Analisis Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi Di Indonesia
Analisis Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi Di Indonesia
Tete Saepudin
Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6–8 Bandung, 40116
E-Mail: tetesaepudin@yahoo.co.id
ABSTRACT
The objective of the present study is to analyze the influence of the investment growth (capital), the
average growth of the skilled-labor and unskilled-labor, the average educational attainment, as well as the
government expenditure growth for education on the economic growth of the provinces in IndonesThe present
study is descriptive as well as verificative by using pool least squares method. The data used is secondary
such as panel data that consist of combination between time-series and cross-section from 26 provinces in
Indonesia during period 1994–2008. The research findings indicate that (1) capital growth (investment-
investment) is positively and significantly influence on the economic growth, (2) the growth of the skilled-labor
is negatively and not significantly influence on the economic growth. (3) the growth of the unskilled-labor is
positively and significantly influence on the economic growth (4) educational attainment average is positively
and significantly influence on the economical growth and (5) the growth of the government expenditure for
education is positively and significantly influence on the economic growth of the provinces in Indonesia.
ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi
(modal), pertumbuhan tenaga kerja yang memiliki keahlian, pertumbuhan tenaga kerja yang tidak memiliki
keahlian, rata-rata lama sekolah, dan pertumbuhan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif, dengan
menggunakan metode pool least squares. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa panel data yang
merupakan gabungan antara runtut waktu (time series) dan silang tempat (cross section) dari 26 provinsi di
Indonesia pada periode 1994–2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pertumbuhan modal (investasi)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) pertumbuhan tenaga kerja yang
memiliki keahlian berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, (3) pertumbuhan
tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
(4) rata-rata lama sekolah (RLS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan
(5) pertumbuhan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia.
Kata Kunci: investasi, tenaga kerja ahli, tenaga kerja tidak ahli, rata-rata lama sekolah, pengeluaran pemerintah
untuk pendidikan.
148
PENDAHULUAN Semakin terdidik tenaga kerja, akan semakin
tinggi produksi yang tercipta, dan sekaligus akan
Suatu negara atau wilayah dapat tumbuh lebih semakin tinggi pula tingkat pendapatannya. Penelitian
cepat dibandingkan dengan negara lainnya apabila Acemoglu (1998) di Amerika Serikat menunjukkan
negara tersebut memiliki faktor-faktor produksi bahwa pada tahun 1970 seorang sarjana (S1) menerima
relatif lebih banyak dibandingkan dengan negara yang penghasilan rata-rata 55 persen lebih tinggi dari
lainnya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat lulusan SMA. Sementara tahun 1995 seorang sarjana
ditentukan oleh kuantitas maupun kualitas faktor menerima penghasilan 62 persen lebih tinggi dari
faktor produksi yang dimiliki, baik faktor produksi SMA. Dengan demikian peranan pendidikan (baik
alam (resource endowment) maupun faktor produksi formal maupun non formal) adalah penting untuk
sumber daya manusia (human resource). meningkatkan penghasilan. Penemuan teknologi baru
Perbedaan pertumbuhan ekonomi antara negara (invention) dan pengembangan dari teknologi baru
industri dengan negara berkembang bukanlah di (inovation) tersebut, akan tercipta/lahir dari tenaga
sebabkan ketiadaan upaya negara berkembang dalam kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
akses teknologi dibanding dengan negara maju, tetapi Kondisi umum sektor pendidikan di Indonesia
semata-mata disebabkan oleh kualitas yang rendah ditandai oleh masih rendahnya kualitas sumber daya
dari human capital di negara-negara berkembang manusia (SDM). Dari jumlah keseluruhan tenaga
tersebut. Mankiw et. al. (1992) menemukan bahwa kerja, sekitar 58% dari tenaga kerja Indonesia hanya
80% perbedaan pertumbuhan perekonomian antar berpendidikan sekolah dasar (SD) atau kurang, dan
negara adalah disebabkan oleh faktor modal fisik dan hanya 8% saja yang pendidikan tinggi. Disamping itu
modal manusia, sedangkan 20% lagi sisanya karena juga masih rendahnya tingkat angka partisipasi rata-
faktor-faktor lain. rata pendidikan murni (APM). Di mana pada tahun
Pembentuk modal manusia (human capital) telah 2008, tingkat partisipasi rata-rata pendidikan murni
menarik perhatian banyak ahli ekonomi yang kemudian 93,99% untuk SD/MI, 66,98% untuk SMP/MTS,
memunculkan berbagai model pertumbuhan ekonomi 44,75% untuk SMA/MA, dan 10,07 untuk PT (BPS,
yang memasukkan pendidikan sebagai pengganti Indikator Pendidikan, 1994–2008).
pengetahuan yang merupakan sumber pertumbuhan Rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk
ekonomi, meskipun hubungan pendidikan dengan Indonesia pada tahun 2000 masih 4,99 tahun, sedang
pertumbuhan ekonomi tidak bersifat langsung, tetapi kan negara Malaysia 6,80 tahun, Thailand 6,50
melalui proses, di mana pendidikan yang baik akan tahun, Singapura 7,05 tahun, dan Filipina 8,21 tahun
memberi peluang pada anggota masyarakat untuk (World Bank, 2008). Kalau dilihat dari penduduk usia
dapat terlibat di dalam pertumbuhan ekonomi. 15 tahun ke atas, rata rata lamanya sekolah (RLS)
Investasi dalam bidang pendidikan akan mampu penduduk Indonesia tidak serendah itu, di mana pada
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tahun 1999 saja sudah 6,7 tahun, pada tahun 2002
diperlihatkan oleh meningkatnya pengetahuan dan adalah 7,1 tahun, pada tahun 2005 adalah 7,3 tahun,
keterampilan tenaga kerja. Peningkatan pengetahuan dan pada tahun 2008 adalah sudah 7,5 tahun (BPS,
dan keahlian akan mendorong peningkatan produk Indikator Kesra Tahun 2007 dan 2008).
tivitas kerja tenaga kerja, sehingga perusahaan akan Berdasarkan distribusi wilayah per provinsi rata-
bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi, rata lama sekolah (RLS) dari tahun 1994 sampai tahun
kepada pekerja tersebut. Pada akhirnya seseorang 2008, dengan mengambil beberapa tahun (tahun 1994,
yang memiliki produktivitas yang tinggi akan 1999, 2004, dan tahun 2008), di mana pada tahun
memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang 1994, provinsi yang paling tinggi tingkat pencapaian
dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan rata-rata lama sekolah adalah Provinsi DKI Jakarta
maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas dengan angka 9,3 tahun, dan pencapaian terendah
tenaga kerja dari kelompok kaum miskin dapat adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan
disebabkan oleh karena rendahnya akses mereka nilai rata-rata sebesar 4,8 tahun. Pada tahun 1999
untuk memperoleh pendidikan. pencapaian tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta
2. Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan jumlah pembentukan modal tetap bruto Persen Rasio
(PMTB) (PMTB) yang dilakukan di daerah yang bersangkutan,
periode 1994–2008.
3. Pertumbuhan tenaga kerja Pertumbuhan jumlah penduduk yang berusia 15 ke atas Persen Rasio
yang memiliki keahlian (penduduk usia kerja) yang bekerja dari lulusan sarjana
(skill) muda/Diploma III dan tamat sarjana, periode 1994–2008.
4. Pertumbuhan tenaga kerja Pertumbuhan jumlah penduduk yang berusia 15 ke Persen Rasio
yang tidak memiliki keahlian atas (penduduk usia kerja) yang bekerja dari yang tidak
(unskill) sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat
SMTA, tamat Diploma I, dan II periode 1994–2008.
5. Rata-rata lama sekolah Pertumbuhan penduduk usia 15 tahun ke atas yang Persen Rasio
(RLS) pernah sekolah mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi periode 1994–2008.
6. Pertumbuhan Pengeluaran Pengeluaran yang dikeluarkan pemerintah daerah dari Persen Rasio
Pemerintah untuk pendidikan APBD untuk pos pengeluaran pendidikan, periode
(GEXP) 1994-2008.
(7.164997) (3.188400)
(11.10137) (8.186329)