Anda di halaman 1dari 8

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

KEBIJAKAN PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR

Sri Amelia
Puslitbang Jalan dan Jembatan - Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. A.H. Nasution No. 264 Bandung 40294
E-mail: sri.amelia@pusjatan.pu.go.id

Abstrak
Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi dengan populasi tinggi yang perlu diberi
kemudahan dalam menggunakan infrastruktur. Salah satu teknologi manajemen lalu lintas
dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan oleh sepeda motor khususnya di
persimpangan bersinyal, adalah implementasi Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor.
Kebutuhan akan kebijakan RHK sepeda motor didorong oleh beberapa isu diantaranya
ketidakberaturan kendaraan yang dapat menyebabkan kemacetan, tingginya tingkat konflik
yang melibatkan sepeda motor, serta belum tersedianya payung hukum untuk penerapan
teknologi lalu lintas RHK khususnya di persimpangan bersinyal. Hasil uji coba dan
implementasi RHK sepeda motor di beberapa kota besar di Indonesia memberikan gambaran
bahwa RHK berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus
kendaraan yang masuk persimpangan. Kajian kebijakan ini disusun untuk memberikan
kekuatan hukum terhadap pemberlakuan RHK sepeda motor dan menguatkan keberadaan
RHK dipersimpangan bersinyal.

Kata kunci: Kebijakan, payung hukum, RHK sepeda motor

PENDAHULUAN
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis, begitupun halnya jalan sebagai
bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung
kegiatan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Di Indonesia
sekarang ini adalah salah satu negara yang memiliki jumlah kepemilikan kendaraan bermotor yang
sangat tinggi, terutama sepeda motor. Hampir tiap orang di Indonesia memiliki satu sepeda motor
dan tidak heran jika dalam satu rumah terdapat lebih dari satu motor. Berdasarkan data Asosiasi
Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), jumlah sepeda motor di Indonesia di tahun 2015 sudah
menyentuh angka 80 juta unit. Masyarakat umum memilih moda tersebut karena sepeda motor
memiliki harga yang relatif lebih murah daripada kendaraan lainnya seperti mobil, ukuran yang
lebih efisien tidak perlu memerlukan tempat yang luas, penggunaan bahan bakar yang lebih irit,
pajak yang lebih murah, dan perawatan yang lebih mudah dan murah dibandingkan mobil.
Pola pergerakan sepeda motor cenderung tidak mengikuti lajur yang sama, akibatnya akan
mengganggu pergerakan kendaraan lain dan sangat berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas
yang tidak jarang berujung menjadi sebuah kecelakaan lalu lintas sehingga mempengaruhi kinerja
persimpangan bersinyal.
Untuk mengatasi penurunan kinerja di persimpangan bersinyal, maka perlu dilakukan
rekayasa lalulintas dengan cara memberikan fasilitas ruang henti khusus (RHK) sepeda motor.
Dengan RHK, penumpukan sepeda motor yang tidak beraturan di mulut-mulut persimpangan dan
pelanggaran aturan lalu lintas di persimpangan dapat diminimalisir. Pemisahan sepeda motor dari
kendaraan lain diharapkan mampu mengurangi hambatan yang berasal dari sepeda motor, sehingga
dapat meningkatkan arus lalu lintas yang dilewatkan pada waktu nyala hijau di persimpangan
bersinyal dan dapat memperbaiki kinerja di persimpangan bersinyal menjadi lebih tertib, aman, dan
lancar.
Pada uji coba eksperimen RHK diaplikasikan pertama kali dalam kurun waktu satu bulan
menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat konflik yang signifikan mencapai 71% di pagi hari
dan 61% di sore hari (Idris, 2007). Implementasi RHK telah dilakukan Puslitbang Jalan dan
Jembatan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada kurun waktu tersebut RHK telah
diimplementasikan di 5 kota besar, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar dan Tangerang. Dari
hasil yang diperoleh dari implementasi prototipe tersebut, diperoleh gambaran bahwa RHK sepeda

539
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

motor berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus kendaraan yang
masuk persimpangan.

Pokok Permasalahan
Salah satu teknologi manajemen lalu lintas dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan
oleh sepeda motor khususnya di persimpangan bersinyal adalah implementasi RHK. Guna
mendukung kebijakan tersebut, maka diperlukan suatu rekomendasi panduan bagi para
stakeholders dalam mengimplementasikan fasilitas RHK sepeda motor. Pemerintah terkait yang
berwewenang dalam pengambilan keputusan di bidang transportasi khususnya penanganan
permasalahan lalu lintas dapat mengadopsi dan melaksanakan dasar hukum ini, sehingga dalam
penyusunannya dibuat berupa suatu kajian kebijakan yang bersifat nasional.
Beberapa isu yang ditimbulkan dari tingginya pertumbuhan jumlah sepeda motor di
Indonesia adalah (1) ketidakberaturan kendaraan dapat menyebabkan kemacetan, (2) tingginya
tingkat konflik yang melibatkan sepeda motor, (3) belum tersedianya payung hukum untuk
menerapkan teknologi lalu lintas RHK guna meredam masalah yang ditimbulkan oleh sepeda
motor khususnya di persimpangan bersinyal.

LANDASAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN RHK


Landasan penyusunan kebijakan implementasi RHK diantaranya adalah Undang-Undang
No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi nasional yang
diselenggarakan atas asas kemanfaatan, asas keamanan, asas keserasian, asas keadilan, asas
transparansi, asas keberdayagunaan, serta asas kebersamaan dan kemitraan. Asas tersebut
diharapkan dapat melayani kepentingan umum dan dapat mengakomodir semua kepentingan
masyarakat, meliputi pengguna sepeda motor yang sedang populer di masyarakat.
Aspek legal lainnya yang terkait dengan RHK adalah Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32
Tahun 2011, tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan
Lalu Lintas. Peraturan rambu yang menjadi komponen pendukung RHK mengacu pada Peraturan
Menteri No 13 Tahun 2014.
Lingkup peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kebijakan penerapan RHK
Sepeda Motor adalah

1. Perundangan/peraturan tentang jalan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan.
Dalam pasal 14 ayat 1 dan 2 tercantum bahwa (1) wewenang Pemerintah dalam
penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan
jalan nasional. (2) Wewenang penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan
jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan.
Puslitbang Jalan dan Jembatan merupakan bagian dari pemerintah yang bertugas dalam
penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan penyelenggaraan perumusan standar
bidang jalan dan jembatan memiliki fungsi pelayanan teknis, perumusan dan penerapan
standar, pelaksanaan diseminasi dan pengembangan informasi litbang, layanan advis teknis
bidang jalan dan jembatan. Karena itu, sebagai Lembaga Penelitian yang melakukan
pembinaan secara sains dan memberikan masukan-masukan terkait dengan pengaturan lalu
lintas diatas jalan, salah satunya adalah pengembangan teknologi rekayasa konflik di
persimpangan dengan penerapan RHK sepeda motor.

2. Perundangan/peraturan tentang lalu lintas


a. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL).
RHK merupakan sebuah fasilitas yang memberikan ruang bagi sepeda motor di depan
antrian pada persimpangan bersinyal pada saat fase merah. Ketentuan umum dalam
perencanaan RHK menyatakan bahwa implementasi RHK hanya dapat diaplikasikan pada

540
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

persimpangan dengan APILL yang terdiri atas lampu tiga warna, yang mengacu pada
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011, tentang Manajemen


dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Pada pasal 7 mengenai manajemen dan rekayasa disebutkan bahwa kementerian
bertanggung jawab di bidang jalan yang meliputi geometrik jalan dan persimpangan,
struktur dan kondisi jalan, perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
pengguna jalan dan bangunan pelengkap jalan, lokasi potensi kecelakaan dan kemacetan
lalu lintas dan penggunaan bagian jalan selain peruntukannya.
Berasaskan pada tanggung jawab menteri pada bidang persimpangan serta lokasi
potensi kecelakaan dan kemacetan, maka perlu segera dicari solusi penanggulangan. Hal
yang harus dilakukan diantaranya adalah dengan meminimalkan waktu tunggu di
persimpangan dengan cara meningkatkan arus lalu lintas pada saat nyala hijau, serta
mengurangi kecelakaan dengan menekan potensi konflik. RHK sepeda motor adalah salah
satu teknologi manajemen lalu lintas di persimpangan bersinyal yang diharapkan dapat
memperbaiki kinerja lalu lintas menjadi lebih teratur, tertib dan lancar serta mengurangi
konflik.

3. Perundangan/peraturan tentang marka


Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.
Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun pengguna
jalan dalam berlalu lintas. Pada pasal 4 ayat 1(c), disebutkan bahwa marka jalan dapat
berwarna merah, selanjutnya pada ayat 4 menyatakan bahwa marka warna merah menyatakan
keperluan atau tanda khusus.

4. Perundangan/peraturan tentang rambu lalu lintas


Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
Pada penerapan RHK dibutuhkan rambu petunjuk untuk sepeda motor yang memberikan
informasi pada pesepeda motor supaya menempati area RHK yang telah disediakan. Rambu
tersebut diletakkan pada lokasi awal atau sebelum area RHK di persimpangan.

Kesiapan aturan teknis yang mendukung kebijakan RHK adalah:


a. SNI 06-4826-1998, Spesifikasi Cat Termoplastik Pemantul Warna Putih dan Warna Kuning
untuk Marka Jalan (Bentuk Padat)
Marka melintang garis henti sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih dan marka
membujur garis tepi. menggunakan cat marka thermoplastik warna putih. Persyaratan
mengenai sifat fisik marka tersebut, seperti berat jenis, warna, daya lekat, waktu pengeringan,
ketahanan terhadap retak dan lainnya merujuk pada SNI 06-4826-1998.
b. SNI 15-4839-1998, Spesifikasi Manik-Manik Kaca (Glass Bead) untuk Marka Jalan.
Marka putih untuk cat thermoplastik dan cat coldplastik pada RHK harus diberikan campuran
butiran kaca yang transparan, bersih, berwarna, bulat licin dan bebas dari lemak dan
gelembung, serta mempunyai persyaratan sifat fisik seperti bentuk, lolos saringan dan lainnya
sesuai dengan SNI 15-4839-1998.
c. British Standard EN 1871 : 2000, Road Marking Materials – Physical Properties.
Desain konstruksi RHK mempunyai logo sepeda motor, marka melintang garis henti atau pun
marka membujur garis tepi dengan jenis cat coldplastik. Cat marka tersebut harus sesuai
dengan persyaratan ketebalan dan faktor luminansi yang diuji dengan standar BS EN 1871 :
2000.

Selain dari perundangan/peraturan yang telah ada, Kementerian PUPR telah mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di Kawasan
Perkotaan untuk memberikan acuan kepada perencana, pelaksana dan pengawas dalam

541
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

perancangan RHK sebagai bentuk penanganan terhadap penumpukan sepeda motor di


persimpangan.

Sisipan Aturan
Peraturan Menteri Perhubungan, baik tentang marka maupun rambu lalu lintas tidak menyebutkan
secara jelas mengenai marka dan rambu RHK, sehingga diperlukan sisipan aturan untuk
menguatkan kebijakan penerapan RHK. Sisipan tersebut memuat tambahan-tambahan peraturan
yang mengakomodir aturan elemen-elemen RHK.
1 Perundangan/peraturan tentang marka
RHK memiliki marka area warna merah yang menandakan ruang pemberhentian khusus bagi
sepeda motor, karena itu diperlukan sisipan pada Peraturan Menteri untuk mengatur lebih
rinci tentang penggunaan marka merah untuk RHK sepeda motor selain penggunaan marka
merah pada Jalur Bus.

2 Perundangan/peraturan tentang rambu lalu lintas


Diperlukan sisipan rambu perintah sepeda motor menempati RHK di persimpangan, dengan
jenis rambu perintah dengan kata-kata. Sisipan tersebut ditambahkan pada Peraturan Menteri
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas Lampiran Tabel IV Bentuk, Lambang,
Warna, Arti, Ukuran Daun Rambu, serta Ukuran dan Jenis Huruf, Angka, dan Simbol Rambu
Perintah.

PENERAPAN RHK
Kriteria untuk perancangan RHK
Untuk merancang RHK sepeda motor, hendaknya mengikuti Surat Edaran Menteri PUPR
No 52/SE/M/2015. Sesuai dengan Pedoman tersebut, maka penerapan RHK harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu:
a. RHK ditempatkan di pendekat simpang dengan kelas jalan raya atau jalan sedang;
b. RHK merupakan ruang pemberhentian di pendekat simpang bersinyal yang merupakan
fasilitas bagi sepeda motor;
c. RHK hanya diaplikasikan pada pendekat simpang dengan jumlah lajur pendekat minimum dua
lajur per arah;
d. RHK hanya diaplikasikan pada persimpangan dengan APILL;
e. Kendaraan roda empat atau lebih berhenti di belakang area RHK pada saat nyala merah;
f. Apabila terdapat RHK sepeda, RHK sepeda motor berada di sebelah kanan RHK sepeda;
g. Bila diperlukan area RHK diperpanjang di lajur paling kiri yang berfungsi untuk menampung
banyaknya volume sepeda motor yang bergerak di lajur kiri.

Penelitian RHK dan penerapan ujicoba terbatas dimulai sejak tahun 2007. Kajian RHK dengan
penerapan prototipe RHK pada tahun 2011 telah dibangun di beberapa kota besar di Indonesia,
yaitu Bandung, Denpasar, Badung, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.

Tabel 1. Hasil Penerapan Prototipe RHK

Hasil Implementasi
Kenaikan Penurunan Penurunan Tingkat
No Kota Tahun
Kapasitas Konflik Pelanggaran garis
Rata-rata Rata-rata henti Rata-rata
Bandung
1 (Simpang Laswi-Ahmad 2010 7% 47% 90%
Yani)
Bandung
2 2010 7% 41% 0%
(simpang Pasteur-Sukajadi)
3 Bali (Simpang Siur) 2010 2% 36% 85%
4 Bali (simpang Ubung) 2010 2% 45% 85%

542
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

5 Tangerang 2011 21% 35% 75%


6 Bekasi 2011 5% 23% 26%
7 Bogor 2011 5% 30% 65%
Sumber: hasil analisis 2011

Tingkat keberhasilan penerapan RHK pada beberapa kota tersebut hasilnya berbeda-beda.
Efektivitas kinerja RHK di Bali dan Bekasi memiliki nilai rendah karena arus lalu lintas
persimpangan tersebut sudah sangat tinggi (VCR >0.85). Diperlukan solusi lain untuk mengatasi
permasalahan kemacetan, contohnya pembangunan Underpass Dewa Ruci yang kemudian
dibangun tahun 2013 lalu. Namun, dengan penerapan RHK sepeda motor, nilai penurunan tingkat
pelanggaran garis henti rata-rata relatif tinggi menjadi lebih rapi dan teratur.

Gambar 1. Penerapan RHK sepeda motor di Kota Bandung (Pusjatan, 2010)


Pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi teknologi RHK telah dilakukan di seluruh Indonesia.
Hingga saat ini teknologi RHK sudah banyak diterapkan secara mandiri (pendanaan APBD) di
Pulau Jawa dan Sumatera.

Tabel 2. Lokasi Penerapan Mandiri Teknologi RHK


No Kota Tahun Penerapan
1 Denpasar
2013
2 Bandung
3 Palembang 2014
4 Medan
5 Semarang
6 Purwokerto
2015
7 Jepara
8 Kudus
9 Cirebon
10 Bandar Lampung 2016

543
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Gambar 2. Penerapan RHK Sepeda Motor di Jepara (kiri) dan Bandar Lampung (kanan)
Sumber: Dok. Dikyasa Polres Jepara dan Dok. Tribun Lampung
Permintaan Advis Teknis dan Pendampingan Penerapan RHK Sepeda Motor
Penerapan RHK banyak diminati oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
permintaan advis teknis dan pendampingan untuk memperoleh bantuan pendampingan dalam
menerapkan RHK yang mencakup pengenalan RHK, perancangan dimensi, perhitungan rencana
anggaran biaya hingga survei pendahuluan RHK. Beberapa pemerintah daerah tersebut diantaranya
adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas Perhubungan
Kota Pekanbaru, Dinas Perhubungan Kota Batam, Dinas Perhubungan Kota Labuan Bajo, dan
Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin.

Inisiatif Implementasi RHK oleh Dinas Perhubungan


Selain hasil monitoring uji coba RHK yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan,
kepuasan terhadap RHK dapat diamati dari tingginya antusiasme pemerintah daerah dan kepuasan
masyarakat mengenai RHK. Kedisiplinan pengendara sepeda motor mengisi RHK dan kendaraan
roda empat untuk tidak menempati RHK membuat persimpangan menjadi lebih teratur. Hal
tersebut menjadi salah satu alasan Dinas Perhubungan Kota berinisiatif untuk membangun RHK
dari pendanaan masing-masing daerah.

Kendala Keberhasilan Penerapan RHK Sepeda Motor


Dari hasil monitoring dan evaluasi implementasi RHK sepeda motor berbagai kota besar
yaitu, Bandung, Denpasar, Tangerang, Bogor dan Bekasi, didapatkan beberapa permasalahan
dalam penerapan RHK sepeda motor, yaitu
a. Kondisi volume lalu lintas melebihi kapasitas
Pada kondisi lalu lintas yang sangat padat, sehingga arus lalu lintas banyak mengalami kemacetan,
kondisi ini dapat menyebabkan RHK tidak berfungsi efektif. Rekomendasi untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan meningkatkan kapasitas persimpangan tersebut, misalnya melebarkan
dimensi persimpangan, meningkatkan pengaturan lalulintas, membuat fly over, dan lainnya.
b. Perilaku pengendara kendaraan bermotor
Permasalahan yang terjadi adalah masih adanya pengendara kendaraan roda empat yang berhenti di
area RHK, sehingga menghalangi sepeda motor yang akan memasuki area RHK, serta perilaku
pengendara sepeda motor yang melewati marka melintang garis henti masih kerap terjadi. Solusi
ang direkomendasikan untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan memberikan sosialisasi
tentang rambu-rambu dan marka lalu lintas khususnya tentang RHK.

UJI PUBLIK
Kegiatan uji publik dapat diartikan sebagai suatu proses pengujian atau sosialisasi kepada
pemangku kepentingan internal dan/atau eksternal dari draft standar/produk hukum sebelum
ditetapkan sebagai standar/produk hukum. Masyarakat/instansi penerima kebijakan dapat
mengetahui struktur draft dari sesuatu yang diuji publik dan juga dapat memberi saran atau kritik,
tentunya yang bersifat konstruktif. Beberapa cara uji publik yang telah dilakukan dalam penerapan
RHK adalah:

544
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

(1) Uji publik berupa wawancara dan sosialisasi mengenai ruang henti khusus (RHK) sepeda
motor telah dilakukan ke Dinas Perhubungan Kota yang telah mengimplementasikan RHK di
kotanya masing-masing. Dari wawancara kepada Dinas Perhubungan Bandung, Dinas
Perhubungan Bogor, Dinas Perhubungan Denpasar, Dinas Perhubungan Tangerang dan Dinas
Perhubungan Bekasi dapat ditarik kesimpulan yaitu:
a. Berdasarkan pengamatan dan tanggapan masyarakat, RHK sepeda motor dianggap efektif
untuk mengurangi konflik dan melancarkan lalu lintas serta merapikan antrian di
persimpangan.
b. Komponen dan aplikasi pendukung RHK sangat membantu keberhasilan RHK diantaranya
rambu dan Countdown.
c. Perencana di daerah tidak menemukan kendala selama proses pembangunan RHK, hal
tersebut menunjukkan bahwa pedoman yang telah disusun Puslitbang dapat diaplikasikan
dengan baik.

(2) Uji publik berupa pembagian kuesioner kepada pengendara sepeda motor dan kendaraan roda
empat atau lebih dilakukan di sekitar lokasi RHK. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 60
kuesioner yang mewakili pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih. Dari
hasil penyebaran kuesioner terhadap pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau
lebih dapat ditarik kesimpulan yaitu:
a. Diperlukan countdown pada persimpangan untuk menghindari pengendara roda empat
terjebak di area RHK dan menghalangi sepeda motor.
b. Sosialisasi yang berkelanjutan dapat memberikan informasi dan peringatan kepada
pengendara mengenai RHK sehingga penerapannya lebih efektif
(3) Uji Publik berupa kegiatan workshop dan pendampingan. Workshop tahunan dilakukan sejak
tahun 2011 dengan cara sosialisasi dan diskusi bersama beberapa dinas perhubungan daerah di
Indonesia. Kegiatan Pendampingan yaitu keterlibatan pihak Pusjatan yang diundang untuk
mendampingi pemerintah daerah dalam merencanakan RHK di daerah-daerah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian literatur untuk penyusunan dasar hukum RHK dan hasil uji coba
implementasi RHK, dapat direkomendasikan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Perlunya sisipan-sisipan untuk mengisi konten-konten yang kosong mengenai landasan hukum
tentang pengaturan RHK.
2. Dengan menerapkan RHK di Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Tangerang, Kota Bogor dan
Kota Denpasar serta Kabupaten Badung, dapat mereduksi konflik rata-rata 7% dan kapasitas
rata-rata sebesar 37%, serta penurunan tingkat pelanggaran (terhadap garis henti) rata-rata
sebesar 61%.

Berdasarkan hasil kajian dari literatur landasan penyusunan dan hasil uji coba implementasi
RHK, didapatkan rumusan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:
Pertama, perlunya dasar hukum implementasi RHK agar pemerintah daerah dapat
menerapkan RHK. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan pada kota-kota besar di Indonesia.,
RHK telah memberikan banyak manfaat, karena itu direkomendasikan untuk penerbitan payung
hukum berupa surat edaran dari Kementerian Perhubungan.
Kedua, RHK sepeda motor direkomendasikan untuk diimplementasikan pada kriteria
persimpangan dengan APILL dan ketentuan geometri dan teknis lainnya (pedoman Perencanaan
teknis ruang henti khusus (RHK) sepeda motor pada simpang bersinyal di kawasan perkotaan)
sebagai upaya mengatasi masalah di persimpangan. Kewenangan untuk membangun RHK
diberikan kepada dinas perhubungan daerah dengan mengacu kepada pedoman dan spesifikasi
yang telah ada.

545
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Badan Litbang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Bapak Drs. Muhammad Idris, MT.
dan Puzy Prawira, ST. yang telah mendukung dalam penulisan makalah sampai dengan diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, S., 2009. Penyusunan DED Lajur Sepeda Motor pada Persimpangan dan Kajian Lajur
Sepeda Motor pada Ruas Jalan Arteri, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Bandung.
Amelia, S., 2010. Kajian dan Pengawasan Uji Skala Penuh Lajur Khusus Sepeda Motor di
Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Amelia, S., 2012. Perencanaan Ruang Henti Khusus Sepeda Motor. Naskah Ilmiah, Puslitbang
Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 06-4826-1998 Spesifikasi cat termoplastik pemantul
warna putih dan warna kuning untuk marka jalan (bentuk padat), Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 15-4839-1998, Spesifikasi manik-manik kaca (glass bead)
untuk marka jalan
British Standard EN 1871 : 2000, Road Marking Materials – Physical Properties
Idris, M., 2007, Pengembangan Standar Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan dan Persimpangan,
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Indonesia., 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Jakarta
Indonesia., 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Jakarta.
Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan.
Jakarta.
Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Jakarta.
Mulyadi, A., 2011, Kajian Lajur Khusus Sepeda Motor di Ruas Jalan Primer Perkotaan,
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di
Kawasan Perkotaan.

546

Anda mungkin juga menyukai