Anda di halaman 1dari 10

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

PEMODELAN PENGARUH DINAMIKA PERKOTAAN TERHADAP


PENURUNAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI WILAYAH
METROPOLITAN
Euis Ratna Dewi Hidayat (1)
, Iwan Kustiwan, Ir., MT, Dr.(2)
(1)
Perencanaan Wilayah Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi perubahan dinamika perkotaan yaitu aspek lahan, penduduk
dan ekonomi dapat mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian di kawasan pinggiran diakibatkan
urbanisasi yang tinggi dan semakin menambah jumlah penduduk sementara lahan bersifat tetap
sehingga kebutuhan lahan permukiman semakin tinggi. Sementara itu lahan di perkotaan semakin
terbatas sehingga mendorong pembangunan secara liar ke kawasan pinggiran dan menyebabkan alih
fungsi lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku dinamika perkotaan
terhadap penurunan daya dukung lahan pertanian melalui pengujian model sistem dinamik.
Berdasarkan hal tersebut diperoleh hasil bahwa dinamika perkotaan mempengaruhi penurunan daya
dukung lahan pertanian dibuktikan dengan melalui uji simulasi model sistem dinamik dengan
menggunakan skenario intervensi kebijakan pembatasan lahan, mengintensifkan pembangunan
vertikal dan gabungan dari kedua kebijakan tersebut. Hasil dari uji simulasi menghasilkan perilaku-
perilaku dinamika perkotaan terhadap penurunan daya dukung lahan pertanian dengan hasil bahwa
skenario gabungan merupakan skenario yang efektif dilakukan karena dapat menghambat laju
dinamika perkotaan dan kebutuhan lahan permukiman sehingga memperlambat penurunan daya
dukung lahan pertanian dan lahan sawah masih tersedia dalam jangka waktu 40 tahun.

Kata-kunci : Permukiman, Alih Fungsi Lahan, Model Sistem Dinamik, Perilaku Dinamika Perkotaan, Skenario,
Pembatasan Alih Fungsi Lahan, Mengintensifkan Pembangunan Vertikal.

Pengantar terbatas. Kondisi akan mendorong penduduk


untuk melakukan pembangunan secara liar di
Penelitian ini dilatarbelakangi persoalan di kawasan pinggiran untuk memenuhi kebutuhan
wilayah metropolitan Kedungsepur yaitu permukiman sebagai penunjang aktivitas. Di
terjadinya pertumbuhan kegiatan permukiman wilayah metropolitan Kedungsepur terjadinya
dan peningkatan kebutuhan lahan permukiman kecenderungan pengembangan kawasan
mendorong pembangunan secara liar yang permukiman menuju ke arah luar kota dengan
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian di dominasi lahan pertanian. Sementara itu arahan
kawasan pinggiran dan memberikan dampak rencana tata ruang pulau Jawa Bali diharapkan
penurunan daya dukung lahan pertanian. wilayah metropolitan Kedungsepur dapat
Berdasarkan persoalan tersebut dengan adanya melakukan pembangunan fisik dengan tetap
perubahan dinamika perkotaan sebagai akibat menjaga keutuhan lahan pertanian. Berdasarkan
dari pembangunan perkotaan dapat hal tersebut sangat penting dilakukan pengujian
menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan model dinamika perkotaan terhadap penurunan
permukiman sementara lahan di perkotaan daya dukung lahan pertanian. Dengan demikian
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B | 1
Pemodelan Pengaruh Dinamika Perkotaan Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian
dapat diketahui perilaku dinamika perkotaan adalah permasalahan-permasalahan yang
terhadap penurunan daya dukung lahan mempunyai sifat dinamis dengan struktur
pertanian sebagai dasar dalam pembuatan fenomena yang mengandung paling sedikit satu
kebijakan. Ruang lingkup wilayah dalam sebagai umpan balik.
wilayah penelitian yaitu wilayah metropolitan
Kedungsepur yang terdiri dari 4 kota/kabupaten Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
yaitu Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dikarenakan adanya alih fungsi lahan pertanian
Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal. Ruang menjadi permukiman dikarenakan perubahan
lingkup materi pada penelitian ini yaitu mengenai peningkatan penduduk. Berdasarkan hal tersebut
dinamika perkotaan (aspek penduduk, aspek belum diketahui perilaku dinamika perkotaan
ekonomi dan aspek lahan), status daya dukung terhadap penurunan daya dukung lahan
lahan pertanian, dan model sistem dinamik. pertanian sebagai ukuran batas dukung lahan
pertanian. Dengan demikian tujuan dari
Sebagai dasar dalam pembuatan model sistem penelitian ini yaitu menyusun model dinamika
dinamik digunakan tinjauan-tinjaun teori untuk perkotaan terhadap penurunan daya dukung
memperkuat alasan dalam pembuatan model lahan pertanian sebagai dasar bagi perencanaan
sistem dinamik. Tinjauan teori yang digunakan pengembangan wilayah metropolitan
yaitu menurut Yunus (2000) bahwa Kedungsepur.
perkembangan kota juga dapat ditinjau dari
peningkatan aktivitas kegiatan sosial ekonomi Metode
dan pergerakan arus mobilitas penduduk kota
yang pada gilirannya menuntut kebutuhan ruang Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu
bagi permukiman. Menurut Khairuddin (2000) dengan menggunakan metode kuantitatif. Hal ini
bahwa perkembangan ekonomi di suatu kota dikarenakan sifat dari model sistem dinamik yaitu
akan menimbulkan multi efek terhadap bidang kuantitatif membutuhkan data dengan nilai-nilai
lainnya seperti perumahan dan fasilitas kota yang pasti sebagai masukan dalam pembuatan sistem
kesemuanya membutuhkan ruang yang tidak model dinamis. Pendekatan studi penelitian yang
sedikit. Menurut Hinderink dan Sterkenburg,1975, dilakukan bersifat deskriptif eksplanatori. Hal ini
Smailes, 1981, Yunus,2005 bahwa perubahan dikarenakan sifat penelitian yang menjelaskan
fisik yang terjadi di perkotaan dapat ditinjau dari dari pola dinamika perkotaan sebagai suatu
empat hal yaitu karakteristik bentuk fenomena dari dinamika perkotaan dan juga
pemanfaatan lahan, karakteristik bangunan, status daya dukung lahan pertanian serta sifat
karakteristik permukiman, dan karakterisitik dari penelitian ini membuktikan hipotesis-
simulasi. Menurut Onishi,1994 dan hipotesis terkait dengan pengaruh dinamika
Saveriades,2000 bahwa penduduk dan kegiatan perkotaan terhadap penurunan daya dukung
ekonomi yang telah melampaui batasan daya lahan pertanian.
dukung yang terjadi adalah kerusakan
Metode Pengumpulan Data
lingkungan. Menurut Panah et al, 1995,
Graymore, Sipe & Rickson,2010, Sarma et al, Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
2012 bahwa sebuah karakteristik penting dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode
daya dukung perkotaan adalah bahwa hal itu survei sekunder. Data yang dikumpulkan yaitu
bersifat dinamis dan dapat diterima, dan bahwa berupa data-data sekunder melalui sumber-
daya dukung dapat berubah secara fenomenal sumber data yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)
oleh reaksi antara pemanfaatan teknologi, dan BAPPEDA Jawa Tengah.
preferensi manusia, investasi, produktivitas, dan
konsumsi pola. Daya dukung merupakan sebagai Metode Analisis Data
kapasitas atau kemampuan lahan yang berupa
lingkungan untuk mendukung kehidupan Metode analisis yang digunakan yaitu metode
manusia dan makhluk hidup lainnya. Menurut analisis deskriptif dan pemodelan sistem dinamik
Roberts, et al, 1983 bahwa permasalahan yang dengan menggunakan software powersim 2007.
dapat tepat dimodelkan dengan sistem dinamik
2 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B
Euis Ratna Dewi Hidayat
a. Analisis deskriptif digunakan dengan Kedungsepur menunjukkan pola yang sangat
merumuskan kriteria dan komponen padat dan terjadi peningkatan setiap tahunnya
dinamika perkotaan berdasarkan aspek-
aspek dalam dinamika perkotaan. Hal ini 5000000
dilakukan untuk mengetahui pola 4800000
perubahan dari dinamika perkotaan 4600000
tersebut. Selain itu analisis yang 4400000
dilakukan yaitu analisis deskriptif daya 4200000
dukung lahan pertanian untuk 4000000
mengetahui status daya dukung lahan 3800000
pertanian.

2006

2012
2004
2005
2007
2008
2009
2010
2011
2013
2014
b. Model sistem dinamis. Analisis ini
dilakukan dikarenakan dapat
menggambarkan keterkaitan antara Grafik 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Metropolitan
variabel yang dikaji dan interaksi dari Kedungsepur 2004-2014
antar komponen atau subsistem. Tahap
dalam sistem model dinamis ini yaitu :
identifikasi masalah, identifikasi pola 15
referensi dan hipotesis dinamik, 14,5
pendefinisian batas model, pembuatan 14
struktur model, pengujian model dan 13,5
13
analisis kebijakan.
12,5
Diskusi 12

2012
2013
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

2014
Pada pembahasan penelitian ini akan dibahas
ketiga analisis yang dilakukan yaitu analisis pola Grafik 2. Kepadatan Penduduk di Wilayah Metropolitan
dinamika perkotaan, status daya dukung lahan Kedungsepur 2004-2014
pertanian dan model sistem dinamis. Dinamika
perkotaan merupakan fenomena perubahan Faktor – faktor yang mempengaruhi penduduk
aspek-aspek perkotaan yang bersifat dinamis meningkat dengan cepat dan kepadatan
atau mengalami perubahan baik meningkat atau penduduk yang semakin tinggi dan meningkat di
wilayah metropolitan Kedungsepur, hal ini
menurun. Dinamika perkotaan ditandai dengan dikarenakan faktor-faktor yang
adanya pertumbuhan dan perkembangan dari mempengaruhinya yaitu jumlah kelahiran,
segi kualitas dan kuantitas. Dinamika perkotaan jumlah kematian, jumlah migrasi masuk dan
meliputi aspek penduduk, ekonomi dan lahan. jumlah migrasi keluar. Keempat faktor tersebut
Hasil dari analisis dinamika perkotaan yaitu yang merupakan faktor-faktor yang secara alami dan
terdiri dari jumlah kelahiran, jumlah kematian, non alami telah menambah atau mengurangi
jumlah migrasi masuk, jumlah migrasi keluar jumlah penduduk di wilayah metropolitan
angka migrasi masuk, angka migrasi keluar, Kedungsepur. Pola kecenderungan pada
angka kelahiran kasar, angka kematian kasar, keempat faktor tersebut di wilayah metropolitan
dan laju pertumbuhan penduduk. Aspek Kedungsepur menunjukkan peningkatan setiap
penduduk di wilayah metropolitan Kedungsepur tahunnya. Jumlah kelahiran dan jumlah kematian
menunjukkan perubahan yang cukup cepat. menunjukkan pola kecenderungan peningkatan
setiap tahunnya, walaupun jumlah kematian
Perubahan jumlah penduduk menunjukkan
mengalami peningkatan rasio diantara kedua
perubahan yang sangat cepat dengan laju rata-
faktor tersebut yaitu 0,4 artinya bahwa jumlah
rata 0,84% dan kota Semarang memiliki laju
kelahiran lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 1,38 %.
jumlah kematian. Dengan angka kelahiran kasar
Kepadatan penduduk di wilayah Metropolitan
20/1000 penduduk sementara angka kematian
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B | 3
Pemodelan Pengaruh Dinamika Perkotaan Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian
kasar yaitu 5/1000 penduduk. Oleh karena itu Selanjutnya dinamika perkotaan lainnya yaitu
dapat menyebabkan penambahan jumlah dinamika ekonomi. Dinamika ekonomi
penduduk di wilayah metropolitan. Hal ini akan merupakan perubahan-perubahan dalam aspek
dijadikan asumsi di dalam pembuatan model ekonomi yang dapat mendorong terjadinya
bahwa jumlah kelahiran dapat menambah jumlah urbanisasi sehingga terus menambah jumlah
penduduk dan jumlah kematian mengurangi penduduk. Pola-pola kecenderungan dalam
jumlah penduduk. Begitupun dengan jumlah perubahan-perubahan ekonomi akan dijadikan
migrasi masuk dan migrasi keluar terjadi pola sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan
kecenderungan peningkatan setiap tahunnya asumsi untuk menentukan penyusunan diagram
jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar hubungan sebab akibat di dalam submodel
menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap ekonomi sebagai faktor yang bersifat dinamis.
tahunnya dengan angka migrasi masuk 13/1000 Selain itu data-data dalam aspek ekonomi
penduduk dan angka migrasi keluar 12/1000 dijadikan sebagai masukan dalam menentukan
penduduk. Pola-pola kecenderungan dari nilai di dalam submodel ekonomi untuk
dinamika penduduk dijadikan suatu dasar dalam mengetahui uji simulasi perilaku dinamika
penyusunan model sistem dinamis sebagai ekonomi terhadap penurunan daya dukung lahan
pertimbangan dalam menentukan identifikasi pertanian di wilayah metropolitan Kedungsepur.
masalah dan pembuatan diagram hubungan
sebab akibat. Selain itu data – data nyata di Nilai PDRB di wilayah metropolitan Kedungsepur
wilayah metropolitan Kedungsepur dijadikan setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan
masukan dalam sistem model sebagai kajian laju pertumbuhan ekonomi yaitu 5,03 %. Nilai
simulasi model untuk mengetahui perilaku PDRB di wilayah metropolitan Kedungsepur selalu
dinamika perkotaan terhadap penurunan daya terjadi peningkatan hal ini didukung oleh
dukung lahan pertanian. pertambahan nilai dari PDRB pertanian dan PDRB
non pertanian. Sama halnya dengan PDRB total
bahwa PDRB pertanian mengalami peningkatan
100000
namun dengan laju pertumbuhan pertanian
80000
sebesar 3,17 sementara itu PDRB non pertanian
60000 memiliki laju pertumbuhan sebesar 5,16 %. Hal
40000 ini menunjukkan bahwa perubahan nilai PDRB
20000 total di wilayah metropolitan Kedungsepur
ditentukan oleh pdrb sektor yaitu pertanian dan
0
non pertanian. Pola ini akan dijadikan asumsi
2008
2004
2005
2006
2007
2009
2010
2011
2012
2013
2014

dalam pembuatan diagram model hubungan


sebab akibat dengan nilai yang dijadikan sebagai
parameter di dalam model.
Grafik 3. Jumlah Migrasi Keluar di Wilayah
Metropolitan Kedungsepur 2004-2014
3000000
80000 2500000
2000000
60000 1500000
1000000
40000
500000
20000 0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Grafik 5. PDRB Sektor Pertanian di Wilayah


Metropolitan Kedungsepur 2004-2014
Grafik 4. Jumlah Migrasi Masuk di Wilayah
Metropolitan Kedungsepur 2004-2014
4 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B
Euis Ratna Dewi Hidayat
103.363 hektar dan terus mengalami penurunan
50000000
hingga tahun 2014 mencapai 75.832 hektar
40000000
dengan laju penurunan sebesar -2,93%. Pola
30000000 kecenderungan pada aspek lahan ini akan
20000000 dijadikan suatu asumsi dalam diagram sebab
10000000 akibat dan perumusan identifikasi masalah
0 bahwa luas lahan terbangun dapat mengurangi
luas lahan sawah dengan asumsi terjadinya alih
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
fungsi lahan pertanian di wilayah metropolitan
Kedungsepur.
Grafik 6. PDRB Sektor Non Pertanian di Wilayah
Metropolitan Kedungsepur 2004-2014 120000
100000
50000000 80000
60000
40000000
40000
30000000 20000
20000000 0

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
10000000
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Grafik 8. Luas Lahan Sawah di Wilayah Metropolitan


Kedungsepur 2004-2014

Grafik 7. PDRB di Wilayah Metropolitan Kedungsepur


2004-2014 150000

Selain pola kecenderungan penduduk dan 100000


ekonomi yang dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan model sistem 50000
dinamis, terdapat aspek lain yang dijadikan
bahan pertimbangan dalam model yaitu aspek 0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

lahan. Faktor-faktor yang ditinjau dalam aspek


lahan yaitu lahan permukiman dan lahan
pertanian. Hal ini dikarenakan adanya
kecederungan alih fungsi lahan pertanian Grafik 9. Luas Lahan Terbangun di Wilayah
menjadi permukiman di wilayah metropolitan Metropolitan Kedungsepur 2004-2014
Kedungsepur sehingga perlu ditinjau pola
Analisis dinamika perkotaan dapat menunjukkan
kecenderungan keduanya yang dapat dijadikan
pola kecenderungan dari setiap faktor-faktor
asumsi dalam penyusunan diagram hubungan
dinamis di dalam perkotaan sehingga dapat
sebab akibat di dalam model sistem dinamis.
dijadikan asumsi dalam pembuatan diagram
Luas lahan terbangun di wilayah metropolitan
hubungan sebab akibat di dalam sub-submodel
Kedungsepur menunjukkan pola kecenderungan
yang terbentuk di dalam model sistem dinamis.
peningkatan yang sangat cepat setiap tahunnya.
Pola kecenderungan dinamika perkotaan belum
Luas lahan terbangun pada tahun 2004 yaitu
cukup untuk menggambarkan penurunan daya
sebesar 82.460 hektar kemudian naik hingga
dukung lahan pertanian di wilayah metropolitan
tahun 2014 mencapai luas sebesar 123.908
Kedungsepur. Untuk dapat menggambarkan
hektar deng laju pembangunan sebesar 4,4%.
status daya dukung lahan pertanian diperlukan
Sementara itu luas lahan sawah di wilayah
informasi mengenai ketersediaan lahan pertanian
metropolitan Kedungsepur terus mengalami
dan kebutuhan lahan pertanian. Dengan
penurunan dari tahun 2004 tercatat sebesar
demikian akan dianalisis mengenai daya dukung
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B | 5
Pemodelan Pengaruh Dinamika Perkotaan Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian
lahan pertanian di wilayah metropolitan berkurang sementara kebutuhan lahan
Kedungsepur. permukiman bertambah, kondisi seperti ini
menyebabkan status daya dukung lahan
Ketersediaan lahan pertanian dan kebutuhan pertanian defisit. Oleh karena itu hasil dari
lahan pertanian dihitung berdasarkan rumus analisis ini akan dijadikan sebagai bahan
yang tecantum di dalam Peraturan Menteri No 17 pertimbangan dalam pembuatan asumsi diagram
Tahun 2009. Bahwa kebutuhan lahan pertanian hubungan sebab akibat dan penentuan
dihitung dengan menggunakan jumlah penduduk identifikasi masalah di wilayah metropolitan
dikalikan dengan kebutuhan luas lahan untuk Kedungsepur dengan data – data digunakan
hidup layak. Pola kecenderungan sesuai dengan sebagai data kondisi nyata sebagai parameter
kondisi nyata mengenai ketersediaan lahan dalam pengujian model sistem dinamis.
pertanian dan kebutuhan lahan pertanian bahwa
ketersediaan lahan pertanian lebih sedikit Penyusunan model sistem dinamis tersusun
dibandingkan dengan kebutuhan lahan pertanian kedalam 3 submodel yaitu submodel penduduk,
di wilayah metropolitan Kedungsepur. Hal ini submodel ekonomi dan submodel lahan. Ketiga
menjadikan status daya dukung lahan pertanian submodel ini saling terkait tersusun kedalam
di wilayah metropolitan Kedungsepur masuk sistem tertutup. Artinya ketika satu variabel
kedalam status defisit. Ketersediaan lahan berubah maka akan mempengaruhi variabel
pertanian di wilayah metropolitan Kedungsepur lainnya. Berdasarkan permasalahan alih fungsi
mengalami penurunan sementara kebutuhan lahan pertanian menjadi permukiman dengan
lahan pertanian mengalami peningkatan. asumsi-asumsi yang telah dipaparkan
sebelumnya yaitu adanya peningkatan ekonomi
400.000 akan mendorong urbanisasi dan meningkatkan
jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk
200.000 akan meningkatkan kebutuhan lahan pertanian.
Selain itu penduduk juga dapat meningkatkan
0
kebutuhan lahan permukiman sehingga
mengurangi ketersediaan lahan pertanian di
wilayah metropolitan dengan demikian ketika
SL DL ketersediaan lahan pertanian lebih sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan lahan
permukiman maka status daya dukung lahan
Grafik 10. Perbandingan Ketersediaan Lahan pertanian akan menurun. Berdasarkan hal
Pertanian dan Kebutuhan Lahan Pertanian di Wilayah tersebut disusunlah diagram hubungan sebab
Metropolitan Kedungsepur 2004-2014 akibat untuk acuan dalam pembuatan sistem
model.
Status Daya Dukung Lahan
No Kota/Kabupaten
SL/DL Migrasi
Keluar
Angk a Migrasi
Ke luar

SL DL Status +
-
-
Kebutuhan
Lahan sawah
Angk a Ke lahiran 1 (+) 2 (-) untuk hidup
Kelahiran Penduduk Kematian Angk a Ke m atian

0,639015441 Kasar
+ + +
Kasar

+ +
layak perkapita

+
1 Kab. Demak 115.984 181.504 Defisit Migrasi
Kebutuhan
Lahan
masuk
Pertanian

0,291478525 -
Angk a Migrasi
Masuk

2 Kab.Semarang 50.947 174.787 Defisit PDRB Per


Kapita LPE
+

Kebutuhan
Pertanian Lahan
0,296139431 +
+
Permukiman

Kebutuhan
3 Kab.Kendal 50.516 170.581 Defisit Pertumbuhan
+
PDRB Non
+ +
PDRB
Pertanian +
Pertumbuhan
PDRB
Permukiman
perkapita
PDRB Non Pertanian PDRB Pertanian +
Pertanian -
0,02206539 -
Alih Fungsi
Lahan
+

3 (-)
Luas Lahan
Sawah
Daya
Dukung

4 Kota Semarang 7.331 332.235 Defisit LPE Non


- Lahan

+
Pertanian
Laju Alih
0,261640384 Fungsi
Lahan
-

Total Ketersediaan
Lahan

224.777 859.107 Defisit Pertanian

Tabel 1. Status Daya Dukung Lahan Pertanian di


4 (+)

Luas
Wilayah

Wilayah Metropolitan Kedungsepur 2004-2014


Gambar 1. Diagram Hubungan Sebab Akibat
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa
perubahan yang terjadi di dalam dinamika Berdasarkan diagram hubungan sebab akibat
perkotaan sehingga mengurangi luas lahan disusunlah sistem model yang terdiri dari 3
sawah maka ketersediaan lahan pertanian submodel yaitu submodel penduduk, submodel
6 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B
Euis Ratna Dewi Hidayat
ekonomi, dan submodel lahan. Sistem model ketika satu variabel diintervensi maka akan
dinamis yang akan dijadikan sebagai alat untuk mempengaruhi variabel lainnya dan membentuk
melakukan pengujian dengan menggunakan perilaku yang berbeda.
nilai-nilai dari data sekunder ditujukan untuk
mengetahui perilaku dinamika perkotaan Skenario Dasar
terhadap penurunan daya dukung lahan
pertanian. Dengan menggunakan hasil asumsi dan
parameter yang digunakan perilaku dinamika
perkotaan terhadap penurunan daya dukung
lahan pertanian tanpa adanya intervensi
# Angka Migrasi Keluar

Migrasi Keluar

Kelahiran
Penduduk
Kematian
pertumbuhan dinamika perkotaan akan
CBR
Migrasi Masuk CDR Kebutuhan Lahan
Pertanian
Kebutuhan Lahan
Sawah Untuk Hidup
Layak Perkapita menyebabkan luas lahan sawah habis pada tahun
Angka Migrasi Masuk
2024 dengan laju kebutuhan permukiman
tumbuh dengan sangat cepat. Perilaku penduduk
Kebutuhan lahan
Pemukiman

Kebutuhan Pemukiman
Perkapita
PDRB Per Kapita

PDRB
Luas Terbangun dan ekonomi beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu kelahiran, kematian,
Luas Lahan Sawah
# Alih Fungsi Lahan
Daya Dukung Lahan
Pertanian

migrasi masuk, migrasi keluar, PDRB pertanian


PDRB Non Pertanian PDRB Pertanian
Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB
Non Pertanian Pertanian Laju Pembangunan
Ketersediaan Lahan
Pertanian

LPE Non Pertanian


LPE Pertanian
Luas Wilayah
dan PDRB non pertanian menunjukkan perilaku
25.206.615,00
pertumbuhan yang sangat cepat.
31.709.921,67
38.213.228,34
44.716.535,01

Gambar 2. Stock Flow Diagram Dinamika Perkotaan


51.219.841,68
57.723.148,35
64.226.455,02 He k tar
70.729.761,69
77.233.068,36

Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian di


83.736.375,03
100.000
90.239.681,70

Wilayah Metropolitan Kedungsepur


50.000

Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengujian


dengan menggunakan nilai-nilai parameter De m and Lahan Pe m uk im an

sebagai data-data yang akan diujikan kedalam


Luas Lahan Sawah
0

model. Hasil dari pengujian model dengan


menggunakan nilai Root Mean Square -50.000

Percentage Error (RMSPE) dan uji korelasi


dengan menggunkan R-Pearson didapatkan
bahwa keseluruhan model valid untuk dilakukan
01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054

uji simulasi. Hal ini dikarenakan nilai RMPSE pada


Gambar 3. Lahan Sawah dan Kebutuhan Lahan
setiap submodel menunjukkan nilai dibawah 20% Permukiman di Wilayah Metropolitan Kedungsepur
dan nilai R 0,9. Submodel penduduk
mendapatkan nilai RMSPE dan R yaitu 5,3% dan Hek tar^-1

0,96, submodel ekonomi mendapatkan nilai


RMSPE dan R yaitu 4,87% dan 0,97 pada PDRB 0,35
Daya Dukung Lahan Pertanian

pertanian dan PDRB non pertanian mendapatan


nilai RMSPE dan R yaitu 3,32% dan 0,99, 0,30

sementara submodel lahan mendapatkan nilai


RMSPE dan R yaitu 6,25% dan 0,92. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model valid
0,25

dan dapat dilakukan uji simulasi. Perilaku yang


didapatkan dari hasil pengujian model
01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054

menunjukkan bahwa dinamika perkotaan Gambar 4. Status Daya Dukung Lahan Pertanian di
mempengaruhi penurunan daya dukung lahan Wilayah Metropolitan Kedungsepur
pertanian. Hal ini terbukti dengan hasil pengujian
dengan menggunakan skenario kebijakan dan Skenario Kebijakan I : Pembatasan Alih Fungsi
tanpa kebijakan hasilnya menunjukkan perilaku Lahan
yang berbeda setiap perlakuan atau bentuk
intervensi yang berbeda. Dengan kata lain bahwa
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B | 7
Pemodelan Pengaruh Dinamika Perkotaan Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian
Dengan menggunakan intevensi kebijakan dinamika perkotaan cenderung menunjukkan laju
pembatasan alih fungsi lahan melalui tidak terlalu melambat namun kebutuhan lahan
penghambatan laju pembangunan di wilayah permukiman menjadi lebih lambat dibandingkan
metropolitan Kedungsepur ternyata hasilnya dengan skenario dasar dan skenario kebijakan
menunjukkan perilaku positif. Bentuk intervensi pembatasan alih fungsi lahan pertanian. Hasil
ini dapat merubah laju dinamika perkotaan yang ditunjukkan pada skenario kebijakan ini
menjadi lebih lambat dibandingkan dengan yaitu luas lahan sawah akan habis namun waktu
skenario dasar dan memberikan hasil bahwa luas habisnya lahan sawah pertanian lebih lambat 10
lahan sawah akan memiliki ketersediaan lahan tahun dibandingkan dengan skenario dasar.
yang masih cukup dalam jangka waktu 40 tahun Dengan menggunakan skenario ini dapat
ke depan dengan status daya dukung lahan memperlambat waktu habisnya lahan sawah
pertanian belum mencapai nilai 0. menjadi tahun 2034.
He k tar Hek tar

100.000

90.000

50.000

Luas Lahan Sawah


Dem and Lahan Pem uk im an
0

60.000 De m and Lahan Pe m uk im an


Luas Lahan Sawah

-50.000

01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054

30.000

Gambar 7. Luas Lahan Pertanian dan Kebutuhan


Lahan Permukiman di Wilayah Metropolitan
01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054

Gambar 5. Luas Lahan Pertanian dan Kebutuhan Kedungsepur


Lahan Permukiman di Wilayah Metropolitan
He k tar^-1
Kedungsepur
Daya Dukung Lahan Pertanian

He k ta r^-1

0,35

0,35
Daya Dukung Lahan Pertanian

0,30

0,30

0,25
0,25

01 Ja n 2004 01 Ja n 2014 01 Ja n 2024 01 Ja n 2034 01 Ja n 2044 01 Ja n 2054

01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054

Gambar 6. Status Penurunan Daya Dukung Lahan


Pertanian di Wilayah Metropolitan Kedungsepur Gambar 8. Status Daya Dukung Lahan Pertanian di
Wilayah Metropolitan Kedungsepur
Skenario Kebijakan II : Mengintensifkan
Skenario Kebijakan III : Pembatasan Alih Fungsi
Pembangunan Vertikal
Lahan Pertanian & Mengintensifkan
Dengan menggunakan bentuk intervensi dengen Pembangunan Vertikal
mengintensifkan pembangunan vertikal melalui
Dengan menggunakan skenario kebijakan
pengurangan kebutuhan permukiman atau
gabungan antara kebijakan pembatasan alih
adanya pemadatan diatas suatu bidang lahan.
fungsi lahan pertanian dan mengintensifkan
Menunjukkan perilaku cenderung tidak terlalu
pembangunan vertikal. Perilaku dinamika
memberikan hasil yang terlalu berpengaruh
perkotaan menunjukkan laju yang lebih lambat
terhadap penurunan daya dukung lahan
dibandingkan dengan skenario kedua dan juga
pertanian dan luas lahan pertanian. Pertumbuhan
8 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B
Euis Ratna Dewi Hidayat
kebutuhan lahan permukiman memiliki laju yang demikian dapat dikatakan bahwa skenario
lambat dibandingkan dengan skenario kebijakan kebijakan gabungan ini merupakan skenario yang
pembatasan alih fungsi lahan pertanian saja. paling efektif dilakukan di wilayah metropolitan
Hasil dari gabungan kedua kebijakan ini yaitu Kedungsepur.
lahan sawah sampai 40 tahun kedepan masih
memiliki ketersediaan yang cukup dengan Kesimpulan
kebutuhan lahan permukiman dengan laju yang
lambat. Berdasarkan hasil kajian penelitian dengan
menggunakan model sistem dinamis diperoleh
Hek tar
temuan-temuan studi bahwa pola dari dinamika
100.000

perkotaan (aspek penduduk, ekonomi dan lahan)


80.000
menunjukkan pola peningkatan setiap tahunnya
dengan hasil fenomena-fenomena dinamika
60.000
Luas Lahan Sawah
perkotaan dijadikan sebagai asumsi di dalam
penyusunan diagram hubungan sebab akibat
Dem and Lahan Pem uk im an

40.000
yaitu bahwa penduduk dapat meningkatkan
kebutuhan lahan permukiman, ekonomi dapat
20.000

meningkatkan kebutuhan lahan permukiman,


01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054
penduduk dipengaruhi peningkatannya oleh
kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi
Gambar 9. Luas Lahan Pertanian dan Kebutuhan keluar, peningkatan kebutuhan lahan
Lahan Permukiman di Wilayah Metropolitan
permukiman menurunkan luas lahan sawah dan
Kedungsepur
luas lahan sawah mengurangi daya dukung lahan
He k tar^-1 pertanian. Status daya dukung lahan pertanian di
0,40

metropolitan Kedungsepur masuk kedalam status


defisit dengan ketersediaan lahan pertanian lebih
Daya Dukung Lahan Pertanian

0,35 kecil dibandingkan dengan kebutuhan lahan


pertanian. Terbentuknya model dinamika
0,30
perkotaan tersusun dengan menggunakan
asumsi dan nilai parameter dari pola dinamika
perkotaan dan daya dukung lahan pertanian
0,25
sebagai asumsi dan parameter submodel
penduduk, submodel ekonomi dan submodel
01 Jan 2004 01 Jan 2014 01 Jan 2024 01 Jan 2034 01 Jan 2044 01 Jan 2054 lahan. Hasil dari pengujian dengan menggunakan
skenario bahwa terbukti adanya pengaruh antara
Gambar 10. Status Daya Dukung Lahan Pertanian di perilaku dinamika perkotaan dan penurunan daya
Wilayah Metropolitan Kedungsepur dukung lahan pertanian. Skenario dasar bahwa
luas lahan sawah habis pada tahun 2045 dengan
Skenario kebijakan gabungan antara pembatasan status daya dukung lahan pertanian mencapai
alih fungsi lahan pertanian dan mengintensifkan nilai 0. Skenario kebijakan pembatasan alih
pembangunan vertikal dianggap skenario paling fungsi lahan menunjukkan lahan sawah tidak
efektif yang dapat dilakukan dikarenakan selain akan habis sampai dengan 2045. Skenario
dapat memperlambat laju dinamika perkotaan kebijakan mengintensifkan pembangunan
juga dapat memperlambat kebutuhan vertikal bahwa luas lahan sawah akan habis pada
permukiman sehingga laju penurunan lahan tahun 2035 dengan kebutuhan permukiman lebih
sawah lebih lambat. Selain itu kebijakan lambat dibandingkan kedua skenario. Skenario
gabungan ini mendorong terwujudnya arahan gabungan yaitu skenario yang paling efektif hal
rencana tata ruang Pulau Jawa Bali yaitu ini dikarenakan laju kebutuhan permukiman lebih
mengarahkan wilayah metropolitan Kedungsepur lambat dan dapat memperlambat penurunan
dengan pembangunan kompak atau vertikal lahan sawah serta ketersediaan lahan sawah
sesuai dengan daya dukung lingkungan. Dengan masih tersedia hingga tahun 2045 dan dapat
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B | 9
Pemodelan Pengaruh Dinamika Perkotaan Terhadap Penurunan Daya Dukung Lahan Pertanian
mendukung arahan rencana tata ruang pulau
Yasmin Yasmin. “ums.ac.id. t.thn. .” t.thn. (diakses
Jawa Bali. 2016).

Model pengaruh dinamika perkotaan terhadap


penurunan daya dukung lahan pertanian unus,
yang Hadi Sabari. Dinamika Wilayah Peri-Urban
dikembangkan dapat mensimulasikan keadaan Determinan Masa Depan Kota. Yogyakarta:
perkotaan sesuai atau hampir serupa dengan Pustaka Pelajar, 2008.
kondisi nyata, perubahan dinamika perkotaan
dapat mempengaruhi penurunan daya dukung
lahan pertanian hal ini tebukti dari hasil uji
Eksoha Reksohadiprojo, s dan Karseno. Ekonomi
simulasi intervensi kebijakan, kebijakan Perkotaan. Yogyakarta: BPFE, 2001.
gabungan merupakan kebijakan yang paling
efektif diterapkan.
https://leumburkuring.wordpress.com/tata-
Rekomendasi untuk pemerintah bahwa ruang-2/animasi-3d/metropolitan/. t.thn.
melakukan intensifikasi pembangunan vertikal (diakses Maret 2016).
hal ini berguna untuk memperlambat laju
kebutuhan permukiman dan menjaga laju
pembangunan supaya alih fungsi lahan
pertanian dapat dibatasi.

Keterbatasan penelitian ini yaitu terbatasnya


variabel yang dapat diintervensi, asumsi nilai
yang digunakan terlalu kecil, hanya
mengandalkan data sekunder, dan keterbatasan
data.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu


menambahkan data – data hasil survey primer,
memperluas batasan model, menggunakan
banyak referensi sumber data, melakukan
pengujian terhadap daya dukung lahan
permukiman dasn kegiatan ekonomi untuk
mengetahui daya dukung lahan dari kegiatan
tersebut sehingga arahan kebijakan tidak hanya
dari satu sudut pandang daya dukung lahan
pertanian saja.

Daftar Pustaka

Branch, C. Melville. Perencanaan Kota


Komprehensif-Terjemahan (Pengantar
dan Penjelasan). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1995.

Khairuddin. Pembangunan Masyarakat : Tinjauan


Aspek Sosiologi,Ekonomi dan
Perencanaan. Yogyakarta: Liberty, 2000.

10 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA B

Anda mungkin juga menyukai