Kebijakan Penerapan Ruang Henti Khusus Sepeda Motor Sri Amelia
Kebijakan Penerapan Ruang Henti Khusus Sepeda Motor Sri Amelia
Sri Amelia
Puslitbang Jalan dan Jembatan - Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. A.H. Nasution No. 264 Bandung 40294
E-mail: sri.amelia@pusjatan.pu.go.id
Abstrak
Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi dengan populasi tinggi yang perlu diberi
kemudahan dalam menggunakan infrastruktur. Salah satu teknologi manajemen lalu lintas
dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan oleh sepeda motor khususnya di
persimpangan bersinyal, adalah implementasi Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor.
Kebutuhan akan kebijakan RHK sepeda motor didorong oleh beberapa isu diantaranya
ketidakberaturan kendaraan yang dapat menyebabkan kemacetan, tingginya tingkat konflik
yang melibatkan sepeda motor, serta belum tersedianya payung hukum untuk penerapan
teknologi lalu lintas RHK khususnya di persimpangan bersinyal. Hasil uji coba dan
implementasi RHK sepeda motor di beberapa kota besar di Indonesia memberikan gambaran
bahwa RHK berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus
kendaraan yang masuk persimpangan. Kajian kebijakan ini disusun untuk memberikan
kekuatan hukum terhadap pemberlakuan RHK sepeda motor dan menguatkan keberadaan
RHK dipersimpangan bersinyal.
PENDAHULUAN
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis, begitupun halnya jalan sebagai
bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung
kegiatan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Di Indonesia
sekarang ini adalah salah satu negara yang memiliki jumlah kepemilikan kendaraan bermotor yang
sangat tinggi, terutama sepeda motor. Hampir tiap orang di Indonesia memiliki satu sepeda motor
dan tidak heran jika dalam satu rumah terdapat lebih dari satu motor. Berdasarkan data Asosiasi
Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), jumlah sepeda motor di Indonesia di tahun 2015 sudah
menyentuh angka 80 juta unit. Masyarakat umum memilih moda tersebut karena sepeda motor
memiliki harga yang relatif lebih murah daripada kendaraan lainnya seperti mobil, ukuran yang
lebih efisien tidak perlu memerlukan tempat yang luas, penggunaan bahan bakar yang lebih irit,
pajak yang lebih murah, dan perawatan yang lebih mudah dan murah dibandingkan mobil.
Pola pergerakan sepeda motor cenderung tidak mengikuti lajur yang sama, akibatnya akan
mengganggu pergerakan kendaraan lain dan sangat berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas
yang tidak jarang berujung menjadi sebuah kecelakaan lalu lintas sehingga mempengaruhi kinerja
persimpangan bersinyal.
Untuk mengatasi penurunan kinerja di persimpangan bersinyal, maka perlu dilakukan
rekayasa lalulintas dengan cara memberikan fasilitas ruang henti khusus (RHK) sepeda motor.
Dengan RHK, penumpukan sepeda motor yang tidak beraturan di mulut-mulut persimpangan dan
pelanggaran aturan lalu lintas di persimpangan dapat diminimalisir. Pemisahan sepeda motor dari
kendaraan lain diharapkan mampu mengurangi hambatan yang berasal dari sepeda motor, sehingga
dapat meningkatkan arus lalu lintas yang dilewatkan pada waktu nyala hijau di persimpangan
bersinyal dan dapat memperbaiki kinerja di persimpangan bersinyal menjadi lebih tertib, aman, dan
lancar.
Pada uji coba eksperimen RHK diaplikasikan pertama kali dalam kurun waktu satu bulan
menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat konflik yang signifikan mencapai 71% di pagi hari
dan 61% di sore hari (Idris, 2007). Implementasi RHK telah dilakukan Puslitbang Jalan dan
Jembatan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada kurun waktu tersebut RHK telah
diimplementasikan di 5 kota besar, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar dan Tangerang. Dari
hasil yang diperoleh dari implementasi prototipe tersebut, diperoleh gambaran bahwa RHK sepeda
539
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
motor berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus kendaraan yang
masuk persimpangan.
Pokok Permasalahan
Salah satu teknologi manajemen lalu lintas dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan
oleh sepeda motor khususnya di persimpangan bersinyal adalah implementasi RHK. Guna
mendukung kebijakan tersebut, maka diperlukan suatu rekomendasi panduan bagi para
stakeholders dalam mengimplementasikan fasilitas RHK sepeda motor. Pemerintah terkait yang
berwewenang dalam pengambilan keputusan di bidang transportasi khususnya penanganan
permasalahan lalu lintas dapat mengadopsi dan melaksanakan dasar hukum ini, sehingga dalam
penyusunannya dibuat berupa suatu kajian kebijakan yang bersifat nasional.
Beberapa isu yang ditimbulkan dari tingginya pertumbuhan jumlah sepeda motor di
Indonesia adalah (1) ketidakberaturan kendaraan dapat menyebabkan kemacetan, (2) tingginya
tingkat konflik yang melibatkan sepeda motor, (3) belum tersedianya payung hukum untuk
menerapkan teknologi lalu lintas RHK guna meredam masalah yang ditimbulkan oleh sepeda
motor khususnya di persimpangan bersinyal.
540
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
persimpangan dengan APILL yang terdiri atas lampu tiga warna, yang mengacu pada
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014.
Selain dari perundangan/peraturan yang telah ada, Kementerian PUPR telah mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di Kawasan
Perkotaan untuk memberikan acuan kepada perencana, pelaksana dan pengawas dalam
541
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Sisipan Aturan
Peraturan Menteri Perhubungan, baik tentang marka maupun rambu lalu lintas tidak menyebutkan
secara jelas mengenai marka dan rambu RHK, sehingga diperlukan sisipan aturan untuk
menguatkan kebijakan penerapan RHK. Sisipan tersebut memuat tambahan-tambahan peraturan
yang mengakomodir aturan elemen-elemen RHK.
1 Perundangan/peraturan tentang marka
RHK memiliki marka area warna merah yang menandakan ruang pemberhentian khusus bagi
sepeda motor, karena itu diperlukan sisipan pada Peraturan Menteri untuk mengatur lebih
rinci tentang penggunaan marka merah untuk RHK sepeda motor selain penggunaan marka
merah pada Jalur Bus.
PENERAPAN RHK
Kriteria untuk perancangan RHK
Untuk merancang RHK sepeda motor, hendaknya mengikuti Surat Edaran Menteri PUPR
No 52/SE/M/2015. Sesuai dengan Pedoman tersebut, maka penerapan RHK harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
a. RHK ditempatkan di pendekat simpang dengan kelas jalan raya atau jalan sedang;
b. RHK merupakan ruang pemberhentian di pendekat simpang bersinyal yang merupakan
fasilitas bagi sepeda motor;
c. RHK hanya diaplikasikan pada pendekat simpang dengan jumlah lajur pendekat minimum dua
lajur per arah;
d. RHK hanya diaplikasikan pada persimpangan dengan APILL;
e. Kendaraan roda empat atau lebih berhenti di belakang area RHK pada saat nyala merah;
f. Apabila terdapat RHK sepeda, RHK sepeda motor berada di sebelah kanan RHK sepeda;
g. Bila diperlukan area RHK diperpanjang di lajur paling kiri yang berfungsi untuk menampung
banyaknya volume sepeda motor yang bergerak di lajur kiri.
Penelitian RHK dan penerapan ujicoba terbatas dimulai sejak tahun 2007. Kajian RHK dengan
penerapan prototipe RHK pada tahun 2011 telah dibangun di beberapa kota besar di Indonesia,
yaitu Bandung, Denpasar, Badung, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.
Hasil Implementasi
Kenaikan Penurunan Penurunan Tingkat
No Kota Tahun
Kapasitas Konflik Pelanggaran garis
Rata-rata Rata-rata henti Rata-rata
Bandung
1 (Simpang Laswi-Ahmad 2010 7% 47% 90%
Yani)
Bandung
2 2010 7% 41% 0%
(simpang Pasteur-Sukajadi)
3 Bali (Simpang Siur) 2010 2% 36% 85%
4 Bali (simpang Ubung) 2010 2% 45% 85%
542
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Tingkat keberhasilan penerapan RHK pada beberapa kota tersebut hasilnya berbeda-beda.
Efektivitas kinerja RHK di Bali dan Bekasi memiliki nilai rendah karena arus lalu lintas
persimpangan tersebut sudah sangat tinggi (VCR >0.85). Diperlukan solusi lain untuk mengatasi
permasalahan kemacetan, contohnya pembangunan Underpass Dewa Ruci yang kemudian
dibangun tahun 2013 lalu. Namun, dengan penerapan RHK sepeda motor, nilai penurunan tingkat
pelanggaran garis henti rata-rata relatif tinggi menjadi lebih rapi dan teratur.
543
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Gambar 2. Penerapan RHK Sepeda Motor di Jepara (kiri) dan Bandar Lampung (kanan)
Sumber: Dok. Dikyasa Polres Jepara dan Dok. Tribun Lampung
Permintaan Advis Teknis dan Pendampingan Penerapan RHK Sepeda Motor
Penerapan RHK banyak diminati oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
permintaan advis teknis dan pendampingan untuk memperoleh bantuan pendampingan dalam
menerapkan RHK yang mencakup pengenalan RHK, perancangan dimensi, perhitungan rencana
anggaran biaya hingga survei pendahuluan RHK. Beberapa pemerintah daerah tersebut diantaranya
adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas Perhubungan
Kota Pekanbaru, Dinas Perhubungan Kota Batam, Dinas Perhubungan Kota Labuan Bajo, dan
Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin.
UJI PUBLIK
Kegiatan uji publik dapat diartikan sebagai suatu proses pengujian atau sosialisasi kepada
pemangku kepentingan internal dan/atau eksternal dari draft standar/produk hukum sebelum
ditetapkan sebagai standar/produk hukum. Masyarakat/instansi penerima kebijakan dapat
mengetahui struktur draft dari sesuatu yang diuji publik dan juga dapat memberi saran atau kritik,
tentunya yang bersifat konstruktif. Beberapa cara uji publik yang telah dilakukan dalam penerapan
RHK adalah:
544
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
(1) Uji publik berupa wawancara dan sosialisasi mengenai ruang henti khusus (RHK) sepeda
motor telah dilakukan ke Dinas Perhubungan Kota yang telah mengimplementasikan RHK di
kotanya masing-masing. Dari wawancara kepada Dinas Perhubungan Bandung, Dinas
Perhubungan Bogor, Dinas Perhubungan Denpasar, Dinas Perhubungan Tangerang dan Dinas
Perhubungan Bekasi dapat ditarik kesimpulan yaitu:
a. Berdasarkan pengamatan dan tanggapan masyarakat, RHK sepeda motor dianggap efektif
untuk mengurangi konflik dan melancarkan lalu lintas serta merapikan antrian di
persimpangan.
b. Komponen dan aplikasi pendukung RHK sangat membantu keberhasilan RHK diantaranya
rambu dan Countdown.
c. Perencana di daerah tidak menemukan kendala selama proses pembangunan RHK, hal
tersebut menunjukkan bahwa pedoman yang telah disusun Puslitbang dapat diaplikasikan
dengan baik.
(2) Uji publik berupa pembagian kuesioner kepada pengendara sepeda motor dan kendaraan roda
empat atau lebih dilakukan di sekitar lokasi RHK. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 60
kuesioner yang mewakili pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih. Dari
hasil penyebaran kuesioner terhadap pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau
lebih dapat ditarik kesimpulan yaitu:
a. Diperlukan countdown pada persimpangan untuk menghindari pengendara roda empat
terjebak di area RHK dan menghalangi sepeda motor.
b. Sosialisasi yang berkelanjutan dapat memberikan informasi dan peringatan kepada
pengendara mengenai RHK sehingga penerapannya lebih efektif
(3) Uji Publik berupa kegiatan workshop dan pendampingan. Workshop tahunan dilakukan sejak
tahun 2011 dengan cara sosialisasi dan diskusi bersama beberapa dinas perhubungan daerah di
Indonesia. Kegiatan Pendampingan yaitu keterlibatan pihak Pusjatan yang diundang untuk
mendampingi pemerintah daerah dalam merencanakan RHK di daerah-daerah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian literatur untuk penyusunan dasar hukum RHK dan hasil uji coba
implementasi RHK, dapat direkomendasikan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Perlunya sisipan-sisipan untuk mengisi konten-konten yang kosong mengenai landasan hukum
tentang pengaturan RHK.
2. Dengan menerapkan RHK di Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Tangerang, Kota Bogor dan
Kota Denpasar serta Kabupaten Badung, dapat mereduksi konflik rata-rata 7% dan kapasitas
rata-rata sebesar 37%, serta penurunan tingkat pelanggaran (terhadap garis henti) rata-rata
sebesar 61%.
Berdasarkan hasil kajian dari literatur landasan penyusunan dan hasil uji coba implementasi
RHK, didapatkan rumusan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:
Pertama, perlunya dasar hukum implementasi RHK agar pemerintah daerah dapat
menerapkan RHK. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan pada kota-kota besar di Indonesia.,
RHK telah memberikan banyak manfaat, karena itu direkomendasikan untuk penerbitan payung
hukum berupa surat edaran dari Kementerian Perhubungan.
Kedua, RHK sepeda motor direkomendasikan untuk diimplementasikan pada kriteria
persimpangan dengan APILL dan ketentuan geometri dan teknis lainnya (pedoman Perencanaan
teknis ruang henti khusus (RHK) sepeda motor pada simpang bersinyal di kawasan perkotaan)
sebagai upaya mengatasi masalah di persimpangan. Kewenangan untuk membangun RHK
diberikan kepada dinas perhubungan daerah dengan mengacu kepada pedoman dan spesifikasi
yang telah ada.
545
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, S., 2009. Penyusunan DED Lajur Sepeda Motor pada Persimpangan dan Kajian Lajur
Sepeda Motor pada Ruas Jalan Arteri, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Bandung.
Amelia, S., 2010. Kajian dan Pengawasan Uji Skala Penuh Lajur Khusus Sepeda Motor di
Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Amelia, S., 2012. Perencanaan Ruang Henti Khusus Sepeda Motor. Naskah Ilmiah, Puslitbang
Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 06-4826-1998 Spesifikasi cat termoplastik pemantul
warna putih dan warna kuning untuk marka jalan (bentuk padat), Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 15-4839-1998, Spesifikasi manik-manik kaca (glass bead)
untuk marka jalan
British Standard EN 1871 : 2000, Road Marking Materials – Physical Properties
Idris, M., 2007, Pengembangan Standar Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan dan Persimpangan,
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Indonesia., 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Jakarta
Indonesia., 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Jakarta.
Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan.
Jakarta.
Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Jakarta.
Mulyadi, A., 2011, Kajian Lajur Khusus Sepeda Motor di Ruas Jalan Primer Perkotaan,
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di
Kawasan Perkotaan.
546