Anda di halaman 1dari 46

BANK UMUM

POJK Nomor 12/POJK.03/2021

Tujuan
Perbankan Indonesia dapat menjadi lebih berdaya saing, adaptif dan
kontributif bagi perekonomian nasional
Mendorong industri perbankan mencapai level skala ekonomi yang
lebih tinggi, lebih efisien dan dapat menjadi panduan dalam
pengembangan industri perbankan, khususnya aspek kelembagaan
bank

Pengertian
Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI): pengelompokan Bank yang
didasarkan pada Modal Inti yang dimiliki

Bank Digital: Bank BHI yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha
terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain KP atau
menggunakan kantor fisik terbatas.

Sinergi Perbankan: kerja sama antar bank yang tergabung dalam kelompok
usaha bank, dengan PSP berupa bank, atau terhadap LJK nonbank sebagai
perusahaan anak

KBMI

Pengelompokan Bank Pengelompokan Berdasarkan


Bank dengan Modal Inti sebesar: BUKU dikaitkan dengan KBMI
h ai p u R n ui li r T 0 7 >
h ai p u R n ui li r T 4 1 >
h ai p u R n ui li r T 0 7 -

BUKU 1 dapat disetarakan dengan KBMI 1


h ai p u R n ui li r T 4 1 -
h ai p u R n ui li r T 6 >
h ai p u R n ui li r T 6

BUKU 2 dapat disetarakan dengan KBMI 1

BUKU 3 dapat disetarakan dengan KBMI 2


atau KBMI 3

KBMI 1 KBMI 2 KBMI 3 KBMI 4 BUKU 4 dapat disetarakan dengan KBMI 3


atau KBMI 4
Berlaku bagi Bank BHI, KCBLN, BU yang melaksanakan
kegiatan usaha secara syariah, dan UUS Bank

BANK DIGITAL

Bank Digital Dapat Beroperasi Melalui

Pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital Transformasi dari Bank BHI menjadi Bank Digital

Persyaratan Bank BHI yang Beroperasi Menjadi Bank Digital

Memiliki model bisnis dengan penggunaan teknologi Memiliki kemampuan mengelola model bisnis
yang inovatif dan aman dalam melayani nasabah perbankan digital yang pruden dan berkesinambungan
Menjalankan perlindungan terhadap keamanan Memberikan upaya yang kontributif terhadap
data nasabah pengembangan ekosistem keuangan digital dan/atau
inklusi keuangan
Memenuhi aspek tata kelola sesuai dengan
ketentuan OJK Memiliki manajemen risiko secara memadai

SINERGI PERBANKAN
Tujuan Mendukung efisiensi dan optimalisasi sumber Dalam melaksanakan Sinergi
daya bank, mendukung kegiatan investasi dan Perbankan, kedua belah pihak harus
pertumbuhan ekonomi, serta mendorong membuat perjanjian kerja sama
upaya penguatan konsolidasi Bank Umum secara tertulis

Sinergi Sinergi Perbankan yang berlaku untuk Bank BHI dan BU yang melaksanakan kegiatan usaha
Perbankan berdasarkan prinsip syariah, meliputi sinergi:

Bank dalam kelompok usaha Bank


Bank BHI sebagai:

PSP berupa Bank BHI


dengan Bank BHI atau BU Bank BHI sebagai
Perusahaan Pelaksana Dalam kelompok usaha yang melaksanakan perusahaan induk terhadap
Induk (PI) Perusahaan bank yang bukan kegiatan usaha LJK nonbank sebagai
Induk (PPI) sebagai PI/PPI berdasarkan prinsip syariah perusahaan anak

JARINGAN KANTOR

Penyederhanaan Jaringan Kantor Percepatan Perizinan

POJK ini mulai berlaku 3 bulan sejak tanggal diundangkan


RINGKASAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/POJK.03/2021
TENTANG
BANK UMUM

1. Latar Belakang
Penerbitan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) tentang Bank Umum
dilandasi dengan semangat dan tujuan agar perbankan Indonesia dapat menjadi
lebih berdaya saing, adaptif dan kontributif bagi perekonomian nasional, serta
mendorong industri perbankan mencapai level skala ekonomi yang lebih tinggi,
lebih efisien dan dapat menjadi panduan dalam pengembangan industri
perbankan, khususnya terkait aspek kelembagaan bank.

2. Pokok Pengaturan
POJK tentang Bank Umum ini terdiri dari 19 Bab, dengan subtansi pengaturan
sebagai berikut:
a. Bab I - Ketentuan Umum
1) Secara umum, pengaturan dalam POJK tentang Bank Umum diberlakukan
bagi bank umum konvensional yaitu Bank Berbadan Hukum Indonesia
(Bank BHI) dan Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Negeri (KCBLN), serta terdapat pengaturan bagi Kantor Perwakilan dari
Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri.
2) Setiap pihak wajib mendapat izin dari OJK untuk melakukan kegiatan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
3) Bank yang berbadan hukum dan berkantor pusat di luar negeri dapat
beroperasi di Indonesia melalui KCBLN atau KPBLN.
b. Bab II - Rencana Korporasi
1) Untuk mencapai tujuan Bank BHI atau KCBLN dalam jangka panjang,
Bank BHI atau KCBLN wajib menyusun rencana korporasi (corporate plan)
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan menyampaikannya kepada OJK.
2) Penyusunan rencana korporasi dikecualikan bagi Bank Perantara.
c. Bab III - Pendirian Bank BHI
1) Pengaturan pendirian Bank BHI ini berlaku bagi pendirian Bank BHI yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
2) Modal disetor untuk mendirikan Bank BHI ditetapkan paling sedikit
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah), dan dapat ditetapkan
berbeda dengan pertimbangan tertentu.
3) Bank BHI didirikan dan/atau dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI)
dan/atau badan hukum Indonesia, atau WNI dan/atau badan hukum
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara
kemitraaan.
4) Perizinan pendirian Bank BHI dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu
persetujuan prinsip dan izin usaha.

1/5
d. Bab IV - Bank Digital
1) Bank Digital adalah Bank BHI yang menyediakan dan menjalankan
kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik
selain kantor pusat, atau menggunakan kantor fisik yang terbatas.
2) Bank Digital dapat beroperasi melalui:
a. pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital; atau
b. transformasi dari Bank BHI (existing) menjadi Bank Digital.
e. Bab V - Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank BHI
Pengaturan terkait persyaratan bagi pihak yang dapat menjadi pemilik Bank
BHI, perubahan permodalan dan perubahan komposisi kepemilikan saham
Bank BHI.
f. BAB VI - Direksi, Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif Bank BHI dan
KCBLN, serta Pemimpin KPBLN
Pengaturan dan tata cara terkait direksi, dewan komisaris, dan pejabat
eksekutif bagi Bank BHI atau KCBLN, serta pemimpin KPBLN.
g. BAB VII - Kantor Bank BHI
Pengaturan mengenai jaringan kantor Bank BHI, yaitu:
1) Jaringan kantor Bank BHI terdiri dari Kantor Pusat (KP), Kantor Wilayah
(Kanwil), Kantor Cabang (KC), Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor
Fungsional (KF), dan Kantor di Luar Negeri, serta untuk memperluas
layanan kepada nasabah, Bank BHI dapat menyediakan Terminal
Perbankan Elektronik (TPE).
2) Mekanisme dan tata cara terkait pembukaan kantor, perubahan status
kantor, pemindahan alamat kantor (termasuk pemindahan sementara),
penutupan kantor (termasuk penutupan sementara) dan kewenangan OJK
dalam penundaan atau pembatalan jaringan kantor Bank BHI.
h. BAB VIII - Perubahan Nama dan Logo Bank BHI
Pengaturan mengenai mekanisme perubahan nama dan perubahan logo Bank
BHI.
i. BAB IX - Perubahan Kegiatan Usaha dan Anggaran Dasar Bank BHI
Pengaturan mengenai mekanisme perubahan kegiatan usaha Bank BHI
menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah dan pembukaan kantor Bank BHI yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, serta mekanisme pelaporan perubahan anggaran
dasar.
j. BAB X - Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank BHI
1) Perubahan bentuk badan hukum Bank BHI dari bentuk badan hukum
selain perseroan terbatas menjadi perseroan terbatas.
2) Perizinan perubahan bentuk badan hukum Bank BHI dilakukan dalam 2
(dua) tahap yaitu persetujuan prinsip dan persetujuan pengalihan izin
usaha.
k. BAB XI - KCBLN
1) Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KCBLN harus memenuhi CEMA paling sedikit

2/5
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) dan dapat ditetapkan
berbeda dengan pertimbangan tertentu.
2) Pengaturan pembukaan KCBLN ini berlaku bagi pembukaan KCBLN yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
3) Perizinan pembukaan KCBLN dilakukan dalam dalam 2 (dua) tahap yaitu
persetujuan prinsip dan izin usaha.
4) Jaringan kantor KCBLN adalah KCBLN, KCP, KF, dan kantor di bawah KCP,
serta untuk memperluas layanan kepada nasabah KCBLN dapat
menyediakan TPE.
5) Mekanisme dan tata cara pembukaan kantor, perubahan status kantor,
pemindahan alamat kantor (termasuk pemindahan sementara), penutupan
kantor (termasuk penutupan sementara) bagi KCBLN, mengacu pada
mekanisme dan tata cara yang berlaku bagi Bank BHI (dengan penyesuaian
penamaan jaringan kantor).
6) Terdapat kewenangan OJK dalam penundaan atau pembatalan terkait
jaringan kantor Bank BHI.
7) Mekanisme perubahan nama, bentuk badan hukum, dan logo KCBLN.
l. BAB XII - KPBLN
1) Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN harus menempatkan deposito di Bank BHI paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN dan
dengan persetujuan tertulis dari OJK.
2) Pengaturan pembukaan KPBLN ini berlaku bagi pembukaan KPBLN yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
3) KPBLN dilarang melakukan kegiatan usaha Bank.
m. BAB XIII - Pencabutan Izin Usaha Bank BHI atau Pencabutan Izin Usaha
KCBLN atau Penutupan KPBLN
OJK melakukan pencabutan izin usaha Bank BHI atau KCBLN, atau
penutupan KPBLN, yang didasarkan atas:
1) Permintaan pemilik atau pemegang saham Bank BHI;
2) Permintaan kantor pusat dari KCBLN atau KPBLN;
3) Izin usaha kantor pusat dari KCBLN atau KPBLN dicabut atau dilikuidasi
oleh otoritas negara setempat; atau
4) Tindak lanjut resolusi Bank BHI atau KCBLN oleh otoritas yang berwenang.
n. BAB XIV - Sinergi Perbankan
1) Sinergi perbankan bertujuan untuk mendukung efisiensi dan optimalisasi
sumber daya bank, mendukung kegiatan investasi dan pertumbuhan
ekonomi, serta mendorong upaya penguatan konsolidasi bank umum.
2) Bank BHI dapat melakukan Sinergi Perbankan, yang berlaku untuk Bank
BHI dan bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, meliputi sinergi:
a) Bank dalam kelompok usaha bank berupa:
1. Bank BHI sebagai perusahaan induk;
2. Bank BHI sebagai pelaksana perusahaan induk; atau

3/5
3. Bank BHI dalam kelompok usaha bank yang bukan sebagai
perusahaan induk atau pelaksana perusahaan induk,
dengan Bank BHI atau bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam struktur kelompok usaha bank;
b) PSP berupa Bank BHI dengan Bank BHI atau bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; dan/atau
c) Bank BHI sebagai perusahaan induk terhadap lembaga jasa keuangan
nonbank sebagai perusahaan anak.
3) Dalam melaksanakan Sinergi Perbankan, kedua belah pihak harus
membuat perjanjian kerja sama secara tertulis.
o. BAB XV - Penyampaian Perizinan dan Laporan
Mekanisme penyampaian perizinan dan laporan dalam POJK ini diutamakan
dengan penyampaian secara daring:
1) Permohonan untuk memperoleh izin dan/atau penyampaian informasi dan
dokumen terkait perizinan, disampaikan melalui sistem perizinan OJK
dengan tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai perizinan secara
elektronik di sektor jasa keuangan.
2) Pelaporan pelaksanaan, disampaikan melalui sistem pelaporan OJK dengan
tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan bank umum
melalui sistem pelaporan OJK, dan jangka waktu pelaporan disesuaikan
pada periode laporan dimana pelaksanaan aktivitas yang dilaporkan telah
terealisasi efektif.
3) Penyampaian terkait:
a) informasi dan/atau data lain, atau
b) dalam hal fitur dalam sistem perizinan dan/atau sistem pelaporan
belum tersedia atau dalam hal sistem perizinan dan/atau sistem
pelaporan terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem),
maka penyampaian dilakukan melalui sistem persuratan OJK.
4) Jika sistem persuratan OJK terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem),
penyampaian dilakukan secara luring kepada OJK.
p. BAB XVI - Pengelompokan Bank
1) Berdasarkan Modal Inti, Bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) KBMI:
a) KBMI 1: Modal Inti sampai dengan Rp6.000.000.000.000,00 (enam
triliun rupiah).
b) KBMI 2: Modal Inti lebih dari Rp6.000.000.000.000,00 (enam triliun
rupiah) sampai dengan Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas triliun
rupiah).
c) KBMI 3: Modal Inti lebih dari Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas
triliun rupiah) sampai dengan Rp70.000.000.000.000,00 (tujuh puluh
triliun rupiah).
d) KBMI 4: Modal Inti lebih dari Rp70.000.000.000.000,00 (tujuh puluh
triliun rupiah).
2) Pengelompokan bank berdasarkan Modal Inti berlaku bagi Bank BHI,
KCBLN, bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara syariah
dan unit usaha syariah Bank BHI.
3) Terhadap pemangku kepentingan lain (antara lain Bank Indonesia,
Kementerian terkait) yang memiliki pengaturan atas pengelompokan bank
4/5
umum berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan Modal Inti
yang dimiliki atau disebut BUKU, dapat menyesuaikan pengaturan terkait
dengan pengelompokan bank sesuai KBMI. Sebagai panduan,
pengelompokan berdasarkan BUKU jika dikaitkan dengan KBMI, dapat
menjadi:
a) BUKU 1 dapat disetarakan dengan KBMI 1;
b) BUKU 2 dapat disetarakan dengan KBMI 1;
c) BUKU 3 dapat disetarakan dengan KBMI 2 atau KBMI 3; dan
d) BUKU 4 dapat disetarakan dengan KBMI 3 atau KBMI 4.
q. BAB XVII - Ketentuan Lain-Lain
1) Bank BHI dan KCBLN tetap dapat mempertahankan jaringan kantor dan
kegiatan usaha yang telah memperoleh persetujuan OJK sebelum
Peraturan OJK ini berlaku.
2) Bank BHI dan KCBLN yang memiliki kantor kas, payment point, atau kas
keliling dapat mencatatkan sebagai KCP bagi Bank BHI atau mencatatkan
sebagai kantor di bawah KCP bagi KCBLN, atau disesuaikan dengan
rencana dan kebijakan jaringan kantor Bank BHI atau KCBLN
(dipertahankan dengan mencatatkan sebagai KCP, diubah status kantor,
atau ditutup).
3) Mekanisme penyampaian risalah RUPS kepada OJK.
4) Mekanisme bagi Bank BHI atau KCBLN yang akan melakukan kegiatan
operasional di luar hari kerja operasional, pada hari libur, dan/atau tidak
beroperasi pada hari kerja.
5) Penyesuaian pengaturan terkait ketentuan prudensial sebagai dampak dari
pengelompokan bank menjadi KBMI.
r. BAB XVIII - Ketentuan Peralihan
1) Ketentuan mengenai tim likuidasi atau tim penyelesai yang telah dibentuk
bagi Bank BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum POJK ini
berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya tugas dan
fungsi tim likuidasi atau tim penyelesai.
2) Proses perizinan kelembagaan Bank BHI, KCBLN, atau KPBLN yang masih
dalam proses pada saat POJK ini berlaku, tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebelum POJK ini berlaku.
3) Bank BHI atau KCBLN yang telah memiliki rencana korporasi pada saat
POJK ini berlaku, menyampaikan rencana korporasi dimaksud kepada OJK
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak POJK ini berlaku.
s. BAB XIX - Penutup
Peraturan OJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan.

-----∞-----

5/5
TANYA JAWAB
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.03/2021
TENTANG
BANK UMUM

1. Apa latar belakang penerbitan POJK ini?


Penerbitan POJK tentang Bank Umum dilandasi dengan semangat dan tujuan
agar perbankan Indonesia dapat menjadi lebih berdaya saing, adaptif dan
kontributif bagi perekonomian nasional, serta mendorong industri perbankan
mencapai level skala ekonomi yang lebih tinggi, lebih efisien dan menjadi panduan
dalam pengembangan industri perbankan, khususnya aspek kelembagaan bank.
Secara khusus, penerbitan POJK ini bertujuan untuk:
a. menyesuaikan dengan dinamika perkembangan industri keuangan dan
teknologi baik di tingkat regional maupun global, sehingga memperkuat
industri, proses bisnis dan aspek kelembagaan perbankan
b. mendorong akselerasi transformasi digital, khususnya transformasi strategi
bisnis bank ke arah digital banking dengan menekankan pada aspek efisiensi
layanan, perlindungan nasabah termasuk keamanan data nasabah, serta
dukungan terhadap inklusi keuangan.
c. mendukung akselerasi konsolidasi bank sebagai salah satu upaya untuk
penguatan struktur, peningkatan ketahanan dan daya saing perbankan
sehingga lebih kontributif dalam perekonomian nasional, melalui peningkatan
modal pendirian bank umum baru atau pembukaan kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri (KCBLN) baru;
d. memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat untuk menyediakan produk
bank yang inovatif, dinamis, serta sesuai dengan kebutuhan nasabah
(customer centric) termasuk kebutuhan akan transaksi keuangan secara digital;
e. mendukung terciptanya sinergi perbankan termasuk bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang bertujuan
untuk mendukung efisiensi, optimalisasi sumber daya bank, investasi dan
pertumbuhan ekonomi, serta penguatan konsolidasi bank umum.
f. mendorong pendekatan pengaturan yang bersifat principle-based sehingga
lebih agile dan forward looking tanpa mengabaikan prinsip kehati hatian.

2. OJK menerbitkan POJK tentang Bank Umum ini dalam kondisi perbankan
yang tengah tertekan akibat pandemi. Apakah penerbitan tidak akan
berdampak negatif terhadap kondisi perbankan yang tengah tertekan akibat
pandemi?
POJK tentang Bank Umum diterbitkan untuk merespon berbagai dinamika yang
terjadi di perbankan nasional termasuk dinamika pasca pandemi dan perubahan
landscape yang menyertainya. Tuntutan terhadap transformasi dan akselerasi
digital, penyesuaian jaringan kantor terhadap strategi bisnis dan kebutuhan
nasabah terkini semakin mengemuka terlebih selama pandemi, serta didorong
ekspektasi publik akan layanan perbankan yang cepat, efisien dan aman serta
dapat dilakukan secara mandiri oleh nasabah tanpa perlu datang ke kantor bank
(brick and mortar). Kondisi demikian mengharuskan perbankan untuk
menempatkan transformasi digital sebagai prioritas dan sebagai salah satu
1/13
strategi dalam upaya peningkatan daya saing bank. Pandemi telah mendorong
transformasi digital di sektor perbankan menjadi suatu keniscayaan.
Ketentuan di POJK ini sama sekali tidak memberikan tambahan atau beban
pengaturan baru kepada bank, namun justru memberikan payung pengaturan
bagi bank dalam melakukan transformasi dan akselerasi digital, penyederhanaan
dan efisiensi jaringan kantor, serta memberikan kesempatan bagi bank
khususnya bank berbadan hukum Indonesia untuk saling bersinergi dalam
rangka peningkatan dan perluasan layanan.

3. Rencana Korporasi (Corporate Plan)


a. Apakah yang dimaksud dengan rencana korporasi?
Yang dimaksud dengan rencana korporasi adalah dokumen tertulis yang
menggambarkan rencana strategis jangka panjang (lima tahun) secara
menyeluruh yang berisi rumusan arah untuk mencapai tujuan Bank BHI atau
KCBLN.

b. Bank apa saja yang dikenakan kewajiban terkait rencana korporasi?


Bank BHI dan KCBLN wajib menyusun dan manyampaikan rencana korporasi
kepada OJK.

c. Mengapa bank perantara tidak dikenakan kewajiban terkait rencana


korporasi?
Sesuai dengan Undang-Undang mengenai pencegahan dan penanganan krisis
sistem keuangan, bank perantara merupakan bank umum yang didirikan
sebagai sarana resolusi dan segera dialihkan kepemilikannya kepada bank
atau pihak lain. Mengingat rencana korporasi bersifat jangka panjang (lima
tahun), pengaturan rencana korporasi tidak fit dengan bank perantara yang
beroperasi dengan jangka waktu yang terbatas.

d. Bagaimana jika Bank BHI atau KCBLN telah memiliki rencana korporasi
sebelum POJK ini berlaku?
Dalam hal, Bank BHI atau KCBLN telah memiliki rencana korporasi sesuai
dengan ketentuan dalam POJK ini, Bank BHI atau KCBLN menyampaikan
rencana korporasi tersebut kepada OJK paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sejak Peraturan OJK ini berlaku.
Contoh, pada saat peraturan OJK ini berlaku Bank BHI atau KCBLN telah
memiliki rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 yang masih berlaku.
Dengan demikian Bank BHI atau KCBLN menyampaikan rencana korporasi
periode tahun 2019 s.d 2023 dimaksud kepada OJK paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak Peraturan OJK ini berlaku.

e. Apa yang dilakukan Bank BHI atau KCBLN yang telah memiliki rencana
korporasi sebelum POJK ini berlaku dan ingin melakukan perubahan
rencana korporasi?
Contoh, pada saat peraturan OJK ini berlaku Bank BHI telah memiliki rencana
korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 yang sesuai dengan ketentuan dalam
POJK ini dan masih berlaku. Dalam hal Bank BHI akan melakukan perubahan
rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 tersebut, dan Bank BHI akan
2/13
melakukan pengkinian untuk periode tahun 2021 s.d 2023, maka Bank BHI
menyampaikan perubahan rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023
yang memuat pengkinian untuk periode tahun 2021 s.d 2023 kepada OJK
paling lambat akhir bulan November 2021.

f. Bagaimana mekanisme penyampaian perubahan rencana korporasi bagi


Bank BHI atau KCBLN setelah POJK ini berlaku?
Dalam hal terdapat perubahan rencana korporasi, Bank BHI atau KCBLN
menyampaikan perubahan rencana korporasi kepada OJK sewaktu-waktu
dalam periode 5 (lima) tahunan rencana korporasi, sebelum atau bersamaan
dengan penyampaian Rencana Bisnis Bank (bulan November).
Contoh, Bank BHI telah menyampaikan rencana korporasi periode tahun 2022
s.d 2026 yang memenuhi ketentuan sebagaimana POJK ini kepada OJK akhir
November 2021. Dalam perjalanannya, Bank BHI ingin melakukan perubahan
rencana korporasi dimaksud untuk tahun 2024 s.d 2026. Dengan demikian,
Bank BHI menyampaikan perubahan rencana korporasi periode tahun 2022
s.d 2026 (yang memuat pengkinian untuk periode tahun 2024 s.d 2026 kepada
OJK) sewaktu-waktu sebelum atau bersamaan dengan batas waktu
penyampaian RBB di tahun 2024 (akhir bulan November 2024).

4. Pendirian Bank BHI


a. Bagaimana pemberlakukan ketentuan pendirian Bank BHI dalam POJK
ini?
Ketentuan pendirian Bank BHI (termasuk modal disetor pendirian Bank BHI
paling sedikit Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah)) hanya
berlaku bagi pendirian Bank BHI baru setelah POJK ini berlaku.
Dengan demikian, pengaturan dimaksud tidak berlaku bagi Bank BHI
existing sebelum POJK ini berlaku, dan tidak berlaku juga bagi pendirian
bank perantara dan bagi Bank BHI hasil penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, integrasi, dan konversi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
integrasi, dan konversi bank umum.

b. Apa dasar pertimbangan OJK menetapkan modal disetor pendirian Bank


BHI baru paling sedikit Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun
rupiah)?
1) Modal pendirian Bank BHI Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah)
yang pertama kali diatur tahun 2000 dinilai sudah tidak relevan dengan
kondisi perbankan saat ini.
2) Berdasarkan hasil penelitian OJK, bank dapat beroperasi secara efisien,
menghasilkan laba, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian
nasional jika modal inti yang dimiliki berada pada rentang
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah). Bank dengan modal
sekitar Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah) baru bisa sekedar
menghasilkan laba namun belum berkontribusi optimal bagi perekonomian
nasional. Dengan demikian, jika akan mendirikan Bank BHI baru termasuk
memilih model bisnis bank digital, wajib memenuhi modal disetor (sebagai
modal inti) sebesar Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah)
3/13
sehingga dengan pendirian Bank BHI baru tersebut dapat langung
berkontribusi nyata dalam perekonomian nasional
3) Peningkatan modal disetor untuk pendirian Bank BHI baru diperlukan
untuk mendorong investor untuk mengakuisisi Bank BHI existing dengan
skala usaha kecil daripada mendirikan Bank BHI baru, dan dapat
meminimalkan potensi pendirian Bank BHI baru, yang akan menambah
jumlah bank di Indonesia.

5. Bank Digital
a. Apa definisi Bank BHI yang merupakan fully digital bank? Adakah ada
perbedaan antara bank digital dengan bank existing yang menghadirkan
layanan perbankan digital?
Sesuai dengan Undang-Undang mengenai perbankan yang berlaku saat ini,
dikenal dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. OJK
tidak mendefinisikan bank digital sebagai suatu bank jenis baru. Istilah “bank
digital” tidak merubah “bank" secara kelembagaan. Bank tetaplah bank,
apapun model bisnisnya.
Dengan demikian, OJK berpandangan bahwa tidak perlu mendikotomikan
antara bank tradisional yang sama sekali belum memiliki layanan digital, bank
yang telah memiliki layanan perbankan digital, bank yang menerapkan model
bisnis bank digital secara hybrid antara lain dengan membentuk unit bisnis
sendiri pada bank existing, bank digital hasil transformasi dari bank
tradisional, ataupun bank digital yang terbentuk melalui pendirian bank baru
(fully digital bank). Hal ini lebih merupakan strategi dalam pemilihan model
bisnis serta infrastruktur pendukungnya, dan merupakan pilihan bagi pelaku
industri perbankan, dan secara kelembagaan tetaplah bank sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang mengenai perbankan.
Pada prinsipnya, Bank Digital adalah bank yang menyediakan dan
menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik
dengan kantor fisik yang terbatas atau tanpa kantor fisik selain kantor pusat.
Bank yang memilih model bisnis fully digital bank tetap diwajibkan memiliki
minimal 1 (satu) kantor fisik berupa Kantor Pusat dan memenuhi persyaratan
operasional sebagai Bank Digital.

b. Setelah adanya ketentuan mengenai Bank Digital dalam POJK ini, apakah
berarti nanti OJK akan mengeluarkan izin khusus seperti label terhadap
bank-bank yang akan berubah menjadi Bank Digital?
Mengingat OJK tidak akan mendikotomikan antara bank tradisional yang
sama sekali belum memiliki layanan digital, bank yang telah memiliki layanan
perbankan digital, bank yang menerapkan model bisnis bank digital secara
hybrid, Bank Digital hasil transformasi dari bank tradisional, ataupun Bank
Digital yang terbentuk melalui pendirian bank baru (fully digital bank), maka
pemberian label dari OJK bukan suatu hal yang prinsip. Yang menjadi concern
OJK adalah apabila Bank BHI mengklaim sebagai Bank Digital, Bank BHI
seyogyanya berpedoman kepada ketentuan terkait Bank Digital, wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan
untuk Bank BHI dan bukan menjadikan label Bank Digital hanya sebagai
gimmick bisnis semata.
4/13
c. Bagaimana dengan Bank BHI yang telah menyebut diri sebagai Bank
Digital sebelum POJK ini berlaku, apakah Bank BHI tersebut bukan Bank
Digital? Jika bukan, apakah ada persyaratan atau ketentuan khusus untuk
dapat dikategorikan sebagai bank digital?
Sebagaimana telah disampaikan, Bank BHI yang telah mengklaim sebagai
Bank Digital, maka Bank BHI dimaksud seyogyanya berpedoman kepada
ketentuan terkait Bank Digital termasuk memenuhi persyaratan operasional
sebagai Bank Digital sebagaimana POJK ini, dan bukan menjadikan label Bank
Digital hanya sebagai gimmick bisnis semata. Bank yang belum memenuhi
ketentuan Bank Digital baru sebatas masuk kategori sebagai Bank yang
melakukan layanan perbankan digital.

d. Dengan berlakunya ketentuan Bank Digital sebagaimana POJK ini, akan


terdapat Bank Digital melalui pendirian Bank BHI baru dengan modal inti
minimum sebesar Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah),
Bank Digital yang berasal dari konversi bisnis Bank BHI existing dengan
modal inti minimum sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah)
dan Bank Digital yang berasal dari konversi bisnis Bank BHI existing yang
termasuk kelompok usaha bank (sebagai anggota kelompok usaha bank)
dengan modal inti minimum sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah). Apa dasar pertimbangan OJK?
Dasar pertimbangan OJK mengenai modal inti Bank Digital bagi:
1. Bank BHI existing yang melakukan transformasi menjadi Bank Digital
Besaran modal inti disesuaikan dengan POJK No. 12/POJK.03/2020
tentang Konsolidasi Bank Umum (POJK Konsolidasi) yang mengatur bahwa
Bank BHI wajib memenuhi modal inti minimum paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dan bagi Bank BHI selain
perusahaan induk atau selain pelaksana perusahan induk dalam kelompok
usaha bank wajib memenuhi modal inti minimum paling sedikit
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Ketentuan ini berlaku dan
wajib dipenuhi oleh Bank Umum (dhi. Bank BHI), termasuk apapun jenis
bisnis model yang dipilihnya, sebagai Bank Digital atau selain Bank Digital
paling lambat tanggal 31 Desember 2022 atau 31 Desember 2024 bagi bank
milik pemerintah daerah (BPD).
2. Bank BHI baru yang berdiri setelah POJK ini berlaku dan memilih model
bisnis sebagai Bank Digital
Besaran modal inti disesuaikan dengan penetapan modal disetor (sebagai
modal inti) sebesar Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) bagi
pendirian Bank BHI baru sebagaimana angka 5 di atas tanpa membedakan
jenis model bisnis yang dipilih oleh Bank BHI baru tersebut, sebagai Bank
Digital atau selain Bank Digital.

e. Apakah bank yang berupa Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di
Luar Negeri (KCBLN) di Indonesia bisa mengajukan lisensi sebagai bank
digital?
Bank yang dapat beroperasi sebagai Bank Digital dalam POJK ini hanya
berlaku untuk Bank BHI yang telah mendapatkan izin (lisensi) sebagai bank
5/13
umum dari OJK. Otoritas Jasa Keuangan tidak menerbitkan izin (lisensi) Bank
Digital secara khusus, namun bank yang telah mendapatkan izin sebagai Bank
BHI dapat beroperasi sebagai Bank Digital dengan memenuhi persyaratan
operasional sebagai Bank Digital sebagaimana POJK ini termasuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan untuk Bank
BHI. Dengan demikian, Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Negeri (KCBLN) di Indonesia tidak dapat beroperasi sebagai Bank Digital.

f. Kehadiran Bank Digital yang mempermudah akses masyarakat diharapkan


mampu mendorong inklusi keuangan sehingga akses pembiayaan
produktif untuk sektor usaha kecil dan menengah meningkat. Apakah
tujuan itu juga diakomodir dalam POJK ini yang juga mengatur mengenai
Bank Digital?
Tentu saja. Tranformasi digital termasuk dengan memilih model bisnis sebagai
Bank Digital bertujuan untuk memperluas akses layanan perbankan secara
tanpa batas kepada nasabah dan sebagai bagian dari upaya mendorong
ekonomi digital terutama usaha mikro, kecil dan menengah untuk terus
tumbuh yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. POJK ini telah mengatur persyaratan bagi Bank BHI yang beroperasi
sebagai Bank Digital, antara lain memberikan upaya yang kontributif terhadap
pengembangan ekosistem keuangan digital dan/atau inklusi keuangan.

g. Bagaimana OJK memandang kesiapan perbankan Indonesia untuk


memasuki bisnis Bank Digital?
Transformasi digital di sektor perbankan adalah suatu keniscayaan. Selama
pandemi, tuntutan akselerasi digital semakin mengemuka didorong perubahan
ekspektasi publik akan layanan keuangan yang cepat, efisien dan aman serta
dapat dilakukan tanpa harus datang ke jaringan kantor fisik bank. Kondisi
demikian mengharuskan perbankan untuk menempatkan transformasi digital
sebagai prioritas dan salah satu strategi dalam upaya peningkatan daya saing
Bank.
Dalam kaitan ini, OJK tentunya akan selalu mendukung dan memberi ruang
seluas-luasnya bagi industri perbankan nasional dalam percepatan akselerasi
digital termasuk pilihan bank untuk memilih model bisnis Bank Digital. Dalam
Pilar 2 Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia (RP2I) 2020-2025, telah
dicantumkan strategi yang akan ditempuh OJK untuk akselerasi transformasi
digital perbankan, yaitu: penguatan tata kelola dan manajemen risiko teknologi
informasi (TI), mendorong penggunaan IT game changers, mendorong
kerjasama terkait teknologi, dan mendorong implementasi advanced digital
bank.

h. Isu Bank Digital sangat mempengaruhi harga saham beberapa Bank BHI
yang menyatakan akan menjadi Bank Digital. Bagaimana OJK melihat
fenomena ini?
OJK memandang bahwa pengaruh harga saham terhadap sejumlah Bank BHI
yang menyatakan akan menjadi Bank Digital tentunya dipengaruhi oleh
persepsi dan optimisme para investor terhadap prospek usaha,
keberlangsungan usaha dan profitabilitas Bank BHI dimaksud di masa depan.
6/13
Namun demikian, tentunya OJK mengharapkan calon investor agar cerdas dan
rasional terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan antara lain dengan
melakukan analisa yang cermat.
OJK tentu saja berkepentingan agar Bank BHI yang memilih model bisnis Bank
Digital mampu menunjukkan kinerja yang optimal (keuangan dan non
keuangan), menjalankan bisnis dan operasional secara pruden dan senantiasa
memenuhi ketentuan pengaturan yang berlaku, berkontribusi dalam
perekonomian nasional, serta mampu menjaga kepentingan investor.

i. Bagaimana aspek keamanan data dari Bank Digital ini, karena isu soal
keamanan data pribadi sangat mudah sekali bocor dan merugikan
nasabah?
Dalam POJK ini telah diatur bahwa Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank
Digital, baik melalui pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital atau
transformasi dari Bank BHI existing menjadi Bank Digital wajib memenuhi
persyaratan antara lain menjalankan perlindungan terhadap keamanan data
nasabah.

j. Saat ini beberapa perusahaan digital (e-commerce, fintech, decacorn)


tertarik untuk mengarah ke bisnis Bank Digital. Bagaimana tanggapan
OJK?
POJK tentang Bank Umum ini mengatur bahwa Bank BHI didirikan dan/atau
dimiliki oleh:
1) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau
2) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga
negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan.
Bank BHI bebas untuk memilih strategi bisnis yang diinginkan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan non keuangan seperti
infrastruktur, teknologi, sumber daya manusia dan enablers lainnya, serta
sesuai appetite, termasuk memilih model bisnis sebagai Bank Digital.
OJK melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik
bank yang merupakan pemegang saham pengendali (PSP) yang bertujuan
untuk menilai bahwa yang bersangkutan memenuhi persyaratan integritas dan
kelayakan keuangan. Dengan demikian, sepanjang calon PSP dimaksud
memenuhi persyaratan integritas dan kelayakan keuangan, maka yang
bersangkutan dapat menjadi PSP Bank, termasuk menjadi PSP Bank dengan
model bisnis Bank Digital.

k. Monetary Authotity of Singapore (MAS) menerbitkan izin bank digital


untuk lembaga non-bank seperti SEA, Grab dan Singtel, sementara di
Indonesia mereka harus mengakusisi bank terlebih dahulu. Apakah
kebijakan tersebut merupakan upaya mendorong konsolidasi perbankan?
Dalam POJK ini diatur bahwa Bank Digital dapat beroperasi melalui pendirian
Bank BHI baru sebagai Bank Digital atau transformasi dari Bank BHI existing
menjadi Bank Digital. Dengan demikian tidak ada kewajiban kepada calon
investor (calon PSP) untuk masuk ke bisnis Bank Digital melalui akuisisi.
Calon PSP bebas memilih cara untuk memiliki Bank BHI di Indonesia sebagai

7/13
Bank Digital, melalui mendirikan Bank BHI baru atau akuisisi Bank BHI
existing.
Namun demikian, dalam hal calon PSP melakukan akuisisi Bank BHI dan
selanjutnya ditransformasi menjadi Bank Digital, tentunya hal ini akan
mendukung upaya konsolidasi yang telah dicanangkan OJK sebagaimana
Peraturan OJK tentang Konsolidasi Bank Umum yang telah diterbitkan
sebelumnya.

l. Bagaimana OJK memastikan bahwa para investor dari perusahaan digital


bisa berkomitmen sebagai pemegang saham yang selalu siap sedia untuk
menyuntikkan modal ke bank demi menjaga keberlangsungan Bank Digital
yang dimilikinya?
Sebagaimana ketentuan OJK mengenai kemampuan dan kepatutan bagi pihak
utama lembaga jasa keuangan, OJK melakukan penilaian kemampuan dan
kepatutan terhadap calon pemilik bank yang merupakan PSP dengan tujuan
untuk menilai bahwa yang bersangkutan memenuhi persyaratan integritas dan
kelayakan keuangan.
Persyaratan integritas antara lain meliputi memiliki komitmen untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan dan mendukung kebijakan OJK
serta memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank BHI yang sehat.
Persyaratan kelayakan keuangan paling sedikit dibuktikan antara lain dengan
memiliki kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bisnis
Bank BHI dan memiliki komitmen untuk melakukan upaya yang diperlukan
apabila Bank BHI menghadapi kesulitan keuangan, antara lain melakukan
tambahan setoran modal.
Persyaratan integritas dan kelayakan keuangan tersebut wajib dipenuhi oleh
PSP baik ketika akan menjadi pemilik Bank BHI maupun setelah menjadi
pemilik Bank BHI.

m. Dalam hal Bank BHI telah memenuhi kriteria Bank Digital, apakah POJK
ini memberikan kemudahan bagi Bank Digital dimaksud?
Dalam POJK ini diatur bahwa Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital
dapat:
a. menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan Direksi, Pejabat Eksekutif
dan/atau tenaga ahli atau konsultan, dengan mengecualikan batasan
kepemilikan Bank BHI oleh warga negara asing dan/atau badan hukum
asing dalam penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan OJK
mengenai pemanfaatan tenaga kerja asing dan program alih pengetahuan
di sektor perbankan, dan/atau
b. melakukan Sinergi Perbankan.

6. Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank BHI


a. Apa aturan pokok dari ketentuan kepemilikan dan perubahan modal
perbankan?
Kepemilikan dan perubahan modal Bank BHI yang diatur dalam POJK ini
antara lain terkait sumber dana untuk kepemilikan Bank BHI, batasan
kepemilikan Bank BHI oleh badan hukum dikaitkan dengan modal sendiri
bersih badan hukum yang bersangkutan, batasan kepemilikan Bank BHI
8/13
terkait dengan pendirian dan operasional yang diperlukan untuk penataan
struktur kepemilikan bank atau memperkuat ketahanan industri perbankan
nasional, larangan terkait kepemilikan saham Bank BHI oleh PSP, persyaratan
pihak yang menjadi pemilik Bank BHI, persyaratan pihak yang dapat menjadi
PSP Bank BHI, batasan terkait pemegang saham, penggantian dan/atau
penambahan PSP termasuk perubahan direksi dan/atau dewan komisaris dari
PSP Bank BHI berupa badan hukum, perubahan modal disetor, perubahan
komposisi kepemilikan saham Bank BHI yang tercatat dalam anggaran dasar,
perubahan komposisi kepemilikan saham Bank BHI, dan rencana penerbitan
saham Bank BHI melalui penawaran umum.

b. Bagaimana dengan kepemilikan asing di perbankan nasional?


Terkait kepemilikan asing di perbankan nasional, dalam POJK ini diatur bahwa
pendirian dan/atau kepemilikan Bank BHI oleh warga negara asing dan/atau
badan hukum asing diwajibkan melalui kemitraan dengan warga negara
Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia.
Pihak yang dapat menjadi PSP Bank BHI (termasuk pihak asing) antara lain
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan OJK mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa
keuangan, dan dalam hal diperlukan, dan OJK dapat menetapkan batasan
kepemilikan Bank BHI yang bertujuan untuk penataan struktur kepemilikan
bank atau memperkuat ketahanan industri perbankan nasional.

7. Apa yang dimaksud sehubungan dengan kekosongan jabatan Pejabat


Eksekutif Bank BHI atau KCBLN, wajib mengangkat Pejabat Eksekutif yang
definitif paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal penunjukan sementara
Pejabat Eksekutif?
Sampai dengan pemenuhan Pejabat Eksekutif yang definitif, pemenuhan jabatan
Pejabat Eksekutif dapat diisi dengan penunjukan sementara Pejabat Eksekutif
dengan jangka waktu paling lama selama 6 (enam) bulan.

8. Kantor Bank BHI


a. Terhadap Bank BHI dalam Peraturan OJK ini, jaringan kantor di bawah
Kantor Cabang disederhanakan hanya berupa Kantor Cabang Pembantu
(KCP). Apa yang melandasi aturan ini?
OJK memandang di era digital saat ini, nasabah sudah mulai beralih dari
layanan pada jaringan kantor fisik (brick and mortar) ke layanan digital
(branchless atau digital branch). Namun demikian, dengan kondisi geografis
dan tingkat penetrasi digital di Indonesia, jaringan kantor fisik tetap masih
diperlukan terutama untuk mendukung inklusi keuangan. Oleh karena itu,
penyederhanaan jaringan kantor Bank BHI sangat diperlukan disamping
untuk efisiensi pengorganisasian pada Bank BHI namun juga untuk
mendukung optimalisasi bisnis, operasional dan layanan perbankan kepada
nasabah. Jenis layanan yang diberikan oleh KCP disesuaikan dengan strategi
bisnis masing-masing Bank BHI.

9/13
b. Apa yang harus dilakukan Bank BHI yang sampai berlakunya Peraturan
OJK ini memiliki kantor kas, payment point, atau kas keliling?
Bank BHI dapat mencatatkan kantor kas, payment point, atau kas keliling yang
existing sebagai KCP, atau disesuaikan dengan rencana dan kebijakan jaringan
kantor Bank BHI (dipertahankan dengan mencatatkan sebagai KCP, diubah
status kantor, atau ditutup) dengan melakukan pengkinian pada sistem
pelaporan OJK pada periode penyampaian laporan terdekat sejak Peraturan
OJK ini berlaku. Mekanisme penyampaian laporan agar berpedoman kepada
tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan bank umum
melalui sistem pelaporan OJK dan lampiran POJK ini. Dengan demikian,
setelah POJK ini berlaku tidak ada lagi pencatatan di OJK jaringan kantor
berupa kantor kas, payment point, atau kas keliling di Bank BHI karena telah
dicatatkan sebagai KCP.

c. Sehubungan dengan pencatatan kantor kas, payment point, atau kas


keliling sebagai KCP, apakah ada kewajiban bagi Bank BHI untuk
menyesuaikan penamaan pada papan nama kantor, surat
menyurat, kegiatan promosi, dan sebagainya?
Peraturan OJK ini tidak mewajibkan Bank BHI untuk langsung melakukan
penyesuaian penamaan pada papan nama kantor, surat menyurat, kegiatan
promosi, dan sebagainya sehubungan dengan pencatatan kantor kas, payment
point, atau kas keliling sebagai KCP, yang dapat menimbulkan biaya atau effort
bagi Bank BHI. Penyesuaian penamaan tersebut dapat dilakukan Bank BHI
berdasarkan rencana atau kebijakan masing-masing Bank BHI (baik secara
bertahap, sekaligus, dan pertimbangan lain berdasarkan kondisi atau strategi
yang akan dilakukan Bank BHI).

9. Bagaimana pertimbangan dan pengaturan jaringan kantor KCBLN dalam


Peraturan OJK ini?
Pengaturan jaringan kantor KCBLN adalah sebagaimana pengaturan kantor Bank
BHI dalam Peraturan OJK ini (mutatis mutandis).

10. Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN antara lain harus menempatkan deposito atas nama “Dewan
Komisioner OJK qq. KPBLN” di Bank BHI paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN dan
dengan persetujuan tertulis dari OJK. Bagaimana teknis penempatan
deposito tersebut di Bank BHI oleh Bank yang berkantor pusat berkedudukan
di luar negeri?
Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri dapat memilih Bank
BHI untuk menempatkan deposito dimaksud, dan penempatan deposito
dilakukan dalam mata uang Rupiah. Peraturan dimaksud hanya berlaku untuk
pembukaan KPBLN baru setelah berlakunya POJK ini (tidak berlaku bagi KPBLN
existing yang telah memperoleh izin pembukaan KPBLN sebelum POJK ini
berlaku).

10/13
11. Peraturan OJK ini juga disebut mendorong kontribusi Bank dalam
perekonomian nasional, khususnya untuk KCBLN dan KPBLN. Seperti apa
kontribusi yang diharapkan OJK? Karena menurut data, fungsi intermediasi
bank asing ini masih perlu peningkatan khususnya ke sektor produktif.
Dalam Peraturan OJK ini diatur komitmen dari KCBLN dan KPBLN untuk
mendukung dan berkontribusi dalam perekonomian nasional, antara lain:
a. KCBLN: dalam pembukaan KCBLN disyaratkan bahwa Bank yang berkantor
pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan membuka KCBLN antara
lain harus memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam perekonomian
Indonesia antara lain tercantum dalam surat pernyataan yang menyatakan
komitmen untuk berkontribusi dalam perekonomian Indonesia, rencana bisnis
yang menunjukkan bahwa KCBLN akan menyalurkan kredit ke sektor prioritas
yang mendukung pembangunan nasional.
b. KPBLN: penambahan cakupan kegiatan KPBLN yaitu mendorong peningkatan
pembiayaan dari luar negeri (offshore credit) di Indonesia untuk membiayai
proyek di sektor prioritas dan daerah.

12. Bagaimana perlakuan terhadap tim likuidasi atau tim penyelesai bagi Bank
BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum Peraturan OJK ini berlaku?
Terhadap Bank BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum Peraturan OJK
ini berlaku, ketentuan mengenai tim likuidasi atau tim penyelesai sebagaimana
diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR
Tahun 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank Umum tetap berlaku sampai dengan tugas dan fungsi tim likuidasi atau tim
penyelesai berakhir.

13. Sinergi Perbankan


a. Apa dasar pertimbangan pengaturan terkait Sinergi Perbankan dalam
Peraturan OJK ini?
Untuk menciptakan sinergi perbankan yang bertujuan mendukung efisiensi
dan optimalisasi sumber daya bank umum dalam kelompok usaha
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK mengenai konsolidasi bank
umum, dan lembaga jasa keuangan lain dalam konglomerasi Bank BHI.

b. Ketentuan sinergi antarbank yang tergabung dalam kelompok usaha bank


dalam Peraturan OJK ini apakah bersifat imbauan saja atau ada klausal
yang mengharuskan bank melakukan sinergi ini untuk tujuan efisiensi
yang positif bagi perkembangan perbankan?
Peraturan OJK ini tidak mewajibkan untuk dilakukan sinergi antarbank dalam
kelompok usaha bank. Peraturan ini mengatur pihak-pihak yang dapat
melakukan sinergi perbankan dan mekanisme dalam melakukan sinergi
perbankan, dengan dilandasi semangat untuk mendukung efisiensi dan
optimalisasi sumber daya bank umum dalam kelompok usaha sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan OJK mengenai konsolidasi bank umum, dan
lembaga jasa keuangan lain dalam konglomerasi Bank BHI.

11/13
c. Dalam Sinergi Perbankan antar LJK, siapa saja yang terlibat?
Sinergi Perbankan meliputi sinergi:
1) Bank dalam kelompok usaha bank sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan OJK mengenai konsolidasi bank umum, berupa:
a) Bank BHI sebagai perusahaan induk;
b) Bank BHI sebagai pelaksana perusahaan induk; atau
c) Bank BHI dalam kelompok usaha bank yang bukan sebagai
perusahaan induk atau pelaksana perusahaan induk,
dengan Bank BHI atau bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam struktur kelompok usaha bank;
2) PSP berupa Bank BHI dengan Bank BHI atau bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau
3) Bank BHI sebagai perusahaan induk terhadap lembaga jasa keuangan
nonbank sebagai perusahaan anak (sebagai grup konglomerasi Bank BHI).

d. Apakah Peraturan OJK ini mengatur Sinergi Perbankan antar bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah?
Sinergi Perbankan antar bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah tidak termasuk dalam cakupan ketentuan dalam
Peratuan OJK ini dan tetap mengacu pada POJK tentang Sinergi Perbankan
dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah.

14. Penyampaian perizinan dan laporan


a. Bagaimana substansi penyampaian perizinan, laporan, informasi dan/atau
data lainnya dalam POJK ini?
Penyampaian diutamakan melalui daring (melalui sistem) yaitu:
a. permohonan untuk memperoleh izin dan/atau penyampaian informasi dan
dokumen terkait perizinan, disampaikan melalui sistem perizinan OJK
dengan tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai perizinan secara
elektronik di sektor jasa keuangan.
b. pelaporan pelaksanaan, disampaikan melalui sistem pelaporan OJK dengan
tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan bank umum
melalui sistem pelaporan OJK.
c. Penyampaian informasi dan/atau data lainnya, termasuk dalam hal fitur
dalam sistem perizinan OJK dan/atau sistem pelaporan OJK belum
tersedia (atau merupakan laporan tidak terstruktur sebagaimana Peraturan
OJK mengenai pelaporan bank umum), atau dalam hal sistem perizinan
dan/atau sistem pelaporan mengalami keadaan kahar (kegagalan sistem),
dilakukan melalui sistem persuratan OJK.

b. Dalam hal apa penyampaian perizinan, laporan, informasi dan/atau data


lainnya kepada OJK dilakukan secara luring?
Penyampaian luring dilakukan dalam hal sistem persuratan OJK mengalami
keadaan kahar (kegagalan sistem).

15. Pengelompokan Bank


a. Terkait ketentuan mengenai Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti
(KBMI), apakah ini berarti menghapus ketentuan kelompok BUKU? Apa
12/13
alasan perubahannya? Apakah KBMI akan mengubah mekanisme
pengawasan perbankan?
Mengacu pada POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum
(POJK Konsolidasi), muatan pengaturannya antara lain peningkatan secara
bertahap permodalan Bank Umum (Bank BHI, bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan KCBLN) yakni
pemenuhan Modal Inti minimum dan CEMA minimum paling sedikit Rp3
triliun paling lambat 31 Desember 2022 (khusus bagi BPD s.d. 31 Desember
2024).
Sehubungan dengan peningkatan Modal Inti minimum dan CEMA minimum
menjadi Rp3 triliun tersebut, disadari tiering pengelompokan Bank Umum
berdasarkan BUKU (Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha) perlu
disempurnakan. Oleh karena itu dilakukan reklasifikasi pengelompokan Bank
Umum dari BUKU menjadi KBMI (Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti).
Perlu diketahui dan penting untuk digarisbawahi bahwa reklasifikasi menjadi
KBMI ini tidak mewajibkan Bank Umum untuk melakukan penyesuaian
modal inti atau CEMA sesuai KBMI. Pengelompokan Bank Umum berdasarkan
KBMI ini hanya diterapkan untuk kepentingan pengaturan ketentuan
prudential Bank Umum tertentu serta untuk kebutuhan statistik, dan tidak
lagi dikaitkan dengan kegiatan usaha (produk/aktivitas) serta jaringan kantor
sebagaimana pengelompokan berdasarkan BUKU.

b. Dalam Peraturan OJK ini disampaikan juga panduan pengelompokan


berdasarkan BUKU jika dikaitkan dengan KBMI. Apa maksud dari
pengaturan ini?
Panduan dimaksud bertujuan untuk membantu pemangku kepentingan lain
(antara lain Bank Indonesia, Kementerian terkait) yang memiliki pengaturan
berdasarkan BUKU dalam menyesuaikan dengan KBMI, karena aturan BUKU
akan menjadi tidak berlaku sejak Peraturan OJK ini berlaku. Panduan ini tidak
mengikat pemangku kepentingan lain dimaksud dan kewenangan penyesuaian
pengaturan existing yang berdasarkan BUKU tetap menjadi kewenangan
pemangku kepentingan dimaksud.

c. Terkait KBMI, selain panduan pengelompokan berdasarkan BUKU jika


dikaitkan dengan KBMI, ketentuan apa saja yang disesuaikan dalam
Peraturan OJK ini?
Terdapat beberapa penyesuaian ketentuan aspek prudential, yaitu
penyesuaian terkait:
1) kewajiban perhitungan dan pelaporan rasio kecukupan likuiditas dan rasio
pendanaan stabil bersih.
2) penerapan manajemen risiko dan pengukuran risiko pendekatan standar
untuk risiko suku bunga dalam banking book (interest rate risk in the
banking book).
3) kewajiban pembentukan capital conservation buffer.


13/13
SOSIALISASI
POJK NOMOR 12/POJK.03/2021
TENTANG
BANK UMUM

© Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan


AGUSTUS 2021
[0]
Latar Belakang
Tren perkembangan industri Penguatan industri dan Penyesuaian dengan
dan teknologi perbankan proses bisnis perbankan kebijakan terkini

1 Shifting dari Traditional Bank ke Digital 1 Permodalan dan kriteria untuk pendirian UU PPKSK, UU Ciptaker, UU LPS, POJK
Bank (Bank tanpa jaringan kantor/ Bank, KCBLN, KPBLN, agar kontributif Konsolidasi, POJK PKK, POJK Exit Policy, dll
Branchless) : dalam perekonomian Indonesia Ketentuan yang berlaku perlu dikinikan karena
Transformasi strategi bisnis Bank ke tidak sesuai dengan perkembangan industri
arah Digital Banking (termasuk dalam bentuk PBI dan SK Dir. BI):
2 Penyederhanaan dan percepatan 1) PBI No. 11/1/PBI/2009 dan PBI No.
2 Perkembangan jaringan distribusi (jaringan perizinan/ dokumentasi/pelaporan Bank 13/27/PBI/2011 tentang Bank Umum
kantor) Bank telah merubah cara Bank serta digitalisasi perizinan dan pelaporan 2) Surat Edaran Bank Indonesia No.
beroperasi: 14/4/DPNP tanggal 25 Januari 2012
perihal Bank Umum
Perkembangan channel fisik: pendirian 3) SK Dir. BI No. 32/37/KEP/DIR tahun 1999
Kantor Cabang digital (digital branch) tentang Persyaratan dan Tata Cara
Perkembangan channel elektronik (e- Pembukaan Kantor Cabang, Kantor
Channel): Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan
§ Perkembangan jenis Perangkat dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Perbankan Elektronik (PPE) Negeri
4) SK Dir. BI No. 32/53/KEP/DIR tahun 1999
§ Perkembangan digital channel tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
(peningkatan transaksi mobile & Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum
internet/flight to digital) 5) POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang
§ Penurunan jumlah jaringan kantor Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
fisik Bank Berdasarkan Modal Inti Bank (termasuk
Penataan strategi jaringan distribusi ketentuan BUKU)
oleh Bank 6) SEOJK No. 14/SEOJK.03/2016 tentang
Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum
Pengembangan jarkan berdasarkan berdasarkan Modal Inti
pengelompokan bank (BUKU) serta 7) POJK No. 17/POJK.03/2018 tentang
zonasi sudah tidak relevan Perubahan POJK No. 6/POJK.03/2016 [1]
Struktur POJK Bank Umum

1 KETENTUAN UMUM 8 PERUBAHAN NAMA DAN


LOGO BANK BHI 15 PENYAMPAIAN PERIZINAN
DAN LAPORAN

PERUBAHAN KEGIATAN
2 RENCANA KORPORASI 9 USAHA DAN ANGGARAN
DASAR BANK BHI
16 PENGELOMPOKAN BANK

3 PENDIRIAN BANK BHI 10 PERUBAHAN BENTUK


BADAN HUKUM BANK BHI 17 KETENTUAN LAIN-LAIN

4 BANK DIGITAL 11 KCBLN 18 KETENTUAN PERALIHAN

KEPEMILIKAN DAN
5 PERUBAHAN
MODAL BANK BHI
12 KPBLN 19 KETENTUAN PENUTUP

DIREKSI, DEWAN KOMISARIS PENCABUTAN IZIN USAHA


6 DAN PEJABAT EKSEKUTIF
BANK BHI DAN KCBLN, 13 BANK BHI ATAU KCBLN
ATAU PENUTUPAN KPBLN
SANKSI
(diatur pada masing-masing Bab)
SERTA PEMIMPIN KPBLN

7 KANTOR BANK BHI 14 SINERGI PERBANKAN


Pengaturan baru

[2]
Ketentuan Umum
Pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan wajib memperoleh izin usaha sebagai Bank
dari OJK kecuali diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersendiri.
Bentuk badan hukum Bank Berbadan Hukum Indonesia (Bank BHI)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kantor dari bank yang berbadan hukum dan memiliki kantor pusat di
luar negeri yang beroperasi di Indonesia terdiri atas:
§ Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri
(KCBLN)
§ Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri
(KPBLN)

[3]
Rencana Korporasi (Corporate Plan)
“menyelaraskan perencanaan strategis bagi Bank BHI dan KCBLN, yaitu jangka panjang (5 tahun) dalam
Rencana Korporasi dan jangka pendek-menengah (1-3 tahun) dalam Rencana Bisnis Bank”

RENCANA KORPORASI Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana strategis jangka panjang (5 tahun)
secara menyeluruh yang berisi rumusan arah untuk mencapai tujuan Bank.

Rencana Korporasi Perubahan Rencana Korporasi


Disampaikan secara berkala (periode 5 tahunan) Dalam hal terdapat kondisi eksternal dan internal
Kriteria yang secara signifikan mempengaruhi sasaran dan
strategi Bank
§ disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan Komisaris
Mekanisme
§ penyusunan Rencana Bisnis Bank diselaraskan dengan Rencana Korporasi
paling sedikit memuat: paling sedikit memuat:
a. visi dan misi Bank a. alasan perubahan rencana korporasi
b. evaluasi kinerja Bank periode sebelumnya (tidak b. evaluasi kinerja Bank periode sebelumnya
Isi
diperlukan untuk penyusunan pertama kali) c. visi dan misi Bank terkini
c. analisis lingkungan internal & eksternal d. analisis lingkungan internal & eksternal terkini
d. sasaran dan strategi Bank e. sasaran dan strategi Bank terkini
p.l. akhir November tahun sebelum periode awal dari 5 sewaktu-waktu dalam periode 5 tahunan rencana
tahun rencana korporasi dimulai korporasi p.l. akhir November
Penyampaian Contoh: RK 2022-2026 disampaikan p.l akhir Nov 2021 Contoh, RK 2022-2026 akan dilakukan perubahan
ke OJK untuk periode 2024-2026:
§ perubahan RK 2022-2026 disampaikan
sewaktu-waktu p.l akhir bulan Nov 2024
§ Bank yang belum memiliki RK, menyampaikan kepada OJK p.l. akhir Nov 2021.
§ Bank yang telah memiliki RK sesuai ketentuan, menyampaikan kepada OJK p.l 14 hk sejak POJK ini berlaku.
*diatur dalam Bab: Ketentuan Peralihan [4]
Bank Digital (1/2)
“mempertegas pengertian Bank Digital yaitu bank yang saat ini telah melakukan digitalisasi produk dan layanan
(incumbent), transformasi, atau melalui pendirian bank baru yang langsung berstatus full digital banking”
Bank Digital: Bank BHI yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui
saluran elektronik tanpa kantor fisik selain KP atau dapat menggunakan kantor fisik yang terbatas.

Pengaturan Bank Digital hanya untuk Bank BHI


(KCBLN didorong untuk akuisisi Bank BHI dalam hal akan melakukan operasional sebagai bank digital).

Pendirian Bank Digital


Pendirian Bank BHI Baru sebagai Bank Digital Transformasi Bank BHI Existing menjadi Bank Digital
§ memenuhi persyaratan pendirian Bank BHI § memenuhi persyaratan kelayakan yang dituangkan
§ memenuhi persyaratan kelayakan (disampaikan saat dalam RBB.
pengajuan izin prinsip pendirian). § jaringan kantor as-is (penataan jarkan fisik
§ hanya dapat membuka jaringan kantor berupa KC Digital, diserahkan ke strategi Bank)
KF non operasional, dan dapat menggunakan TPE

Kelayakan Bank Digital:


§ memiliki model bisnis dengan penggunaan teknologi yang inovatif dan aman dalam melayani kebutuhan nasabah.
§ memiliki kemampuan untuk mengelola model bisnis perbankan digital yang pruden dan berkesinambungan.
§ memiliki manajemen risiko secara memadai (a.l. termasuk MRTI).
§ memenuhi aspek tata kelola termasuk pemenuhan Direksi dengan kompetensi di bidang IT dan kompetensi lain
sebagaimana POJK PKK.
§ menjalankan perlindungan terhadap keamanan data nasabah.
§ memberikan upaya yang kontributif terhadap perkembangan ekosistem keuangan digital dan/atau inklusi keuangan. [5]
Bank Digital (2/2)
Bank Digital wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Bank BHI (berlaku
ketentuan perbankan existing).

Insentif:

No Topik Pendirian Bank Baru sebagai Bank Digital Transformasi Bank Existing menjadi Bank Digital
1 Modal pendirian Pemenuhan modal pendirian Rp10 T bertahap: Sesuai POJK Konsolidasi Bank Umum:
§ Min. Rp3 T saat permohonan izin prinsip. § Anggota KUB minimal Rp1 T
§ Sisanya saat permohonan izin usaha § Selain anggota KUB dan Bank non KUB: minimal
Rp3 T

2 Penutupan N/A Penutupan jarkan yang dimiliki selain KP dapat


jaringan kantor diajukan kepada OJK secara sekaligus, bertahap atau
sebagian.

3 Penggunaan TKA Penggunaan TKA untuk Direksi, PE, dan/atau tenaga ahli atau konsultan, dengan mengecualikan
batasan kepemilikan saham Bank BHI oleh WNA/BHA dalam penggunaan TKA sebagaimana POJK TKA.

4 Sinergi perbankan Bank BHI yang beroperasi sebagai bank digital yang tergabung dalam KUB dapat melakukan sinergi
(resources sharing) perbankan.

“Tidak ada pembedaan antara bank yang telah memiliki layanan digital, bank digital hasil
transformasi dari bank incumbent, ataupun bank digital yang terbentuk melalui pendirian bank
baru (full digital bank)”
[6]
Sinergi Perbankan
“ketentuan sinergi perbankan bertujuan untuk mendukung efisiensi dan optimalisasi sumber daya bank dan
lembaga jasa keuangan lain dalam kelompok usaha bank (KUB), yang didasarkan dalam perjanjian kerjasama”

CAKUPAN MEKANISME PELAPORAN PENGAWASAN OJK

Sinergi Perbankan meliputi: § Sinergi dilakukan melalui § Salinan PKS dan perubahan OJK berwenang mereview PKS
§ sinergi Bank yang tergabung perjanjian kerja sama (PKS) secara PKS wajib dilaporkan ke OJK dan melakukan tindakan
dalam kelompok usaha bank tertulis. dalam 5 hk. pengawasan yang diperlukan
(KUB) § PKS paling sedikit mencakup pihak, § Bank BHI wajib melaporkan untuk menjaga keberlangsungan
§ sinergi Bank sebagai PSP tujuan dan ruang lingkup, jangka kepada OJK jika terdapat operasional kedua belah pihak
dengan Bank BHI waktu, hak dan kewajiban setiap rencana penghentian KS sehubungan sinergi yang
§ sinergi Bank sebagai pihak, opini DPS bagi sinergi yang sebelum jk waktu PKS dilakukan (diatur internal).
perusahaan induk dengan LJK melibatkan BUS. selesai pl 30 hk sebelum
non bank sebagai perusahaan tanggal efektif penghentian
anak, § Sinergi didasarkan pada hubungan
kerja sama secara wajar (arm’s KS.
berupa dukungan resource sharing
a.l. pemanfaatan infrastruktur, length principle).
teknologi, layanan perbankan, § Pihak yang menerima manfaat
SDM. bertanggung jawab atas risiko yang
timbul atas keputusan
bisnis/layanan/operasional dari
pelaksanaan Sinergi. [7]
Pengelompokan Bank
“redefinisi pengelompokan bank mendukung terlaksananya implementasi pengaturan secara efektif dan pengawasan
yang lebih efisien serta mendukung analisis kinerja dan risiko yang lebih akurat.
Bank tidak diwajibkan untuk melakukan penyesuaian modal inti sesuai KBMI”
1. Peningkatan modal inti dan CEMA minimum menjadi Rp3 T sebagaimana POJK Konsolidasi (2020)
mendorong diperlukan penyesuaian (redefinisi) pengelompokan Bank dari BUKU menjadi KBMI
(Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti):
§ BUKU 1: Rp100 M s.d < Rp1 T § KBMI 1: s.d Rp6 T
§ BUKU 2: Rp1 T s.d < Rp5 T § KBMI 2: >Rp6 T s.d Rp14 T
§ BUKU 3: Rp5 T s.d < Rp30 T § KBMI 3: >Rp14 T s.d Rp70 T
§ BUKU 4: > Rp30 T § KBMI 4: >Rp70 T
2. KBMI:
§ tidak dikaitkan dengan kegiatan usaha (produk/aktivitas) dan jaringan kantor Bank (kegiatan
usaha didasarkan pada Risk Based Analysis terhadap Bank)
§ digunakan untuk kepentingan pengaturan prudensial, keperluan statistik, dan ketepatan
penggelompokan bank sesuai peer-nya
3. Dilakukan penyesuaian perubahan BUKU menjadi KBMI terhadap pengaturan Prudensial:
Aturan Pemberlakuan
LCR dan NSFR BUKU 3, BUKU 4 dan Bank Asing menjadi KBMI2, KBMI 3, KBMI 4 dan Bank Asing
Manajemen Risiko dan § yang telah menerapkan sebelum POJK Bank Umum berlaku, tetap menerapkan IRRBB
Pengukuran Risiko § yang telah termasuk dalam KBMI2, KBMI 3, dan KBMI 4 kemudian menjadi KBMI 1,
(IRRBB) maka tetap menerapkan IRRBB
CCB (Capital bagi Bank BHI dan KCBLN BUKU 3 dan BUKU 4, menjadi bagi Bank BHI dan KCBLN KBMI
Conservation Buffer) 2, KBMI 3, dan KBMI 4

4. Panduan kesetaraan pengaturan BUKU dengan KBMI bagi stakeholder lain (Kementerian, BI, dsb)
(BUKU1/BUKU 2 = KBMI 1; BUKU 3 = KBMI 2/KBMI 3; BUKU 4 = KBMI 3/KBMI 4) [8]
Pendirian Bank BHI
“pemenuhan modal pendirian menjadi Rp10 T didasarkan atas suatu kajian agar Bank dapatmelaksanakan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi secara efisien, memperoleh profit yang sustainable dan mampu berkontribusi secara optimal terhadap
perekonomian nasional. Pengaturan pendirian Bank BHI ini berlaku bagi pendirian Bank BHI baru setelah POJK ini berlaku”

PERSYARATAN UTAMA
1. Bentuk Hukum
Perusahaan Terbatas (PT), Perusahaan daerah (PD) atau Koperasi
2. Modal disetor minimal Rp10 Triliun:
§ Dilarang berasal dari dari pinjaman/pembiayaan dari bank/pihak lain di Indonesia
§ Dilarang berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
3. Pemegang Saham:
§ WNI dan/atau BHI; atau
§ WNI dan/atau BHI dengan WNA dan/atau BHA secara kemitraan (kepemilikan WNA/BHA maks 99% dari modal
disetor bank)

hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK

Tahap 1: PERSETUJUAN PRINSIP Tahap 2: IZIN USAHA


persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian izin untuk melakukan kegiatan usaha setelah
Bank BHI persiapan pendiran Bank BHI
Pemenuhan persyaratan, a.l.: Pemenuhan persyaratan, a.l.:
§ rancangan akta pendirian badan hukum Bank § akta pendirian badan hukum
§ data kepemilikan § bukti setoran modal (100%)
§ daftar susunan calon Direksi dan calon Dekom § bukti kesiapan operasional
§ rencana korporasi dan rencana bisnis Bank BHI
§ bukti setoran modal (minimal 40%)
[9]
Pembukaan KCBLN
“pemenuhan CEMA pembukaan KCBLN menjadi Rp10 T didasarkan atas suatu kajian agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi secara efisien, memperoleh profit yang sustainable dan mampu berkontribusi secara optimal terhadap
perekonomian nasional. Pengaturan pembukaan KCBLN ini berlaku bagi pembukaan KCBLN baru setelah POJK ini berlaku”

PERSYARATAN UTAMA
Bank yang berkantor pusat di LN yang akan membuka KC di Indonesia:
1. memiliki kinerja dan reputasi yang baik
2. memiliki total aset termasuk 100 besar dunia dalam 3 tahun terakhir
3. memenuhi CEMA paling sedikit Rp10 Triliun
hanya dapat dibuka dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK

Tahap 1: PERSETUJUAN PRINSIP Tahap 2: IZIN USAHA


persetujuan untuk melakukan persiapan izin untuk melakukan kegiatan usaha setelah
pembukaan KCBLN persiapan pembukaan KCBLN
Pemenuhan persyaratan, a.l.: Pemenuhan persyaratan, a.l.:
§ salinan akta pendirian badan hukum bank yang § bukti setoran CEMA (100%)
berkedudukan di LN § bukti kesiapan operasional
§ salinan dokumen dan/atau informasi resmi terkait izin usaha
bank yang berkedudukan di LN
§ salinan dokumen yang menyatakan bahwa bank yang
berkedudukan di LN
§ memiliki kinerja dan reputasi baik dan memiliki total aset
termasuk 100 besar dunia dalam 3 th terakhir
§ daftar susunan calon Direksi KCBLN
§ rencana korporasi dan rencana bisnis KCBLN
§ bukti setoran CEMA (minimal 40%)
[10]
Pembukaan KPBLN
“penempatan deposito oleh KPBLN di Bank BHI minimal Rp3 Triliun (selama operasi KPBLN) sebagai bentuk dukungan dalam
kontribusi terhadap perekonomian nasional. Pengaturan tersebut berlaku bagi pembukaan KPBLN baru setelah POJK ini berlaku”

PERSYARATAN UTAMA KPBLN wajib menyampaikan laporan


1. memiliki total aset termasuk 200 besar dunia dalam 3 tahun terakhir. kepada OJK tentang debitur di Indonesia
2. menempatkan deposito di Bank BHI minimal Rp3 T (selama operasi KPBLN). yang menerima pinjaman dan/atau
3. Kegiatan KPBLN: memperoleh garansi bank dari kantor
a) dilarang melakukan kegiatan usaha bank
b) diperkenankan melakukan aktivitas:
pusat atau kantor cabang di luar negeri,
§ memberikan keterangan kepada pihak ke-3 mengenai syarat/tata cara melakukan hubungan dengan untuk posisi akhir bulan Maret, bulan
KP/KC di LN Juni, bulan September, dan bulan
§ membantu KP atau KC di LN dalam mengawasi agunan kredit yang berada di Indonesia Desember, yang wajib disampaikan
§ bertindak sebagai pemegang kuasa dalam menghubungi instansi atau lembaga guna keperluan paling lama 5 (lima) hari kerja bulan
KP/KC di LN berikutnya.
§ bertindak sebagai pengawas terhadap proyek yang dibiayai oleh KP/KC di LN
§ melakukan kegiatan promosi dalam rangka memperkenalkan bank
§ memberikan informasi mengenai ekonomi, keuangan, perdagangan Indonesia kepada pihak LN atau KPBLN wajib menyampaikan rencana
sebaliknya kerja untuk 1 (satu) tahun ke depan
§ membantu eksportir Indonesia memperoleh akses pasar di LN melalui jaringan KPBLN atau kepada OJK yang ditandatangani oleh
sebaliknya pemimpin KPBLN kepada OJK paling
§ mendorong peningkatan pembiayaan dari LN (offshore credit) di Indonesia untuk proyek sektor lambat akhir bulan November.
prioritas/daerah

hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK

Dokumen pendukung, a.l.:


§ salinan akta pendirian, dokumen terkait izin usaha bank yang berkedudukan di LN
§ salinan dokumen terkait kinerja dan reputasi baik dan total aset termasuk 200 besar dunia dalam
3 tahun terakhir
§ laporan keuangan konsolidasi KP 3 tahun terakhir
§ salinan bilyet deposit minimal Rp3 Triliun
§ calon pemimpin KPBLN
§ rencana kerja KPBLN dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pertama
[11]
Pencabutan Izin Usaha Bank BHI/KCBLN atau Penutupan KPBLN
No Trigger Mekanisme
1 Permintaan pemilik/PS a) Tidak dalam status BDPK
BHI (termasuk Bank b) Melaksanakan tahapan CIU dalam 2 tahap (persetujuan persiapan CIU dan keputusan CIU)
Perantara) permohonan persetujuan permohonan
14 hk tindak lanjut keputusan CIU
30 hk tindak lanjut
permohonan persetujuan
persiapan CIU persiapan CIU
tindak lanjut permohonan CIU
persiapan CIU 14 hk persiapan CIU
Kelengkapan CIU usaha Kelengkapan dokumen CIU
a. Pengentian kegiatan 30 hk keputusan tindak lanjut
a. pembubaran badan
dokumen b.Pengumuman rencana CIU hukum Bank BHI
2 PermintaanKelengkapan
kantor
dokumen
a. Pengentian kegiatan
b.Pengumuman rencana
usaha Kelengkapan dokumen
ke masyarakat
CIU
a. pembubaran badan
b.penutupan KCBLN
hukum Bank BHI
c. Penyelesaian hak dan c. kewajiban yang belum
pusat KCBLN ke masyarakat kewajiban. Bagi KCBLN b.penutupan KCBLN
selesai menjadi tanggung
c. Penyelesaian hak dandapat berupa skema c. kewajiban yangPSbelum
jawab Bank BHI atau
kewajiban. Bagi KCBLN penyelesaian, serta dapat KP KCBLN
selesai menjadi tanggung
membentuk tim penyelesai
dapat berupa skema(jangka waktu p.l. 6 bulan) jawab PS Bank BHI atau
penyelesaian, serta dapat KP KCBLN
3 Permintaan pemilik/PS membentuk
Dilaksanakan sesuai POJK tim penyelesai
tentang BPR/BPRS
(jangka waktu p.l. 6 bulan)
BHI menjadi BPR/BPRS
permohonan persetujuan/
4 Permintaan kantor 14 hk penolakan OJK
penutupan KPBLN
permohonan persetujuan/
pusat KPBLNdokumen
§ Kelengkapan penutupan KPBLN 14 hk penolakan OJK
§ Kewajiban KPBLN telah § Kelengkapan dokumen
diselesaikan/mekanisme penyelesaian
§ Kewajiban KPBLN telah
diselesaikan/mekanisme penyelesaian

4 Tindak lanjut dari Dilaksanakan sesuai dengan


Informasi CIUketentuan
KP peraturan
keputusan CIU perundang-undangan
KCBLN atau (a.l. terkait
tindak lanjut LPS)
KCBLN/KPBLN penutupanKPBLN
resolusi Bank
§ disampaikan ke OJK p.l 3 § KCBLN menghentikan kegiatan usaha
5 CIU KCBLN/KPBLN hk sejak CIU oleh otoritas § KPBLN menghentikan kegiatan KPBLN
negara
Informasi CIU KP setempat
keputusan CIU KCBLN atau § Penyelesaian hak/kewajiban
karena Likuidasi KCBLN/KPBLN penutupanKPBLN
tindak§lanjut
Info CIU KCBLN kepada LPS
KCBLN/KPBLN oleh § disampaikan ke OJK p.l 3 § KCBLN menghentikan kegiatan usaha
Otoritas Negara hk sejak CIU oleh otoritas § KPBLN menghentikan kegiatan KPBLN
negara setempat § Penyelesaian hak/kewajiban
Setempat § Info CIU KCBLN kepada LPS

[12]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (1)
“penyederhanaan jenis jaringan kantor Bank sesuai dengan tren jaringan distribusi Bank”
Ketentuan Existing (PBI dan SK. Dir) RPOJK Bank Umum
Kantor Cabang dari Kantor Cabang dari Kantor Perwakilan
Bank Berbadan Bank Berbadan
Bank yang Bank yang dari Bank yang
Hukum Indonesia Kantor Perwakilan Hukum Indonesia Keterangan
Berkedudukan di Berkedudukan di Berkedudukan di
(Bank BHI) (Bank BHI)
Luar Negeri (KCBLN) Luar Negeri (KCBLN) Luar Negeri (KPBLN)
Kantor Pusat (KP) Kantor Pusat (KP) ---
Kanwil menginduk ke KP (sebagai perpanjangan
tangan KP sesuai delegasi fungsi a.l. koordinasi,
Kantor Wilayah (Kanwil) Kantor Wilayah (Kanwil)
monitoring, dsb terhadap aktivitas bisnis dan operasional
Bank)
Kantor Cabang Kantor Cabang Jaringan kantor yang melakukan kegiatan usaha Bank
Kantor Cabang (KC) Kantor Cabang (KC)*
(KCBLN) (KCBLN)
Jaringan kantor yang melakukan kegiatan usaha Bank
dan menginduk ke KC, dapat berupa:
Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang
a. Permanen
Pembantu (KCP) Pembantu (KCP) Pembantu (KCP)** Pembantu (KCP)*
b. Mobile (seperti Kas Mobil, Kas Terapung, Konter
Bank Non Permanen).
Jaringan kantor yang Bank yang melakukan atau
mendukung kegiatan usaha Bank secara khusus. Terdiri
atas:
Kantor Fungsional (KF) Kantor Fungsional (KF) Kantor Fungsional (KF)
§ KF Operasional: a.l. sentra kredit, card center
§ KF Non Operasional: a.l. kantor pemasaran, IT
center
Kantor Kas (KK) Kantor Kas (KK) KK dan PP dihapus. KK dan PP existing dilaporkan
Kantor dibawah KCP** sebagai KCP (bagi Bank BHI) atau Kantor dibawah KCP
Payment Point (PP) Payment Point (PP) (bagi KCBLN)
Kas Keliling (Kas Mobil, Kas Keliling dihapus, dan dilaporkan sebagai KCP
Kas Terapung, Konter
Bank Non Permanen)
KC di Luar Negeri Penamaan di-grouping menjadi “Kantor di LN”, yang
KCP di Luar Negeri dapat berupa KC, KCP, Kantor Perwakilan atau
Kantor di Luar Negeri mengikuti bentuk/penamaan berdasarkan pengaturan di
Kantor Perwakilan di negara setempat, dan didasarkan strategi
Luar Negeri bisnis/jarkan Bank.
Perangkat Perbankan Elektronis Contoh Terminal Perbankan Elektronik a.l. ATM,
Terminal Perbankan Elektronik
(ATM, ADM/CDM, EDC) CDM, EDC, CRM, Self Service Banking Terminal, dsb
Kantor Perwakilan Kantor Perwakilan
(KPBLN) (KPBLN)
Ketr: * dan ** untuk Bank BHI dan KCBLN adalah setara
12 kategori 5 kategori 1 kategori 7 kategori 5 kategori 1 kategori [13]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (2)
Existing POJK Bank Umum

Kantor Pusat di LN Kantor Pusat di LN

Kantor KCBLN KPBLN Kantor KCBLN KPBLN


Pusat Pusat

KCP Kegiatan
Kas di KCP
Kantor Luar Kantor
Wilayah Kantor Wilayah
Kantor Bank
Kas
Kantor
dibawah
Kantor Kantor Kantor Kantor di LN Kantor KCP
Cabang LN Perwakilan Cabang §KC di LN Cabang
LN §KCP di LN
Kantor Fungsional §Kantor Kantor
(Operasional atau Non Ops) Perwakilan di Fungsional
LN (Operasional
Kantor atau Non Ops)
Capem LN/ KCP
Gerai (Sub- Kegiatan Pelayanan Kas
§Permanen
Branch) KCP Kantor Kas Keliling: §Mobile (Kas
Kas Mobil, Kas
Terapung,
Kas Kas Konter Non Konter Bank
Mobil Terapung Permanen Non
Permanen)

Payment PPE: ATM, EDC


Point ADM/CDM Terminal Perbankan Elektronik (TPE)
(ATM, CDM, EDC, CRM, Self Service Banking Terminal, dsb)
Bank BHI atau KCBLN menetapkan kantor atau unit organisasi
yang bertanggung jawab sebagai pengelola atas TPE yang dimiliki
[14]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (3)
“penyederhanaan proses perizinan penyelenggaraan jaringan kantor Bank sesuai dengan tren jaringan
distribusi Bank”

MEKANISME PENYELENGGARAAN JARINGAN KANTOR


1. Penyelenggaraan dengan perizinan OJK:
Pencantuman dalam RBB Pengajuan Permohonan Izin ke Persetujuan/ Pelaksanaan
OJK Penolakan OJK
Pembukaan/penutupan:
§ Kanwil p.l. 30 hk sebelum rencana dalam 14 hk p.l. 30 hk sejak tanggal persetujuan
§ KC pelaksanaan OJK.
§ Kantor di LN p.l. 30 hk sebelum rencana dalam 14 hk § p.l. 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengajuan ke otoritas setempat persetujuan OJK
§ sesuai ketentuan otoritas negara
setempat bagi penutupan Kantor
di LN
Perubahan status:
§ KCP menjadi KC memenuhi persyaratan dan tata cara sesuai dengan pembukaan KC
§ KC menjadi KCP Info ke OJK p.l. 30 hk sebelum -- paling cepat 14 hk sejak
tanggal rencana pelaksanaan tanggal penyampaian informasi kepada
perubahan status OJK dan p.l. sesuai tanggal rencana
pelaksanaan perubahan status
Pemindahan alamat:
§ KP yang mengakibatkan p.l. 30 hk sebelum rencana dalam 14 hk p.l. 30 hk sejak tanggal persetujuan
perubahan tempat pelaksanaan OJK
kedudukan dalam AD
§ Kanwil ke provinsi yang
berbeda
§ Kantor di LN ke kota p.l. 30 hk sebelum rencana dalam 14 hk sesuai ketentuan otoritas setempat
yang berbeda pengajuan ke otoritas setempat

2. Penyelenggaraan jaringan kantor lainnya melalui informasi awal atau pelaporan kepada OJK

[15]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (4)
*pengaturan jaringan kantor yang diatur dalam Bab: Ketentuan Lain-Lain

Jaringan kantor:
q Bank BHI/KCBLN tetap dapat mempertahankan jarkan sebelum POJK ini diundangkan, sepanjang
telah memperoleh persetujuan OJK.
q Bank BHI/KCBLN yang sampai berlakunya POJK ini memiliki jaringan kantor kas, payment point,
atau kas keliling yang antara lain berupa kas mobil, kas terapung atau konter bank non permanen,
mencatatkan sebagai KCP (bagi Bank BHI) atau kantor di bawah KCP (bagi KCBLN):
§ dengan melakukan pengkinian pada sistem pelaporan OJK pada periode penyampaian laporan
terdekat sejak POJK ini berlaku, atau disesuaikan dengan rencana dan kebijakan jaringan
kantor Bank BHI/KCBLN.
§ penyesuaian penamaan pada papan nama kantor, surat menyurat, kegiatan promosi,
disesuaikan dengan rencana pengkinian dari Bank BHI/KCBLN.

Kegiatan operasional di luar hari kerja operasional, pada hari libur, dan/atau tidak
beroperasi pada hari kerja:
Bank BHI/KCBLN mengumumkan rencana dimaksud melalui:
§ surat kabar harian berbahasa Indonesia
§ situs web Bank BHI/KCBLN, dan/atau
§ akun media sosial resmi Bank BHI/KCBLN

[16]
Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank BHI
Pengaturan
Sumber dana dilarang:
a. berasal dari pinjaman/pembiayaan dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia
b. berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
Kepemilikan Bank BHI paling tinggi sejumlah modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan.
oleh badan hukum
Kepemilikan saham dilarang diagunkan atau dijaminkan kepada pihak lain, kecuali oleh lembaga lain yang memenuhi
Bank BHI oleh PSP syarat.
Informasi kepada OJK 1. perubahan direksi dan/atau dewan komisaris dari PSP berupa badan hukum
2. perubahan modal disetor Bank BHI yang disebabkan karena dividen yang dibagikan dalam
bentuk saham
3. perubahan komposisi kepemilikan saham Bank BHI yang tercatat dalam AD dan tidak
mengakibatkan perubahan pengendalian
4. perubahan komposisi kepemilikan saham Bank BHI yang:
a) tercatat dalam anggaran dasar yang disebabkan oleh hibah atau waris saham; dan
b) tidak mengakibatkan perubahan modal disetor,
5. perubahan modal dasar Bank BHI
paling lama 10 hk sejak perubahan atau setelah tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar dari
instansi yang berwenang.

[17]
Direksi, Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif Bank BHI dan KCBLN,
serta Pemimpin KPBLN
Pengurus:
Calon anggota Direksi atau calon anggota Dewan Komisaris Bank BHI, calon anggota Direksi KCBLN (Pengurus)
atau calon pemimpin KPBLN wajib mengikuti PKK.
Calon Pengurus yang mendapat persetujuan dari OJK dilakukan pengangkatan oleh RUPS p.l. 6 bulan setelah
diperoleh persetujuan OJK.
Informasi pengangkatan Pengurus atau pemimpin KPBLN ke OJK p.l. 10 hk sejak tanggal pengangkatan efektif.
Informasi Pengurus atau pemimpin KPBLN yang diberhentikan, mengundurkan diri, atau meninggal dunia p.l.
10 hk sejak tanggal surat pemberhentian, pengunduran diri, atau dinyatakan meninggal dunia.

Pejabatan Eksekutif:
Bank BHI atau KCBLN wajib melakukan penilaian aspek integritas, reputasi keuangan, dan kompetensi
terhadap calon Pejabat Eksekutif (PE) sebelum melakukan pengangkatan/penggantian Pejabat Eksekutif.
penunjukan sementara PE dilakukan dalam hal terdapat kekosongan jabatan PE dan wajib mengangkat PE
definitif p.l. 6 bulan sejak tanggal penunjukan sementara PE.
Bank BHI atau KCBLN wajib melaksanakan pengakhiran masa jabatan PE p.l. 10 hk sejak tanggal surat
pemberitahuan dari OJK mengenai rekam jejak negatif PE diterima oleh Bank BHI atau KCBLN.

Penggunaan TKA:
Bank yang memanfaatkan TKA harus mematuhi persyaratan dan tata cara pemanfaatan TKA sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

[18]
Perubahan Nama dan Logo Bank BHI dan KCBLN
Bank BHI

a) Perubahan nama:
- Rencana perubahan nama disampaikan kepada OJK paralel dengan proses persetujuan Kemenkumham.
- Penyampaian untuk penetapan OJK 5 hk sejak persetujuan Kemenkumham
- Penetapan OJK: dalam 14 hk
- Pengumuman kepada masyarakat: dalam 5 hk sejak penetapan OJK
- Penyampaian bukti pengumuman kepada OJK: p.l. 10 hk sejak tanggal pengumuman kepada masyarakat

b) Perubahan logo:
- Penyampaian rencana perubahan logo ke OJK dan tanggal efektif
- Pengumuman perubahan logo kepada masyarakat p.l. 5 hk setelah tanggal efektif perubahan logo
- Pelaporan pelaksanaan ke OJK disertai bukti pengumuman ke masyarakat p.l. 10 hk sejak tanggal efektif.

KCBLN

a) Perubahan nama KP KCBLN:


- Disampaikan ke OJK p.l 30 hk setelah perubahan nama
- Penetapan OJK: p.l. 14 hk
- Pengumuman kepada masyarakat dalam 5 hk sejak penetapan OJK
- Penyampaian bukti pengumuman kepada OJK: p.l. 10 hk sejak tanggal pengumuman kepada masyarakat

b) Perubahan logo KP KCBLN:


- Diumumkan oleh KCBLN ke masyarakat p.l. 5 hk setelah tanggal efektif perubahan logo di Indonesia.
- Pelaporan pelaksanaan ke OJK disertai bukti pengumuman ke masyarakat p.l. 10 hk sejak tanggal efektif.
[19]
Perubahan Kegiatan Usaha dan Anggaran Dasar Bank BHI

Perubahan kegiatan usaha:


Perubahan kegiatan usaha Bank BHI menjadi
Bank BHI Syariah (BUS) dan pengaturan jaringan
kantor UUS mengacu kepada ketentuan
perundang-undangan.

Perubahan AD:
Bank BHI wajib melaporkan kepada OJK setiap perubahan AD p.l. 10 hk setelah
diterimanya persetujuan atau penerimaan pemberitahuan perubahan AD dari
instansi yang berwenang.

[20]
Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank BHI

01 02

§ perubahan bentuk badan Perizinan dilakukan dalam 2 tahap:


hukum Bank BHI hanya
1) persetujuan prinsip: persiapan
dapat dilakukan oleh
perubahan bentuk badan hukum
Bank BHI dengan bentuk
Bank BHI
badan hukum selain PT
§ diberikan OJK p.l. 30 hk
menjadi PT
§ persetujuan OJK berlaku
§ wajib dilakukan dengan maksimal 3 bulan sejak tanggal
persetujuan OJK. persetujuan
2) persetujuan pengalihan izin
usaha: mengalihkan izin usaha
dari badan hukum selain PT
kepada PT
§ diberikan OJK p.l. 30 hk
§ pelaksanaan perubahan
bentuk badan hukum
diumumkan kepada
masyarakat p.l. 5 hk setelah
tanggal persetujuan OJK. [21]
Penyampaian Perizinan dan Laporan

Penyampaian secara daring (online):


§ Permohonan untuk memperoleh izin dan/atau penyampaian informasi dan dokumen terkait perizinan
disampaikan oleh Bank BHI atau KCBLN melalui sistem perizinan OJK dengan tata cara yang mengacu
pada POJK mengenai perizinan secara elektronik di sektor jasa keuangan
§ Pelaporan pelaksanaan melalui sistem pelaporan OJK dengan tata cara yang mengacu pada POJK
mengenai pelaporan bank umum melalui sistem pelaporan OJK, dan jangka waktu pelaporan disesuaikan
pada periode laporan dimana pelaksanaan aktivitas yang dilaporkan telah terealisasi efektif.
§ Penyampaian informasi dan/atau data lainnya dilakukan melalui sistem persuratan OJK.

Penyampaian secara luring (offline):


dalam hal daring belum tersedia/keadaan kahar, yang ditujukan kepada satker OJK terkait.

[22]
Ketentuan Lain-Lain

01 PENYAMPAIAN RISALAH RUPS BANK BHI


Disampaikan p.l 14 hk setelah diselenggarakannya
RUPS, sepanjang risalah RUPS dimaksud belum
disampaikan sebagai kelengkapan dokumen dalam
ketentuan OJK

02 PENATAUSAHAAN DOKUMEN
Bank BHI, KCBLN atau KPBLN wajib
menatausahakan dokumen dalam pengajuan
perizinan sebagaimana diatur dalam POJK ini,
termasuk dokumen dan persyaratan administratif
yang disampaikan secara daring

[23]
Ketentuan Peralihan

TIM LIKUIDASI
ATAU
TIM PENYELESAI
Bank BHI/KCBLN yang di-CIU sebelum POJK ini berlaku,
ketentuan mengenai tim Likuidasi/tim penyelesai tetap berlaku
s.d. tugas dan fungsi tim likuidasi/tim penyelesai berakhir.

PERIZINAN
KELEMBAGAAN
perizinan kelembagaan Bank BHI, KCBLN, atau KPBLN yang
masih dalam proses pada saat POJK ini berlaku, tetap mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan existing.

[24]
Ketentuan Penutup
§ PBI No. 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI No.
1 13/27/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009
tentang Bank Umum
§ Pasal 17 huruf a POJK No. 5/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank
§ POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan
Modal Inti Bank
§ POJK No. 17/POJK.03/2018 tentang Perubahan atas POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang
Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank
§ SK Dir. BI No. 32/37/KEP/DIR tahun 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank yang
Berkedudukan di Luar Negeri
§ SK Dir. BI No. 32/53/KEP/DIR tahun 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pada saat POJK ini mulai berlaku,
2 § POJK No.5/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank
§ POJK No.16/POJK.03/2017 tentang Bank Perantara
§ POJK No. 28/POJK.03/2019 tentang Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan Untuk
Pengembangan Perbankan Syariah
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan POJK ini.
Pemberlakuan POJK Bank Umum:
3 3 bulan sejak diundangkan (31 Oktober 2021)
[25]
Ketentuan Peralihan
Available online

www.ojk.go.id

POJK

https://sikepo.ojk.go.id

Terima Kasih [26]

Anda mungkin juga menyukai