Anda di halaman 1dari 5

Tarsal Tunnel Syndrome

Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Mahadewa, M.Kes, Sp.BS(K) Spinal


dr Joshua Sutikno

Pendahuluan
Sindroma terowongan tarsal (tarsal tunnel syndrome/TTS) biasanya disebut disfungsi
saraf tibia, sindroma kompresi tarsal, atau neuralgia saraf tibia posterior. Ini adalah suatu
penyakit neuropati yang berhubungan dengan terjempitnya struktur di dalam terowongan tarsal.
Penyakit ini mrip dengan carpal tunnel syndrome/CTS yaitu penjepitan di struktur pergelangan
tangan. Namun angka kejadian jauh berbeda, TTS merupakan kasus yang jarang terjadi.
Kejadian penjepitan di terowongan tarsal adalah penjepitan yang tidak biasa pada ankle.
Angka kejadian TTS masih sedikit dipublikasikan dalam jurnal, karena sebagian besar penyakit
ini tidak terdiagnosis dengan baik. Belum ada preferensi usia yang menjadi laporan epidemiologi
yang dilaporkan. Pasien paling sering dengan riwayat stress di area ankle [2].
TTS juga biasa disebut dengan penjepitan saraf tibalis posterior pada ankle [2]. Secara
anatomi, TTS terjadi karena adanya penjepitan di ruangan fibro-osseus di bagian belakang dan
inferior dari malleolus media [1]. Di dalam tarsal tunel terdapat tendon posterior tibialis, flexor
digitorum longus m., flexor hallucis longus m. arteri vena tibia posterior dan saraf tibialis
posterior (pada gambar 1A) [1].

Tanda dan Gejala


Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini biasanya nyeri di atas terowongan tarsal yang
menjalar ke telapak dan arch foot. Pasien biasanya mengeluh nyeri tajam di kaki, kesemutan di
permukaan telapak kaki sesuai inervasi saraf tibia posterior [1]. Nyeri ini bertambah dengan
gerakan plantarfleksi dan dorsofleksi, memburuk saat malam, dan saat aktifitas. Diestesia atau
nyeri dengan sentuhan kulit dapat muncul terutama saat malam hari dan sangat mengganggu
tidur pasien.
Pemeriksaan yang ditemukan seperti pes planus atau telapak kaki tampak datar, kaki
yang terpronasi, dan talipes equinovarus atau bentuk kaki yang memutar bagian dalam. Pada
beberapa kasus kronik, muncul tanda-tanda atropi otot kaki bagian dalam dan kontraktur [1].
Saat berjalan tampak kelainan seperti kaki mengarah kedalam atau pronasi saat mengayunkan
kaki, serta kesakitan saat menapakkan kaki. Pada pemeriksaan tinnel pada terowongan tarsal
akan menyebabkan rasa nyeri yang menjalar dan rasa seperti kejutan listrik sesuai area yang
dipersarafi.

Etiologi
Penyebab dari penjepitan ini dibagi menjadifaktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor
ekstrinsik sepatu yang terlalu ketat, cedera, kelainan anatomi, dan skar paska operasi. Sedangkan
faktor intrinsiknya tendinopati, tenosynovitis, atau efek masa di terowongan tersebut. Dari semua
kasus yang ditemukkan, sebanyak 43% dikarena cedera sebelumnya. Penyebab rasa tidak
nyaman di area kaki karena adanya penjepitan di saraf tibialis posterior atau kedua cabang
sarafnya [1].

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi X-ray dilakukan untuk memastikan adanya kelainan anatomi pada
area ankle dan tulang-tulang telapak kaki. Magnetic resonance imaging/MRI tidak sensitif untuk
menegakkan diagnosis TTS namun dapat menyingkirkan diagnosis tendinitis, tenosinovisitis,
lipoma dan kelainan anatomi lainnya. Ultrasonografi dapat diguakan untuk memastikan kelainan
pada jaringan lunak dan bifurkasi saraf [1]. Elektromyografi/EMG dan nerve conduction studies/
NCS biasanya mengalami kelainan pada pasien dengan TTS. Hasil dari pemeriksaan ini akan
lebih tampak kelainan sensorik daripada motorik [1].

Tatalaksana
Tatalaksana pada pasien TTS dapat dilakukan operatif atau non-operatif. Keputusan
untuk dilakukan Tindakan operasi mempertimbangkan penyebab dari penyakit, derajat
penurunan fungsi, dan adanya tanda-tanda atrofi otot. Terapi non-operatif dapat dilakukan
terlebih dahulu pada pasien dengan gejala nyeri saja. Pemberian non-steroidal anti-inflammatory
drug (NSAID) dan obat neuropaty (seperti gabapentin, pregabalin, dll) dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri, peradangan, dan stres pada jaringan [1,2].
Terapi pembedahan dapat direncanakan bila terapi obat-obatan tidan memberikan hasil
yang memuaskan atau penyebab penjepitan saraf sudah dapat diidentifikasi dengan pasti.
Pembedahan dilakukan dengan melonggarkan flexor retinaculum. Keberhasilan dari Tindakan
pembedahan bervariasi antara 44% - 96%. Pasien muda dengan etiologi jelas dan diagnosis awal
memberikan angka keberhasilan yang cukup tinggi [1].
Terapi minimal invasif yang dapat dilakukan pada TTS adalah cryosurgery dan pulsed
radiofrequency. Hasil penggunaan cryosurgery pada pasien TTS cukup memuaskan namun ada
beberapa studi menyebutkan hasil tidak signifikan. Karena ini merupakan terapi minimal invasif
maka tidak ada salahnya jika diberikan pada pasien. Sedangkan terapi pulsed radiofrequency
cukup memberikan hasil signifikan pada perbaikan nyeri secara signifikan pada beberapa
penelitian. Disebutkan bahwa angka nyeri berkurang selama kurang lebih 8-12 bulan setelah
pemberian 2 kali radiofrequency [2]. Penggunaan strap kinesiologi dapat mendukung arch dan
menurunkan stres biokemikal [1].

A B

Gambar 1A. Secara anatomi lokasi dimana saraf dan arteri tibia posterior. B.
Pembedahan dilakukan dengan melonggarkan ligament fleksor retinaculum.

Referensi
1. Kiel J, Kaiser K. Tarsal Tunnel Syndrome. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513273/
2. Vij, N., Kaley, H. N., Robinson, C. L., Issa, P. P., Kaye, A. D., Viswanath, O., & Urits, I.
(2022). Clinical Results Following Conservative Management of Tarsal Tunnel
Syndrome Compared With Surgical Treatment: A Systematic Review. Orthopedic
Reviews, 14(3).
3. Gültaç, E., Kılınç, B., Kılınç, C. Y., Yücens, M., Aydogan, N. H., & Öznur, A. (2020).
Comparison of tunnel ligament release instrument assisted minimally open surgery and
conventional open surgery in the treatment of tarsal tunnel syndrome. Journal of
Orthopaedic Surgery, 28(3), 2309499020971868.

Anda mungkin juga menyukai