Ilmu Keperawatan Komunitas Dan Keluarga: September 2022
Ilmu Keperawatan Komunitas Dan Keluarga: September 2022
Ilmu Keperawatan Komunitas Dan Keluarga: September 2022
net/publication/363844063
CITATIONS READS
0 4,698
10 authors, including:
Nursyamsi N.L
Politeknik Sandi Karsa
13 PUBLICATIONS 118 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Nursyamsi N.L on 26 September 2022.
Penulis :
Wibowo Hanafi Ari Susanto
Siska Evi
Andi Hayyun Abiddin
Yunike
Rumondang Gultom
Ester
Ani Nuraeni
Nur Syamsi Norma Lalla
Ike Puspasari Ayu
ISBN : 978-623-8004-22-5
Redaksi :
Jl. Pasir Sebelah No. 30 RT 002 RW 001
Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah
Padang Sumatera Barat
Website : www.globaleksekutifteknologi.co.id
Email : globaleksekutifteknologi@gmail.com
Penulis, 2022
i
DAFTAR ISI
ii
4.3.2 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga ................................... 64
4.3.3 Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
Keperawatan (Ruth B Freema, 1981) ....................................... 64
4.3.4 Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga ................................... 65
4.3.5 Langkah-Langkah dalam Keperawatan Kesehatan
Keluarga ................................................................................................ 66
4.3.6 Keluarga dalam pengambiilan Keputusan Kesehatan ........ 67
4.3.7 Hambatan Perawatan Kesehatan Keluarga ............................. 68
4.3.8 Faktor–Faktor Yang Menciptakan Halangan
Perkembangan Kesehatan Keluarga .......................................... 68
4.4 Proses Keperawatan Keluarga .............................................................. 69
4.5 Ringkasan ...................................................................................................... 69
BAB 5 PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM
KEPERAWATAN KOMUNITAS ........................................................... 73
5.1 Definisi Peran dan Fungsi : .................................................................... 73
5.2 Karakter Perawat ....................................................................................... 73
5.3 Peran Perawat Komunitas : .................................................................. 74
5.4 Fungsi Perawat komunitas ......................................................................... 79
5.5 Perbedaan peran dan fungsi perawat vokasional
dan perawat profesional dalam keperawatan komunitas. .... 79
BAB 6 PROMOSI KESEHATAN DAN PRIMARY HEALTH CARE
(PHC) ........................................................................................................... 86
6.1 Konsep Promosi Kesehatan .................................................................... 86
6.2 Tujuan Promosi Kesehatan ..................................................................... 88
6.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan ......................................................... 90
6.4 Strategi Promosi Kesehatan ................................................................... 91
6.5 Sasaran Promosi Kesehatan ................................................................... 92
6.6 Model Promosi Kesehatan ...................................................................... 94
6.7 Pelayanan Kesehatan Primer/Primary Health Care (PHC) ........ 98
6.8 Pengertian Primary Health Care (PHC) .............................................. 98
6.9 Tujuan Primary Health Care (PHC) ...................................................100
6.10 Ruang lingkup Primary health care (PHC) ...................................100
6.11 Prinsip PHC ..............................................................................................106
6.12 Program Primary Health Care (PHC) ..............................................107
6.13 Tanggung Jawab Perawat Perawatan Primer .............................108
6.14 Kesulitan dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar ...110
BAB 7 KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA .................113
7.1 Pendahuluan ...............................................................................................113
iii
7.2 Definisi Keperawatan Keluarga ..........................................................113
7.3 Tujuan Keperawatan Keluarga ............................................................114
7.4 Pendekatan Keperawatan Keluarga ..................................................115
7.5 Prinsip Keperawatan Keluarga ...........................................................118
7.6 Karakteristik Keperawatan Keluarga ...............................................119
7.7 Peran Dan Fungsi Perawat Di Keluarga ...........................................119
BAB 8 STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA .................................124
8.1 Pendahuluan ...............................................................................................124
8.2 Struktur Keluarga .....................................................................................125
8.2.1 Defenisi Struktur Keluarga ..........................................................125
8.2.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga ...........................................................125
8.2.3 Jenis Struktur Keluarga .................................................................125
8.2.4 Elemen atau Dimensi Dalam Struktur Keluarga .................126
8.3 Fungsi Keluarga .........................................................................................128
8.4 Penutup ........................................................................................................133
BAB 9 PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ............................................136
9.1 Pendahuluan ...............................................................................................136
BIODATA PENULIS
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KOMUNITAS
Oleh Wibowo Hanafi Ari Susanto
1.1 Pendahuluan
Konsep dasar keperawatan komunitas sangat penting untuk
dipahami, karena terkait dengan komplesitas permasalahan yang
dijumpai dimasyarakat membutuhkan upaya dan strategi yang
efektif oleh perawat komunitas.
1.2 Definisi
Menurut ANA (American Nurse Association) ilmu
keperawatan komunitas diartikan sebagai sintesa dari ilmu dalam
kesehatan masyarakat serta keperawatan professional guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Keperawatan dalam
masyarakat berperan dalam peningkatan layanan pomotif dan
preventif dengan mengutamkan pada kelompok yang memeiliki
resiko tinggi. Berbagai kegiatan dilakukan dengan melibatkan
masyarakat guna meningkatkan kemampuan masyarakat dengan
kemandiriannya (Efendi, 2009).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pemberian asuhan keperawatan komunitas
diantaraanya adalah meningkatkan motivasi serta kemampuan
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri dengan optimal. Jika dirincikan secara detail, tujuan
implikasi keperawatan komunitas adalah (Kartikaningrum et al.,
2017):
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai konsep
dasar sehat sakit
b) Meningkatkan motivasi dan kemampuan individu, keluarga
serta masyarakat dalam mengimplementasikan upaya
perawatan mandiri
1.4 Sasaran
Pada dasarnya praktek keperawatan komunitas berfokus
pada peningkatan kesehatan perorangan keluarga hingga
masyarakat guna mengimplementasikan pengetahuan dan skill
yang dimiliki. Tugas seorang perawat komunitas adalah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan memiliki mekanisme koping yang tepat dalam menghadapi
berbagai stressor. Adapaun metode yang digunakan guna
melakukan identifikasi terhadap kebutuhan masyarakat adalah
konsep Neuman’s model yaitu community as partner (Yuliyanti,
2013).
Adapun bentuk pengkajian berdasarkan konsep community
as partner adalah memiliki data inti berserta sub variabel. Adapun
variabel tersebut beberapa diantaranya adalah pendidikan, tingkat
akses pelayanan kesehatan, transportasi dan keselamatan,
komunikasi serta rekreasi, politik serta pemerintahan, ekonomi
serta kondisi lingkungan rumah (Marsito, 2021). Dalam melakukan
pengkajian, tidak jarang kita membutuhkan teknologi atau sistem
elektonik untuk dapat mengkaji kebutuhan pasien dengan cepat.
Electronic health records dapat membantu pencarian yang cepat,
luaran atau hasil yang optimal, serta validnya penemuan kesehatan
(Wahyudi, 2020).
Bentuk penerapan community as partner, contohnya saja
pada kasus balita gizi buruk, peran serta perawatan komunitas
dalam mengubah persepsi dan perilaku masyarakat untuk mau
mengatur menu yang baik bagi bayi dan balita sangat dibutuhkan
(Huriah, 2007).
Pada saat melakukan implementasi keperawatan, tidak
jarang keperawatan komunitas mengalami kendala dan hambatan
dalam operasionalnya, sehingga membuat praktek keperawatan
Kondisi lingkungan
Kondisi genentik
Siska Evi 9
primer, sekunder, dan tersier (Allender; rector ; & Warner, 2014).
Adapun beberapa penjelasan mengenai upaya prevensi tersebut
adalah:
a. Prevensi Primer
Prevensi Primer ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang memiliki status kesehatan
sehat. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu
promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar terhindar
dari masalah atau penyakit. Misalnya: pemberian vaksin,
memberikan imunisasi pada balita, serta promosi kesehatan
tentang PHBS.
b. Prevensi Sekunder
Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang berpotensi mengalami
masalah kesehatan. Tindakan intervensi yang dapat
dilakukan yaitu pelayanan atau asuhan keperawatan yang
mencakup identifikasi masyarakat maupun kelompok yang
berisiko mengalami masalah kesehatan, melakukan
penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan cepat,
upaya penemuan penyakit sejak awal pemeriksaan kesehatan
berkala, dan melakukan rujukan terhadap masyarakat yang
memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
c. Prevensi Tersier
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dimasa pemulihan setelah
mengalami masalah kesehatan. Tindakan intervensi yang
dapat dilakukan yaitu upaya rehabilitasi setelah perawatan di
fasilitas tatanan pelayanan kesehatan lain yang bertujuan
untuk mencegah ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau
kecacatan yang lebih lanjut. Misalnya: tindakan yang dapat
dilakukan adalah melatih rentang pergerakan sendi atau
range of motion (ROM) pada pasien setelah stroke, atau
melakukan kegiatan pemulihan kesehatan pasca bencana.
Siska Evi 10
Tahun 2006 tentang penyelenggaraan UKKM PKM, puskesmas
adalah pelayanan keperawatan professional yang merupakan
perpaduan antara ilmu keperawatan dan ilmu kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi.
Tujuan pelayanan perkesmas yaitu untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh anggota
masyaraakat dalam rentang sehat-sakit dengan
mempertimbangkan seberapa rumit masalah kesehatan
masyarakat memengaruhi individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat. Sasaran perkesmas adalah seluruh system klien
mencakup individu, keluarga, kelompok berisiko tinggi termasuk
kelompok/masyarakat di daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan
daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat yaitu individu,
keluarga, kelompok, komunitas/masyarakat yang mempunyai
masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmampuan,
maupun ketidakmampuan dalam penyelesaian masalah
kesehatannya. Ketidaktahuan merupakan suatu kondisi ketika
masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup
mengenai masalah kesehatan dan cara penanganannya.
Ketidakmampuan berhubungan dengan tidak sadarnya atau tidak
adanya sikap yang positif dari masyarakat mengenai tindakan atau
aktivitas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan.
Ketidakmampuan terjadi saat masyarakat telah memiliki
pengetahuan dan kesadaran namun belum mampu melakukan
tindakan atau aktivitas yang mendukung kesehatan akibat
kurangnya dukungan sarana. Contohnya, ibu hamil yang telah
memiliki ilmu pengetahuan mengenai pemeriksaan kehamilan
secara teratur dan sudah memiliki kemauan untuk memeriksakan
kehamilan namun belum mampu memeriksakan kehamilan ke
Puskesmas karena tidak punya uang transport.
Ciri- ciri dari pelayanan perkesmas menurut Hithcock,
Scubert & Thomas, (1999); Allender, Rector, & Warner, (2014);
Stanhope &Lancaster (2016) adalah;
a. Perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan
Siska Evi 11
masyarakat
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of
care)
c. Fokus intervensi keperawatan pada pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan primer
d. Ada kemitraan perawat Perkesmas dengan klien dalam
upayakemandirian klien
e. Memerlukan kolaborasi multidisiplin dan melibatkan peran
sertaklien secara aktif
f. Terjadi proses alih peran dari perawat perkesmas kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga
terjadi kemandirian.
Siska Evi 12
sarana pelayanan kesehatan atau tindak lanjut
perawatan dirumah pasca rawat
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang
berisiko atau rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan
baik yang terikat maupun tidak terikat dalam satu institusi.
Prioritas sasaran kelompok adalah :
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain posyandu, kelompok balita,
kelompok ibu hamil, kelompok usia lanjut, kelompok
penderita penyakit tertentu,kelompok pekerja informal;
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu
institusi antara lain : sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti usia lanjut, rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan
d. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, di
prioritaskan pada :
1) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai jumlah bayi meninggal lebih tinggi
dibandingkan daerah lain;
2) Masyarakat didaerah endemik penyakit menular 9
malaria, diare, demam berdarah, dll) masyarakat
dilokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya;
3) Masyarakt didaerah dengan kondisi geografis sulit
antara lain daerah terpencil atau daerah perbatasan
4) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan
transportasi sulit seperti daerah transmigrasi.
Siska Evi 13
langsung pada keluarga dirumah yang menderita
penyakit akut maupun kronis. Peran homecare dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai risiko masalah Kesehatan
c. Sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sehari
(day care) atau sesaat diberbagai institusi pendidikan
(TK, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi) dengan sasaran
siswa/i, mahasiswa/I, serta karyawan lingkup sekolah.
Perawat sekolah melaksanakan program skrining
kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan dalam asuhan keparawatan yang holistik.
d. Tempat kerja industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung
dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat
kerja/kantor, home industry, pabrik, dll. Contoh
pelayanan yang dilakukan dapat berupa pemberian
pendidikan kesehatan untuk keamanan dan
keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress,
olahraga, dan penanganan perokok, serta pengawasan
makanan.
e. Barak kelompok penampungan
Pelayanan asuhan keperawatan di berikan kepada
kelompok lansia di penampungan, gelandangan, anak
jalanan, pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
dan WTS. Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan
kecacatanganda dan mental
f. Puskesmas Keliling
Pelayanan perawatan dalam puskesmas keliling
diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesaan dan kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang di lakukan adalah skrining
kesehatan, asuhan keperawatan pada penyakit akut dan
kronis termasuk pengobatan sederhana sesuai dengan
program puskesmas, pengelolaan dan rujukan kasus
penyakit.
Siska Evi 14
g. Di panti kelompok khusus lain seperti panti asuhan
anak, Panti Asuhan Tresna Werdha (PSTW), dan panti
sosial lainnya serta rumah tahanan atau lembaga
pemasyarakatan.Pelayana dan asuhan keperawatan
yang diberikan terkait masalah kesehatan atau resiko
terjadi masalah kesehtan pada tatanan tersebut.
Contohnya penyakit kulit pada lansia di panti,
kebersihan diri, serta devisit perawatan diri.
h. Komunitas/Masyarakat (RT, RW, Kelurahan, Kecamatan,
Kabupaten.
Pelayanan dan Asuhan Keperawatan ditujukan pada
kelompok resiko yakni pelayanan perawatan pada
kelompok wanita, anak-anak.
Remaja. Lansia mendapat perlakuan kekerasan.
i. Pelayana keperawatan wisata seperti pelayanan
keperawatan di Pantai Kegiatan Perkesmas
berdasarkan Permenkes RI no.75 tahun 2014 tentang
Puskesmas terkait kegiatan Perkeamas Meliputi
kegiatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas
baik upaya kesehatan perorangan (UKP) dan atau Upaya
Kesehatan Masyarakat ( UKM ).
1) Kegiatan dalam gedung Puskesmas
Merupakan Kegiatan Keperawatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan di ruang rawat jalan dan
ruang rawat inap, yang meliputi:
a) Penemuan kasus baru pada pasien rawat jalan.
b) Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan
menggunakan berbagi terapi modalitas
keperawatan dan terapi komplamenter.
c) Penyuluahan/pendidikan kesehatan
d) Pemantauan keteraturan berobat
e) Pelayanan Konseling Keperawatan
f) Pemberian Intervensi yng merupakan tugas
limah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prosedur yang telah
ditetapkan
g) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam
pelayanan kesehtan di gedung Puskesmas
Siska Evi 15
(Kenyamanan, Keamanan, Komunikasi
Terapeutik)
h) Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada
tenaga kesehatan lainnya di puskesmas
i) Dokumentasi keperawatan
2) Kegiatan Luar Gedung Puskesmas
Perawat Melakukan kunjungan ke
keluarga/kemasyarakat /kelompok untuk melakukan
asuhan keperawatan di individu/keluarga/kelompok
/masyarakat. Asuhan Keperawatan Individu dalam
konteks keluarga dan asuhan keperawatan keluarga,
akan dijelaskan terpisah di bagian lain. Berikut akan
dijelaskan asuhan keperawatan komuniitas pada
kelompok khusus dan masyarakat binaan yaitu:
a) Asuhan Keperawatan pada kelompok masyarakat
rawan kesehatan yang memerlukan perhatian
khusus. Kegiatannya yaitu:
- Identifikasi faktor resiko terjadinya masalah
kesehatan di kelompok.
- Pemberian Asuhan Keperawatan langsung
pada klien yang memerlukan keperawatan
dengan menerapkan terapi keperawatan dan
terapi komplomenter
- Pendidikan/Penyuluhan kesehatan sesuai
kebutuhan
- Pembentukan, bimbingan dan Memantau
Kader-Kader kesehatan sesuai jenis
kelompoknya dan memberikan motipasi
kepaada kader-kader.
- Pendokumentasian Keperawatan dan Lain-
Lain
b) Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah
binaan
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan
kepada Masyarakat yang berisiko, rentang atau
mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan. Kegiatan kunjungan ke
daerah binaan meliputi:
Siska Evi 16
- Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi
di suatu daerah denganmasalah spesifik
- Pemberian Asuhan Keperawatan di suatu
daerah sesuai dengan hasil identifikasi
- Penigkatan partisipasi masyarakat melalui
kegiatan memotivasi masyarakat untuk
membentuk upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
- Pendidikan/Penyuluhan kesehatan
masyarakat
- Pemberian Advokasi masyaarakat untuk
mendapatkan pelayanan keperawatan yang
optimal
- Pembentukan pengembangan dan
pemantauan kader-kader kesehatan di
masyarakat dan meningkatkan motifasinya.
- Pelaksanaan dan monitoring kegiatan PHBS.
- Peningkatan jejaring kerja melalui
kemitraan.
- Pendokumentasian Keperawatan.
Siska Evi 17
Kelompok bisa menjadi cost efficient treatment dengan hasil
terapeutik yang positif ( Synder & Lindquist,2009).
Pengaruh positif strategi intervensi dengan proses kelompok
yaitu:
1. Membangun harapan ketika kelompok menyadari
bahwa ada orang lain yang telah menghadapi atau
berhasil menyelesaikan masalah yang sama.
2. Universalitas, dengan menyadari bahwa dirinya tidak
sendiri menghadapi masalah yang sama
3. Berbagi informasi
4. Altruisme dan saling membantu
5. Koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang
pararel terjadi dalamkelompok dan dalam keluarga
6. Pengembangna teknik sosialisasi
7. Perilaku imiatif dari pemimpin kelompok
8. Katarsis, ketika anggota belajar untuk mengekspresikan
perasaan secara tepat
9. Faktor-faktor eksistensial ketika anggota kelompok
menyadari bahwa hidup kadang tidak adil dan setiap
orang harus bertanggung jawab atas cara hidup yang
telah ditempuh (Yalona, 1983; dalam Hitchock, Schubert
& Thomas, 1999).
Siska Evi 18
2) Menyelesaikan konflik yang timbul adanya
perselisihan/perbedaan pendapat
3) Penyelesaian masalah dan pembuatan peerubahan
4) Membuat keputusan kelompok bisa melalui
keputusan ketua kelompok, voting atau konsensus.
c) Fase akhir ( Terminatiaon Phase )
1) Terminasi dilakukan jika tujuan sudah tercapai atau
sesuai waktu yangditentukan
2) Kelompok mulai mengevaluasi tercapainya tujuan
dan menetapkanrencana tindak lanjutnya.
3) Lakukan diskusi dengan kelompok untuk
mengekspresikan perasaan( Expres Feeling)
b. Promosi Kesehatan
Berbagai bentuk dari promosi kesehatan adalah sebagai
Berikut:
1) Diseminasi Informasi
Salah satu bentuk dari desiminasi informasi adalah
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah
suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan
preventif dengan melakukan penyebaran informasi
dan meningkatkan motipasi masyarakat untuk
berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2016).
Pendidikan kesehatan umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan, dan mengurangi ketidakmampuan dan
merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi
kesehatan individu, keluraga, komunitas, dan
masyarakat. Desiminasi informasi bertujuan mengubah
sikap, keyakinan dan perilaku masyarakat melalui
pemberian informasi serta memunculkan kesadaran
bahwa suatu masalah yang timbul dapat diatasi.
Contohnya pemasangan informasi, pemberitaan via
televisi tentang upaya menghentikan kebiasaan
merokok; pembuatan brosur untuk kontrol berat badan,
memasukkan artikel tentang kebugaran di surat kabar.
2) Pengkajian dan Penilaian
Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko
dan mengadopsi gaya hiduo sehat. Contohnya
melakukan penilaian terhadap resiko kesehatan
Siska Evi 19
(memperkirakan resiko penyakit berdasarkan riwayat
medis, pemeriksaan fisik dan lain-lain), mengadakan
lomba atau kompetensi penampilan sesuai indikator
sehat.
3) Modifikasi gaya hidup ( Life Style Modification )
Membantu klien untuk bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri dan membuat perubahan perilaku
yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memodifikasi gaya hidup diantaranya adalah perubahan
situasi, tersedianya pengetahuan & keterampilan untuk
melaksanakan dan meneruskan perubahan, hasil yang
akan diperoleh dari perilaku baru, serta adanya
dukungan fisik & sosial untuk merubah perilaku
4) Penataan lingkungan (Envirionmental Restructuring)
Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau
penataan faktor pendukung untuk mengoptimalkan
kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku.
Lingkungan yang ditata mencakup lingkungan fisik,
Sosial dan ekonomi misalnya mengatur kenyamanan &
keamanan fisik, menghindarkan terjadi pencemaran air
minum, menciptakan keterpaduan kelompok, dan
menetapkan penyediaan koperasi
c. Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan atau Empowerment adalah suatu kegiatan
keperawatan komunitas dengan melibatkan masyarakat
secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di
komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan
masalah (Hitchock, Schubert & Thomas, 1999; Stanhope &
Lancaster, 2016). Pemberdayaan adalah keseluruhan
upaya untuk meningkatkan kontor dalam pengambilan
keputusan pada level individual, keluararga, komunitas dan
masyarakat (Nies & McEwen,2015). Perawat dapat
menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu
masyarakat mengembangkan keterampilan dalam
menyelesaikan masalah, mendapatkan informasi untuk
meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2015) Labonte
(1994) dalam stanhope & Lancaster (2016) menyebutkan
Siska Evi 20
terdapat lima area pemberdayaan yaitu interpersonal
(personal empowerment), intragroup (small gorup
development), intergroup (small group development)
itergroup (komunitas), interorganizational (coalitional
building), dan political action. Pemberdayaan dengan
model multilevel seperti ini memungkinkan perawat
komunitas melakukan intervensi dalam cakupan mikro dan
makro.
Proses pemberdayaan masyarakat memiliki tahapan yang
meliputi:
a) Tahap persiapan (engangement)
Pada tahap engangement persiapan awal atau entry
point proses pemberdayaan yaitu persiapan sumber
daya manusia, sarana serta lingkungan persiapan yang
dilakukanmeliputi:
1) Persiapan tenaga pemberdaya
Tahap ini ditujukan untuk menyamakan persepsi
dan pengetahuan antar anggota terutama jika
tenaga petugas memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda beda .
2) Persiapan lapangan
Pada tahapan ini perawat melakukan pengkajian
kelayakan pada daerah yang akan dijadikan
sasaran baik secara formal maupun informal.
Selain itu, pada tahap ini perijinan jiga dilakukan.
Akses relasi dengan tokoh informal juga penting
untuk dilakukan agar terjalin hubungan yang
baik dengan masyarakat.
b) Tahap Pengkajian (Assesment)
Pengkajian dapat dilakukan terhadap individu (tokoh
masyarakat) atau kelompok-kelompok masyarakat
dengan menggunakan metode focus group discussion,
curah pendapat atau nominal groupdiscussion. Perawat
komunitas melakukan identifikasi masalah megenai
kebutuhan masyarakat. Masyarakat mulai dilibatkan
secara aktif agar permasalahan yang dirasakan
masyarakat benar-benar merasakan berasal dari
masyarakat sendiri.setelah mendapatkan
Siska Evi 21
permasalahan, perawat menfasilitasi masyarakat
dalam menyusun prioritas masalah akan di
tindaklanjuti.
c) Tahap Perencanan Kegiatan (designing)
Perawat komunitas melakukan proses penyusunan
perencanaan program pemverdayaan masyarakat
pada saat designin. Perencanaan program yang
dilakukan aktif bersama partisipasi masyarakat.
Masyarakat tidak hanya di tuntut untuk mengetahui
permasalahn dan kebutuhnnya namun juga
bekerjasama dengan perawat untuk menyusun
penanganan yang tepat dan sesuai. Diskusi dilakukan
perwakilan masyarakat dan perawat mengenai
alternatif program dan tujuan yang ingin dicapai yang
dapat dilakukanoleh masyarakat dalam proses
pemberdayaan. Perawat bertugas sebagai fasilitator
yang membantu masyarakat berdiskusi bersama
mengenai rencana program dan menuangkannya
dalam bentuk tertulis seperti dalam prnyususn
proposal.
d) Tahap implementasi (pelaksanaan program)
Tahap implementasi merupakan tahap pelaksaan
program pemberdayaan masyarakat. Proses
implementasi yang baik harus dilandasi kerjasama
yang baik antara perawat dan masyarakat maupun
antar masyarakat. Hal ini di tujukan agar proses
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
e) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan sebagai proses pengawasan dari
masyarakat dan perawat terhadap program uang
sedang dijalankan. Pada tahap evaluasi, warga harus
dilibatkan agar terbentuk pengawasan secara internal
dan dalam ragngka memandirikan masyarakat
memamfaatkam sumber daya yang ada. Evaluasi di
harapakan dapat memberikan umpan balik yang
berguna bagi perbaikan program.
Siska Evi 22
f) Tahap terminasi (disengagement)
Pada tahap terakhir ini terjadi “pemutusan” hubungan
secara formal dengan komuitas. Hal inidilakukan
karena masyarakat telah mampu secara mandiri atau
telah mencapai waktu yang ditepakan sebelumnya.
Proses terminasi tidak serta merta dilakukan secara
mendalam namun garus bertahap. Sehingga jika
perawat belum menyekesaikan dengan baik maka
kontak dengan masyarakat tetap dilakukan namun
tidak secara rutin dan akhirnya perlahan lahan
dilakukan dikurangi kontrak dengan komunitas
sasaran.
e. Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungankerja antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat) untuk mncapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan
peran masing-masing (depkes,2006) partnership atau
kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara
perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan
program. Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi,negoisasi dan
sharing dilakukan untuk saling menguntungkan (stanhope &
Lancaster, 2016;Hitchock, Schuber & Thomas, 1999)
Siska Evi 23
1) Mengidentifikasi dan menetapkan hubungan dengan klien.
2) Kolaborasi dengan komunitas dan pimpinan politik, wakil
dari pengguna, profesi dari bidang lain dan perawat lain atu
pekerja kesehatan (health careworker)
3) Mempertahankan jaringan untuk memfalisitasi perubahan
informasi dan berbagi kekuatan dalam sistem kesehatan.
4) Menjadi advokat bagi klien utama di komunitas.
Siska Evi 24
2.2 Teori dan model keperawatan yang melandasi
praktik keperawatan komunitas.
Perawat dalam melaksanakan praktiknya harus mengacu
pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah ada konsep,
teori dan model keperawatan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun kerangka kerja praktik keperawatan (aligood 2015).
Berbagai model konseptual keperawatan yang juga telah
dikembangkan sebagai middle range theory yang dapat dijadikan
acuan menyusun kerangka kerja praktik keperawatan komunitas
antaralain:
1. Model konseptual keperawatan model adaptasi roy
Adaptasi merupakan proses positif individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat terhadap perubahan lingkungan.
Teori roy menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatnnya dengan cara mempertahankan
perilku secara adaptif serta mampu mengubah perilaku yang
maladaptif. Menurut roy, terdapat 4 obyek utama dalam
keperawatan komunitas yaitu :
a) Manusia
Roy menyatakan bahwa manusia sebagai penerima jasa
asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok
atau komunitas. Masing-masing diperkakukan oleh
perawat sebagai sistem adaptasi holistik yang terbuka.
Sistem terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan
yang konstant terhadap informasi, kejadian dan energi
yang dihasilkan dari interaksi antara sistem manusia dan
lingkungan dicirikan oleh perubahan external dan
imternal. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
memberdayakan manusia.
b) Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kenutuhan dsar yang dibrikan kepada individu
yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik,
psikis dan sosial agar dapat mencapai derahjat kesehatan
yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat
berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada sistem
klien, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi
Siska Evi 25
dari suatu keadaan yang di persepsikan sakit oleh sistem
klien.
Roy mengidentifikasikn bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi yang berhungan dengan 4
modek respon adaptasi. Perubahan internal,external dan
stimulusinpus bergantung dari kondisi koping individu.
Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi
individu.timgkat adaptasi di tentukan stimulus
fokal,konsektual, dan residual. Stimulus vocal adalah
stimulus internal dan external yang paling segera
mengkonfrontasi sistem manusia (sistem klien). Stimulus
konseptual adalah keseluruhan faktor lingkungan yang ada
pada sistem klien baik dari dalam maupun dari luar tapi
bukan merupakan pusat perhatian atau energi.stimulus
residual adalah faktor lingkungan yang berasal dari dalam
dan luar sistem manusia dengan efek pada situasi terakhir
yang masih belum jelas, dilakukan melakukan identifiksi :
1) Stimulus fokal
Stimulus fokal merupakan perubahan perilaku yang
dapat di observasi pada internal sistem klien.
Melakukan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian perilaku, yaitu keterampilan melakukan
observasi, pengukuran dan wawancara.
2) Stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual merupakan stimulus berasal dari
eksternal sistem klien yang berkontribusi terhadap
penyebab terjadinya perilaku atau resipitasi oleh
stimulus fokal. Stimulus kontekstual dapat di
identifiksi melalui observasi, pengukuran, wawancara
dan validasi. Konsep kontekstual yang mempengaruhi
model adaptif adalah genetik, seks, tahap
perkembangan, obat, alkohol, tembakau konsep,
peranfusi, interdenfensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan
lingkungan fisik.
3) Stimulus residual
4) Tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman
masa lalu. Beberapa faktor dalam pengalaman masa
Siska Evi 26
lalu relefan dalam menjelaskan bagaimana keadaan
saat ini. Sikap, budaya, krakter dlah faktor
residualyang sulit di ukur dan memberikan efek pada
situasi sekarang.
c) Konsep Sehat
Roy mendefenisikan sehat sebagai suatu kontinum dari sehat
sampai dengan sakit dan meninggal. Roy menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya
menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan yaitu
fisik, mental dan sosial. Integrasi adaptasi sistem klien
dimanifestasikan oleh kemampuan Individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidak mampuan individu untuk
beradaptasi terhadap stimulus yang berasal dari dalam dan
luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat relatif
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan individu dalam
beradaptasi (koping) bergantung pada Tatar belakang
individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan
sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, Usia,
budaya, dan lain-lain.
d) Konsep Lingkungan
Roy mendefenisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal yang memengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan dan perilaku individu dan
kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan
sebagai suatu ancaman. Lingkungan internal adalah keadaan
proses mental dalam tubuh individu dan proses succor
biologik yang berasal dari dalam tubuh manusia. Manifestasi
yang tampak tercermin dari perilaku individu sebagai suatu
sistem. Pemahaman klien yang baik tentang linakungan akan
membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut
dalam mengubah dan mengurangi risiko akibat dari
lingkungan sekitarnya. Melalui perubahan tersebut, individu
barns mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi
secara berkesinambungan. Sistem adaptasi memiliki empat
model adaptasi yang akan bedampak terhadap respon
adaptasi (output) diantaranya sebagai berikut:
Siska Evi 27
1. Fungsi Fisiologis; sistem adaptasi fisiologis diantaranya
adalah oksigenasi nutrisi, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit,
fungsi neurologis dan endokrin.
2. Konsep Diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Fungsi Peran; Proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana pecan seseorang dalam mengenal
pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain.
4. Interdependent Kemampuan seseorang mengenal
pola-pola tentang kasih-sayang, cinta, yang dilakukan
melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individu maupun.
Siska Evi 28
satu orang dan orang lain dan hal ini tergantung
dengan pengalaman masa lalu, latar belakang,
pengetahuan dan status emosi. Karakteristik persepsi
adalah universal atau alami oleh semua.
2) Diri
Diri adalah individu atau bila individu berkata "AKU".
Karakteristik diri adalah individu yang dinamis,
sistem terbuka dan orientasi pada tujuan.
3) Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan set, molekul
dan perilaku manusia. perubahan ini biasanya terjadi
dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksi
walaupun individu itu bervariasi, sumbangan fungsi
genetik, serta pengalaman yang berarti dan
memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan
sebagai proses di seluruh kehidupan individu ketika
individu bergerak dari potensial untuk mencapai
aktualisasi diri.
4) Citra Tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang
merasakan tubuhnya dan reaksi-reaksi lain dalam
penampilannya.
5) Ruang
Ruang, adalah universal sebab semua orang punya
konsep ruang, personal atau subjektif, individual,
situasional, dan tergantung dengan hubunganriya
dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional, atau
berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi.
Definisi secara operasional, ruang meliputi ruang
yang ada untuk semua arah, didefenisikan sebagai
area fisik yang disebut territory dan perilaku orang
yang menempatinya.
6) Waktu
King mendefinisikan waktu sebagai lama antara sate
kejadian dengan kejadian yang lain merupakan
pengalaman unik setiap orang dan hubungan antara
situ kejadian dengan kejadian yang lain.
Siska Evi 29
b. Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh
interaksi antara manusia. Interaksi antar dua orang
disebut dyad, tiga orang disebut triad, dan empat orang
group. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal
adalah interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stres.
1) Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang
dapat diobservasi oleh dua orang atau lebih didalam
hubungan timbal balik.
2) Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses
infor- masi yang diberikan dari satu orang ke orang
lain baik, langsung maupun tidak langsung, misalnya
melalui telepon, televisi atau tulisan kata. Ciri-ciri
komunikasi adalah verbal, non verbal, situasional,
perceptual, transaksional, tidak dapat diubah,
bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis.
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun
tertulis dalam menyampaikan ide-ide satu orang ke
orang lain. Aspek perilaku non verbal yang sangat
penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku
adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik
dan gerakan tubuh.
3) Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setup individu
mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi
diri. Dimensi temporal - spasial individu mempunyai
pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian
dalam waktu.
4) Peran
Peran melibatkan sesuatu yang dimana timbal balik
dimana individu pada suatu saat sebagai pemberi dan
di saat yang lain sebagai penerima. Ada tiga elemen
utama peran yaitu peran berisi set perilaku yang di
harapkan pada orang rang menduduki posisi di
sistem sosial. Seperangkat prosedur atau aturan yang
ditentukan oleh hak dan keajaiban yang berhubungan
Siska Evi 30
dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan
antara dua orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan
pada situasi khusus.
5) Stres
Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan
yang dinamis dimanapun manusia berinteraksi
dengan lingkungannya untuk memelihara
keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan
perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan
infomiasi antara individu dengan lingkungannya
untuk mengatur stresor. Stres adalah sesuatu yang
dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang,
terus- menerus terjadi pertukaran dengan
lingkungan, intensitasnya bervariasi, ada dimensi
yang temporal- spatial yang, dipengaruhi oleh
pengalaman lalu, individual, personal, dan subjektif.
c. Sistem Sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga kesela- inatan
lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.
Sistem sosial dapat mengantarkan organisasi kesehatan
dengan memahami konsep organisasi, kekuasaaan, status,
dan pengambilan keputusan.
1) Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan
aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan formal
dan informal individu dan kelompok untuk mencapai
tujuan personal atau organisasi.
2) Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa
wewenang itu aktif, proses transaksi yang timbal batik
dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang
memengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di
dalam organisasi berhubungan dengan wewenang.
3) Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan
sumbangan personal, esensial dalam organisasi, dibatasi
Siska Evi 31
oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan
orientasi pada tujuan.
4) Pembuatan Keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan
untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang,
universal, individual, personal, subjektif, situasional,
Proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
5) Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergant-ungan,
dapat diubah. King mendefinisikan status sebagai posisi
individu di dalam kelompok atau kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi
dan mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-
hak istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.
Siska Evi 32
dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan , sosio-
kultural dan kesehatan.
2) Self Care Deficit unsur ini merupakan bagian penting
dalam perawatan.menurut teori ini, dalam memenuhi
perawatan diri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, metode yang dapat dilakukan
diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain
sebagai pembimbing, pemberi support, menigkatkan
pengembangan lingkungan pribadi, serta mengajarkan
atau mendidik pada orang lain.
3) Teori Sistem Keperawatan
Orem memberikan identifikasi dalam sistem
pelayanan keperawatan sebagai berikut :
a) Sistem bantuan secara penuh (Wholly
Compensatory Sistem )
Sistem ini merupakan suatu tindakan
keperawatan yang memberikan bantuan secara
penuh pada pasien karenaketidakmampuan pasien
dalam memenuhi tindakan perawatan secara
mandiri sehingga memerlukan bantuan orang lain
dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan. Contohnya
adalah pemberian bantuan pada pasien koma atau
mengalami penurunan kesadaran.
b) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory
sistem)
Sistem ini merupakan sistem pemberian
perawatan diri sendri secara sebagian dan di
tunjukkan kepada pasien yang memerlukan
bantuan secara minimal. Contohya perawatan
pada pasien post operasi abdomen saat pasien
tidak memiliki kemampuan dalam perawatan luka.
c) Sistem suportif dan Edukatif
Pada sistem ini,namtian dibeikan pada pasien yang
memutuhkan dukungan pendidikan degan harapan
pasien mampu memerlukan perawatan secara
mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu
melakukan tindakan perawatan setelah dilakukan
Siska Evi 33
pembelajaran. Contohnya pemberian sistem ini
dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan
informasi pada pengaturan kelahiran.
Self-Care
R R
Self-Care R Self-Care
Agency Demands
<
Deficit
R R
Nursing
Agency
Gambar 2.1 : Skema Teori Self Care Orem (Aligado, 2015)
Siska Evi 34
DAFTAR PUSTAKA
Safruddin, S. K., Ns, M. K., Aszrul, A. B., Ns, M. K., Asri, S. K., &
Haerati, S. K. Pedoman Praktek Profesi Keperawatan
Komunitas Dan Keluarga.
Efendi, F., & Makhfudli, M. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan.
Shelli Ayu Wardani, S. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja.
Aini, N. 2018. Teori Model Keperawatan: Keperawatan (Vol. 1).
Ummpress.
Mubarak, M., Maisyarah, M., Handayani, R., Mardona, Y., Putri, N. T.,
Argaheni, N. B., ... & Hastuti, H. 2022. Teori Keperawatan
Komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Simak, V. F., & Renteng, S. 2021. Keperawatan Komunitas Dua
(Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas). Tohar Media.
Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F.,
Indah Manurung, E., ... & Hardika, B. D. 2020. Keperawatan
Komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Azrul Azwar. 2001., Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Binarupa.
Ervin, N.E. 2002. Advanced Community Health Nursing Practice:
Population Focused Care. New Jersey: Pearson
Education,Inc.
Stanhope, M, & Lancaster,J. 2000. Community And Public Health
Nursing. The Mosby Tear Book: St. Louis.
Siska Evi 35
BAB 3
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA
Oleh Andi Hayyun Abiddin
3.1 Pendahuluan
Secara teoritis dan praktis Keperawatan Kesehatan Kerja/
Occupational Health Nursing (OHN) di Indonesia tidak memiliki
jenjang karir yang jelas terlepas dari ketersediaan 30.381 industri
tingkat menengah sampai besar (BPS, 2020). Hal tersebut diikuti
oleh pertumbuhan layanan kesehatan yang tergolong tertinggi di
antara 17 sektor yang ada. Peluang dan tantangan tersebut
membuktikan bahwa dari sisi OHN, ketenagakerjaan, karir
profesional OHN sebenarnya sangat menjanjikan, mulai dari
pendidikan keperawatan D3 hingga S2.
Jumlah lulusan pendidikan keperawatan menempati 43%
dari seluruh lulusan pendidikan kesehatan non medis di Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dengan perguruan tinggi kesehatan
khususnya keperawatan telah menghasilkan hampir 200.000
lulusan perawat (Depkes, 2020). Makna dari kondisi tersebut
adalah profesi keperawatan banyak dituntut, mendominasi profesi
kesehatan di Indonesia. Undang-undang No.38 Tahun 2014
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perawat profesional
adalah minimal memiliki gelar sarjana dan memiliki izin
keperawatan (Kemenkes, 2019).
Secara global, tenaga kerja keperawatan mencapai 59% dari
seluruh profesi kesehatan di dunia (WHO, 2020). Jumlah ini akan
terus bertambah dan berubah sesuai dengan kebutuhan zaman
(Tukayo et al., 2021). Perubahan lingkungan, seperti meningkatnya
globalisasi, kemajuan teknologi yang pesat, meningkatnya
keragaman tenaga kerja, dan meluasnya penggunaan outsourcing
dan karyawan paruh waktu dan temporer, telah mengubah
struktur organisasi tradisional (Sullivan dan Baruch, 2020).
Penelitian menyebutkan bahwa jumlah perawat OHN di Indonesia
relatif sedikit Tukayo (2020).
Lingkungan kerja
Standar V. Implementasi
OHN mengimplementasikan intervensi untuk mencapai hasil
yang diinginkan yang diidentifikasi dalam rencana.
Kriteria:
a. Intervensi konsisten dengan rencana yang telah
ditetapkan.
b. Intervensi berbasis bukti dan perawatan khusus untuk
diagnosis atau masalah.
c. Intervensi menerapkan pengetahuan yang tepat tentang
masalah kesehatan dan keragaman.
d. Intervensi meliputi pengajaran kesehatan dan promosi
kesehatan.
e. Intervensi dilaksanakan secara profesional, aman, dan
tepat waktu dengan pemahaman, persetujuan, dan
partisipasi klien.
f. Sumber daya dan sistem masyarakat digunakan sesuai
kebutuhan untuk melaksanakan rencana tersebut.
g. Intervensi dapat didelegasikan bila perlu.
h. Implementasi didokumentasikan untuk memberikan
bukti intervensi
Standar X. Penelitian
OHN menggunakan hasilpenelitian dalam praktik dan
berkontribusi pada basis ilmiah dalam pekerjaan dan
lingkungan keperawatan kesehatan untuk meningkatkan
praktik dan memajukan profesi.
4.1 Pendahuluan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan sekumpulan orang yang tinggal di
suatu rumah dengan keadaan saling ketergantungan (Kemenkes RI,
2016), juga merupakan sporter terdepan dalam memberikan
pemeliharaan kesehatan secara langsung baik sakit ataupun sehat
(Wiratri, 2018). Keluarga berada pada posisi antara individu dan
masyarakat, dimana ketika diberikan pelayanan kesehatan dari
perawat akan mendapatkan dua keuntungan yaitu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan induvidu.
Pada pemberian pelayanan kesehatan perawat harus bisa
memperhatikan nilai–nilai dan budaya dari keluarga, sehingga
dapat diterima oleh keluarga (Mertajaya & Dkk, 2019). Salah satu
pelayanan pada keluarga adalah keperawatan keluarga yang
merupakan bagian dari perawatan primer yang diberikan kepada
pasien dari segala usia, mulai dari kesehatan bayi hingga geriatri.
Perawat menilai kesehatan seluruh keluarga untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor risiko, dan membantu
mengembangkan intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan,
dan menerapkan intervensi untuk meningkatkan kesehatan
individu dan keluarga.
Perawat keluarga sering bekerja dengan pasien sepanjang
siklus hidup mereka. Sehingga, dapat membantu membina
hubungan yang kuat antara penyedia layanan kesehatan dan pasien
(Petiprin, 20 20). Keperawatan keluarga juga merupakan bagian
penting program perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terlebih dengan
adanya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK). PIS-PK merupakan inovasi di bidang kesehatan yang
Yunike 54
menjadi agenda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) dalam bidang kesehatan tahun 2005-2025 dalam rangka
mewujudkan peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia yang
lebih baik (Nuriyanto & Rahayuwati, 2019).
Tujuan program keperawatan keluarga dalam PIS-PK yaitu
sebagai bekal keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
secara mandiri. Sehingga, melalui program PIS-PK diharapkan
kemampuan keluarga menghadapi dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga dapat diselesaikan secara mandiri dengan
memberdayakan kemampuan keluarga tersebut (Kholifah,
Nursalam, Adriani, et al., 2018).
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas
perawatan keluarga yaitu dengan menyelesaikan masalah
kesehatan secara mandiri, dimana merupakan faktor penting untuk
mencapai status kesehatan keluarga. Tugas perawatan keluarga
terdiri dari lima tugas pokok yang saling berhubungan, yaitu: 1)
mengenal masalah kesehatan, 2) mengambil keputusan dalam
tindakan kesehatan, 3) melakukan perawatan, 4) memodifikasi
lingkungan, dan 5) mengakses fasilitas kesehatan (Ratnawati,
2018).
Kemampuan keluarga menjalankan lima tugas keluarga
tersebut menggambarkan peran dan fungsi keluarga dalam
perawatan kesehatan melalui pembinaan dan pembimbingan oleh
perawat (Agrina dan Zulfitri, 2003). Dengan dilaksanakan
pembinaan dan pembimbingan keluarga di unit pelayanan
kesehatan maupun dengan kunjungan rumah (home visite),
diharapkan keluarga menjadi lebih kooperatif serta dapat
mencegah dan mengatasi problem kesehatan yang dihadapi secara
mandiri (Kholifah, Nursalam, Adriani, et al., 2018). Sehingga,
dengan pembinaan dan pembimbingan dalam perawatan
kesehatan, keluarga dapat meningkatkan kemampuannya secara
mandiri untuk mempertahankan, mengatasi dan mencegah
masalah kesehatan keluarganya.
Yunike 55
4.2 Konsep Keluarga
4.2.1 Definisi Keluarga
Friedman dan Bowden (2010) menyatakan Keluarga
merupakan dua orang tau lebih yang hidup bersama dengan ikatan
dan kedekatan emosional baik yang tidak memiliki hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi dan tidak memiliki batas
keanggotaan dalam keluarga (Salamung et al., 2021). Definisi lain
mengungkapkan keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal
dalam suatu rumah dengan ikatan perkawinan, kelahiran, atau
adopsi yang saling berinteraksi dan ketergantungan satu sama lain
berhubungan dengan kualitas kesehatan keluarga dan masyarakat
(Renteng & Simak, 2021).
Yunike 56
c. Middle Age/Aging Couple
Ayah bekerja untuk mencari nafkah, ibu bekerja sebagai ibu
rumah tangga, anak-anak keluar dari rumah karena
sekolah/ menikah/berkarir.
d. Dyadic Nuclear
Sepasang suami istri yang tinggal satu rumah dengan usia
pernikahan yang sudah lama dan tidak memiliki anak yang
salah satu atau keduanya bekerja di rumah.
e. Single parent
Keluarga terdiri dari orang tua tunggal yang disebabkan
karena perceraian atau salah satu dari pasangannya
meninggal dunia, dan anak-anaknya tinggal dalam satu
rumah atau di luar rumah.
f. Dual carries
Suami dan istri memiliki pekerjaan di luar rumah dan tidak
memiliki anak
g. Commuter married
Suami dan istri bekerja di luar rumah dan tidak tinggal
dalam satu rumah, namum keduanya dapat ketemu diwaktu
tertentu.
h. Single Adult
Laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa
keluarga dan memutuskan untuk tidak menikah.
i. Three generation
Di dalam rumah terdapat tiga generasi yang tinggal.
j. Institusional
Orang yang tidak tinggal di rumah tetapi di suatu panti.
k. Communal
Dua pasangan atau lebih yang tinggal dalam satu rumah dan
pasangan tersebut monogami dengan anaknya dan bersama
dalam penyediaan fasilitas.
l. Group Marriage
Di dalam rumah terdapat keluarga satu keturunan atau satu
orang tua yang setiap anak sudah menikah.
m. Unmarried Parent and Child
Keluarga yang terdapat istri dan anak dimana ibu tidak ingin
melakukan perkawinan namum memiliki anak adopsi.
Yunike 57
n. Cohibing couple
Keluarga terdiri dari satu atau dua pasangan yang tinggal
namun tidak ada ikatan perkawinan.
o. Gay and lesbian family
Keluarga terdiri dari pasangan yang memilki jenis kelamin
yang sama.
Yunike 58
memiliki kekuatan sebenarnya dia dapat mengontrol interaksi.
Dimana kekuatan ini dapat dibangun dengan berbagai cara.
Selain itu, terdapat banyak faktor dalam struktur kekuatan
keluarga, diantaranya:
1) Kekuatan hukum (Kekuatan/kewenangan hukum)
Kepala keluarga merupakan kemampuan interaktif dalam
keluarga. Ia berhak mengontrol tingkah laku anggota
keluarga lainnya, terutama pada anak-anak.
2) Referent power
Dalam masyarakat orang tua merupakan contoh teladan
dalam keluarga, terutama kedudukan sang ayah sebagai
kepala keluarga. Apa yang dilakukan sang ayah akan
menjadi teladan bagi pasangan dan anak-anaknya.
3) Reward power/Kemampuan menghargai
Imbalan penting untuk memiliki dampak yang mendalam
didalam keluarga. Hal ini tentunya sering terjadi di
masyarakat kita, jika anak-anak mereka mencapai nilai
terbaik di sekolah, mereka akan diberikan hadiah.
4) Coercive power
Dalam memperkuat hubungan disebuah rumah tangga
peraturan sangat penting untuk diterapkan.
Konsekuensinya apabila melakukan pelanggaran atau
tidak mematuhi peraturan yang ada maka ancaman atau
berupa hukuman akan diterima.
d. Nilai-Nilai Dalam Kehidupan Keluarga
Di dalam kehidupan keluarga sikap maupun kepercayaan
sangat penting dimana didalamnya terdapat nilai yang
merupakan sistematis. Nilai-nilai kekeluargaan juga dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman dalam menetapkan norma dan
aturan. Norma adalah sikap sosial yang baik sesuai sistem nilai
keluarga.
Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh
keluarga itu sendiri, tetapi juga turunkan oleh keluarga istri
atau suami. Perpaduan dua nilai dengan nilai berbeda akan
menciptakan nilai baru bagi sebuah keluarga.
Yunike 59
4.2.4 Fungsi Pokok Keluarga
Fungsi pokok kelurga berdasarkan Friedman & Bowden,
(2010) dalam (Salamung et al., 2021) secara umum sebagai
berikut:
1) Fungsi Afektif
Fungsi utama dalam megajarkan keluarga segala sesuatu dalam
mempersiakan anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan
orang lain.
2) Fungsi Sosialisasi
Fungsi dalam mengembangkan dan mengajarkan anak
bagaimana berekehidupan sosial sebelum anak meninggalkan
rumah dan bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi Reproduksi
Untuk meneruskan keturunan atau generasi dan juga menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Yunike 60
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga berperan penting dalam melakukan penerapan
kesehatan, yaitu dengan merawat masalah kesehatan anggota
keluarga, ketika sakit maka kemampuan keluarga dalam
memberikan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi
kesehatan keluarga. Dari kinerja tugas kesehatan keluarga
dapat dilihat kemampuan medis dan kesehatan keluarga.
Keluarga yang bisa melakukan tugas kesehatan dapat
mengatasi masalah kesehatan.
Yunike 61
kesehatan untuk mengambil tindakan lebih lanjut, perawat
dapat melakukannya di rumah sehingga tidak akan terjadi
masalah yang lebih serius.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Mengubah lingkungan keluarga, seperti pentingnya kebersihan
keluarga, dimana usaha keluarga dalam mencegah penyakit,
kebersamaan antar anggota keluarga terhadap mengelola
lingkugan keluarga baik internal maupun eksternal. Sehinnga
akan mempengaruhi kesehatan kelurga.
5) Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Menggunakan sarana pelayanan kesehatan, merupakan
keyakinan keluarga terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan. Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan, mendapatkan keuntungan menggunakan fasilitas
kesehatan, apakah layanan kesehatan terjangkau bagi keluarga,
dan apakah mereka memahami dengan baik pengalaman
sebuah keluarga.
Yunike 62
d. Kolaborator
Perawat akan berkolaborasi dalam melaksanakan tindakan
yang perlu diambil untuk kesehatan keluarga bersama tenaga
kesehatan lainnya.
Yunike 63
sehat melalui perawatan sebagai sarananya. (Mertajaya & Dkk,
2019).
Yunike 64
5. Dalam menjaga kesehatan, anggota keluarga harus bisa
mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan
dilakukannya pada anggota keluarga yang sakit.
6. Keluarga merupakan mediator yang efektif dan praktis buat
keluarga dalam upaya kesehatan masyarakat.
Yunike 65
ide-ide kreatif, informasi budaya, keterampilan bahasa,
waktu dan energi, sumber daya masyarakat dan koneksi,
dan lainnya.
Program untuk keluarga: Sebagai pendidik, kita mungkin
lebih terbiasa memberikan sumber daya kepada keluarga
daripada membantu keluarga membangun dan
berpartisipasi dalam relasi sebagai bentuk dukungan.
Keluarga ke keluarga: mendapatkan baik dari menawarkan
sumber daya dan dari menerima sumber daya, dari diasuh
dan dari menawarkan pengasuhan.
Komunitas ke keluarga: Sebagian besar keluarga sudah
memiliki dukungan komunitas. Kita bisa bekerja dengan
mereka untuk mengidentifikasi sumber daya tambahan dan
berbagi informasi dengan keluarga lain.
5. Mengutamakan keluarga yang mepunyai resiko tinggi
Keluarga yang mimiliki resiko tinggi berkaitan erat dengan
beberapa masalah kesehatan yang tidak mampu atau tidak
tahu cara mengatasinya.
6. Keluarga harus ikut partisipasi dalam tindakan kesehatan
Keluarga ikut terlibat dalam implementasi untuk memecahkan
masalah dan memutuskan tindakan yang diambil guna
mencapai tujuan bersama.
Yunike 66
c) Perawat bersedia membantu keluarga dalam memenui
kebutuhan kesehatan keluarga.
d) Membangun hubungan komunikasi dua arah dengan
keluarga.
2. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya masalah
kesehatan keluarga. Pengkajian dilakukan dengan format
pengkajian. Dengan cara wawancara, studi dokumentasi dan
pemeriksaan fisik. Pada tahap pengkajian ini untuk
menentukan apakah keluarga merupakan kasus yang
ditemukan perawatan atau kasus rujuakan yang memerlukan
tindak lanjut pengkajian lebih detail sesuai studi dokumentasi
yang dimiliki klien.
3. Perawat melakukan analisa data yang telah didapatkan dengan
mengelompokan menjadi data subjekti dan objektif.
4. Membuat rumusan masalah dengan mengacu pada masalah
kesehatan sebagai dasar tidak keluarga tidak mampu dalam
melaksanakan tugas kesehatan
5. Mementukan apakah keluarga mampu dan sanggup untuk
melaksanakan tugas keluarga.
6. Menentukan diagnose keperawatan keluarga.
7. Menbuat prioritas diagnosis keperawatan ditemukan.
8. Membuat susunan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
prioritas masalah.
9. Melaksanakan asuhan keperawatan.
10. Melakukan penilaian (evaluasi) terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
11. Periksa kembali masalah kesehatan yang belum teratasi dan
membuat kembali rencan asuhan keperawatan.
Yunike 67
4.3.7 Hambatan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat hambatan yang dihadapi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga (Harlinawati, 2013) :
1. Hambatan dari keluarga
- Pendidikan keluarga rendah, terkadang sulit untuk
menerima masukan baru karena mempertahankan
kebiasaan dari nenek moyang mereka.
- Kekurangan sumber daya keluarga, seperti keuangan,
fasilitas, dan prasarana.
- Kebiasaaan – kebiasaan yang melekat seperti misalnya
sewaktu hamil seorang ibu harus tarak (pantangan yang
terlalu banyak terhadap berbagai macam makanan yang
sebenarnya sangat dibutuhkan oleh anak dalam
kandungan).
Yunike 68
tanpa memperhatikan dampak jika yang tidak ditanganipun
akan menular terhadap anggota masyarakat yang lain.
4.5 Ringkasan
Keluarga adalah unit terkecil yang merupakan bagian dari
masyarakat terdiri dari ayah, ibu, dan anak hasil pernikahan,
ataupun adopsi yang saling ketergantungan satu sama lain,
terutama dalam kesehatan. Kesehatan keluarga menjadi peranan
Yunike 69
penting dalam kesejahteraan bagi keluarga, dimana jika ada
keluarga yang sakit dapat mempengarui angggota kelaurga lainnya.
Keluarga, diantara posisi individu dan masyarakat, maka
dari itu keluarga akan mendapatkan dua kebutuhan yaitu
kebutuhan induvidu dan masyarakat. Oleh karena itu dapat
membina hubungan yang kuat antara penyedia layanan kesehatan
dan keluarga.
Keluarga harus dapat melaksanakan tugas perawatan
keluarga yaitu : 1) mampu mengenal masalah kesehatan, 2) mampu
memutuskan tindakan kesehatan, 3) mampu melakukan
perawatan, 4) mampu memodifikasi lingkungan, dan 5) mampu
mengakses fasilitas kesehatan.
Keluarga sehat merupakan tujuan asuhan keperawatan yang
ingin capai. dimana jika keluarga mampu melakukan aktivitas dan
meningkatkan produktivitasnya, maka kesejahteraan keluarga
meningkat pula (Harlinawati, 2013)
Yunike 70
DAFTAR PUSTAKA
Yunike 71
Renteng S, S. F. V. 2021. Keperawatan Keluarga. Tohar Media.
https://www.google.co.id/books/edition/KEPERAWATAN_
KELUARGA/JixMEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=keperawata
n+keluarga&printsec=frontcover
Safrudin, Y. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Issue
December).
Salamung, N., Kep, S., Kep, M., Pertiwi, M. R., Kep, S., Kep, M.,
Ifansyah, M. N., Kep, S., Kep, M., Riskika, S., Kep, S., Kep, M.,
Maurida, N., Kep, S., Kep, M., Kep, S., Kep, M., Primasari, N. A.,
Kep, S., … Kep, S. 2021. Keperawatan Keluarga (Family
Nursing).
Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (1st ed.).
Wiratri, A. 2018. Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat
Indonesia (Revisiting the Concept of Family in Indonesian
Society). 13(1), 15–26.
Zulfitri, R. 2003. Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga
Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah
Kesehatan Di Keluarga (Agrina, Reni Zulfitri). 81–89.
Yunike 72
BAB 5
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
DALAM KEPERAWATAN
KOMUNITAS
Oleh Rumondang Gultom
Rumondang Gultom 73
Etis
Rumondang Gultom 74
Seluruh kegiatan upaya pelayanan upaya masyarakat
dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melaui
kerjasama denagn tim kesehatan lainnya sehingga tercipta
keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. (Nasrul
Effendi, 1998:23).
b. Peran sebagai pendidik
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian
Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarkat baik
dirumah, puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara
terorganisir dalam ranka menanamkan perilaku sehat,
sehingga terjadiperubahan-perubahan perialku seperti yang
diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Rumondang Gultom 75
c. Peran sebagai pengelola
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengeloa
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang di emban kepadanya.
d. Peran sebagai Konselor
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai
tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi,
padaakhirnya dapat membanu jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang meraka hadapi.
Rumondang Gultom 76
e. Peran sebagai advokator
Rumondang Gultom 77
f. Peran sebagai kolaborasi/koordinator
Rumondang Gultom 78
j. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup
yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.
k. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup
klien.
Rumondang Gultom 79
tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners
generalis, ners spesialisdan ners konsultan.
Dalam penulisan makalah kami kali ini, kami akan
membahas tentang level pendidikan keperawatan
vokasional. Suatu masalah bagi sistem kesehatan di
Indonesia jika kita mengetahui bahwa perawat Indonesia
sebagian besar adalah perawat vokasional, dan sedikit sekali
perawat professional. Karena perkembangan dunia telah
mencapai kemajuan diberbagai bidang, baik itu kesehatan
dan dunia keperawatan khususnya. Dan tertinggalah terus
bangsa Indonesia jika tidak memperhatikan dan mengikuti
kemajuan- kemajuan negara-negara yang telah maju lebih
dahulu. Oleh karena itu kita perlu mengetahui tentang
perawat vokasional itu sendiri. Dan kemudian kita sebagai
perawat perlu mengembangkan ilmu keperawatan kita
sebagai perawat professional bukan perawat vokasional
demi kemajuan kesehatan bangsa Indonesia.
1. Perawat Vokasional
a. Definisi
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat
Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang
berwenang Perawat vokasional sangat bebrbeda dengan
perawat profesional. Dalam pekerjaannya, perawat
profesional ini banyak menyalurkan ketrampilannya kepada
klien/pasien. Mereka sering melakukan praktik langsung
kepada klien/pasien, sedangkan teori yang didapat itu
sedikit, tidak terlalu menjiwai teorinya. Mereka hanya
mengerti bagaimana cara melakukannya, dan juga mereka
melakukannya setelah mendapat perintah dari atasannya
bukan karena inisiatif sendiri. Seorang perawat vokasional
juga melaksanakan berbagai kegiatan terkait pemberian
asuhan, pendidik, komunikator asuhan keperawatan
(AsKep) dan bekerja di bawah supevisi Ners Generalis.
Rumondang Gultom 80
haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang
dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan
cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada
pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada
yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari
perawatan.
Selain itu perawat merupakan media komunikasi klien,
peran perawat sebagai komunikator sangatlah urgent . Pada
perawat vokasional terdapat peran sebagai pendidik dalam
pemberian asuhan keperawatan, namun hal ini masih
berada dalam bimbingan ners generalis. Sebagai perawat,
perawat vokasional pun memiliki peran sabagai anggota
riset keperawatan. Oleh karena itu peran-peran perawat
yang kompleks ini perlu dilakukan dengan sebaik mungkin
agar terciptanya dunia kesehatan yang berkompeten. Tetapi
hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh perawat
vokasional karena tubuh pengetahuan yang dimiliki
keperawatan vokasional sangatlah sedikt dan perannya
dalam dunia kesehatan hanya pada karatif saja, tidak sampai
memenuhi semua peran yang harus dilakukannya.
c. Fungsi Perawat Vokasional
1) Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Dalam proses keperawatan pelaksanaan asuhan
merupakan tugas semua perawat, baik itu perawat
professional maupun perawat vokasional. Dan dalam
pemberian asuhan ini perlu adanya pendokumentasian.
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan
kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan
dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan
orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara
komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan
klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan
untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik
harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari
perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung
jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian
perawatan.
Rumondang Gultom 81
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis
tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan
pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991). Beberapa
jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap
perusahaan menggunakan format yang berbeda, seluruh
catatan mengandung informasi yang mendasar, yaitu:
1) Identifikasi klien dan data demografis
2) Informed Consent untuk tindakan
3) Riwayat keperawatan
4) Diagnosa atau masalah keperawatan
5) Rencana keperawatan (Nursing Care Plan)
6) Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi
7) Riwayat medis
8) Diagnosa medis
9) Pesanan terapi
10)Catatan perkembangan medis dan kesehatan
11)Laporan pengkajian fisik
12)Laporan diagnostik studi
13)Rangkuman prosedur operasi
14)Rencana pulang dan rangkuman
Memberikan pendidikan kesehatan (di bawah
supervisi Ners Generalis) dalam pemberian askep
Rumondang Gultom 82
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasidiri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam pelaksanaan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
Fungsi dependen yang membuat perawat dapat
menjalankan perintah dari dokter seperti pemasangan
infus, pemberian obat, pengambilan sampel darah,
penyuntikan dan sebagainya. Berbeda dari fungsi
sebelumnya yang menjadi tanggung jawab penuh perawat,
Rumondang Gultom 83
maka dalam fungsi ini yang bertanggung jawab secara
penuh adalah dokter.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan
seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi onat yang telah diberikan.
Dalam fungsi ini, perawat dapat melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak lain yang terlibat dalam usaha
memberikan pelayanan kesehatan terbaik, seperti dokter,
ahli gizi, fisioterapi, dan para ahli untuk memberikan
tindakan keperawatan terhadap pasien. Sebagai contoh,
dalam menangani pasien yang menderita diabetes,
perawat akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan asupan makanan sang pasien.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap
kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri
dalam meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
keperawatan.
Rumondang Gultom 84
DAFTAR PUSTAKA
Rumondang Gultom 85
BAB 6
PROMOSI KESEHATAN DAN PRIMARY
HEALTH CARE (PHC)
Oleh Ester
Ester 86
yang layak, mendorong perilaku sehat di masyarakat, melatih skill
individu agar terampil dalam penanganan kesehatannya, dan
penataan ulang perawatan kesehatan. Piagam ini menguraikan
tindakan tindakan melalui promosi kesehatan yang melampaui
layanan medis. Hal inilah yang akan menjadikan kesehatan sebagai
hal yang menjadi vital dan mendasar dalam pengambilan
keputusan di tingkat pemerintahan di semua lini, membuat mereka
sadar akan implikasi kesehatan dari keputusan dan bertanggung
jawab atas kesehatan mereka.
Promosi kesehatan di Indonesia digalakkan melalui program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dicanangkan
Pemerintah sebagai upaya mendorong masyarakat untuk punya
kesadaran akan pentingnya berperilaku yang sehat sesuai standar
kesehatan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. PHBS itu sendiri dilaksanakan dalam berbagai
ranah, diantaranya adalah tempat tinggal (rumah) kita, sekolah
(tempat kita belajar), tempat kerja (tempat kita bekerja), tempat
umum (tempat kita bermain dan melakukan segala sesuatu), dan
fasilitas kesehatan lainnya, yang menjadi tolak ukur kegiatan
promosi kesehatan.
Green dan Kreuter (Green, 2005) memaparkan bahwa
“Promosi kesehatan” adalah perpaduan berbagai upaya-upaya
pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan berbagai hal yang
dapat mendukung usaha-usaha yang dikondisikan untuk
meningkatkan kualitas hidup perorangan, kelompok dan
masyarakat. Karena itu, sangat jelas tergambarkan jenis kegiatan
dan aktivitas yang mesti di upayakan dalam kerangka promosi
kesehatan tersebut.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia merumuskan
pengertian promosi kesehatan adalah segala upaya yang dilakukan
guna meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan determinan kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka secara mandiri
dapat menolong diri mereka sendiri, serta mampu
mengembangkan kegiatan yag bersumberdaya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebiajakan publik yang
berwawasan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No.1114/Menkes/SK/VIII/2005(Depkes, 2006).
Ester 87
Dari berbagai pemaparan diatas semakin mempertegas
bahwa promosi kesehatan adalah perpaduan berbagai upaya
pemberian pengetahuan kepada masyarakat yang didukung oleh
strategi yang berpusat pada kesehatan, sehingga memungkinkan
perpaduan dari dua upaya ini untuk mengendalikan faktor-faktor
determinan dalam bidang kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, Promosi kesehatan mempunyai peran yang
sangat besar dalam upaya mewujudkan tujuan dari pembangunan
kesehatan di Indonesia. Undang-Undang Kesehatan Masyarakat
Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa visi pembangunan
kesehatan adalah penanaman modal publik setinggi-tingginya
dalam masyarakat untuk meningkatkan dan mewujudkan
kesadaran, motivasi, dan kemampuan hidup sehat bagi semua.
untuk mencapai kebersihan. Sumber daya manusia yang produktif
secara ekonomi. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat Indonesia harus berkontribusi dalam
mewujudkan visi pembangunan kesehatan Indonesia (Adventus
MRL, Jaya, I Made Merta, 2019).
Ester 88
meningkatkan kualitas kesehatan, seperti kesehatan individu,
kelompok dan masyarakat.
Tujuan promosi kesehatan berupaya mewujudkan misi
promosi kesehatan itu sendiri, dimana manusia merupakan
sasaran utama dalam kegiatannya, yang berusaha diubah dengan
berbagai kegiatan sehingga dapat mengadopsi perilaku-perilaku
yang sesuai dengan standar kesehatan, upaya-upaya tersebut,
antara lain :
a) Mau memelihara dan meningkatkan kesehatan
b) mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
c) mempertahankan keadaan sehat yang berarti bersedia
mencegah penyakit
d) Memproteksi diri dari gangguan kesehatan
e) Meningkatkan kesehatan secara optimal, baik secara
individu, kelompok, maupun dalam komunitas atau
masyarakat yang dinamis.
Ester 89
- Untuk memungkinkan orang mengambil langkah-
langkah positif untuk mencegah penyakit, mencegahnya
menjadi lebih buruk, dan mencegah kecanduan melalui
rehabilitasi dari gangguan yang berhubungan dengan
penyakit
- Orang selalu bisa belajar apa yang mereka bisa dan
bagaimana mereka bisa melakukannya tanpa harus
bergantung pada sistem perawatan kesehatan biasa.
Ester 90
a) Advokasi
Advokasi adalah segala upaya yang dilakukan dengan
tujuan program kesehatan yang akan dilaksanakan mendapat
dukungan penuh dukungan kebijakan atau keputusan dari
pembuat kegijakan dan pengambil keputusan. Oleh karena itu,
kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil keputusan dan
pembuat kebijakan.
b) Menjembatani
Penanganan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat tidak bisa ditangani oleh sektor kesehatan saja,
tetapi membutuhkan kolaborasi dan kerjasama antar sektor
lain sehingga permasalahan yang ada dapat teratasi secara
tuntas dan menyeluruh. Jalinan kemitraan antar berbagai
sektor terkait inilah yang akan mempercepat terjadinya
perubahan-perubahan yang signifikan dalam upaya
pembangunan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, promosi
kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
c) Memampukan/skill (aktivasi)
Dengan diberikannya keterampilan kepada masyarakat,
masyarakat dapat secara sukarela memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Tujuan pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Oleh karena itu, peningkatan pendapatan secara
otomatis meningkatkan kemampuan keuangan keluarga dan
memungkinkan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan keluarga.
Ester 91
- Dukungan sosial (social support)
- Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
b) Strategi Promosi Kesehatan sesuai kesepakatan dalam piagam
Ottawa (Ottawa Charter)
Konferensi promosi kesehatan internasional yang
dilaksanakan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah memberikan
pokok-pokok pemikiran dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya pelaksanaan promosi kesehatan di
berbagai negara di dunia. Dalam Piagam Ottawa (Ottawa
Charter) tersebut, kemudian dirumuskan unsur-unsur strategi
pelayanan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan yang
secara garis besar dirangkum dalam 5 bagian, antara lain:
- Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
- Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
- Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
- Keterampilan individu (personal skill)
- Gerakan masyarakat (community action)
Ester 92
disejajarkan dengan strategi promosi kesehatan maka berada
pada strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
b) Sasaran sekunder (secondary Target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah orang
yang punya pengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat,
biasanya mereka ini merupakan pintu masuk bagi suatu ide,
inovasi atau program yang baru bagi masyarakatnya,
kelompok orang tersebut adalah tokoh adat, alim ulama, para
cendikiawan atau orang yang dianggap menjadi panutan.
Dengan adanya kelompok ini diharapkan setiap program atau
kegiatan kesehatan terlebih dahulu dipahami dan dimengerti
dulu oleh mereka, sehingga nantinya merekalah yang akan
menjadi saluran komunikasi dan informasi bagi masyarakat
sekitarnya. Harapan lain juga adalah tokoh masyarakat
tersebut menjadi role model dalam adopsi inovasi perilaku
kesehatan yang akan dipromosikan kepada masyarakat.
c) Sasaran tertier (Tertiary Target)
Sasaran tersier dalam promosi kesehatan ditujukan kepada
para pembuat keputusan (decision maker) dan pengambil
kebijakan (policy maker), dalam hal ini di tingkat
pemerintahan adalah mereka yang duduk dalam
pemerintahan yang berperan sebagai kalangan eksekutif,
yudikatif dan legislatif.
Kelompok ini sangat memiliki perananan penting terhadap
keberlangsungan program-program promosi kesehatan di
masyarakat, perlu dukungan dalam hal pendanaan dan
peraturan perundang-undangan yang akan menjadi landasan
legal dalam pelaksanaan kegiatan di masyarakat. Contoh
kegiatan ini adalah dengan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah tentang gerakan nasional penanganan stanting,
dimana dalam penanganan stanting ini dilibatkan berbagai
organisasi lintas sektor mulai dari tingkat pusat hingga ke
daerah dengan pengorganisasian kerja yang sangat terencana,
sehingga program ini diharapkan memberikan daya ungkit
yang besar bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat
khususnya menciptakan generasi bangsa yang punya potensi
yang mumpuni karena ditunjang gizi yang memadai dalam
tumbuh kembangnya.
Ester 93
6.6 Model Promosi Kesehatan
Model-model yang dapat diterapkan dalam upaya promosi
kesehatan adalah sebagai berikut. (Suharto, 2018), antara lain :
a) Health Believe Model (HBM)
Health believe model jika diterjemahkan menjadi teori
Model Kepercayaan, dimana teori atau model ini merupakan
penyempurnaan model psikologis sosial. Kehadiran model ini
didasari oleh adanya masalah kesehatan yang belum dipahami
dan diterapkan oleh masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan (provider). Kegagalan ini akhirnya memunculkan
teori yang menjelaskan perilaku kesehatan preventif, dan
Becker (1974) berkembang dari teori lapangan (Lewin, 1951)
menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model).
Hadirnya Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa seorang
individu hidup dalam ranah kehidupan sosial dengan nilai-nilai
positif dan negatif.
Oleh karena itu, dalam kesehatan, penyakit dan efek
penyakit adalah hal yang negatif, dan kesehatan berada di
wilayah positif. Ketika seseorang mencoba untuk mengatasi
masalah penyakitnya, ada empat variable yang berperan, yaitu;
perilaku yang dirasakan, manfaat yang diterima, dan hambatan
yang dihadapi dalam mencegah dan mengatasi penyakit serta
hal-hal lain yang memotivasi tindakan-tindakan yang diambil.
- Kerentanan yang diakui (Perceived Susceptibility)
Agar seseorang dapat mengambil tindakan untuk
mengobati atau mencegah penyakitnya, mereka harus
merasa bahwa mereka rentan terhadap penyakit tersebut.
Dengan kata lain, kewaspadaan penyakit terjadi ketika
seseorang dan keluarganya merasa rentan terhadap
penyakit tertentu.
- Persepsi keseriusan (Perceived seriousness)
Tindakan seseorang yang mengobati dan mencegah
penyakit karena keseriusan penyakit bagi individu atau
masyarakat. Misalnya, Covid-19 terasa lebih dari sekadar
pilek. Oleh karena itu, lebih banyak upaya dilakukan untuk
mencegah Covid-19 daripada mencegah (mengobati) pilek.
Ester 94
- Manfaat dan hambatan yang diakui (Perceived benefits and
barriers)
Jika seseorang merasa dirinya rentan terhadap
penyakit-penyakit yang dianggap gawat/serius, ia akan
berupaya melakukan sesuatu tindakan tertentu. Tindakan
yang diambil sangat tergantung pada manfaat yang
dirasakan dan rintangan yang dihadapi dalam mengambil
tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih
menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin
ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.
Manfaat dan hambatan yang diakui Jika seseorang
merasa rentan terhadap suatu penyakit yang dianggap
serius/serius, mereka akan berusaha mengambil langkah-
langkah tertentu. Apa yang Anda lakukan bergantung pada
manfaat yang Anda rasakan dan hambatan yang Anda
hadapi saat mengambil tindakan. Secara umum, manfaat
dari suatu tindakan lebih besar daripada hambatan yang
mungkin Anda temui saat melakukan tindakan tersebut.
- Isyarat dan tanda-tanda (cues)
Untuk menerima manfaat dari kerentanan, tingkat
keparahan, dan tindakan pada tingkat yang sesuai, Anda
perlu menggunakan faktor eksternal seperti: Berita dari
media massa, saran, informasi dari teman dan anggota
keluarga lainnya
Ester 95
mengevaluasinya (evaluating), dan kemudian mencoba
melakukannya. Jika menyetujui ide atau inovasi tersebut maka
idea atau inovasi itu akan diterima (rekrutmen).
Tergantung pada tahap perkembangan proses adopsi
inovasi ini, peran promotor kesehatan tergantung pada tahap
yang dialami individu. Promotor kesehatan terlebih dahulu
menginformasikan tentang ide dan hal baru sehingga
masyarakat dapat mengetahuinya. Misalnya, bagaimana
mengatasi dan mencegah masalah stanting pada anak.
Informasi akan dilanjutkan dengan kampanye lebih lanjut dan
menyampaikan ke masyarakat untuk membuat orang tertarik.
Jika ada minat dari masyarakat, maka mereka akan mengikuti
himbauan/kampanye tersebut, termasuk anjuran agar anak
diberikan tepung kedelai berprotein tinggi yang bisa diolah
menjadi jajanan dan lauk menarik dengan metode persuasif.
Keyakinan tersebut membuat para ibu mempertimbangkan
apakah setuju atau tidak untuk membuat kue dari tepung
kedelai untuk anak-anak mereka. Pada tahap evaluasi ini, ada
faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu; harga yang
dibutuhkan untuk melakukannya (menggunakan tepung
kedelai), kemudahan implementasi, kesesuaian dengan budaya
masyarakat setempat, manfaat nyata, risiko, dan peluang untuk
mencoba sebelum memutuskan apakah akan menerima atau
menolak suatu gagasan.
Tidak semua orang memiliki kecepatan yang sama saat
mengadopsi sesuatu yang baru. Kelompok yang menerima
ide/perubahan baru paling awal adalah kelompok inovator.
Biasanya terdiri dari kelompok terpelajar, orang-orang positif,
lebih komunikatif, berhubungan dengan dunia modern,
tindakan mereka yang lebih terbuka dan berani melakukan
tindakan yang belum tentu diterima oleh masyarakat
disekitarnya. Kelompok berikutnya adalah kelompok
mayoritas awal (early majority), artinya perubahan perilaku ini
telah mulai meluas namun belum mencapai kelompok sasaran.
Secara berlahan diikuti oleh kelompok yang terbesar yaitu
kemlompok sasaran.
Dalam setiap masyarakat selalu dijumpai kelompok yang
sangat sulit menerima inovasi. Kelompok ini disebut laggard
Ester 96
yang biasanya terdiri dari orang-orang yang kuat menganut
tradisi, para orang tua dan kelompok orang yang kurang
terpelajar.
c) Model Perubahan Perilaku Green
Teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green ini
menyatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan
faktor di luar faktor perilaku (non perilaku. Faktor perilaku
ditentukan oleh tiga faktor yaitu (1) faktor predisposisi
(predisposing factors) yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma-norma sosial dan unsure lain yang
terdapat dalam diri individu atau masyarakat. (2) faktor
pendukung (enabling factors) yaitu tersedianya sarana
pelayanan kesehatan dan akses memperoleh pelayanan
kesehatan. (3) faktor pendorong (reinforcing factors) adalah
sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Green menyatakan bahwa promosi kesehatan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengubah dan
menguatkan ketiga faktor diatas agar searah dengan tujuan
kegiatan sehingga menimbulkan perilaku yang diharapkan dari
masyarakat terhadap program-program kesehatan.
Sebagai contoh model ini adalah analisa program
imunisasi balita di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini
provider menyediakan vaksin dan petugas imunisasi disetiap
desa (faktor pendukung), para dokter, perawat dan petugas
imunisasi memberikan penyuluhan (promosi kesehatan) dan
mendekati masyarakat khususnya para ibu yang anaknya
membutuhkan imunisasi (faktor pendorong), sehingga
masyarakat menjadi mengerti pentingnya pencegahan
penyakit melalui tindakan imunisasi (faktor predisposisi). Ini
semua diarahkan untuk mencapai perilaku yang diharapkan
yaitu membawa anak balita mereka ke posyandu, puskesmas
datau dokter praktek swasta untuk mendapatkan imunisasi.
Ester 97
6.7 Pelayanan Kesehatan Primer/Primary
Health Care (PHC)
Untuk mengatasi ketimpangan akses terhadap kualifikasi
dan layanan kesehatan di seluruh dunia, WHO (World Health
Organization) merekomendasikan dua strategi Deklarasi Alma Ata
1978. Dengan kata lain, masing-masing negara menggarap
pelayanan kesehatan dasar dan satu sistem kesehatan nasional
(Salamung, Niswa, 2021).
Dalam Deklarasi Alma Ata dikemukakan bahwa Primary
health Care adalah suatu konsep yang diharapkan dapat
menjelaskan bagaimana pelayanan kesehatan mendasar dan vital
di pelayanan tingkat dasar dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, diterima secara luas oleh masyarakat, terjangkau bagi
setiap individu, keluarga dan masyarakat. Penyelenggaraannya
melibatkan masyarakat secara mandiri, pembiayaannya pun dapat
ditoleransi oleh masyarakat dan Negara. Karena itu dapatlah
disimpulkan bahwa Primary Health care adalah upaya yang paling
mendasar dan merupakan layanan kesehatan yang pertama yang
dapat dijangkau dan diakses oleh masyarakat karena dekat dengan
lingkungan mereka, dekat dengan tempat tinggal bahkan dekat
dengan tempat kerja dan aktivitas keseharian masyarakat sehingga
mendekatkan pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu
tujuan dari Pembangunan Kesehatan Nasional.
Ester 98
sendiri apa yang menjadi kebutuhan kesehatan mereka (self
determination).
Beberapa pengertian terkait pelayanan kesehatan dasar
adalah sebagai berikut: (Puskesmas, 2018) adalah sebagai berikut;
pelayanan kesehatan dasar atau pratama adalah suatu cara/kiat
yang diupayakan agar layanan kesehatan yang minimal dan
essensial dapat di jangkau oleh seluruh penduduk (Lancaster,
1997). Oleh karena itu, layanan kesehatan dasar ini merupakan
ujung pelayanan yang paling pertama bersentuhan dengan
masyarakat dengan sistem pelayanan kesehatan yang mencakup
kegiatan promotif dan preventif, pengkajian dan penilaian derajat
kesehatan masyarakat, upaya diagnosis sedini mungkin dan upaya
pengobatan masalah kesehatan yang akut maupun kronis, serta
upaya-upaya rehabilitasi. Pendekatan lain yang juga menjadi
perhatian dari pelayanan dasar ini adalah layanan kesehatan secara
tradisional, memperhitungkan kearifan lokal budaya setempat,
serta berbagai hal lainnya seperti penghasilan, kondisi rumah,
tingkat pendidikan dan lainnya yang berpengaruh terhadap
kesehatan individu, kelompok dan masyarakat.
Puskesmas menekankan pengembangan yang dapat
diterima dan keterjangkauan pelayanan medis yang diberikan
adalah penting, yang penting dan mengutamakan peningkatan dan
keberlanjutan dengan kepercayaan dan partisipasi masyarakat
dalam pengambilan keputusan kesehatan. Amerika Serikat belum
mengadopsi PHC sebagai strategi nasional atau sebagai strategi
kesehatan masyarakat alternatif minimal. Perawat kesehatan
masyarakat memainkan peran penting dalam membantu orang
belajar bagaimana merawat diri mereka sendiri, mengembangkan
kapasitas dan memperluas infrastruktur untuk memastikan
perawatan kesehatan dasar untuk semua.Kami siap bekerja dengan
orang lain di masyarakat untuk melakukannya.
Berdasarkan pemaparan tentang pengertian Primary Health
Care (PHC), maka daapt disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan
dasar dan essensial ini pada dasarnya bisa dikatakan terdiri bari
beberapa kata kunci, yaitu :
- Ilmiah
- Mudah dijangkau
- Melibatkan peran serta masyarakat
Ester 99
- Terjangkau secara ekonomi
- Kemandirian (self reliance)
Ester 100
3. Pelayanan diberikan bagi kelompok yang tinggal dalam
suatu wilayah (pendekatan regional) atau kelompok
masyarakat dalam sosial budaya tertentu (pendektan
penduduk), sesuai kebutuhan dan karakteristik penduduk
yang menerima layanan kesehatan.
4. Organisasi layanan dasar yang ada merupakan kolaborasi
dari berbagai tenaga dengan latar disiplin bidang kesehatan
yang berbeda tetapi memiliki disiplin dan tim kerja yang
memadai.
5. Layanan kesehatan tersedia penuh (tanpa ada hari libur)
6. Keputusan didistribusikan di seluruh organisasi berbasis
masyarakat, karakteristik pelayanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat, masyarakat
dapat dimobilisasi untuk tujuan kesehatan yang memiliki
pengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara umum.
Oleh karena itu, layanan kesehatan dasar ini memiliki tujuan
utama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
perawatan kesehatan dasar dan bagaimana menyediakan
layanan tersebut bagi masyarakat.
Ester 101
13. Keamanan pangan
Ester 102
Penanganan terhadap setiap masalah kesehatan berupa
penyakit yang dialami oleh masyarakat tidak bisa ditangani secara
terpisah dari kelima upaya diatas, penanganan haruslah
melibatkan seluruh komponen yang ada, sehingga penanganan
tersebut dapat dilaksanakan secara tuntas dan menyeluruh.
Di Indonesia, layanan kesehatan dasar yang telah diterapkan
selalu mengalami perkembangan yang signifikan baik. Hal ini
maknai dengan berbagai unsur-unsur yang menjadikan perubahan
kearah yang lebih positif, diantaranya:
Pertama; dengan ditetapkannya 18 program utama yang
wajib dilaksanakan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas).
Adapun program atau kegiatan utama dari puskesmas tersebut
(Puskesmas, 2018) adalah sebagai berikut:
1. Upaya kesehatan Ibu & anak (KIA)
2. Upaya keluarga berencana (KB)
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya pengobatan
5. Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
6. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan
7. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
8. Usaha kesehatan sekolah (UKS)
9. Pelayanan kesehatan bagi usia lanjut (Usila)
10. Upaya kesehatan kerja
11. Upaya kesehatan gigi & mulut
12. Upaya kesehatan jiwa
13. Upaya kesehatan mata
14. Penyuluhan kesehatan masyarakat
15. Penanggulangan kegawatdaruratan
16. Kesehatan olahraga
17. Laboratorium sederhana
18. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP)
Ester 103
Kedua, merupakan lima upaya pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan puskesmas dengan pelibatan berbagai unsur
dalam masyarakat guna mendukung kegiatan posyandu. Lima
pelayanaan tadi, yaitu:
1. Pelayanan KB;
2. Pelayanan KIA, pelayanan ANC, imunisasi tetanus toksoid
(TT), Pemberian Fe dan pendidikan gizi
3. Imunisasi bayi dan balita
4. Pelayanan Gizi (distribusi Kartu Menuju Sehat (KMS),
penimbangan, pemberian makanan tambahan (PMT)
penyuluhan dan pengobatan
5. Pengobatan diare, utamanya pemberian oralit.
Ester 104
3. Pelayanan medis neonatus .
4. Pelayanan kesehatan untuk balita
5. Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah dasar
6. Pelayanan kesehatan untuk usia produktif (15- 9 tahun)
7. Pelayanan kesehatan bagi lansia (60 tahun ke atas)
8. Pelayanan kesehatan bagi penderita tekanan darah tinggi
9. Pelayanan kesehatan bagi penderita diabetes
10. Pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa
11. Pelayanan kesehatan bagi penderita TBC
12. Layanan medis untuk orang yang berisiko terinfeksi HIV
Ester 105
6.11 Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan
pokok-pokok pikiran dalam upaya layanan kesehatan dasar PHC
sebagai solusi atas permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh
banyak bangsa secara global guna mencapai kesehatan bagi semua.
Prinsip-prinsip yang ada dalam PHC (Fhirawati, 2020) adalah:
1. Upaya kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan prinsip ini
bahwa pelayanan kesehatan dasar yang dimaksudkan disini,
adalah kegiatan yang berupaya memberikan pelayanan
sebagai solusi atas permasalahan kesehatan utama yang
dialami masyarakat secara menyeluruh kepada setiap
warna negara tanpa memandang perbedaan seperti jenis
kelamin, umur, suku, bangsa, ras, agama, kelas sosial, dan
sebagainya.
2. Lebih diutamakan pada upaya pencegahan
usaha pencegahan yang dimaksudkan disini adalah semua
tindakan yang dilakukan agar masyarakat mau dan mampu
dalam upayanya meningkatkan dan memelihara
kesehatannya secara mandiri. Penekanan lebih diutamakan
pada perubahan perilaku yang lebih baik dan sesuai standar
kesehatan agar kehidupan kesehatan masyarakat lebih
berkualitas.
3. Memanfaatkan IPTEK yang sesuai dalam upaya peningkatan
kesehatan
Teknologi dalam bidang kesehatan terus berkembang dan
beragam, oleh karena itu, teknologi kesehatan yang tepat
guna harus tersedia dan terjangkau, murah, tidak
bertentangan dengan budaya masyarakat. .
4. Pemberdayaan masyarakat
Dukungan dan keterlibatan masyarakat terhadap upaya
penyediaan layanan kesehatan bagi masyarakat sendiri
merupakan faktor berpengaruh terhadap keberhasilan
suatu program kesehatan yang diperuntukkan bagi
masyarakat itu sendiri. Dengan keterlibatan tersebut, setiap
individu dalam hal ini keluarga dapat mengambil
tanggungjawab secara mandiri atas kesehatan diri dan
Ester 106
keluarganya serta dapat pula mengembangkan diri dan
kapasitasnya untuk dapat memberikan kontribusinya bagi
pengembangan dan pembangunan kesehatan di daerah
mereka masing-masing. Dengan semangat kemandirian
inilah diharapkan program-program pemerintah dalam
bidang kesehatan khususnya akan mendapat perhatian,
dukungan dan peran serta aktif masyarakat, sehingga
pembangunan kesehatan dalan upaya meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat tercapai.
5. Kerjasama interdisipliner dalam promosi kesehatan
Kesadaran akan pentingnya kolaborasi dalam upaya
penanganan masalah-masalah kesehatan di masyarakat
akan memberikan dampak yang positif terhadap
pembangunan kesehatan. Hal ini dikarenakan intervensi
terhadap masalah kesehatan tidak bisa tertangani dari
sektor kesehatan saja, tetapi dibutuhkan kerjasama lintas
sektoral, sektor lain yang terlibat didalam penanganan
kesehatan masyarakat antara lain: ketahanan pangan
(pertanian); pengetahuan (pendidikan); media; perumahan,
sanitasi dasar, penyediaan air bersih (pekerjaan umum),
industry dan organisasi.
Ester 107
6.13 Tanggung Jawab Perawat Perawatan Primer
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian yang tidak terlepas dari pelayanan
kesehatan berupa pelayanan biologis, psikologis, sosial dan
spiritual yang menyeluruh, bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Keperawatan dilayankan karena kebutuhan akan penangan
terhadap keadaan yang tidak normal berupa gangguan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemampuan
untuk melakukan tugas dan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan dengan fokus pada upaya pelayanan kesehatan primer
agar setiap orang dapat memiliki kemampuan hidup sehat yang
berdaya guna dan berhasil guna. Upaya pelayanan ini dilaksanakan
dengan menghormati hak, memiliki pertangungjawaban dan etika
profesi keperawatan
Sebagai suatu profesi, keperawatan didasarkan pada filosofi
yang memandu kegiatan keperawatan yang akan dilakukan dengan
menghormati pandangan holistik tentang kebutuhan manusia
sebagai kompleks lengkap organisme biologis-psikologis
sosiologis-spiritual. Oleh karena itu, keperawatan dilakukan
dengan pendekatan yang lebih manusiawi, menghormati dan
menghargai harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi
keadilan. Keperawatan juga umum dalam arti tidak membeda-
bedakan atas dasar kriteria yang ada di masyarakat, merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ada, sehingga dalam
melaksanakan tugasnya, perawat menganggap klien sebagai mitra
aktif dalam proses persalinan. . dari asuhan keperawatan. (Kajian
Layanan Kesehatan Primer di Era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan -
Jago Preventif, n.d.).
Peran utama dari perawat kesehatan masyarakatdalam
upaya pelayanan kesehatan dasar adalah memberikan pelayanan
berupa asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat yang memiliki permasalahan kesehatan atau
keperawatan di lingkup rumah tangga, sekolah, panti dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
Ester 108
Peran utama perawat umum dalam upaya pelayanan
kesehatan primer adalah memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan atau keperawatan di rumah, sekolah,
panti asuhan, dll sesuai kebutuhan. Dalam melaksanakan tugasnya,
perawat paling tidak memiliki peran dan fungsi yang
memungkinkannya melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik. Peran dan fungsi tersebut antara lain:
1. Penyedia Perawatan Memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan langsung kepada individu, keluarga dan
masyarakat di wilayah hukumnya, dengan memperhatikan
kebutuhan dasar manusia melalui proses pemberian asuhan
keperawatan yang baik, sehingga setiap permasalahan yang
timbul dapat terbentuk dari diagnosa keperawatan, rencana
tindakan berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat dan tingkat perkembangan dapat dinilai.
a. Oleh karena itu, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus mampu menciptakan kenyamanan dan
rasa aman bagi klien, mampu melindungi hak dan
kewajiban klien terhadapnya dilakukan secara seimbang,
memfasilitasi tim medis lain dan berusaha memulihkan
kesehatan klien.
b. Pemberian asuhan keperawatan bersifat komprehensif dan
lengkap (holistik) dan berkelanjutan (komprehensif), yang
dapat diberikan secara langsung atau tidak langsung ke
berbagai fasilitas kesehatan di masyarakat Amerika
Serikat, seperti pusat kesehatan, pusat kesehatan keliling,
pusat medis suportif, panti jompo, posyandu, atau di
rumah klien/keluarga.
2. Peran Penyidik Kasus
3. Peran pendidik kesehatan .
4. Peran Koordinator dan Kolaborator
5. Peran penasehat
6. Teladan
Ester 109
Untuk memenuhi perannya dalam upaya pelayanan
kesehatan primer, fungsi yang harus dilakukan perawat adalah:
1. Kemerdekaan
2. Tergantung
3. Saling ketergantungan
6.14 Kesulitan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dasar
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar (PHS) di
Indonesia saat ini, dengan adanya program pemerintah seperti JKN
dan BPJS, banyak kendala dan tantangan strategis yang dihadapi,
antara lain:
1. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)
2. Jangkauan, jangkauan, dan perbedaan
3. Infrastruktur dan peralatan medis.
4. Fokus pada perawatan primer dan upaya penyembuhan
Ester 110
DAFTAR PUSTAKA
Ester 111
Salamung, Niswa, D. 2021. Keperawatan Keluarga (Family Nursing)
(Risnawati (Ed.)). Duta Media Publishing.
Suharto, A. 2018. Promosi Kesehatan Modul Ajar (Sunarto (Ed.)).
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Susilowati, D. 2016. Promosi Kesehatan Modul Bahan Ajar cetak
keperawatan (pertama). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Ester 112
BAB 7
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KELUARGA
Oleh Ani Nuraeni
7.1 Pendahuluan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
memberikan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan yang dialami keluarga saling berkaitan satu
sama lain di mana jika satu anggota keluarga memiliki masalah
kesehatan maka akan berdampak terhadap anggota keluarga
lainnya. Keluarga merupakan salah satu area pelayanan kesehatan
karena keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan sehingga keluarga dapat
dijadikan sebagai perantara yang efektif dalam melaksanakan
berbagai upaya kesehatan. Dalam pemberian pelayanan
keperawatan keluarga, perawat bekerja sama dengan keluarga agar
keluarga dapat beradaptasi terhadap respons sehat dan sakit.
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di masyarakat sebagai
bagian dari pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas). Pelaksanaan pelayanan keperawatan keluarga yang
dilaksanakan di rumah berintegrasi dengan pelayanan kesehatan
lainnya. Keluarga dan komponen lainnya merupakan fokus utama
pelayanan keperawatan. Selama memberikan pelayanan
keperawatan, keluarga dilibatkan pada pelaksanaan proses
keperawatan yang meliputi tahapan pengkajian, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan dengan memanfaatkan
sumber-sumber pelayanan yang tersedia di keluarga dan sumber-
sumber dari tenaga kesehatan lain dan sektor lain di masyarakat.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini meliputi kegiatan skrining atau deteksi dini,
diagnosis dan terapi. dilakukan pada keluarga atau anggota
keluarga yang memiliki gejala penyakit. Peran perawat pada
pencegahan sekunder yaitu melakukan skrining dan pengkajian
terhadap anggota keluarga meliputi pemeriksaan riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik dan laboratorium, merujuk
anggota keluarga pada pelayanan kesehatan, penyuluhan
kesehatan pada anggota keluarga untuk meningkatkan
pemahaman mengenai manfaat pemeriksaan skrining/deteksi
dini terhadap penyakit.
6. Konselor
Perawat keluarga memegang peran terapeutik untuk membantu
individu dan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan atau
mengubah perilaku. Perawat menjalankan peran konselor pada
keluarga yang membutuhkan bantuan dalam mengatasi kondisi
kronis jangka panjang, seperti ketika anggota keluarga telah di
diagnosis dengan skizofrenia.
8. Pemodifikasi lingkungan
Perawat keluarga berkonsultasi dengan keluarga dan tenaga
kesehatan profesional lainnya untuk memodifikasi lingkungan.
Misalnya, seorang pasien dengan paraplegia sudah
diperbolehkan pulang dari rumah sakit, perawat membantu
keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah sehingga
pasien dapat bergerak di kursi roda dan terlibat dalam
perawatan diri.
8.1 Pendahuluan
Pada setiap kelompok masyarakat kita dapat menemukan
institusi sosial yang Namanya keluarga. keluarga adalah kelompok
sosial yang kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang
belum menikah. keluarga biasa dipanggil unit perwakilan rumah
tangga terkecil di masyarakat. Suatu keluarga dianggap sebagai
suatu sistem sosial yang mempunyai elemen sistem sosial yang
mencakup didalamnya termasuk struktur, fungsi, kepercayaan,
perasaan, tujuan, aturan, status dan peran.(Lestari and Pratiwi,
2018)
Bab ini akan membahas tentang struktur dan fungsi
keluarga. Salah satu hal yang harus mampu dipahami dalam
keperawatan keluarga yaitu struktur dan fungsi keluarga. Dimana,
struktur keluarga menentukan fungsi keluarga dalam menjalani
kehidupan sehingga dengan memahami secara jelas tentang
struktur dalam keluarga masa secara langsung dapat memahami
juga tentang fungsi-fungsi yang dijalankan keluarga. Struktur
keluarga mencerminkan hubungan biologi, status perkawinan dan
kemitraan. Struktur dan fungsi merupakan hal yang saling
berkaitan erat dan selalu berinteraksi satu sama lain. Struktur
tersebut didasarkan pada organisasi, pola perilaku keluarga dan
hubungan keluarga. Hubungan yang ada bisa menjadi rumit,
misalnya, seorang perempuan bisa sebagai istri, ibu, menantu, dll,
yang semua ini masing-masing memiliki kebutuhan, peran, dan
harapan yang berbeda. Pola hubungan ini membentuk kekuatan
dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat
tumbuh dan menyusut tergantung pada kemampuan keluarga
dalam menangani stressor keluarga. Strktur keluarga yang sangat
kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau menghambat
fungsi keluarga. (Ginintasasi, 2016)
8.4 Penutup
Struktur keluarga menggambarkan pengaturan atau pola
yang dibangun dalam sebuah keluarga. Struktur keluarga juga
menentukan metode yang digunakan untuk mengatur unit dalam
9.1 Pendahuluan
Keperawatan keluarga merupakan sebuah seni, ilmu
pengetahuan, filosofi dan cara berinteraksi dengan keluarga
mengenai perawatan kesehatan. Keperawatan keluarga menjadi
hal penting di dalam unit perawatan kesehatan dimana seorang
perawat harus menganggap keluarga sebagai sebuah unit. Teori,
praktik, dan penelitian seputar keperawatan telah membuktikan
bahwa keluarga mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan
dan kesejahteraan setiap anggota keluarga serta dapat
berpengaruh besar terhadap masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarga. Perawat harus mempertimbangkan perawatan
yang berpusat pada keluarga sebagai bagian integral dalam praktik
keperawatan (Kemenkes RI, 2016).
Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut
(Friedman, 2013):
1. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana yaitu memberikan
pelayanan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Pelayanan diberikan bagi yang mengalami kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan dalam segi pengetahuan, serta kurangnya
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif,
serta rehabilitatif.
2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik yaitu
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan,
152
BIODATA PENULIS
153
BIODATA PENULIS
154
BIODATA PENULIS
155
BIODATA PENULIS
156
BIODATA PENULIS
157
View publication stats