagian pada
kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah
terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Se orang bayi yang
baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang
lebih “matang” daripada bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa
menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan
lainnya. Baik pada masa perkembangan pranatal, neonatal, rnaupun anak-
anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula
kecil dan
makin lama perband’rngan ini makin besar.
2) Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertum buhan fisik,
dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan
mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung,
hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota
tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja karena alat- alat tubuh yang
terdapat pada daerah pusat itu lebih vital, misalnya anggota gerak seperti
tangan dan kaki. Anak masih bisa me langsungkan kehidupannya bila
terjadi kelainan- kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila terjadi
kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal.
Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih
banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan
fungsi, serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan,
anggota-anggota tubuh akan tumbuh, berkembang, dan berfungsi yang tidak
sama antara satu dengan lainnya. Contohnya terlihat pada kelenjar-kelenjar
kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang) ketika anak memasuki masa
remaja. Pada saat ini terjadi
3) Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus
Pada setiap aspek terjadi perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang
umum, kemudian berangsur menuju hal yang khusus. Anak akan lebih dulu
mampu menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan baru
kemudian menggerakkan jemarinya. Dari sudut perkembangan juga terlihat
hal yang tadinya umum ke khusus.
4) Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan
Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang bisa
saja berbeda pada setiap individu dalam fase-fase perkembangan yang
dilaluinya. Sebenarnya ciri-ciri perkembangan
Ujam Jaenudin & Dadang Sahroni sebelumnya diperlihatkan pada masa
berikutnya, hanya saja terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru. Namun
demikian ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembangdan tidak
meningkat lagi, hal ini disebut fiksasi.
d. Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Terdapat beragam faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih (2012), faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Faktor internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak,
a) Rasa atau etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras kaukasoid cenderung memiliki tinggi badan
yang lebih tinggi dibanding dari ras mongoloid atau ras lainnya.
b) Keluarga
Kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus akan menurunkan pada anak- anaknya
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak
laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2) Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu adalah sebagai berikut:
a) Faktor prenatal, seperti:
- Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan
akan memengaruhi pertumbuhan janin.
- Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
- Toksin atau zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
- Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.
- Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.
- Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.

KELEBIHAN BUKU:

Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.

KEKURANGAN BUKU:

Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah


ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.

Anda mungkin juga menyukai