Tujuan
Perbankan Indonesia dapat menjadi lebih berdaya saing, adaptif dan
kontributif bagi perekonomian nasional
Mendorong industri perbankan mencapai level skala ekonomi yang
lebih tinggi, lebih efisien dan dapat menjadi panduan dalam
pengembangan industri perbankan, khususnya aspek kelembagaan
bank
Pengertian
Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI): pengelompokan Bank yang
didasarkan pada Modal Inti yang dimiliki
Bank Digital: Bank BHI yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha
terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain KP atau
menggunakan kantor fisik terbatas.
Sinergi Perbankan: kerja sama antar bank yang tergabung dalam kelompok
usaha bank, dengan PSP berupa bank, atau terhadap LJK nonbank sebagai
perusahaan anak
KBMI
BANK DIGITAL
Pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital Transformasi dari Bank BHI menjadi Bank Digital
Memiliki model bisnis dengan penggunaan teknologi Memiliki kemampuan mengelola model bisnis
yang inovatif dan aman dalam melayani nasabah perbankan digital yang pruden dan berkesinambungan
Menjalankan perlindungan terhadap keamanan Memberikan upaya yang kontributif terhadap
data nasabah pengembangan ekosistem keuangan digital dan/atau
inklusi keuangan
Memenuhi aspek tata kelola sesuai dengan
ketentuan OJK Memiliki manajemen risiko secara memadai
SINERGI PERBANKAN
Tujuan Mendukung efisiensi dan optimalisasi sumber Dalam melaksanakan Sinergi
daya bank, mendukung kegiatan investasi dan Perbankan, kedua belah pihak harus
pertumbuhan ekonomi, serta mendorong membuat perjanjian kerja sama
upaya penguatan konsolidasi Bank Umum secara tertulis
Sinergi Sinergi Perbankan yang berlaku untuk Bank BHI dan BU yang melaksanakan kegiatan usaha
Perbankan berdasarkan prinsip syariah, meliputi sinergi:
JARINGAN KANTOR
1. Latar Belakang
Penerbitan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) tentang Bank Umum
dilandasi dengan semangat dan tujuan agar perbankan Indonesia dapat menjadi
lebih berdaya saing, adaptif dan kontributif bagi perekonomian nasional, serta
mendorong industri perbankan mencapai level skala ekonomi yang lebih tinggi,
lebih efisien dan dapat menjadi panduan dalam pengembangan industri
perbankan, khususnya terkait aspek kelembagaan bank.
2. Pokok Pengaturan
POJK tentang Bank Umum ini terdiri dari 19 Bab, dengan subtansi pengaturan
sebagai berikut:
a. Bab I - Ketentuan Umum
1) Secara umum, pengaturan dalam POJK tentang Bank Umum diberlakukan
bagi bank umum konvensional yaitu Bank Berbadan Hukum Indonesia
(Bank BHI) dan Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Negeri (KCBLN), serta terdapat pengaturan bagi Kantor Perwakilan dari
Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri.
2) Setiap pihak wajib mendapat izin dari OJK untuk melakukan kegiatan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
3) Bank yang berbadan hukum dan berkantor pusat di luar negeri dapat
beroperasi di Indonesia melalui KCBLN atau KPBLN.
b. Bab II - Rencana Korporasi
1) Untuk mencapai tujuan Bank BHI atau KCBLN dalam jangka panjang,
Bank BHI atau KCBLN wajib menyusun rencana korporasi (corporate plan)
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan menyampaikannya kepada OJK.
2) Penyusunan rencana korporasi dikecualikan bagi Bank Perantara.
c. Bab III - Pendirian Bank BHI
1) Pengaturan pendirian Bank BHI ini berlaku bagi pendirian Bank BHI yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
2) Modal disetor untuk mendirikan Bank BHI ditetapkan paling sedikit
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah), dan dapat ditetapkan
berbeda dengan pertimbangan tertentu.
3) Bank BHI didirikan dan/atau dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI)
dan/atau badan hukum Indonesia, atau WNI dan/atau badan hukum
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara
kemitraaan.
4) Perizinan pendirian Bank BHI dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu
persetujuan prinsip dan izin usaha.
1/5
d. Bab IV - Bank Digital
1) Bank Digital adalah Bank BHI yang menyediakan dan menjalankan
kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik
selain kantor pusat, atau menggunakan kantor fisik yang terbatas.
2) Bank Digital dapat beroperasi melalui:
a. pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital; atau
b. transformasi dari Bank BHI (existing) menjadi Bank Digital.
e. Bab V - Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank BHI
Pengaturan terkait persyaratan bagi pihak yang dapat menjadi pemilik Bank
BHI, perubahan permodalan dan perubahan komposisi kepemilikan saham
Bank BHI.
f. BAB VI - Direksi, Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif Bank BHI dan
KCBLN, serta Pemimpin KPBLN
Pengaturan dan tata cara terkait direksi, dewan komisaris, dan pejabat
eksekutif bagi Bank BHI atau KCBLN, serta pemimpin KPBLN.
g. BAB VII - Kantor Bank BHI
Pengaturan mengenai jaringan kantor Bank BHI, yaitu:
1) Jaringan kantor Bank BHI terdiri dari Kantor Pusat (KP), Kantor Wilayah
(Kanwil), Kantor Cabang (KC), Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor
Fungsional (KF), dan Kantor di Luar Negeri, serta untuk memperluas
layanan kepada nasabah, Bank BHI dapat menyediakan Terminal
Perbankan Elektronik (TPE).
2) Mekanisme dan tata cara terkait pembukaan kantor, perubahan status
kantor, pemindahan alamat kantor (termasuk pemindahan sementara),
penutupan kantor (termasuk penutupan sementara) dan kewenangan OJK
dalam penundaan atau pembatalan jaringan kantor Bank BHI.
h. BAB VIII - Perubahan Nama dan Logo Bank BHI
Pengaturan mengenai mekanisme perubahan nama dan perubahan logo Bank
BHI.
i. BAB IX - Perubahan Kegiatan Usaha dan Anggaran Dasar Bank BHI
Pengaturan mengenai mekanisme perubahan kegiatan usaha Bank BHI
menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah dan pembukaan kantor Bank BHI yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, serta mekanisme pelaporan perubahan anggaran
dasar.
j. BAB X - Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank BHI
1) Perubahan bentuk badan hukum Bank BHI dari bentuk badan hukum
selain perseroan terbatas menjadi perseroan terbatas.
2) Perizinan perubahan bentuk badan hukum Bank BHI dilakukan dalam 2
(dua) tahap yaitu persetujuan prinsip dan persetujuan pengalihan izin
usaha.
k. BAB XI - KCBLN
1) Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KCBLN harus memenuhi CEMA paling sedikit
2/5
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) dan dapat ditetapkan
berbeda dengan pertimbangan tertentu.
2) Pengaturan pembukaan KCBLN ini berlaku bagi pembukaan KCBLN yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
3) Perizinan pembukaan KCBLN dilakukan dalam dalam 2 (dua) tahap yaitu
persetujuan prinsip dan izin usaha.
4) Jaringan kantor KCBLN adalah KCBLN, KCP, KF, dan kantor di bawah KCP,
serta untuk memperluas layanan kepada nasabah KCBLN dapat
menyediakan TPE.
5) Mekanisme dan tata cara pembukaan kantor, perubahan status kantor,
pemindahan alamat kantor (termasuk pemindahan sementara), penutupan
kantor (termasuk penutupan sementara) bagi KCBLN, mengacu pada
mekanisme dan tata cara yang berlaku bagi Bank BHI (dengan penyesuaian
penamaan jaringan kantor).
6) Terdapat kewenangan OJK dalam penundaan atau pembatalan terkait
jaringan kantor Bank BHI.
7) Mekanisme perubahan nama, bentuk badan hukum, dan logo KCBLN.
l. BAB XII - KPBLN
1) Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN harus menempatkan deposito di Bank BHI paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN dan
dengan persetujuan tertulis dari OJK.
2) Pengaturan pembukaan KPBLN ini berlaku bagi pembukaan KPBLN yang
dilakukan setelah POJK tentang Bank Umum ini berlaku.
3) KPBLN dilarang melakukan kegiatan usaha Bank.
m. BAB XIII - Pencabutan Izin Usaha Bank BHI atau Pencabutan Izin Usaha
KCBLN atau Penutupan KPBLN
OJK melakukan pencabutan izin usaha Bank BHI atau KCBLN, atau
penutupan KPBLN, yang didasarkan atas:
1) Permintaan pemilik atau pemegang saham Bank BHI;
2) Permintaan kantor pusat dari KCBLN atau KPBLN;
3) Izin usaha kantor pusat dari KCBLN atau KPBLN dicabut atau dilikuidasi
oleh otoritas negara setempat; atau
4) Tindak lanjut resolusi Bank BHI atau KCBLN oleh otoritas yang berwenang.
n. BAB XIV - Sinergi Perbankan
1) Sinergi perbankan bertujuan untuk mendukung efisiensi dan optimalisasi
sumber daya bank, mendukung kegiatan investasi dan pertumbuhan
ekonomi, serta mendorong upaya penguatan konsolidasi bank umum.
2) Bank BHI dapat melakukan Sinergi Perbankan, yang berlaku untuk Bank
BHI dan bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, meliputi sinergi:
a) Bank dalam kelompok usaha bank berupa:
1. Bank BHI sebagai perusahaan induk;
2. Bank BHI sebagai pelaksana perusahaan induk; atau
3/5
3. Bank BHI dalam kelompok usaha bank yang bukan sebagai
perusahaan induk atau pelaksana perusahaan induk,
dengan Bank BHI atau bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam struktur kelompok usaha bank;
b) PSP berupa Bank BHI dengan Bank BHI atau bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; dan/atau
c) Bank BHI sebagai perusahaan induk terhadap lembaga jasa keuangan
nonbank sebagai perusahaan anak.
3) Dalam melaksanakan Sinergi Perbankan, kedua belah pihak harus
membuat perjanjian kerja sama secara tertulis.
o. BAB XV - Penyampaian Perizinan dan Laporan
Mekanisme penyampaian perizinan dan laporan dalam POJK ini diutamakan
dengan penyampaian secara daring:
1) Permohonan untuk memperoleh izin dan/atau penyampaian informasi dan
dokumen terkait perizinan, disampaikan melalui sistem perizinan OJK
dengan tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai perizinan secara
elektronik di sektor jasa keuangan.
2) Pelaporan pelaksanaan, disampaikan melalui sistem pelaporan OJK dengan
tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan bank umum
melalui sistem pelaporan OJK, dan jangka waktu pelaporan disesuaikan
pada periode laporan dimana pelaksanaan aktivitas yang dilaporkan telah
terealisasi efektif.
3) Penyampaian terkait:
a) informasi dan/atau data lain, atau
b) dalam hal fitur dalam sistem perizinan dan/atau sistem pelaporan
belum tersedia atau dalam hal sistem perizinan dan/atau sistem
pelaporan terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem),
maka penyampaian dilakukan melalui sistem persuratan OJK.
4) Jika sistem persuratan OJK terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem),
penyampaian dilakukan secara luring kepada OJK.
p. BAB XVI - Pengelompokan Bank
1) Berdasarkan Modal Inti, Bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) KBMI:
a) KBMI 1: Modal Inti sampai dengan Rp6.000.000.000.000,00 (enam
triliun rupiah).
b) KBMI 2: Modal Inti lebih dari Rp6.000.000.000.000,00 (enam triliun
rupiah) sampai dengan Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas triliun
rupiah).
c) KBMI 3: Modal Inti lebih dari Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas
triliun rupiah) sampai dengan Rp70.000.000.000.000,00 (tujuh puluh
triliun rupiah).
d) KBMI 4: Modal Inti lebih dari Rp70.000.000.000.000,00 (tujuh puluh
triliun rupiah).
2) Pengelompokan bank berdasarkan Modal Inti berlaku bagi Bank BHI,
KCBLN, bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara syariah
dan unit usaha syariah Bank BHI.
3) Terhadap pemangku kepentingan lain (antara lain Bank Indonesia,
Kementerian terkait) yang memiliki pengaturan atas pengelompokan bank
4/5
umum berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan Modal Inti
yang dimiliki atau disebut BUKU, dapat menyesuaikan pengaturan terkait
dengan pengelompokan bank sesuai KBMI. Sebagai panduan,
pengelompokan berdasarkan BUKU jika dikaitkan dengan KBMI, dapat
menjadi:
a) BUKU 1 dapat disetarakan dengan KBMI 1;
b) BUKU 2 dapat disetarakan dengan KBMI 1;
c) BUKU 3 dapat disetarakan dengan KBMI 2 atau KBMI 3; dan
d) BUKU 4 dapat disetarakan dengan KBMI 3 atau KBMI 4.
q. BAB XVII - Ketentuan Lain-Lain
1) Bank BHI dan KCBLN tetap dapat mempertahankan jaringan kantor dan
kegiatan usaha yang telah memperoleh persetujuan OJK sebelum
Peraturan OJK ini berlaku.
2) Bank BHI dan KCBLN yang memiliki kantor kas, payment point, atau kas
keliling dapat mencatatkan sebagai KCP bagi Bank BHI atau mencatatkan
sebagai kantor di bawah KCP bagi KCBLN, atau disesuaikan dengan
rencana dan kebijakan jaringan kantor Bank BHI atau KCBLN
(dipertahankan dengan mencatatkan sebagai KCP, diubah status kantor,
atau ditutup).
3) Mekanisme penyampaian risalah RUPS kepada OJK.
4) Mekanisme bagi Bank BHI atau KCBLN yang akan melakukan kegiatan
operasional di luar hari kerja operasional, pada hari libur, dan/atau tidak
beroperasi pada hari kerja.
5) Penyesuaian pengaturan terkait ketentuan prudensial sebagai dampak dari
pengelompokan bank menjadi KBMI.
r. BAB XVIII - Ketentuan Peralihan
1) Ketentuan mengenai tim likuidasi atau tim penyelesai yang telah dibentuk
bagi Bank BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum POJK ini
berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya tugas dan
fungsi tim likuidasi atau tim penyelesai.
2) Proses perizinan kelembagaan Bank BHI, KCBLN, atau KPBLN yang masih
dalam proses pada saat POJK ini berlaku, tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebelum POJK ini berlaku.
3) Bank BHI atau KCBLN yang telah memiliki rencana korporasi pada saat
POJK ini berlaku, menyampaikan rencana korporasi dimaksud kepada OJK
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak POJK ini berlaku.
s. BAB XIX - Penutup
Peraturan OJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan.
-----∞-----
5/5
TANYA JAWAB
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.03/2021
TENTANG
BANK UMUM
2. OJK menerbitkan POJK tentang Bank Umum ini dalam kondisi perbankan
yang tengah tertekan akibat pandemi. Apakah penerbitan tidak akan
berdampak negatif terhadap kondisi perbankan yang tengah tertekan akibat
pandemi?
POJK tentang Bank Umum diterbitkan untuk merespon berbagai dinamika yang
terjadi di perbankan nasional termasuk dinamika pasca pandemi dan perubahan
landscape yang menyertainya. Tuntutan terhadap transformasi dan akselerasi
digital, penyesuaian jaringan kantor terhadap strategi bisnis dan kebutuhan
nasabah terkini semakin mengemuka terlebih selama pandemi, serta didorong
ekspektasi publik akan layanan perbankan yang cepat, efisien dan aman serta
dapat dilakukan secara mandiri oleh nasabah tanpa perlu datang ke kantor bank
(brick and mortar). Kondisi demikian mengharuskan perbankan untuk
menempatkan transformasi digital sebagai prioritas dan sebagai salah satu
1/13
strategi dalam upaya peningkatan daya saing bank. Pandemi telah mendorong
transformasi digital di sektor perbankan menjadi suatu keniscayaan.
Ketentuan di POJK ini sama sekali tidak memberikan tambahan atau beban
pengaturan baru kepada bank, namun justru memberikan payung pengaturan
bagi bank dalam melakukan transformasi dan akselerasi digital, penyederhanaan
dan efisiensi jaringan kantor, serta memberikan kesempatan bagi bank
khususnya bank berbadan hukum Indonesia untuk saling bersinergi dalam
rangka peningkatan dan perluasan layanan.
d. Bagaimana jika Bank BHI atau KCBLN telah memiliki rencana korporasi
sebelum POJK ini berlaku?
Dalam hal, Bank BHI atau KCBLN telah memiliki rencana korporasi sesuai
dengan ketentuan dalam POJK ini, Bank BHI atau KCBLN menyampaikan
rencana korporasi tersebut kepada OJK paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sejak Peraturan OJK ini berlaku.
Contoh, pada saat peraturan OJK ini berlaku Bank BHI atau KCBLN telah
memiliki rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 yang masih berlaku.
Dengan demikian Bank BHI atau KCBLN menyampaikan rencana korporasi
periode tahun 2019 s.d 2023 dimaksud kepada OJK paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak Peraturan OJK ini berlaku.
e. Apa yang dilakukan Bank BHI atau KCBLN yang telah memiliki rencana
korporasi sebelum POJK ini berlaku dan ingin melakukan perubahan
rencana korporasi?
Contoh, pada saat peraturan OJK ini berlaku Bank BHI telah memiliki rencana
korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 yang sesuai dengan ketentuan dalam
POJK ini dan masih berlaku. Dalam hal Bank BHI akan melakukan perubahan
rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023 tersebut, dan Bank BHI akan
2/13
melakukan pengkinian untuk periode tahun 2021 s.d 2023, maka Bank BHI
menyampaikan perubahan rencana korporasi periode tahun 2019 s.d 2023
yang memuat pengkinian untuk periode tahun 2021 s.d 2023 kepada OJK
paling lambat akhir bulan November 2021.
5. Bank Digital
a. Apa definisi Bank BHI yang merupakan fully digital bank? Adakah ada
perbedaan antara bank digital dengan bank existing yang menghadirkan
layanan perbankan digital?
Sesuai dengan Undang-Undang mengenai perbankan yang berlaku saat ini,
dikenal dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. OJK
tidak mendefinisikan bank digital sebagai suatu bank jenis baru. Istilah “bank
digital” tidak merubah “bank" secara kelembagaan. Bank tetaplah bank,
apapun model bisnisnya.
Dengan demikian, OJK berpandangan bahwa tidak perlu mendikotomikan
antara bank tradisional yang sama sekali belum memiliki layanan digital, bank
yang telah memiliki layanan perbankan digital, bank yang menerapkan model
bisnis bank digital secara hybrid antara lain dengan membentuk unit bisnis
sendiri pada bank existing, bank digital hasil transformasi dari bank
tradisional, ataupun bank digital yang terbentuk melalui pendirian bank baru
(fully digital bank). Hal ini lebih merupakan strategi dalam pemilihan model
bisnis serta infrastruktur pendukungnya, dan merupakan pilihan bagi pelaku
industri perbankan, dan secara kelembagaan tetaplah bank sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang mengenai perbankan.
Pada prinsipnya, Bank Digital adalah bank yang menyediakan dan
menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik
dengan kantor fisik yang terbatas atau tanpa kantor fisik selain kantor pusat.
Bank yang memilih model bisnis fully digital bank tetap diwajibkan memiliki
minimal 1 (satu) kantor fisik berupa Kantor Pusat dan memenuhi persyaratan
operasional sebagai Bank Digital.
b. Setelah adanya ketentuan mengenai Bank Digital dalam POJK ini, apakah
berarti nanti OJK akan mengeluarkan izin khusus seperti label terhadap
bank-bank yang akan berubah menjadi Bank Digital?
Mengingat OJK tidak akan mendikotomikan antara bank tradisional yang
sama sekali belum memiliki layanan digital, bank yang telah memiliki layanan
perbankan digital, bank yang menerapkan model bisnis bank digital secara
hybrid, Bank Digital hasil transformasi dari bank tradisional, ataupun Bank
Digital yang terbentuk melalui pendirian bank baru (fully digital bank), maka
pemberian label dari OJK bukan suatu hal yang prinsip. Yang menjadi concern
OJK adalah apabila Bank BHI mengklaim sebagai Bank Digital, Bank BHI
seyogyanya berpedoman kepada ketentuan terkait Bank Digital, wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan
untuk Bank BHI dan bukan menjadikan label Bank Digital hanya sebagai
gimmick bisnis semata.
4/13
c. Bagaimana dengan Bank BHI yang telah menyebut diri sebagai Bank
Digital sebelum POJK ini berlaku, apakah Bank BHI tersebut bukan Bank
Digital? Jika bukan, apakah ada persyaratan atau ketentuan khusus untuk
dapat dikategorikan sebagai bank digital?
Sebagaimana telah disampaikan, Bank BHI yang telah mengklaim sebagai
Bank Digital, maka Bank BHI dimaksud seyogyanya berpedoman kepada
ketentuan terkait Bank Digital termasuk memenuhi persyaratan operasional
sebagai Bank Digital sebagaimana POJK ini, dan bukan menjadikan label Bank
Digital hanya sebagai gimmick bisnis semata. Bank yang belum memenuhi
ketentuan Bank Digital baru sebatas masuk kategori sebagai Bank yang
melakukan layanan perbankan digital.
e. Apakah bank yang berupa Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di
Luar Negeri (KCBLN) di Indonesia bisa mengajukan lisensi sebagai bank
digital?
Bank yang dapat beroperasi sebagai Bank Digital dalam POJK ini hanya
berlaku untuk Bank BHI yang telah mendapatkan izin (lisensi) sebagai bank
5/13
umum dari OJK. Otoritas Jasa Keuangan tidak menerbitkan izin (lisensi) Bank
Digital secara khusus, namun bank yang telah mendapatkan izin sebagai Bank
BHI dapat beroperasi sebagai Bank Digital dengan memenuhi persyaratan
operasional sebagai Bank Digital sebagaimana POJK ini termasuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan untuk Bank
BHI. Dengan demikian, Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Negeri (KCBLN) di Indonesia tidak dapat beroperasi sebagai Bank Digital.
h. Isu Bank Digital sangat mempengaruhi harga saham beberapa Bank BHI
yang menyatakan akan menjadi Bank Digital. Bagaimana OJK melihat
fenomena ini?
OJK memandang bahwa pengaruh harga saham terhadap sejumlah Bank BHI
yang menyatakan akan menjadi Bank Digital tentunya dipengaruhi oleh
persepsi dan optimisme para investor terhadap prospek usaha,
keberlangsungan usaha dan profitabilitas Bank BHI dimaksud di masa depan.
6/13
Namun demikian, tentunya OJK mengharapkan calon investor agar cerdas dan
rasional terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan antara lain dengan
melakukan analisa yang cermat.
OJK tentu saja berkepentingan agar Bank BHI yang memilih model bisnis Bank
Digital mampu menunjukkan kinerja yang optimal (keuangan dan non
keuangan), menjalankan bisnis dan operasional secara pruden dan senantiasa
memenuhi ketentuan pengaturan yang berlaku, berkontribusi dalam
perekonomian nasional, serta mampu menjaga kepentingan investor.
i. Bagaimana aspek keamanan data dari Bank Digital ini, karena isu soal
keamanan data pribadi sangat mudah sekali bocor dan merugikan
nasabah?
Dalam POJK ini telah diatur bahwa Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank
Digital, baik melalui pendirian Bank BHI baru sebagai Bank Digital atau
transformasi dari Bank BHI existing menjadi Bank Digital wajib memenuhi
persyaratan antara lain menjalankan perlindungan terhadap keamanan data
nasabah.
7/13
Bank Digital, melalui mendirikan Bank BHI baru atau akuisisi Bank BHI
existing.
Namun demikian, dalam hal calon PSP melakukan akuisisi Bank BHI dan
selanjutnya ditransformasi menjadi Bank Digital, tentunya hal ini akan
mendukung upaya konsolidasi yang telah dicanangkan OJK sebagaimana
Peraturan OJK tentang Konsolidasi Bank Umum yang telah diterbitkan
sebelumnya.
m. Dalam hal Bank BHI telah memenuhi kriteria Bank Digital, apakah POJK
ini memberikan kemudahan bagi Bank Digital dimaksud?
Dalam POJK ini diatur bahwa Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital
dapat:
a. menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan Direksi, Pejabat Eksekutif
dan/atau tenaga ahli atau konsultan, dengan mengecualikan batasan
kepemilikan Bank BHI oleh warga negara asing dan/atau badan hukum
asing dalam penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan OJK
mengenai pemanfaatan tenaga kerja asing dan program alih pengetahuan
di sektor perbankan, dan/atau
b. melakukan Sinergi Perbankan.
9/13
b. Apa yang harus dilakukan Bank BHI yang sampai berlakunya Peraturan
OJK ini memiliki kantor kas, payment point, atau kas keliling?
Bank BHI dapat mencatatkan kantor kas, payment point, atau kas keliling yang
existing sebagai KCP, atau disesuaikan dengan rencana dan kebijakan jaringan
kantor Bank BHI (dipertahankan dengan mencatatkan sebagai KCP, diubah
status kantor, atau ditutup) dengan melakukan pengkinian pada sistem
pelaporan OJK pada periode penyampaian laporan terdekat sejak Peraturan
OJK ini berlaku. Mekanisme penyampaian laporan agar berpedoman kepada
tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan bank umum
melalui sistem pelaporan OJK dan lampiran POJK ini. Dengan demikian,
setelah POJK ini berlaku tidak ada lagi pencatatan di OJK jaringan kantor
berupa kantor kas, payment point, atau kas keliling di Bank BHI karena telah
dicatatkan sebagai KCP.
10. Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN antara lain harus menempatkan deposito atas nama “Dewan
Komisioner OJK qq. KPBLN” di Bank BHI paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN dan
dengan persetujuan tertulis dari OJK. Bagaimana teknis penempatan
deposito tersebut di Bank BHI oleh Bank yang berkantor pusat berkedudukan
di luar negeri?
Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri dapat memilih Bank
BHI untuk menempatkan deposito dimaksud, dan penempatan deposito
dilakukan dalam mata uang Rupiah. Peraturan dimaksud hanya berlaku untuk
pembukaan KPBLN baru setelah berlakunya POJK ini (tidak berlaku bagi KPBLN
existing yang telah memperoleh izin pembukaan KPBLN sebelum POJK ini
berlaku).
10/13
11. Peraturan OJK ini juga disebut mendorong kontribusi Bank dalam
perekonomian nasional, khususnya untuk KCBLN dan KPBLN. Seperti apa
kontribusi yang diharapkan OJK? Karena menurut data, fungsi intermediasi
bank asing ini masih perlu peningkatan khususnya ke sektor produktif.
Dalam Peraturan OJK ini diatur komitmen dari KCBLN dan KPBLN untuk
mendukung dan berkontribusi dalam perekonomian nasional, antara lain:
a. KCBLN: dalam pembukaan KCBLN disyaratkan bahwa Bank yang berkantor
pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan membuka KCBLN antara
lain harus memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam perekonomian
Indonesia antara lain tercantum dalam surat pernyataan yang menyatakan
komitmen untuk berkontribusi dalam perekonomian Indonesia, rencana bisnis
yang menunjukkan bahwa KCBLN akan menyalurkan kredit ke sektor prioritas
yang mendukung pembangunan nasional.
b. KPBLN: penambahan cakupan kegiatan KPBLN yaitu mendorong peningkatan
pembiayaan dari luar negeri (offshore credit) di Indonesia untuk membiayai
proyek di sektor prioritas dan daerah.
12. Bagaimana perlakuan terhadap tim likuidasi atau tim penyelesai bagi Bank
BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum Peraturan OJK ini berlaku?
Terhadap Bank BHI atau KCBLN yang dicabut izin usaha sebelum Peraturan OJK
ini berlaku, ketentuan mengenai tim likuidasi atau tim penyelesai sebagaimana
diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR
Tahun 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank Umum tetap berlaku sampai dengan tugas dan fungsi tim likuidasi atau tim
penyelesai berakhir.
11/13
c. Dalam Sinergi Perbankan antar LJK, siapa saja yang terlibat?
Sinergi Perbankan meliputi sinergi:
1) Bank dalam kelompok usaha bank sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan OJK mengenai konsolidasi bank umum, berupa:
a) Bank BHI sebagai perusahaan induk;
b) Bank BHI sebagai pelaksana perusahaan induk; atau
c) Bank BHI dalam kelompok usaha bank yang bukan sebagai
perusahaan induk atau pelaksana perusahaan induk,
dengan Bank BHI atau bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam struktur kelompok usaha bank;
2) PSP berupa Bank BHI dengan Bank BHI atau bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau
3) Bank BHI sebagai perusahaan induk terhadap lembaga jasa keuangan
nonbank sebagai perusahaan anak (sebagai grup konglomerasi Bank BHI).
d. Apakah Peraturan OJK ini mengatur Sinergi Perbankan antar bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah?
Sinergi Perbankan antar bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah tidak termasuk dalam cakupan ketentuan dalam
Peratuan OJK ini dan tetap mengacu pada POJK tentang Sinergi Perbankan
dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah.
∞
13/13
SOSIALISASI
POJK NOMOR 12/POJK.03/2021
TENTANG
BANK UMUM
1 Shifting dari Traditional Bank ke Digital 1 Permodalan dan kriteria untuk pendirian UU PPKSK, UU Ciptaker, UU LPS, POJK
Bank (Bank tanpa jaringan kantor/ Bank, KCBLN, KPBLN, agar kontributif Konsolidasi, POJK PKK, POJK Exit Policy, dll
Branchless) : dalam perekonomian Indonesia Ketentuan yang berlaku perlu dikinikan karena
Transformasi strategi bisnis Bank ke tidak sesuai dengan perkembangan industri
arah Digital Banking (termasuk dalam bentuk PBI dan SK Dir. BI):
2 Penyederhanaan dan percepatan 1) PBI No. 11/1/PBI/2009 dan PBI No.
2 Perkembangan jaringan distribusi (jaringan perizinan/ dokumentasi/pelaporan Bank 13/27/PBI/2011 tentang Bank Umum
kantor) Bank telah merubah cara Bank serta digitalisasi perizinan dan pelaporan 2) Surat Edaran Bank Indonesia No.
beroperasi: 14/4/DPNP tanggal 25 Januari 2012
perihal Bank Umum
Perkembangan channel fisik: pendirian 3) SK Dir. BI No. 32/37/KEP/DIR tahun 1999
Kantor Cabang digital (digital branch) tentang Persyaratan dan Tata Cara
Perkembangan channel elektronik (e- Pembukaan Kantor Cabang, Kantor
Channel): Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan
§ Perkembangan jenis Perangkat dari Bank yang Berkedudukan di Luar
Perbankan Elektronik (PPE) Negeri
4) SK Dir. BI No. 32/53/KEP/DIR tahun 1999
§ Perkembangan digital channel tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
(peningkatan transaksi mobile & Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum
internet/flight to digital) 5) POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang
§ Penurunan jumlah jaringan kantor Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
fisik Bank Berdasarkan Modal Inti Bank (termasuk
Penataan strategi jaringan distribusi ketentuan BUKU)
oleh Bank 6) SEOJK No. 14/SEOJK.03/2016 tentang
Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum
Pengembangan jarkan berdasarkan berdasarkan Modal Inti
pengelompokan bank (BUKU) serta 7) POJK No. 17/POJK.03/2018 tentang
zonasi sudah tidak relevan Perubahan POJK No. 6/POJK.03/2016 [1]
Struktur POJK Bank Umum
PERUBAHAN KEGIATAN
2 RENCANA KORPORASI 9 USAHA DAN ANGGARAN
DASAR BANK BHI
16 PENGELOMPOKAN BANK
KEPEMILIKAN DAN
5 PERUBAHAN
MODAL BANK BHI
12 KPBLN 19 KETENTUAN PENUTUP
[2]
Ketentuan Umum
Pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan wajib memperoleh izin usaha sebagai Bank
dari OJK kecuali diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersendiri.
Bentuk badan hukum Bank Berbadan Hukum Indonesia (Bank BHI)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kantor dari bank yang berbadan hukum dan memiliki kantor pusat di
luar negeri yang beroperasi di Indonesia terdiri atas:
§ Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri
(KCBLN)
§ Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri
(KPBLN)
[3]
Rencana Korporasi (Corporate Plan)
“menyelaraskan perencanaan strategis bagi Bank BHI dan KCBLN, yaitu jangka panjang (5 tahun) dalam
Rencana Korporasi dan jangka pendek-menengah (1-3 tahun) dalam Rencana Bisnis Bank”
RENCANA KORPORASI Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana strategis jangka panjang (5 tahun)
secara menyeluruh yang berisi rumusan arah untuk mencapai tujuan Bank.
Insentif:
No Topik Pendirian Bank Baru sebagai Bank Digital Transformasi Bank Existing menjadi Bank Digital
1 Modal pendirian Pemenuhan modal pendirian Rp10 T bertahap: Sesuai POJK Konsolidasi Bank Umum:
§ Min. Rp3 T saat permohonan izin prinsip. § Anggota KUB minimal Rp1 T
§ Sisanya saat permohonan izin usaha § Selain anggota KUB dan Bank non KUB: minimal
Rp3 T
3 Penggunaan TKA Penggunaan TKA untuk Direksi, PE, dan/atau tenaga ahli atau konsultan, dengan mengecualikan
batasan kepemilikan saham Bank BHI oleh WNA/BHA dalam penggunaan TKA sebagaimana POJK TKA.
4 Sinergi perbankan Bank BHI yang beroperasi sebagai bank digital yang tergabung dalam KUB dapat melakukan sinergi
(resources sharing) perbankan.
“Tidak ada pembedaan antara bank yang telah memiliki layanan digital, bank digital hasil
transformasi dari bank incumbent, ataupun bank digital yang terbentuk melalui pendirian bank
baru (full digital bank)”
[6]
Sinergi Perbankan
“ketentuan sinergi perbankan bertujuan untuk mendukung efisiensi dan optimalisasi sumber daya bank dan
lembaga jasa keuangan lain dalam kelompok usaha bank (KUB), yang didasarkan dalam perjanjian kerjasama”
Sinergi Perbankan meliputi: § Sinergi dilakukan melalui § Salinan PKS dan perubahan OJK berwenang mereview PKS
§ sinergi Bank yang tergabung perjanjian kerja sama (PKS) secara PKS wajib dilaporkan ke OJK dan melakukan tindakan
dalam kelompok usaha bank tertulis. dalam 5 hk. pengawasan yang diperlukan
(KUB) § PKS paling sedikit mencakup pihak, § Bank BHI wajib melaporkan untuk menjaga keberlangsungan
§ sinergi Bank sebagai PSP tujuan dan ruang lingkup, jangka kepada OJK jika terdapat operasional kedua belah pihak
dengan Bank BHI waktu, hak dan kewajiban setiap rencana penghentian KS sehubungan sinergi yang
§ sinergi Bank sebagai pihak, opini DPS bagi sinergi yang sebelum jk waktu PKS dilakukan (diatur internal).
perusahaan induk dengan LJK melibatkan BUS. selesai pl 30 hk sebelum
non bank sebagai perusahaan tanggal efektif penghentian
anak, § Sinergi didasarkan pada hubungan
kerja sama secara wajar (arm’s KS.
berupa dukungan resource sharing
a.l. pemanfaatan infrastruktur, length principle).
teknologi, layanan perbankan, § Pihak yang menerima manfaat
SDM. bertanggung jawab atas risiko yang
timbul atas keputusan
bisnis/layanan/operasional dari
pelaksanaan Sinergi. [7]
Pengelompokan Bank
“redefinisi pengelompokan bank mendukung terlaksananya implementasi pengaturan secara efektif dan pengawasan
yang lebih efisien serta mendukung analisis kinerja dan risiko yang lebih akurat.
Bank tidak diwajibkan untuk melakukan penyesuaian modal inti sesuai KBMI”
1. Peningkatan modal inti dan CEMA minimum menjadi Rp3 T sebagaimana POJK Konsolidasi (2020)
mendorong diperlukan penyesuaian (redefinisi) pengelompokan Bank dari BUKU menjadi KBMI
(Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti):
§ BUKU 1: Rp100 M s.d < Rp1 T § KBMI 1: s.d Rp6 T
§ BUKU 2: Rp1 T s.d < Rp5 T § KBMI 2: >Rp6 T s.d Rp14 T
§ BUKU 3: Rp5 T s.d < Rp30 T § KBMI 3: >Rp14 T s.d Rp70 T
§ BUKU 4: > Rp30 T § KBMI 4: >Rp70 T
2. KBMI:
§ tidak dikaitkan dengan kegiatan usaha (produk/aktivitas) dan jaringan kantor Bank (kegiatan
usaha didasarkan pada Risk Based Analysis terhadap Bank)
§ digunakan untuk kepentingan pengaturan prudensial, keperluan statistik, dan ketepatan
penggelompokan bank sesuai peer-nya
3. Dilakukan penyesuaian perubahan BUKU menjadi KBMI terhadap pengaturan Prudensial:
Aturan Pemberlakuan
LCR dan NSFR BUKU 3, BUKU 4 dan Bank Asing menjadi KBMI2, KBMI 3, KBMI 4 dan Bank Asing
Manajemen Risiko dan § yang telah menerapkan sebelum POJK Bank Umum berlaku, tetap menerapkan IRRBB
Pengukuran Risiko § yang telah termasuk dalam KBMI2, KBMI 3, dan KBMI 4 kemudian menjadi KBMI 1,
(IRRBB) maka tetap menerapkan IRRBB
CCB (Capital bagi Bank BHI dan KCBLN BUKU 3 dan BUKU 4, menjadi bagi Bank BHI dan KCBLN KBMI
Conservation Buffer) 2, KBMI 3, dan KBMI 4
4. Panduan kesetaraan pengaturan BUKU dengan KBMI bagi stakeholder lain (Kementerian, BI, dsb)
(BUKU1/BUKU 2 = KBMI 1; BUKU 3 = KBMI 2/KBMI 3; BUKU 4 = KBMI 3/KBMI 4) [8]
Pendirian Bank BHI
“pemenuhan modal pendirian menjadi Rp10 T didasarkan atas suatu kajian agar Bank dapatmelaksanakan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi secara efisien, memperoleh profit yang sustainable dan mampu berkontribusi secara optimal terhadap
perekonomian nasional. Pengaturan pendirian Bank BHI ini berlaku bagi pendirian Bank BHI baru setelah POJK ini berlaku”
PERSYARATAN UTAMA
1. Bentuk Hukum
Perusahaan Terbatas (PT), Perusahaan daerah (PD) atau Koperasi
2. Modal disetor minimal Rp10 Triliun:
§ Dilarang berasal dari dari pinjaman/pembiayaan dari bank/pihak lain di Indonesia
§ Dilarang berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
3. Pemegang Saham:
§ WNI dan/atau BHI; atau
§ WNI dan/atau BHI dengan WNA dan/atau BHA secara kemitraan (kepemilikan WNA/BHA maks 99% dari modal
disetor bank)
hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK
PERSYARATAN UTAMA
Bank yang berkantor pusat di LN yang akan membuka KC di Indonesia:
1. memiliki kinerja dan reputasi yang baik
2. memiliki total aset termasuk 100 besar dunia dalam 3 tahun terakhir
3. memenuhi CEMA paling sedikit Rp10 Triliun
hanya dapat dibuka dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK
hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin OJK
[12]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (1)
“penyederhanaan jenis jaringan kantor Bank sesuai dengan tren jaringan distribusi Bank”
Ketentuan Existing (PBI dan SK. Dir) RPOJK Bank Umum
Kantor Cabang dari Kantor Cabang dari Kantor Perwakilan
Bank Berbadan Bank Berbadan
Bank yang Bank yang dari Bank yang
Hukum Indonesia Kantor Perwakilan Hukum Indonesia Keterangan
Berkedudukan di Berkedudukan di Berkedudukan di
(Bank BHI) (Bank BHI)
Luar Negeri (KCBLN) Luar Negeri (KCBLN) Luar Negeri (KPBLN)
Kantor Pusat (KP) Kantor Pusat (KP) ---
Kanwil menginduk ke KP (sebagai perpanjangan
tangan KP sesuai delegasi fungsi a.l. koordinasi,
Kantor Wilayah (Kanwil) Kantor Wilayah (Kanwil)
monitoring, dsb terhadap aktivitas bisnis dan operasional
Bank)
Kantor Cabang Kantor Cabang Jaringan kantor yang melakukan kegiatan usaha Bank
Kantor Cabang (KC) Kantor Cabang (KC)*
(KCBLN) (KCBLN)
Jaringan kantor yang melakukan kegiatan usaha Bank
dan menginduk ke KC, dapat berupa:
Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang
a. Permanen
Pembantu (KCP) Pembantu (KCP) Pembantu (KCP)** Pembantu (KCP)*
b. Mobile (seperti Kas Mobil, Kas Terapung, Konter
Bank Non Permanen).
Jaringan kantor yang Bank yang melakukan atau
mendukung kegiatan usaha Bank secara khusus. Terdiri
atas:
Kantor Fungsional (KF) Kantor Fungsional (KF) Kantor Fungsional (KF)
§ KF Operasional: a.l. sentra kredit, card center
§ KF Non Operasional: a.l. kantor pemasaran, IT
center
Kantor Kas (KK) Kantor Kas (KK) KK dan PP dihapus. KK dan PP existing dilaporkan
Kantor dibawah KCP** sebagai KCP (bagi Bank BHI) atau Kantor dibawah KCP
Payment Point (PP) Payment Point (PP) (bagi KCBLN)
Kas Keliling (Kas Mobil, Kas Keliling dihapus, dan dilaporkan sebagai KCP
Kas Terapung, Konter
Bank Non Permanen)
KC di Luar Negeri Penamaan di-grouping menjadi “Kantor di LN”, yang
KCP di Luar Negeri dapat berupa KC, KCP, Kantor Perwakilan atau
Kantor di Luar Negeri mengikuti bentuk/penamaan berdasarkan pengaturan di
Kantor Perwakilan di negara setempat, dan didasarkan strategi
Luar Negeri bisnis/jarkan Bank.
Perangkat Perbankan Elektronis Contoh Terminal Perbankan Elektronik a.l. ATM,
Terminal Perbankan Elektronik
(ATM, ADM/CDM, EDC) CDM, EDC, CRM, Self Service Banking Terminal, dsb
Kantor Perwakilan Kantor Perwakilan
(KPBLN) (KPBLN)
Ketr: * dan ** untuk Bank BHI dan KCBLN adalah setara
12 kategori 5 kategori 1 kategori 7 kategori 5 kategori 1 kategori [13]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (2)
Existing POJK Bank Umum
KCP Kegiatan
Kas di KCP
Kantor Luar Kantor
Wilayah Kantor Wilayah
Kantor Bank
Kas
Kantor
dibawah
Kantor Kantor Kantor Kantor di LN Kantor KCP
Cabang LN Perwakilan Cabang §KC di LN Cabang
LN §KCP di LN
Kantor Fungsional §Kantor Kantor
(Operasional atau Non Ops) Perwakilan di Fungsional
LN (Operasional
Kantor atau Non Ops)
Capem LN/ KCP
Gerai (Sub- Kegiatan Pelayanan Kas
§Permanen
Branch) KCP Kantor Kas Keliling: §Mobile (Kas
Kas Mobil, Kas
Terapung,
Kas Kas Konter Non Konter Bank
Mobil Terapung Permanen Non
Permanen)
2. Penyelenggaraan jaringan kantor lainnya melalui informasi awal atau pelaporan kepada OJK
[15]
Kantor Bank BHI dan KCBLN (4)
*pengaturan jaringan kantor yang diatur dalam Bab: Ketentuan Lain-Lain
Jaringan kantor:
q Bank BHI/KCBLN tetap dapat mempertahankan jarkan sebelum POJK ini diundangkan, sepanjang
telah memperoleh persetujuan OJK.
q Bank BHI/KCBLN yang sampai berlakunya POJK ini memiliki jaringan kantor kas, payment point,
atau kas keliling yang antara lain berupa kas mobil, kas terapung atau konter bank non permanen,
mencatatkan sebagai KCP (bagi Bank BHI) atau kantor di bawah KCP (bagi KCBLN):
§ dengan melakukan pengkinian pada sistem pelaporan OJK pada periode penyampaian laporan
terdekat sejak POJK ini berlaku, atau disesuaikan dengan rencana dan kebijakan jaringan
kantor Bank BHI/KCBLN.
§ penyesuaian penamaan pada papan nama kantor, surat menyurat, kegiatan promosi,
disesuaikan dengan rencana pengkinian dari Bank BHI/KCBLN.
Kegiatan operasional di luar hari kerja operasional, pada hari libur, dan/atau tidak
beroperasi pada hari kerja:
Bank BHI/KCBLN mengumumkan rencana dimaksud melalui:
§ surat kabar harian berbahasa Indonesia
§ situs web Bank BHI/KCBLN, dan/atau
§ akun media sosial resmi Bank BHI/KCBLN
[16]
Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank BHI
Pengaturan
Sumber dana dilarang:
a. berasal dari pinjaman/pembiayaan dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia
b. berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
Kepemilikan Bank BHI paling tinggi sejumlah modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan.
oleh badan hukum
Kepemilikan saham dilarang diagunkan atau dijaminkan kepada pihak lain, kecuali oleh lembaga lain yang memenuhi
Bank BHI oleh PSP syarat.
Informasi kepada OJK 1. perubahan direksi dan/atau dewan komisaris dari PSP berupa badan hukum
2. perubahan modal disetor Bank BHI yang disebabkan karena dividen yang dibagikan dalam
bentuk saham
3. perubahan komposisi kepemilikan saham Bank BHI yang tercatat dalam AD dan tidak
mengakibatkan perubahan pengendalian
4. perubahan komposisi kepemilikan saham Bank BHI yang:
a) tercatat dalam anggaran dasar yang disebabkan oleh hibah atau waris saham; dan
b) tidak mengakibatkan perubahan modal disetor,
5. perubahan modal dasar Bank BHI
paling lama 10 hk sejak perubahan atau setelah tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar dari
instansi yang berwenang.
[17]
Direksi, Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif Bank BHI dan KCBLN,
serta Pemimpin KPBLN
Pengurus:
Calon anggota Direksi atau calon anggota Dewan Komisaris Bank BHI, calon anggota Direksi KCBLN (Pengurus)
atau calon pemimpin KPBLN wajib mengikuti PKK.
Calon Pengurus yang mendapat persetujuan dari OJK dilakukan pengangkatan oleh RUPS p.l. 6 bulan setelah
diperoleh persetujuan OJK.
Informasi pengangkatan Pengurus atau pemimpin KPBLN ke OJK p.l. 10 hk sejak tanggal pengangkatan efektif.
Informasi Pengurus atau pemimpin KPBLN yang diberhentikan, mengundurkan diri, atau meninggal dunia p.l.
10 hk sejak tanggal surat pemberhentian, pengunduran diri, atau dinyatakan meninggal dunia.
Pejabatan Eksekutif:
Bank BHI atau KCBLN wajib melakukan penilaian aspek integritas, reputasi keuangan, dan kompetensi
terhadap calon Pejabat Eksekutif (PE) sebelum melakukan pengangkatan/penggantian Pejabat Eksekutif.
penunjukan sementara PE dilakukan dalam hal terdapat kekosongan jabatan PE dan wajib mengangkat PE
definitif p.l. 6 bulan sejak tanggal penunjukan sementara PE.
Bank BHI atau KCBLN wajib melaksanakan pengakhiran masa jabatan PE p.l. 10 hk sejak tanggal surat
pemberitahuan dari OJK mengenai rekam jejak negatif PE diterima oleh Bank BHI atau KCBLN.
Penggunaan TKA:
Bank yang memanfaatkan TKA harus mematuhi persyaratan dan tata cara pemanfaatan TKA sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
[18]
Perubahan Nama dan Logo Bank BHI dan KCBLN
Bank BHI
a) Perubahan nama:
- Rencana perubahan nama disampaikan kepada OJK paralel dengan proses persetujuan Kemenkumham.
- Penyampaian untuk penetapan OJK 5 hk sejak persetujuan Kemenkumham
- Penetapan OJK: dalam 14 hk
- Pengumuman kepada masyarakat: dalam 5 hk sejak penetapan OJK
- Penyampaian bukti pengumuman kepada OJK: p.l. 10 hk sejak tanggal pengumuman kepada masyarakat
b) Perubahan logo:
- Penyampaian rencana perubahan logo ke OJK dan tanggal efektif
- Pengumuman perubahan logo kepada masyarakat p.l. 5 hk setelah tanggal efektif perubahan logo
- Pelaporan pelaksanaan ke OJK disertai bukti pengumuman ke masyarakat p.l. 10 hk sejak tanggal efektif.
KCBLN
Perubahan AD:
Bank BHI wajib melaporkan kepada OJK setiap perubahan AD p.l. 10 hk setelah
diterimanya persetujuan atau penerimaan pemberitahuan perubahan AD dari
instansi yang berwenang.
[20]
Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank BHI
01 02
[22]
Ketentuan Lain-Lain
02 PENATAUSAHAAN DOKUMEN
Bank BHI, KCBLN atau KPBLN wajib
menatausahakan dokumen dalam pengajuan
perizinan sebagaimana diatur dalam POJK ini,
termasuk dokumen dan persyaratan administratif
yang disampaikan secara daring
[23]
Ketentuan Peralihan
TIM LIKUIDASI
ATAU
TIM PENYELESAI
Bank BHI/KCBLN yang di-CIU sebelum POJK ini berlaku,
ketentuan mengenai tim Likuidasi/tim penyelesai tetap berlaku
s.d. tugas dan fungsi tim likuidasi/tim penyelesai berakhir.
PERIZINAN
KELEMBAGAAN
perizinan kelembagaan Bank BHI, KCBLN, atau KPBLN yang
masih dalam proses pada saat POJK ini berlaku, tetap mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan existing.
[24]
Ketentuan Penutup
§ PBI No. 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI No.
1 13/27/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009
tentang Bank Umum
§ Pasal 17 huruf a POJK No. 5/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank
§ POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan
Modal Inti Bank
§ POJK No. 17/POJK.03/2018 tentang Perubahan atas POJK No. 6/POJK.03/2016 tentang
Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank
§ SK Dir. BI No. 32/37/KEP/DIR tahun 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank yang
Berkedudukan di Luar Negeri
§ SK Dir. BI No. 32/53/KEP/DIR tahun 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pada saat POJK ini mulai berlaku,
2 § POJK No.5/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank
§ POJK No.16/POJK.03/2017 tentang Bank Perantara
§ POJK No. 28/POJK.03/2019 tentang Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan Untuk
Pengembangan Perbankan Syariah
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan POJK ini.
Pemberlakuan POJK Bank Umum:
3 3 bulan sejak diundangkan (31 Oktober 2021)
[25]
Ketentuan Peralihan
Available online
www.ojk.go.id
POJK
https://sikepo.ojk.go.id