Tiga Karakter Tanaman Jagung
Tiga Karakter Tanaman Jagung
Fathan Muhadjir
Balai Pen eli tian Tan aman Pangan Bogor
PENDAHULUAN
Batang
Daun
Bunga
Biji
Morfologi Biji
Kulit biji merupakan bagian dari biji yang terdiri dari dua lapis
sel yang menyelubungi biji yang disebut integumen. Pada biji yang
telah masak, dinding sel telur (perikarp) melekat sangat erat pada
kulit biji, sehingga perikarp dan kulit biji ini seolah-olah merupakan
selaput tunggal. Kulit biji dan perikarp yang bersatu dan merupakan
satu lapisan disebut hull yang merupakan ciri khas dari tanaman
rumput-rumputan. Embrio dan endosperm yang merupakan sumber
makanan terdiri dari dua bagian yaitu eksternal dan internal. Bagian
eksternal adalah endosperm, sedangkan bagian internal terdapat
pada kotiledon atau skutellum. Skutellum merupakan penghubung
yang terletak di bagian tengah kotiledon. Pada umumnya endosperm
terdiri dari dua macam yaitu endosperm lunak dan endosperm keras.
Kotiledon diselubungi oleh lapisan sel-sel tipis yang disebut
epithelium yang terletak di antara kotiledon dan endosperm. Koleoptil
adalah calon daun yang berfungsi untuk penetrasi ke atas permukaan
tanah selama proses perkecambahan (13, 14).
Tabel 1. Tipe-tipe jagung serta sifat-sifatnya.
Tipe jagung Sifat-sifat
Jagung Gigi Kuda Biji berbentuk gigi, pati yang keras menyelu-
(Dent corn) bungi pati yang lunak sepanjang tepi biji tetapi
Zea mays indentata tidak sampai ke ujung.
Jagung Mutiara Biji sangat keras, pati yang lunak sepenuhnya
(Flint corn) diselubungi oleh pati yang keras, tahan terha-
Zea mays indurata dap serangan hama gudang.
PERTUMBUHAN
Perkecambahan
Tabel 2. Lanjutan
Kode stadium Keterangan
Stadia 5,0 Rambut-rambut mulai muncul, polen mulai terbentuk,
daun dan bunga jantan telah sempurna, pemanjangan
ruas-ruas batang terhenti, tangkai tongkol dan kelobot
mendekati pertumbuhan penuh, seluruh rambut akan
terus memanjang sampai saat dibuahi.
Stadia 6,0 Disebut stadia blister; tongkol, kelobot dan janggel telah
sempurna, pati mulai diakumulasi ke endosperm, bobot
kering biji meningkat dan akan berlangsung sampai
stadia 9,0.
Stadia 7,0 Disebut stadia masak susu (dough), biji berkembang
dengan cepat, pembelahan sel pada lapisan epidermis
dari epidermis terhenti.
Stadia 8,0 Stadia pembentukan biji, beberapa biji mulai sempurna
terbentuk, di dalam embryo, radikal, calon daun dan
calon akar seminal mulai terbentuk.
Stadia 9,0 Seluruh biji sudah sempurna terbentuk, embryo sudah
masak, akumulasi bahan kering dalam biji akan segera
terhenti.
Stadia 10,0 Stadia masak fisiologis, akumulasi bahan kering sudah
terhenti, kadar air dalam biji menurun, kelobot luar
mulai me¬ngering.
Indeks Luas daun (ILD) merupakan rasio luas daun per satuan
luas tanah. Jumlah sinar yang menembus permukaan daun pada
suatu nilai ILD tergantung pada pola susunan daun (21, 24). Daun
mempunyai peranan yang penting dalam penyerapan radiasi surya
dan variasi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dapat dikaji
melalui ILD, sudut daun, dan kerapatan daun. Ketiga faktor ini
berhubungan dengan bentuk pertanaman di lapang yang dapat
dikaitkan dengan pengaturan populasi tanaman. Menurut hasil
penelitian, apabila ILD jagung lebih besar dari 3.0 maka 95 % sinar
surya diserap, dan apabila lebih besar dari 5,0 maka penyerapan
menurun karena daun saling menutupi <26). Indeks luas daun
dapat ditingkatkan nilainya dengan berbagai cara, misalnya
dengan meningkatkan populasi tanaman dan pemupukan nitrogen
(11). Hasil penelitian populasi tanaman dan pemupukan N pada
varietas Harapan menunjukkan bahwa dengan populasi 62.500
tanaman/ha dipupuk dengan 120 kg N + 60 kg P2O5 + 60 kg K2O
per hektar memberikan nilai 1LD 4,20. Dengan ILD 4,20 ini
varietas Harapan memberi hasil biji kering sebesar 4,67-ton/ha
(17).
Indeks panen (IP) adalah rasio hasil bobot kering yang bernilai. eko-
nomi (biji) dengan hasil bobot kering total tanaman. lndeks panen untuk
jagung yang pernah diteliti di daerah beriklim sedang mempunyai kisaran
antara 0,50-0,56 (4, 23). Hasil penelitian dari Balai Penelitian Tanaman
pangan Bogor, IP untuk jagung tropis sekitar 0,39 (17). Beberapa sif at
tanaman jagung di daerah tropis seperti rendahnya ILD, rendahnya hasil
biji dengan total bahan kering yang relatif tinggi menyebabkan rendahnya
IP.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aldrich, S.R. and E.R. Leng. 1972. Modern corn production. F & W
Publ. Corp., USA.
2. Bland, B.F. 1980. Crop production cereal and legumes. Academic
Press Inc., New York.
3. Carlson, S.P. 1980. The biology of crop productivity. Academic Press
Inc., New York.
4. Daynard, T.B., J.W. Tanner, and D.J. Hume. 1969.
Contribution of stalk soluble carbohydrates to grain yield of
corn (Zea mays L.). Crop. Sci. 9: 831-834.
5. Effendi, S. 1982. Bercocok tanam jagung. C.V. Yasa Guna,
Jakarta.
6. Fischer, K.S., and A.F.E. Palmer. 1984. Tropical maize.
International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT),
Mexico.
7. Franke, G. 1981. Mais (Zea mays L.). In Nutzpflanzen der Tropen and
Subtropen. Band II: 70-92.
8. Gardner, B.R., B.L. Blad, R.E. Maurer, and D.G. Watts. 1981. Rela-
tionships between crop temperature and physiological and
phenological development of differentially irrigated corn. Agron. J. 73:
743-747.
9. Goldsworthy, P.R. 1.974. Maize physiology. In Proc. Worldwide
Maize Improvement in the 70's and the Role for CIMMYT, Mexico.
10. Goldsworthy, P.R., and N.M. Fischer. 1984. The physiology of
tropical field crops. John Wiley & Sons, New York.
11. Hanway, J.J. 1971. How a corn plant develops. Iowa State Univ. of
Sci. and Techn. - Coop. ext. Services, Ames, Iowa, USA.
12. Kountul, S.A., G. Satari, H. Djayasukanta, D.S. Satiaatmadja, dan
F. Muhadjir. 1986. Pengaruh pemangkasan terhadap hasil biji dan
kualitas daun dua kultivar tanaman jagung (Zea mays L.). Thesis
MS., UNPAD, Bandung.
13. Leonard, W.H. and J.H. Martin. 1973. Cereal crops. The Macmillan
Co., Collier-Macmillan Ltd., London pp 131-170.
14. Martin, J.H., W.H. Leonard, and Stamp. 1976. Principles of field
crop production. Macmillan Publ. Co. pp. 337-339.
15. Muhadjir, F., L. Sibma, and H. van Keulen. 1977. The
influence of weather conditions on growth and development
of maize crop in the Netherlands Verslag Nr. 13.Centrumoor
Agrobiologisch Onderzoek, Wageningen, the Netherlands.
16. Muhadjir, F. 1980. Effect of plant density on leaf area index, light
penetration, and yield components of six corn (Zea mays L.) hybrids.
MS Thesis Univ. of Wisconsin-Madison, USA.
17. Muhadjir, F. 1984. Studies on the growth and yield of tropical
maize (Zea mays L.). Ph.D. Thesis, Kyoto Univ., Kyoto, Japan.
18. Oldeman, L.R. 1975. An agroclimatic map of Java. Contr. Centr.
Res.Inst. Agric., Bogor No. 17, 22pp.
19. Oldeman, L.R. 1977. Climate of Indonesia. Proc. Sixth Asian-
Pacific Weed Science Soc. Conf., Jakarta, Indonesia. pp 14.30.
20. Pierre, W.H., S.R. Aldrich, and W.P. martin. 1967. The Iowa State
Univ. Press Building, Ames, Iowa, USA.
21. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1978. Plant physiology. Wodsworth
Publ. Co., Inc., Belmount, California.
22. Sprague, G.F. 1977. Corn and corn improvement. Am. Soc. of
Agron., Inc., Publisher, Madison, Wisconsin, USA.
23. Tanaka, A., and J. Yamaguchi. 1972. Dry matter production, yield
components, and grain yield of the maize plant. J. Fac. of Agric.
Hokkaido Univ. 57: 71-132.
24. Tesar, M.B. 1984. Physiological basis of crop growth and
Karakteristik Tanaman Jagung 47
development. Am. Soc. of Agron., Crop Sci. Soc. of Am., Madison
Wisconsin, U SA.
25. Tollenaar, M. 1977. Sink-source, relationships during reproductive
development in maize. A review, Maydica, XXII, 49-75.
26. Wareing, P.E. and J.P. Cooper. 1971. Potential crop production.
Heinmann Educational Books Ltd., London.
27. Williams, W.A., R.S. Loomis, R.S. Duncan, W.G. Dovrat, and
A.F. Nunez. 1968. Canopy architecture at various population
densities and the growth and grain yield of corn. Crop Sci. 8:
303-308.
28. Wolf, J.M., G. Levine, G.C. Nederman, and E. Gonzales.
1974. Adverse soil-water condition in central Brazil. Page 47.
In Abstracts of the 66th Annual Meeting of the Am. Soc. of
Agron., Chicago,-111.