Anda di halaman 1dari 20

PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN

Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri


dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri
dari : kegiatan belajar 1-4, topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik
dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan
yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman. Setelah semua
kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat
mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti
urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan
mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban.
Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain,
jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.

1
KEGIATAN BELAJAR

A. Kegiatan Belajar 5

PROSES PEMBENTUKAN TANAH

1. Tujuan Umum Pembelajaran


Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses pembentukan
tanah
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengertian horison tanah.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pembagian horison tanah
dan ciri-ciri dari setiap horison tanah.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar horison peralihan dalam
tanah.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar simbol tambahan pada
horison tanah.

2
BAB V

PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Proses pembentukan tanah diawali oleh proses pelapukan batuan


induk menjadi bahan induk. Dengan bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah
terutama iklim dan organisme maka terjadi perubahan ukuran bahan induk
menjadi lebih kecil, serta terjadi perubahan mineral primer menjadi mineral
sekunder akibat pelapukan kimia. Mineral-mineral yang berasal dari pelapukan
bercampur dengan bahan organik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan
yang telah mati dan mengalami dekomposisi dan selanjutnya menjadi humus.
Humus-humus yang berukuran koloid dengan mengandung muatan negatif
terutama asam-asam organik sehingga mampu menjadi pengikat antara mineral
membantuk agregat tanah. Masukan atau input dari air hujan akan menyebabkan
terjadinya reaksi kimia (hidrolisis) antara air dan bahan penyusun tanah. Disisi
lain dengan adanya air hujan yang mengalami infiltrasi maka terjadi ikatan antara
fraksi tanah dan air. Apabila kemampuan tanah mengikat air sudah tidak ada lagi
maka air yang ada dalam pori tanah akan mengalir ke bawah oleh pengaruh
gaya gravitasi. Air yang mengalir membawa unsur-unsur yang terlarut dalam air.
Unsur-unsur yang terbawa sebagian mengalami alih tempat, juga ada yang
keluar dari sistim tanah masuk kedalam sungai dan terus ke laut, terutama unsur-
unsur basa yang disebut dengan pencucian (leaching). Dengan adanya proses
pelapukan, yang diikuti pancampuran bahan organik, pencucian, pembentukan
agregat (struktur), alih tempat dan alih rupa bahan tanah maka terbentuklah
horison tanah. Harison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk sejajar
dengan permukaan bumi sebagai hasil dari proses pembentukan tanah.

3
Apabila kita menggali lapisan-lapisan horison tanah mulai dari
permukaan sampai dengan batuan induk maka akan terlihat suatu penampang
vertikal yang terdiri dari susunan-susunan horison tanah yanag disebut dengan
profil tanah. Pada tanah-tanah yang perkembangan horisonnya sempurna maka
akan nampak mulai dari atas ke bawah adalah horison O, A, B, dan C.
Sedangakn khusus horison A dan B disebut solum tanah. Adapun penjelasan
dan pembagian dari masing-masing horison adalah sebagai berikut:

4
5
6
7
1. Horison O
Horison ini ditemukan terutama pada daerah hutan yang belum
terganggu tanahnya. Horison O dapat dibagi atas :
a. O1 horison yang bentuk asli sisa-sisa tanaman masih jelas kelihatan.
b. O2 horison yang bentuk asli sisa tanaman sudah tidak bisa kelihatan.

2. Horison A
Horison A merupakan horison dipermukaan tanah yang terdiri dari
campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan harison yang proses
eluviasi terjadi yaitu proses pencucian unsur-unsur dan bahan-bahan halus
seperti lempung. Horison ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
a. A1: bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap

8
b. A2: horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap
lempung, Fe dan bahan organik.
c. A3: horison peralihan ke B, lebih menyerupai A.

3. Horison B
Horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya
(lempung, Fe, Al, bahan organik)
a. B1 horison perlaihan dari A ke B, tetapi lebih menyerupai B.
b. B2 horison penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-
kadang bahan organik.
c. B3 horison peralihan ke C, tetapi lebih menyerupai B.

4. Horison C
Horison C merupakan horison yang masih sedikit mengalami
pelapukan, horison C biasa juga disebut dengan horison isovolumetrik. Yaitu
harison dimana volume batuan belum mengalami perubahan tetapi berat jenis
batuan telah mengalami perubahan akibat adanya unsur-unsur penyusun batuan
yang keluar dari batuan induk.
Dalam pembentukan tanah terjadi berbagai proses pembentukan
tanah. Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal yaitu:
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya:
a. Penambahan air hujan
b. Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer
c. Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d. Penambahan bahan organik dari sisa-sisa tanaman dan hewan.
e. Bahan endapan (baik bahan dari proses aluvial maupun volkanik)
2. Kehilangan bahan-bahan yang ada dalam tanah, misalnya

9
a. Kehilangan air melalui penguapan (evapotranspirasi)
b. Kehilangan N melalui proses denitrifikasi
c. Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO 2, karena dekomposisi bahan
organik.
d. Kehilangan tanah kerena erosi
e. Kehilangan energi karena radiasi.
3. Perubahan bentuk (transformation) misalnya:
a. Perubahan bahan organik kasar menjadi bahan organik halus.
b. Penghancuran pasir menjadi debu, kemudian menjadi liat.
c. Pembentukan struktur tanah
d. Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat
e. Pembentukan konkresi.
4. Pemindahan dalam solum, misalnya:
a. Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan
bawah.
b. Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui siklus
kegiatan vegetasi.
c. Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke atas melalui kegiatan heawan
seperti tikus, rayap, cacing dsb.
d. Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke atas melalui air kapiler.

Tabel. 5.1. Beberapa contoh Proses Pembentukan Tanah


No Proses Penjelasan
1 a. Eluviasi (4)* Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke horison
lain.
b. Iluviasi (4) Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horison
2. a. Leaching (2) Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
b. Enrichment (1) Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain.
3 a.Dekalsifikasi (4) Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison tanah.
b. Kalsifikasi (4) Penimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah

10
4 a. Desalinisasi (4) Pemindahan garam-garam mudah alrut dari tanah atau suatu
horison tanah.
b. Salinisasi (4) Pemindahan garam-garam mudah larut dalam suatu horison
tanah
5 a. Dealkalinisasi (4) Pencucian ion-ion Na dalam suatu horison tanah.
(solodisasi)
b. Alkalinisasi (4) Akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah
(solonisasi)
6 a. Lessivage (4) Pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke horison lain
dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk
tanah ultisol (podsolik) atau alfisol.
b. Pedoturbasi (4) Pencampuran secara pisik atau biologik beberapa horison tanah
sehingga horison-horison tanah yang telah terbentuk menjadi
hilang, terjadi pada tanah-tanah vertisol (grumosol)
7 a.Podzolisasi (3,4) Pemindahan Al an Fe dan atau bahan organik dari suatu
(Silikasi) horison ke horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci
sehingga pada horison yang tercuci meningkat
konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah spodosol (podzol)
b. Desilikasi (3,4) Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah
(feralisasi, sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif.
laterisasi, Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi
latolisasi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk tanah oxisol (laterit,
latosol)
8 a. Melanisasi (1,4) Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena
pencampuran bahan organik dengan bahan mineral. Dapat
terbentuk tanah Mollisol.
b. Leusinasi (4) Pembentukan horison pucat karena pencucian bahan organik.
9 a. Braunifikasi, (3,4) Pelepasan besi dari mineral primer dan disperdi partikel-
rubifikasi, partikel besi oksida yang makin meningkat. Berdasar
Feruginasi besarnya oksida dan hidrasi dari besi oksida tersebutmaka
dapat menjadi coklat(braunifikasi), coklat kemerahan
(rubifikasi) dan merah (feruginasi).
b. Gleisasi (3,4) Reduksi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air)
sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu kehijauan.
10 a. Littering (1) Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm
dipermukaan tanah mineral.
b. Humifikasi (3) Perubahan bahan organik kasar menjadi humus

Keterangan *
(1) Penambahan bahan ke tanah
(2) kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi)
(4) Pemindahan dalam tanah (translokation)

11
Simbol Baru Horison
Penamaan horison tanah mengalami perubahan yang dilakukan oleh
Soil Survey Staff (1987). Adapun perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

Nama Nama Penjelasan


Lama Baru
O O Hoison organik yang selalu jenuh air atau tidak pernah jenuh
air. Kandungan bahan organik > 20% (pasir) atau 30 %
(lempung)
O1 Oi, Oe Tingkat dekomposisi bahan organik kasar (fibrik= i) atau
sedang (hemin= e)
O2 Oa, Oe Tingkat dekomposisi bahan organik halus (saprik = a) atau
sedang (hemik = e)
A1 A Horison mineral di permukaan, campuran bahan mineral dan
bahan organik.
A2 E Horiosn eluviasi maksimum
A3 AB Perlaihan A1(A) ke B lebih menyerupai A1(A)
EB Perlaihan dari A2 (E) ke B, lebih menyerupai A2 (E)
B1 BA Peralihan dari A1(A) ke B, lebih menyerupai B
BE Peralihan dari A2 (E) ke B, lebih menyerupai B
B2 B a. horison iluviasi (penimbunan) liat, Fe, Al atau humus
b. konsentrasi (penimbunan) relatif dari seskuioksida (Fe,
Al) karena Si tercuci
c. terdapat perubahan (alterasi) dari bahan induk misalnya
(terbentuk mineral liat, oksida-oksida dibebaskan
sehingga warnah menjadi lebih merah, terbentuk struktur
tanah granuler, gumpal (blocky), prismatik dan lain-lain.
B3 BC Perlihan dari B ke C lebih menyerupai B
CB Peralihan dari B ke C lebih menyerupai C
C C Bahan induk (regolit), lunak
R (D) R Batuan induk, keras

Horison Peralihan
Horison peralihan diberi simbol dengan dua huruf besar dari masing-
masing horison utama yang beralih sifat.

12
1. Horison AB (nama lama A3): yaitu horison peralihan dari A ke B, tetapi lebih
menyerupai A
2. Horison EB (nama lama A3): horison peralihan dari E ke B tetapi lebih
menyerupai E.
3. Horison BA (nama lama B1): horison peralihan dari E ke B, tetapi lebih
menyerupai B.
4. Horison BC (nama lama B3): horison peralihan dari B ke C, tetapi lebih
menyerupai B
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa horison utama yang dominan
selalu ditulis lebih dahulu. Selain itu perlu dijelaskan bahwa simbol horison
peralihan tetap digunakan meskipun salah satu horison utamanya sudah tidak
ada. Misalnya simbol horison AB tetap digunakan meskipun horison A telah
hilang tererosi. Demikian pula simbol horison BC tetap digunakan meskipun
horison C telah hilang berubah menuju ke horison B.
Kadang-kadang ditemukan horison peralihan yang terdiri dari dua
horison utama misalnya akibat salah satu horison menyusup ke dalam horison
yang lain. Untuk horison seperti ini simbol khusus perlu diberikan dengan garis
miring di antara dua simbol horison yang bersangkutan.
1. Horison E/B: horison peralihan terdiri dari horison E dan horison B , volume
horison E lebih banyak daripada horison B.
2. Horison B/E: horison peralihan terdiri dari horison B dan horison E, volume
horison B lebih banyak daripada horison E.
3. Horison B/C: horison peralihan terdiri dari horison B dan horison C volume
horison B lebih banyak dari pada horison C.

Simbol Tambahan

13
Simbol tambahan untuk menunjukkan sifat-sifat khusus harison utama
atau lapisan, adalah berupa huruf kecil yang dituliskan di belakang simbol
horison atau lapisan yang bersangkutan.
1. a : bahan organik dengan pelapukan lanjut (saprik). Simbol tambahan untuk
horison atau lapisan O
2. b : horison genetik yang tertimbun. Hanya untuk horison mineral. Tidak
digunakan untuk tanah organik maupun membedakan lapisan organik dengan
mineral.
3. c : konkresi atau nodul dengan bahan utama besi, mangan, aluminium atau
titanium. Tidak digunakan untuk konkresi atau nodul dolomit, kalsit, atau
garam lain yang lebih mudah larut.
4. d : lapisan yang memadat (kerapatan lindak tinggi) sehingga tidak dapat
ditembus akar tanaman, misalnya lapisan tapak bajak.
5. e : bahan organik dengan tingkat pelapukan sedang (hemik). Hanya untuk
horison atau lapisan organik.
6. f : tanah yang membeku. Horison yang mengandung es permanen, bukan
hanya pada waktu dingin.
7. g : gleisasi kuat. Gleisasi kuat ditunjukkan oleh warna tanah dengan kroma
rendah dan banyak yang berkarat. Tidak untuk bahan induk yang memang
kromanya rendah seperti shale/serpih ataupun horison E, kecuali kalau
proses gleisasi benar terjadi. Simbol “g” digunakan untuk horison B hanya jika
gleisasi.
8. h : akumulasi iluvial bahan organik. Untuk horison B dengan iluviasi kompleks
organik-seskuioksida, terutama Al tetapi jumlahnya sedikit. Bila seskuioksida
cukup banyak tetapi tetapi warna tanahnya gelap gelap (bahan organik tinggi)
dengan value dan kroma 3 atau kurang maka diberi simbol Bhs.
9. i : bahan organik kasar (fibrik). Digunakan untuk horison O.

14
10. k : akumulasi karbonat, biasanya kalsium karbonat.
11. m : pemadasan yang kontinyu, dan lebih dari 90 persen memadas. Tidak
dapat ditembus akar kecuali melalui bidang-bidang patahan. Bila
digabungkan dengan bahan perekatnya maka dituliskan sebagai berikut
- km : padas dengan bahan perekat karbonat
- qm : padas dengan perekat silika
- sm : padas dengan perekat besi
- ym : padas dengan perekat gipsum
- kqm : padas dengan perekat kapur dan silika
- zm : padas dengan perekat garam yang lebih mudah larut dari pada
gipsum.
12. n : akumulasi natrium dapat ditukar
13. o : akumulasi resiual seskuioksida. Simbol ini berbeda dengan simbol “s”
yang menunjukkan akumulasi seskuioksida (kompleks dengan humus)
karena proses iluviasi, sedangkan simbol “o” merupakan akumulasi residual
seskuioksida akibat pencucian silika.
14. p : pengolahan tanah, untuk tanah-tanah yang diolah baik tanah organik (Op)
maupun tanah mineral (Ap). Horison E, B atau C yang muncul di permukaan
kemudian diolah, semuanya di beri simbol Ap.
15. q : akumulasi silika sekunder. Bila memadas dan kontinyu, simbolnya adalah
qm.
16. r : batuan melapuk atau lunak. Simbol tambahan untuk horison C, misalnya
batuan beku yang melapuk, batu pasir, batu serpih. Akar tanaman tidak dapat
menembus, kecuali lewat bidang patahan. Dapat digali dengan cangkul.
17. s : akumulasi iluvial seskuioksida dan bahan organik. Digunakan untuk
horison B, misalnya dengan akumulasi iluvial kompleks seskuioksida bahan
organik, dan mempunyai warna dengan value dan kroma lebih dari 3. Bila

15
baik bahan organik maupun seskuioksida jumlahnya cukup banyak dan value
serta kroma 3 atau kurang maka simbolnya hs.
18. ss: terdapat bidang kilir. Ditemukan pada tanah yang mempunyai sifat
mengembang (kalau basah) dan mengkerut (kering).
19. t: akumulasi liat silikat, baik akibat iluviasi atau pembentukan dan pemindahan
dalam horison yang bersangkutan (in situ) atau kedua-duanya. Lempung
dapat ditemukan dalam bentuk selaput lempung dipermukaan butir struktur
tanah, dalam pori-pori lamela, atau sebagai penghubung butir-butir mineral
tanah.
20. v : plintit. Digunakan untuk horison yang banyak mengandung bahan
berwarna merah, kaya besi, miskin humus, teguh atau sangat teguh bila
lembab dan mengeras tidak balik bila terbuka di udara dan mengalami basah
dan kering berulang-ulang.
21. w : ada perkembangan warna atau struktur. Digunakan untuk horison B yang
baru ada perkembangan warna atau struktur, atau kedua-duanya, dengan
sedikit atau tanpa akumulasi iluvial bahan tanah tertentu. Tidak digunakan
untuk horison peralihan.
22. x : fragipan. Menunjukkan adanya lapisan padas (kerapatan lindak tinggi),
teguh tetapi rapuh.
23. y : akumulasi gipsum (CaSO4)
24. z : akumulasi garam yang lebih mudah larut daripada gipsum

Aturan Penggunaan Simbol Tambahan


Horison atau lapisan utama dapat mempunyai satu atau lebih simbol
tambahan dengan aturan sebagai berikut:
1. Simbol tambahan ditulis langsung dibelakang simbol horison atau lapisan
utama..

16
2. Umunya tidak lebih dari tiga simbol tambahan.
3. Horison permukaan yang diolah hanya diberi simbol tambahan p kecuali ada
akumulasi kalsium karbonat (kp), kalsium sulfat (py) atau garam mudah larut.
4. Bila diperlukan lebih dari satu simbol tambahan, maka hruf-huruf berikut
harus ditulis paling dulu: a, d, e h, I, r, s, t dan w. Kombinasi huruf-huruf
tersebut hanya dapat dilakukan untuk Bhs atau ct.
5. Bila diperlukan lebih dari satu simbol tambahan dan bukan merupakan
horison tertimbun, maka huruf-huruf berikut harus ditulis paling akhir c, f, g, m,
v dan x.
6. Untuk horison tertimbun huruf b harus ditulis paling akhir. Huruf b hanya
digunakan untuk tanah mineral yang tertimbun.
7. Horison B yang mempunyai akumulasi liat tinggi (t) dan juga menunjukkan
perkembangan warna atau struktur atau kedua-duanya (w) di beri simbol Bt ( t
diutamakan terhadap w, s dan h). Untuk horison B yang mempunyai sifat g, k,
n, q, y, z atau o dan juga mempunyai akumulasi liat (t) maka huruf t harus di
tulis lebih dahulu, misalnya Bto, Btg, Btn, dsb.
8. Simbol h, s, dan w tidak dapat digunakan bersama-sama dengan simbol g, k,
n, q, y, z atau o kecuali hanya untuk tujuan penjelasan.
9. Kecuali yang disebutkan diatas, maka simbol horiosn tambahan dituliskan
menurut abjad.

Pembagian Vertikal
Horison yang telah diuraikan di atas, kadang-kadang perlu di bagi lebih
lanjut karena adanya perbedaan beberapa sifat morfologi misalnya struktur
tanah, warnah, tekstur dll. Untuk horison C, misalnya dapat dibagi menjadi C1-
C2-C3 dan seterusnya atau kalau bagian bawah mengalami gleisasi maka
pembagiannya menjadi C1-C2-Cg1-Cg2, atau C- Cg1-Cg2-R. Penomoran selalu

17
dimulai dengan angka 1 untuk horison apapun. Contoh lain misalnya Bt, dapat
dibagi menjadi Bt1-Bt2-Btk1-Btk2 bukan Bt1-Bt2-Btk3-Btk4, karena Bt dan Bk
adalah horison yang berbeda meskipun sama-sama horison iluviasi lempung.

Diskontinuitas
Diskontinuitas menunjukkan adanya horison berasal dari bahan induk
yang berbeda di dalam satu profil tanah. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh
perbedaan susunan besar butir atau susunan mineralogi yang nyata atau
perbedaan umur, kecuali kalau perbedaan umur tersebut telah diberi simbol b.
Lapisan-lapisan pada bahan aluvial tidak termasuk bahan diskontinuitas, kecuali
bila terdapat perbedaan besar butir yang nyata,
Simbol diskontinuitas hanya digunakan pada tanah mineral dan
ditunjukkan dengan angka arab di depan simbol horison, pada bahan induk yang
kedua dan seterusnya, misalnya: Ap-E-Bt1-2Bt2-2Bt3-3Bt4-3BC. Contoh di atas
menunjukkan bahwa horison Ap, E dan Bt1 berasal dari bahan induk pertama
(angka 1 tidak perlu ditulis di depan simbol horison), Bt2 dan Bt3 berasal dari
bahan induk kedua, Bt4 dan Bc berasal dari bahan induk ketiga.

Kesimpulan
Dalam pembentukan tanah terjadi berbagai proses pembentukan
tanah. Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal yaitu:
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya:
a. Penambahan air hujan
b. Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer
c. Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d. Penambahan bahan organik dari sisa-sisa tanaman dan hewan.
e. Bahan endapan (baik bahan dari proses aluvial maupun volkanik)

18
2. Kehilangan bahan-bahan yang ada dalam tanah, misalnya
a. Kehilangan air melalui penguapan (evapotranspirasi)
b. Kehilangan N melalui proses denitrifikasi
c. Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO 2, karena dekomposisi bahan
organik.
d. Kehilangan tanah kerena erosi
e. Kehilangan energi karena radiasi.
3. Perubahan bentuk (transformation) misalnya:
a. Perubahan bahan organik kasar menjadi bahan organik halus.
b. Penghancuran pasir menjadi debu, kemudian menjadi liat.
c. Pembentukan struktur tanah
d. Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat
e. Pembentukan konkresi.
4. Pemindahan dalam solum, misalnya:
a. Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan
bawah.
b. Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui siklus
kegiatan vegetasi.
c. Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke atas melalui kegiatan heawan
seperti tikus, rayap, cacing dsb.
d. Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke atas melalui air kapiler.

Soal-Soal

1. Jelaskan proses pembentukan tanah ?


2. Mengapa proses pembentukan tanah sangat dipengaruhi oleh faktor
pembentuk tanah?

19
3. Jelaskan cirri-ciri horizon O, A, B, C dan R?
4. Jelaskan istilah di bawah ini:
a. leaching (pencucian)
b. braunifikasi
c. eluviasi
d. illuviasi

Daftar Pustaka

A. Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia . Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.

B. Harjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis , Akademika


Pressindo.

C. Harjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta, Akademika Pressindo.

D. Jenny, H. 1980. The Soil Resource. New York, Springer-Verlag.

E. Paton, T. R. 1978. The Formation of Soil Material. London, George Allen &
Unwin

20

Anda mungkin juga menyukai