Anda di halaman 1dari 10

Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.

ANALISIS STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK SINGLE MESIN


MENGGUNAKAN METODE RUNGE KUTTA ORDE 4
Arnawan Hasibuan
Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Malikussalaeh
Lhokseumawe
Email : nawan_hsb@yahoo.co.id

Abstrak

Dalam sistem tenaga listrik yang melayani beban secara kontinyu sebaiknya tegangan dan frekuensi harus
tetap konstan, namun apabila terjadi gangguan pada salah satu pembangkit atau pada rel maka hal ini
tidak dipungkiri akan terjadi gangguan pada penyaluran daya. Untuk itu perluh dilakukan Penelitian
tentang Stabilitas Sistem Tenaga yang berkaitan dengan Penentuan Sudut Pemutus Kritis dan Waktu
Pemutus Kritis pada generator, guna mengetahui berapa besar Sudut Pemutus Kritis dan berapa besar
Waktu Pemutus Kritis. Dalam penelitian ini digunakan Metode Runge Kutta orde 4 dengan bantuan
softwere Matlab..
Kata Kunci : Sudut Kritis, Waktu Pemutus Kritis, Runge Kutta, Stabilitas

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu sistem kelistrikan umumnya memiliki dilakukan melalui gevernor dari penggerak mula
beberapa pusat pembangkit yang terdiri pusat dan eksitasi generator.
pembangkit listrik tenaga air, pusat pembangkit Perubahan kondisi sistem tenaga listrik
listrik tenaga uap, pusat pembangkit listrik biasanya terjadi akibat adanya ganguan seperti
tenaga disel dan jenis pusat pembangkit lainnya. sambaran petir, gangguan hubung singkat, dan
Semua unit pembangkit yang ada tersebut pelepasan atau penambahan beban yang benar
terhubung satu sama lain melalui jaringan secara tiba-tiba. Akibat adanya perubahan
transmisi untuk mensuplai kebutuhan listrik bagi kondisi kerja dari sistem ini, maka keadaan
para konsumen. sistem akan berubah dari keadaan lama ke
Selain tersedianya pembangkitan yang keadaan baru. Periode singkat di antara kedua
cukup, hal lain yang juga harus ditentukan keadaan tersebut disebut periode paralihan atau
adalah apakah kondisi transient jika terjadi transient. Oleh karena itu diperlukan suatu
gangguan akan mengganggu operasi normal analisis sistem tenaga listrik untuk menentukan
sistem atau tidak. Hal ini akan berhubungan apakah sistem tersebut stabil atau tidak, jika
dengan kualitas listrik yang sampai ke terjadi gangguan. Stabilitas transient didasarkan
konsumen berupa kestabilan frekuensi dan pada kondisi kestabilan ayunan pertama (first
tegangan. swing) dengan periode waktu penyelidikan pada
Sistem tenaga listrik yang baik adalah detik pertama terjadi gangguan.
sistem tenaga yang dapat melayani beban secara Salah satu metode yang dapat digunakan
kontinyu tegangan dan frekuensi yang konstan. untuk menentukan kestabilan suatu sistem
Fluktuasi tegangan dan frekuensi yang terjadi tenaga listrik apabila mengalami gangguan
harus berada pada batas toleransi yang diizinkan adalah metode kriteria sama luas. Walaupun
agar peralatan listrik konsumen dapat bekerja metode ini tidak dapat dipergunakan untuk
dengan baik dan aman. Kondisi sistem yang sistem multimesin namun sangatlah membantu
benar-benar mantap sebenarnya tidak pernah untuk memahami faktor-faktor dasar yang
ada. Perubahan beban selalu terjadi dalam mempengaruhi stabilitas transient sistem tenaga
sistem. Penyesuaian oleh pembangkit akan listrik.

15 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

Metode kriteria sama luas (Equal Area efisiensi pengoperasian sistem menurun
Criterion, EAC) merupakan contoh metode menyebabkan kinerja sistem memburuk.
langsung untuk memperoleh sudut pemutus Kecepatan pembangkit memberi reaksi
kritis (Critical Clearing angle), Kurva ayunan terhadap perubahan yang terjadi dalam sistem
merupakan alat elevasi suatu kestabilan sistem menjadi faktor penentu kestabilan sistem.
yang digunakan kestabilan-kestabilan transient Kestabilan mesin pembangkit sangat tergantung
sistem tenaga lisrik. pada kemampuan sistem kendalinya. Sistem
Alat bantu dalam studi analisa sistem kendali yang andal jika mampu mengendalikan
tenaga listrik adalah komputer, karena peranan mesin tetap beroperasi normal mengikuti
komputer dalam Analisis Sistem Tenaga perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem.
mempunyai keuntungan diantaranya fleksibel Jika semua mesin tetap beroperasi dalam kondisi
(dapat digunakan untuk menganalisis hampir normal meskipun ada gangguan, maka sistem
semua persoalan), teliti, cepat dan ekonomis. tersebut akan benar-benar stabil.
Software komputer yang digunakan adalah Sistem tenaga listrik secara umum terdiri
Matlab, karena Matlab merupakan bahasa dari unit-unit pembangkit yang terhubung
canggih untuk komputasi teknik. Dan Matlab dengan saluran untuk melayani beban. Sistem
merupakan integrasi dari komputasi, visualisasi tenaga listrik yang memiliki banyak mesin
dan pemrograman dalam suatu lingkungan yang biasanya menyalurkan daya kebeban melalui
mudah digunakan, karena permasalahan dan saluran interkoneksi. Tujuan utama dari sistem
pemecahannya dinyatakan dalam notasi saluran interkoneksi adalah untuk menjaga
matematika biasa. kontinuitas dan ketersediaan tenaga listtrik
terhadap kebutuhan beban yang terus meningkat.
1.2. Permasalahan Semakin berkembang sistem tenaga listrik dapat
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan mengakibatkan lemahnya performansi sistem
masalah yang dapat dikemukakan dalam ketika mengalami gangguan. Salah satu efek
penelitian ini adalah : gangguan adalah osilasi elektromekanik yang
1. Bagaimana menggunakan Kriteria Luas jika tidak diredam dengan baik maka sistem
Sama untuk menentukan kestabilan sistem akan terganggu dan dapat keluar dari area
tenaga listrik di PLTU Sicanang Belawan kestabilannya sehingga mengakibatkan pengaruh
dalam keadaan peralihan (transient). yang lebih buruk seperti pemadaman total (black
2. Berapa besarnya sudut pemutus kritis out).
(Critical Clearing Angle) untuk menentukan Stabilitas sistem tenaga lisitrik merupakan
kestabilan Sistem Tenaga Listrik di PLTU karakteristik sistem tenaga yang memungkinkan
Sicanang Belawan dalam keadaan peralihan mesin bergerak serempak dalam sistem pada
(tansient). operasi normal dan dapat kembali dalam
keadaan seimbang setelah terjadi gangguan.
2. LANDASAN TEORI Secara umum permasalahan stabilitas sistem
tenaga listrik terkait dengan kestabilan sudut
2.1. Stabilitas Sistem Tenaga Listrik rotor (Rotor Angle Stability) dan kestabilan
Keseimbangan daya antara kebutuhan tegangan (Voltage Stability). Klasifikasi ini
beban dengan pembangkitan generator berdasarkan rentang waktu dan mekanisme
merupakan salah satu ukuran kestabilan operasi terjadinya ketidakstabilan. Kestabilan sudut
sistem tenaga listrik. Dalam pengoperasian rotor di klasifikasikan menjadi Small Signal
sistem tenaga listrik pada setiap saat akan selalu Stability dan Transient Stability. Small Signal
terjadi perubahan kapasitas dan letak beban Stability adalah kestabilan sistem untuk
dalam sistem. Perubahan tersebut mengharuskan gangguan-gangguan kecil dalam bentuk osilasi
setiap pembangkit menyesuaikan daya elektromekanik yang tak teredam, sedangkan
keluarannya melalui kendali governor maupun Transient Stability dikarenakan kurang
eksitasi mengikuti perubahan beban sistem. Jika sinkronnya torsi dan diawali dengan gangguan-
hal ini tidak dilakukan maka akan menyebabkan gangguan besar.
keseimbangan daya dalam sistem terganggu dan

16 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

Stabilitas sistem tenaga listrik adalah suatu Faktor-faktor utama dalam masalah stabilitas
kemampuan sistem tenaga listrik atau bagian adalah:
komponennya untuk mempertahankan 1. Faktor mekanis dapat berupa:
sinkronisasi dan keseimbangan dalam sistem. a. Torsi input prime beban.
Batas stabilitas sistem adalah daya-daya b. Inersia dari prime mover dan generator.
maksimum yang mengalir melalui suatu titik c. Inersia motor dan sumbu beban.
dalam sistem tanpa menyebabkan hilangnya d. Torsi input sumbu beban.
stabilitas. Berdasarkan sifat gangguan masalah 2. Torsi elektris berupa:
stabilitas sistem tenaga listrik dibedakan atas : a. Tegangan internal dari generator
1. Stabilitas tetap (steady state). sinkron.
2. Stabilitas peralihan (transient). b. Reaktansi sistem.
3. Stabilitas sub peralihan (dynamism). Tegangan internal dari motor sinkron.
Stabilitas steady state adalah kemampuan INERSIA TEGANGAN INERSIA
suatu sistem tenaga listrik mempertahankan INTERNAL

sinkronisasi antara mesin-mesin dalam sistem REAKTANSI


SL
setelah mengalami gangguan kecil (fluktuasi
PM G X M
beban).
Stabilitas transient adalah kemampuan
suatu sistem tenaga listrik mempertahankan Gambar 2.1 Diagram faktor-faktor utama dalam
sinkronisasi setelah mengalami gangguan besar masalah kestabilan
yang bersifat mendadak sekitar satu ayunan
(swing) pertama dengan asumsi bahwa pengatur 2.2. Stabilitas Transient Sistem Tenaga
tegangan otomatis belum bekerja. Listrik
Stabilitas dynamism adalah bila setelah Situasi yang lebih hebat akan terjadi bila
ayunan pertama (periode stabilitas transient) pembangkitan atau beban besar hilang dari
sistem mampu mempertahankan sinkronisasi sistem atau terjadi gangguan pada saluran
sampai sistem dalam keadaan seimbang yang transmisi. Pada kasus semacam itu stabilitas
baru (stabilitas transient bila AVR dan governor transient harus cukup kuat untuk
bekerja cepat dan diperhitungkan dalam mempertahankan diri terhadap kejutan (shock)
analisis). atau perubahan beban yang relatif besar yang
Pengertian hilangnya sinkronisasi adalah terjadi. Stabilitas transient adalah kemampuan
ketidakseimbangan antara daya pembangkit sistem untuk tetap pada kondisi sinkron
dengan beban menimbulkan suatu keadaan (sebelum terjadi aksi dari kontrol governor)
transient yang menyebabkan rotor dari mesin yang mengikuti gangguan pada sistem.
sinkron berayun karena adanya torsi yang Setelah hilangnya pembangkitan atau beban
mengakibatkan percepatan atau perlambatan besar secara tiba-tiba, keseimbangan antara
pada rotor tersebut. Ini terjadi bila torsi tersebut energi input dan output elektris pada sistem akan
cukup besar, maka salah satu atau lebih dari hilang. Jika energi input tidak lagi mencukupi,
mesin sinkron tersebut akan kehilangan inersia rotor mesin yang masih bekerja, pada
sinkronisasinya, misalnya terjadi periode yang singkat, akan melambat. Apabila
ketidakseimbangan yang disebabkan adanya beban hilang maka energi input pada sistem
daya pembangkit yang berlebihan, maka akan melebihi beban elektris, dan mesin akan
sebagian besar dari energi yang berlebihan akan bergerak semakin cepat.
diubah menjadi energi kinetik yang Bermacam-macam faktor mempengaruhi
mengakibatkan percepatan sudut rotor stabilitas sistem, seperti kekuatan pada jaringan
bertambah besar, walaupun kecepatan rotor transmisi didalam sistem dan saluran pada
bertambah besar, tidak berarti bahwa sistem yang berdekatan, karaktristik pada unit
sinkronisasi dari mesin tersebut akan hilang, pembangkitan, termasuk inersia pada bagian
faktor yang menentukan adalah perbedaan sudut yang berputar, dan properti elektris seperti
rotor atau daya tersebut diukur terhadap reaktansi transient dan karakteristik saturasi
referensi putaran sinkronisasi. magnetik pada besi stator dan rotor. Faktor

17 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

penting lainnya adalah kecepatan pada saluran ZL


atau perlengkapan yang terjadi gangguan dapat y10 
diputus (disconnect) dan, dengan reclosing
jX ' d Z S  jX ' d Z L  Z L Z S
otomatis pada saluran transmisi, yang jX d
y 20  (2.1)
menentukan seberapa cepat saluran dapat jX ' d Z S  jX ' d Z L  Z L Z S
beroperasi lagi. Sebagaimana pada stabilitas
steady-state, kecepatan respon pada sistem ZS
y 20 
eksitasi generator merupakan faktor yang jX ' d Z S  jX ' d Z L  Z L Z S
penting dalam mempertahankan stabilitas Rangkaian ekivalen dengan tegangan
transient. Gangguan pada sistem biasanya dinyatakan oleh titik l dan infinite bus oleh titik
diikuti oleh perubahan tegangan yang cepat pada 2 dapat diperlihatkan pada gambar 2.4 Penulisan
sistem, dan pemulihan kembali tegangan dengan persamaan node (titik simpul) adalah :
cepat menuju ke kondisi normal merupakan hal
yang penting dalam mempertahankan stabilitas.
I1  ( y10  y12 ) E  y12V (2.2)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, I 2   y12 E  ( y20  y21 )V
stabilitas transient adalah kemampuan untuk Persamaan di atas dapat ditulis dalam
tetap pada kondisi sinkron selama periode bentuk matriks admitansi sebagai berikut :
terjadinya gangguan dan sebelum adanya reaksi
 I 1  Y11Y12   E 
 I   Y Y  V 
dari governor. Pada umumnya ayunan pertama (2.3)
pada rotor mesin akan terjadi selama satu detik  2   21 22   
setelah gangguan, tetapi waktu yang sebenarnya
bergantung pada karakteristik mesin dan sistem E’
transmisi. Setelah periode ini, governor akan I1 y12
V
I2
mulai bereaksi, biasanya sekitar 4 hingga 5
detik, dan stabilitas dinamis akan efektif.
Ayunan dinamis juga akan dipengaruhi oleh y10 y 20

osilasi tegangan, penguatan pada sistem eksitasi,


dan waktu pada frekuensi jaringan.

2.3. Pemodelan Mesin Serempak Untuk Studi Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen satu mesin
Kestabilan terhubung ke infinite bus (Cekdin.2006:233)
Sebuah Generator dihubungkan ke Infinite
bus sebagaimana dinyatakan pada gambar 2.3 : Elemen diagonal dari matriks admitansi bus
V
adalah Y11 = y10 + y12, dan Y22 = y20 + y12,
E’ Vg
jX’d ZL
elemen bukan diagonal adalah Y12 = Y21 = -y12,
dengan menyatakan tegangan dan admitansi
dalam bentuk polar, maka daya nyata pada titik
1 diberikan oleh:
 
Zs

Pe  R E ' xI 1*
Pe  R| E'|  (| Y11 |   11 | E'|     | Y12 |   12 | V | 0)
Gambar 2.2 Sebuah generator Atau
dihubungkan ke infinite bus (Cekdin.2006:232) Pe | E'|2 | Y11 | cos 11  | E'|| V || Y12 | cos(  12 ) (2.20)
Tegangan generator adalah konstan dengan 1
Jika harga θ11 = θ12 = 90 0, dan Y12 = B12 = ,
reaktansi transient sumbu langsung X’d. X 12
Representasi titik tegangan terminal generator sehingga persamaan (2.20), menjadi:
Vg dapat dieliminasi dengan
mentransformasikan impedansi dari hubungan Y
Pe | E ' || V || B12 | cos(  90 0 )
ke hubungan Δ, sehingga admitansi yang Atau
dihasilkan adalah :

18 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

| E ' || V |
Pe  sin  (2.4)
X 12
Dari persamaan (2.4) di atas dapat
dinyatakan bahwa hubungan daya yang
ditransmisikan tergantung pada reaktansi X12
dan sudut δ dikenal sebagai kurva sudut daya
yang dapat diperlihatkan pada gambar 2.5.
Pe

Pmak

Pe
Pm

(a) (b)

0 0  /2 
Gambar 2.5 (a) analisa ayunan pertama
Gambar 2.4 Kurva sudut daya untuk contoh sistem stabil, (b) analisa
(Cekdin.2006:233)
ayunan pertama untuk contoh sistem tidak
Daya maksimum dapat dipandang sebagai stabil.
batas stabilitas keadaan mantap (Steady State
Stability Limit), terjadi pada sudut 90 0 yang Metode Runge-Kutta dikembangkan
dinyatakan dengan: untuk menghindari penghitungan turunan-
| E ' || V | turunan yang berorde lebih tinggi. Sebagai
Pe  (2.5) ganti dari turunan-turunan ini maka
X 12
digunakan nilai-nilai tambahan dari fungsi
Sehingga persamaan daya listrik dalam bentuk
Pmak adalah:
f(x,y) yang diberikan, dengan cara yang
yang pada pokoknya merupakan duplikat
Pe  Pmak sin  (2.6)
dari ketelitian sebuah polinomial taylor.
Jika generator tiba-tiba terhubung singkat, maka Kesederhanaanya telah membuat metode ini
tegangan E’ dapat dihitung dengan:
menjadi sangat populer, metode tersebut
E  Vg  jX ' d I a (2.7) dapat diturunkan seperti dibawah ini:
Dengan Ia adalah arus generator sebelum
gangguan. 1. Metode Runge-Kutta Orde 4
2.4 Penyelesaian Numerik Persamaan Dengan Penyelesaian Runge-Kutta Orde
Diferensial Nonlinear 4, dimana untuk menentukan harga x(t),
tentukan terlebih dahulu empat konstanta
Kondisi peralihan dari sistem tenaga berikut:
listrik pada saat gangguan dilukiskan secara k1  f t i , xi t (2.8)
matematis melalui persamaan diferensial.
Salah satu metode numerik yang dapat  1 1 
k 2  f  t i  t , xi  k1 t (2.9)
digunakan untuk menyelasaikan persamaan  2 2 
diferensial tersebut adalah Metode Runge-  1 1 
Kutta Orde 4. k 3  f  t i  t , xi  k 2 t (2.10)
 2 2 
k 4  f t i  t , xi  k3 t (2.11)

19 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

Sehingga algoritma perhitungan untuk Untuk menentukan harga δ dan ω dengan


harga x berturut-turut dapat dicari dengan penyelesaian metode Runge-Kutta orde 4,
persamaan berikut : terlebih dahulu tentukan harga-harga k1, k2,
k3, k4, l1, l2, l3 dan l4, yaitu sebagai berikut :
xi 1  xi  k1  2k 2  2k 3  k 4  (2.12)
1
6 k1  f  i , i t  i  t (2.20)
f
2. Penyelesaian Numerik Persamaan l1  g  i , i  t  Pm  Pe  t (2.21)
H
Ayunan
Untuk menentukan penyelesaian
(2.22)
persamaan ayunan pada gambar 2.11 dimana
daya input Pm diasumsikan konstan, pada
operasi steady state dimana Pe = Pm dan (2.23)
sudut daya mula-mula diberikan oleh :
 Pm 
 0  sin 1   (2.13) (2.24)
 P1mak 
Dengan
| E ' || V | (2.25)
P1mak  (2.14)
X1
Dan X1 adalah reaktansi transfer sebelum (2.26)
gangguan. Rotor berputar pada kecepatan
sinkron dan kemudian kecepatan putar
berubah menjadi nol, sehingga : (2.27)
0  0 (2.15) Selanjutnya harga δ dan ω dapat
Gangguan tiga fasa terjadi salah satu ditentukan dengan menggunakan persamaan
pertengahan saluran sehingga persamaan seperti berikut :
 i 1   i  k1  2k 2  2k 3  k 4  (2.28)
sudut daya menjadi 1
| E ' || V | 6
P2 mak  (2.16)
i 1  i  l1  2l 2  2l3  l 4  (2.29)
X2 1
Dengan X2 adalah reaktansi transfer 6
selama gangguan. Dengan demikian
persamaan ayunan yang diberikan oleh
persamaan sebelumnya adalah: 3. METODOLOGI PENELITIAN
d 2 f 0
Pm  P2mak sin    f 0 Pa (2.17)
3.1. Waktu dan Tempat
2
 Penelitian ini direncanakan akan dimulai
dt H H dari bulan Maret 2016 s/d Oktober 2016, sejak
Persamaan ayunan diatas mulai penetapan disetujuinya proposal ini, lalu
ditransformasikan kedalam bentuk pengambilan data sampai publikasi. Penelitian
pernyataan variabel sebagai berikut: ini merupakan aplikasi perhitungan penentuan
d sudut pemutusan kritis dan waktu pemutusan
 (2.18) kritis ada sistem satu mesin. Adapun lokasi yang
dt
digunakan sebagai objek penelitian adalah PT.
d f 0
 Pa (2.19) PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian
dt 2 H Utara Sektor Pembangkitan Belawan Jl. P.
Sekarang akan diterapkan kedalam Sicanang Belawan-Medan 2016.
metode Runge-Kutta Orde 4:

20 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

3.2. Alat Penelitian ( p   k ) tidak akan didapatkan kestabilan


Alat yang dibutuhkan dalam penelitian
sistem tenaga listrik.
ini adalah satu set PC dengan kemampuan cukup
untuk mengoperasikan perangkat lunak Matlab
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
versi 5.3. Spesifikasi minimum memiliki RAM
32 MB dan processor P100 ke atas, untuk Analisa Single Line Pada Saluran
pengolahan data dan menjalankan program Model sistem tenaga listrik yang
Matlab. menyangkut masalah stabilitas ini diambil dari
single line yang ada di PLTU Sicanang sampai
ke PLTG Paya Pasir. Dalam sistem tenaga listrik
3.3.Diagram Alir
terdiri dari dua buah mesin yang mana mesin 1
sebagai pembangkit daya (generator) di PLTU
sicanang dan mesin 2 dipasang pada bus Infinite
yaitu di PLTG Paya Pasir, dua buah
Transformator masing-masing trafo 1 sebagai
penaik tegangan (Step Up) di PLTU Sicanang
dan trafo 2 sebagai penaik tegangan (Step Up) di
PLTG Paya Pasir.
2 3

XL1 = 0.40
PLTU PLTG
Sicanang XT1 = 0.021 XT2 = 0.021
1 4 Paya Pasir

M1 M2
XL2 = 0.15 XL3 = 0.25
Generator TR1 TR2 4 = Infinite bus
Xq = 0.125 V = 1<0
B1 F B2

Gambar 4.1 Single line pada saluran transmisi


dari PLTU Sicanang sampai ke PLTG Paya
Pasir
Keterangan Gambar :
M1, M2 = Generator dan Infinite bus
TR1, TR2 = Transformator daya
B 1, B2 = Circuit Breaker
F = Saluran yang mengalami
gangguan

Tabel 4.1 Reaktansi pada saluran


Reaktansi
No Parameter-parameter
(X) p.u.
1. Reaktansi generator (Xq) j0,125
3.4. Pengujian 2. Reaktansi Trafo 1 (XT1) j0,021
a) Bila waktu pemutusan (breaker terbuka) 3. Reaktansi Trafo 2 (XT2) j0,021
j0,40
dengan nilai sudut clearing (clearing angle) 4. Reaktansi Saluran Transmisi 1 (XL1)
j0,15
sama dengan atau lebih kecil dari nilai sudut 5. Reaktansi Saluran Transmisi 2 (XL2)
6. Reaktansi Saluran Transmisi 3 (XL3) j0.25
pemutus kritis ( p   k ) akan didapat 7. Tegangan referensi beban 1,00 0
kestabilan kembali dalam sistem tenaga
listrik. Dengan bus infinite (bus 4) pada sistem ini
b) Bila waktu pemutusan (breaker terbuka) menyerap daya sebesar S = 1,0 + j0,2 maka kita
dengan nilai sudut clearing (clearing angle) akan menentukan sudut pemutusan kritis
lebih besar dari nilai sudut pemutus kritis (Clearing Critical Angle) dan waktu pemutusan

21 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

kritis (Clearing Critical Time) dengan Asumsi ( X ST 2 )( X ST 3 )


bahwa H = 4,37 MJ/MVA. Z3 
X ST1  X ST 3  X ST 2
4.1 Menghitung Reaktansi Pada Saluran ( j 0,15)( j 0,25) =  0,0375 =
Z3  j 0,047 pu
1. Menghitung reaktansi saluran sebelum terjadi j 0,40  j 0,25  j 0,15 j 0,80
gangguan
2 3 j 0.25 j0.021 j 0.15 j0.021
X ST 1  j 0.40
1 4
X g  j0.125 X T1  j0.021 X T 2  j 0.021

E' q j 0 . 047 1.00 0

E' q X ST 2  j 0.15 X ST 3  j 0.25 1.000 Gambar 4.4 Diagram reaktansi ketika saluran
telah dihubung bintang
Gambar 4.2 Diagram reaktansi saluran sebelum
terjadi gangguan
( XST 3  X T 1 )(Z 3 )  ( X ST 3  X T 1 )( X ST 2  X T 2 )  ( X ST 2  X T 2 )(Z 3 )
jX 
Z3
 X ST1  X ST 3  X ST 2  ( j 0,271)( j 0,047)  ( j 0,271)( j 0,171)  ( j 0,171)( j 0,047)
jX  X q  X T 1   XT2 jX 
X ST1  X ST 3  X ST 2 j 0,047
( j 0,271)( j 0,171)
 j 0,40 j 0,15  j 0,25  j 0,021 = j 0,271  j 0,171 
jX  j 0,125  j 0,021  j 0,047
j 0,40  j 0,25  j 0,15
= j1,424 pu
 j 0,125  j 0,021  j 0,2  j 0,021 j1, 424
 j 0,367 pu

4.2 Menghitung reaktansi saluran saat E' q 1.00 0


terjadi gangguan
2 3
j 0.40
1 4 Gambar 4.5 Diagram reaktansi setelah
j 0.125 j0.021 j0.021
1 2 ditransformasikan Y-Δ

4.3 Menghitung reaktansi saluran setelah


E' q j 0.15 j 0.25 1.00 0 terjadi gangguan
2 3
3 j 0.40
1 4
j0.125 j0.021 j0.021
Gambar 4.3 Diagram reaktansi selama
gangguan semua saluran ditanahkan dan
1.00 0
dihubung Y untuk mencari impedansi pengganti E' q

( X ST1 )( X ST 2 ) Gambar 4.6 Diagram reaktansi setelah terjadi


Z1  gangguan B1 dan B2 terbuka
X ST1  X ST 3  X ST 2
Z1 
( j 0,40)( j 0,15) =  0.06 = j 0,075 pu jX  Xq  XT 1  XST1  XT 2
j 0,40  j 0,25  j 0,15 j 0,80
 j 0,125  j 0,021  j 0,40  j 0,021
( X ST1 )( X ST 3 )  j 0.5673 pu
Z2 
X ST1  X ST 3  X ST 2
( j 0,40)( j 0,25)  0.10 4.4 Pengujian dan Analisa Program Matlab
Z2  = = j 0,125 pu
Untuk menentukan waktu pemutusan kritis
j 0,40  j 0,25  j 0,15 j 0,80
(critical clearing time) kita bisa memasukan
sembarang nilai diatas 0 detik hingga 1 detik,

22 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

pada penelitian ini waktu yang akan digunakan metode runge-kutta orde 4 menggunakan
adalah : 0,25 detik, 0,35 detik, 0,40 detik dan program matlab menunjukan sudut pemutusan
0,60 detik. kurang dari sudut pemutusan kritis (δp < δk)
dengan nilai 93.3010 dibawah atau sama dengan
1) Pemutusan pada 0.25 detik : 97,78320.

3) Pemutusan pada 0.40 detik :

Gambar 4.8 Grafik hubungan waktu dan delta


pada pemutusan 0,25 detik Gambar 4.10 Grafik hubungan waktu
dan delta pada pemutusan 0,40 detik
Terlihat dalam grafik bahwa pemutusan pada
detik 0,25 menunjukan sistem stabil karena Terlihat dalam grafik bahwa pemutusan pada
grafik menunjukan terjadinya ayunan. Dalam detik 0,40 menunjukan sistem tidak stabil karena
perhitungan harga delta dan omega dengan grafik tidak menunjukan terjadinya ayunan.
metode runge-kutta orde 4 menggunakan Dalam perhitungan harga delta dan omega
program matlab menunjukan sudut pemutusan dengan metode runge-kutta orde 4 menggunakan
kurang dari sudut pemutusan kritis (δp < δk) program matlab menunjukan sudut pemutusan
dengan nilai 60,6230 dibawah atau sama dengan melebihi dari sudut pemutusan kritis (δp > δk)
97,78320. dengan nilai 111.3770 yang mestinya dibawah
atau sama dengan 97,78320.
2) Pemutusan pada 0.35 detik :
4) Pemutusan pada 0.60 detik :

Gambar 4.9 Grafik hubungan waktu dan delta


pada pemutusan 0,35 detik
Gambar 4.11 Grafik hubungan waktu dan delta
Terlihat dalam grafik bahwa pemutusan pada
pada pemutusan 0,60 detik
detik 0,35 menunjukan sistem stabil karena
grafik menunjukan terjadinya ayunan. Dalam
perhitungan harga delta dan omega dengan

23 | P a g e
Arnawan Hasibuan, ST,MT,Ph.D

Terlihat dalam grafik bahwa pemutusan pada Dibyo H. L., 2008, ”Studi Kestabilan Transient
detik 0,60 menunjukan sistem tidak stabil karena Sistem Tenaga Listrik Multimesin (Model
grafik tidak menunjukan terjadinya ayunan. IEEE 9 Bus 3 Mesin”, Jurnal Teknika
Dalam perhitungan harga delta dan omega No.30 Vol.1 Thn. XV November 2008,
dengan metode runge-kutta orde 4 menggunakan Andalas.
program matlab menunjukan sudut pemutusan Dibyo H. L., dan Suri A., 2012, ”Studi
melebihi dari sudut pemutusan kritis (δp > δk) Kestabilan Peralihan dengan Metoda
dengan nilai 207.2500 yang mestinya dibawah Kriteria Sama Luas”, Jurnal Teknika
atau sama dengan 97,78320. Vol.19 No.1 April 2012, Andalas.
Gross C.A., 1979, “Power System Analysis”,
5. KESIMPULAN John Wiley & Sons, New York.
Dari hasil perhitungan dan alalisis stabilitas Hanselman, D., dan B. Littlefield, 2000,
sistem tenaga listrik PLTU Sicanang Belawan ”Matlab Bahasa Komputasi Teknis”,
dengan metode runge-kutta orde 4 menggunakan Penerbit Andi, Yogyakarta.
program matlab didapatkan : L Bijang Nathaniel, 2012, “Analisa Waktu
1. Pemutusan pada detik 0.25 menunjukan Pemutusan Suatu Sistem Kelistrikan”,
sistem stabil karena grafik menunjukan Jurnal Ilmiah Sains Vol.12 No.2 Oktober
terjadinya ayunan. Besar sudut pemutusan 2012, Politeknik Negeri Manado.
kurang dari sudut pemutusan kritis (δp < δk) Ontosena Penangsang dan Sabar Setya Widayat.
dengan nilai 60,6230 dibawah atau sama 2001. “Alalisa Stabilitas Transient
dengan 97,78320. Multimesin Dengan Metode Extended
2. Pemutusan pada detik 0.35 menunjukan Equal Area Criterion”, PPs ITS Surabaya.
sistem stabil karena grafik menunjukan Priyadi A., Arjana G., dan Penangsang O., 2012,
terjadinya ayunan. Besar sudut pemutusan “Analisis Stabilitas Transient Pada Sistem
kurang dari sudut pemutusan kritis (δp < δk) Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan
dengan nilai 93.3010 dibawah atau sama Beban Non-Linear”, Jurnal Teknik
dengan 97,78320 POMITS Vol.1 No.1 2012 PP 1-6, ITS
3. Pemutusan pada detik 0.40 menunjukan Surabaya.
sistem tidak stabil karena grafik tidak Saadat Hadi, 1999, ”Power System Analysis”,
menunjukan terjadinya ayunan. Besar sudut Mc Graw Hill, New York.
sudut pemutusan melebihi dari sudut Scheid Francis, 1992, ”Analisis Numerik Teori
pemutusan kritis (δp > δk) dengan nilai dan Soal-Soal”, Erlangga, Jakarta.
111.3770 yang mestinya dibawah atau sama Stevenson W.D., 1996, ”Analisis Sistem Tenaga
dengan 97,78320. Listrik”, Erlangga, Jakarta.
4. Pemutusan pada detik 0.60 menunjukan Sudibya Bambang, 2009, “Penentuan Sudut
sistem tidak stabil karena grafik tidak Kritis Dan Waktu Kritis Pada Pembangkit
menunjukan terjadinya ayunan. Besar sudut Dengan Dua Generator”, Jurnal Litek
pemutusan melebihi dari sudut pemutusan Volume 6 Nomor 2, September 2009,
kritis (δp > δk) dengan nilai 207.2500 yang Jakarta.
mestinya dibawah atau sama dengan Sugiharto Aris, 2006, ”Pemrograman GUI
97,78320. dengan Matlab”, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Ulum Misbahul, 2007, ”Studi Stabilitas
DAFTAR PUSTAKA Transient Sistem Tenaga Listrik Dengan
Metode Kriteria Luas Sama Menggunakan
Cekdin Cekmas, 2006, ”Sistem Tenaga Listrik”, Matlab”, Skripsi, ITS Surabaya.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai