Anda di halaman 1dari 6

Journal of Physical Education (JouPE)

Vol. 2, No., Hal 17-25


E-ISSN: 2723-4746
Tersedia : http://jim.teknokrat.ac.id/index.php/pendidikanolahraga/index

PENGARUH LATIHAN ESTAFET SPEED TRAINING 200 M


DENGAN DAN TANPA BOLA TERHADAP PENINGKATAN
VO2MAX PESERTA EKSTRAKURIKULER FUTSAL SMK
GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG
Erisa Purnama Sari1, Imam Mahfud2
Universitas Teknokrat Indonesia1,2
erisapurnama8@gmail.com1
imammahfud@teknokrat.ac.id2

Received:Accepted :Publish:

Abstract

This study aims to determine the effect of Uphill and Downhill Running exercises on the leg power of SSB Artajusi
North Lampung students.
This study uses an experimental method with a "one group pretest - posttest design". The population in this study
were students of SSB Artajusi North Lampung with a sample of 24 men. Sampling in this study was carried out by
purposive sampling, with the criteria (1) students who are still actively participating in training at SSB Artajusi
North Lampung, (2) male, (3) students under 17 years old / U-17 , (4) able to follow the planned exercise program
from start to finish, (5) not in a state of illness. Based on these categories, the sample was given a leg power pretest
using a standing broad jump test instrument.
The results of this study indicate that (1) There is a significant effect of Uphill and Downhill Running exercises on
the leg power of SSB Artajusi North Lampung students. (2) From the results of the t-test, it can be observed that the
t-count is greater than the t-table (12.758 > 1.713) and a significant value of p is (0.000 < 0.05), this result explains
that there is a significant difference between the pretest and posttest of Uphill and Downhill Running exercises.
Against Leg Power of SSB Artajusi Students, North Lampung. The average pretest data is 75.92 while the posttest is
81.21 with an increase of 5.29.
Keywords: Uphill dan Downhill Running, Power Tungkai
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Uphill dan Downhill Running terhadap power tungkai siswa
SSB Artajusi Lampung Utara.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain “one group pretest - posttest design”. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SSB Artajusi Lampung Utara dengan sampel putra dengan jumlah 24 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling, dengan kriteria (1) siswa yang masih
aktif mengikuti latihan di SSB Artajusi Lampung Utara, (2) berjenis kelamin laki-laki, (3) siswa yang berusia di bawah
17 tahun / U-17, (4) sanggup mengikuti program latihan yang direncanakan dari awal hingga selesai, (5) tidak dalam
keadaan sakit. Berdasarkan kategori tersebut, sampel diberikan pretest power tungkai menggunakan Instrumen tes
standing broad jump.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh yang signifikan dari latihan Uphill dan Downhill
Running terhadap power tungkai siswa SSB Artajusi Lampung Utara. (2) Dari hasil uji t bisa dicermati bahwa t hitung
lebih besar dari t tabel (12.758 > 1.713) dan nilai signifikan p sebesar (0.000 < 0.05), hasil ini menerangkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest latihan Uphill dan Downhill Running Terhadap Power
Tungkai Siswa SSB Artajusi Lampung Utara. Data pretest rata - rata 75.92 sedangkan posttest 81.21 dengan
peningkatan 5.29.
Kata kunci: Uphill dan Downhill Running, Power Tungkai

To cite this article:


Sari, Erisa Purnama & Mahfud, Imam (2022).Pengaruh Latihan estafet speed training 200 m dengan dan tanpa bola terhadap peningkatan
Vo2max peserta ekstrakurikuler futsal SMK Gajah Mada Bandar Lam1p7ung Journal of Physical Education. Vol 2, No (1), Hal 17-25
Journal of Physical Education (JouPE),Vol: 2, No. 1, Hal 17-25
PENDAHULUAN

Olahraga kini telah menjadi gaya hidup masyarakat, baik di kalangan anak - anak, remaja maupun orangtua.
Kegiatan olahraga yang dilakukan dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh seperti kesehatan dan kebugaran.
Olahraga adalah rangkaian kegiatan fisik yang terencana dan berkontribusi untuk tetap aktif dalam meningkatkan
gerak atau mobilitas (Fahrizqi et al., 2020). Berdasarkan sifat dan tujuannya, olahraga dibagi menjadi tiga kategori
yaitu olahraga prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan.
Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang paling populer di Indonesia dan bahkan seluruh dunia, mulai anak-
anak, dewasa hingga orang tua melakukan permainan sepakbola. Perkembangan sepakbola di Indonesia memang
sangat pesat, banyak pemain baik dari junior hingga pemain senior yang sudah memberikan berbagai prestasi
mereka yang membuat banyak kalangan anak muda tertarik untuk bermain sepakbola. Sepak bola juga dapat
didefinisikan sebagai permainan di mana dua tim yang terdiri dari 11 pemain menggunakan setiap bagian tubuh
mereka kecuali tangan dan lengan mereka untuk mencoba mengarahkan bola ke gawang tim lawan. Hanya penjaga
gawang (kiper) yang boleh menyentuh bola dengan tangan hanya di area pinalti di sekitar gawang, Tim yang
mencetak lebih banyak gol akan menang. Dalam permainan sepakbola fisik menjadi salahsatu faktor utama selain
teknik dan taktik.
Kondisi fisik yang baik harus dimiliki oleh semua atlet. Kondisi fisik ini ditunjukkan dengan kesegaran jasmani,
yang menjadi dasar untuk proses latihan selanjutnya, terutama untuk menguasai keterampilan teknik dan taktik.
(Antoni Ilham, Zikrul Rahmat, dan Irfandi). Kondisi fisik harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan
jika kondisi fisik baik maka atlet dapat berada dalam kondisi fisik yang baik saat bermain di lapangan. Hal ini
dikarenakan kondisi fisik membantu atlet tampil lebih baik dan dapat mengimbangi kondisi fisik di lapangan saat
atlet bermain. Menurut (Juniarta & Siswanto, 2014) Kebugaran jasmani meningkatkan kinerja pekerjaan dan
membantu sesorang melakukan pekerjaan nya secara optimal. Penurunan kebugaran jasmani merupakan masalah di
banyak negara. Di atas segalanya, anak-anak dan remaja dengan kebugaran fisik yang rendah memiliki gaya hidup
pasif dan kurang berolahraga. Sepakbola juga melibatkan unsur - unsur kebugaran seperti kecepatan (speed),
kekuatan (strenght), kekuatan otot (muscular strenght), daya tahan (endurance), kelenturan (flexibillity),
keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), koordinasi (coordination) dan kelincahan (agility).
Dari sekian banyak kebutuhan fisik yang dibutuhkan dalam olahraga sepakbola, terdapat aspek power yang
merupakan salahsatu dari kebutuhan fisik yang sangat bermanfaat dalam olahraga sepakbola, terutama pada saat
menendang. Menendang bola, bagian yang berperan penting adalah kaki. Dimana kekuatan kaki merupakan salah
satu syarat untuk berhasil mengenai sasaran dengan cepat dan terukur. Power atau daya ledak menjadi bagian
penting dari permainan sepakbola. Jika seseorang mempunyai kekuatan yang baik, maka pukulannya akan menjadi
kuat (Myrza Akbari et al., 2017)
Menurut (Harsono, 2018) mengemukakan bahwa power merupakan hasil perpaduan antara daya kekuatan dan
kecepatan. Power atau kekuatan adalah kemampuan otot yang dapat mengarahkan gaya maksimum dalam satu
waktu yang singkat. Kekuatan memainkan peran penting dalam mencetak banyak gol dengan memasukkan bola ke
gawang lawan dan menang untuk meningkatkan prestasi dalam sepakbola. Dengan mencapai prestasi tersebut,
tentu harus berdasarkan latihan yang terencana dengan baik dan berkelanjutan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dalam latihan dan saat bertanding. Siswa masih belum
menguasai latihan power terutama bagian tungkai untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan. Terlihat pada saat
bertanding para siswa SSB Artajusi Lampung Utara kesulitan dalam mencetak gol dan memenangkan pertandingan
dikarenakan kurangnya power dalam melakukan tendangan sehingga terlihat kurang bertenaga. Dapat dibuktikan
secara fakta oleh jalannya bola yang lambat serta mudah ditangkap oleh kiper serta minimnya variasi latihan. Hal
ini tidak terlepas atas keberhasilan atau tidaknya latihan.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode latihan uphill dan downhill running untuk melatih power tungkai
siswa SSB Artajusi Lampung Utara. Menurut(Harsono, 2018), “Uphill Running adalah lari menaiki bukit, latihan
ini baik sekali untuk mengembangkan Dynamic Strength. Latihan lari pada tempat yang menanjak dapat menguasai
keterampilan berlari, melatih kecepatan reaksi. Sebagai efek dari diberikan pelatihan Uphill Running adalah adanya
perubahan kecepatan sebagai bentuk adaptasi dari tubuh terhadap pelatihan yang diberikan berupa peningkatan
kemampuan kerja otot tungkai. Sedangkan Downhill Running melatih kecepatan frekuensi kaki dengan berlari
menuruni bukit, tetapi lebih baik lagi, ketika angin bertiup dari belakang, latihan lari di lereng mengurangi atau
menghilangkan tekanan seperti gravitasi.”. Uphill dan Downhill Running adalah gerakan atau bentuk latihan yang
bertujuan untuk memperkuat otot - otot kaki yang meliputi semua otot paha depan, belakang, betis dan bokong,
kelebihan Uphill dan Downhill Running adalah mudah dilakukan karena tidak memerlukan berbagai macam jenis
peralatan dan hanya menggunakan tubuh sebagai beban. Seorang pemain sepakbola diharapkan memiliki power
tungkai yang besar dengan menerapkan metode latihan diatas dengan didukung teknik yang baik maka seorang
pemain sepakbola bisa mendapatkan power tungkai yang kuat.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peningkatkan power
tungkai dengan menggunakan metode latihan Uphill dan Downhill Running. Karena materi power tungkai tidak
banyak digunakan dalam latihan SSB Artajusi Lampung Utara. Peneliti menyadari bahwa proses latihan atau
metode pelatihan memiliki kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Tidak ada metode atau bentuk latihan yang
lebih efektif untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengkaji penelitian yang berjudul
“Pengaruh Latihan Uphill dan Downhill Running Terhadap Power Tungkai Siswa SSB Artajusi Lampung Utara”.
20
Journal of Physical Education (JouPE),Vol: 2, No. 1, Hal 17-25
METODE
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2013). Desain yang akan digunakan pada penelitian ini adalah One Group
Pretest – Posttest Design, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan (Sugiyono, 2013).
Desain dapat diambil gambar sebagai berikut :

Tabel 2. One Group Pretest - Posttest Design (Sugiyono, 2013)


Pre Test Treatment Post Test

O1 X O2

Keterangan :
O1 : Tes Awal
X : Perlakuan / Treatment Uphill dan Downhill Running
O2 : Tes Akhir

Populasi dan sampel


Populasi pada penelitian ini yaitu 44 orang siswa SSB Artajusi Lampung Utara. Sampel penelitian diambil
sebanyak 24 orang, dengan alasan karena populasinya dibawah 100 sesuai dengan pendapat Arikunto yaitu apabila
populasi kurang dari 100, maka sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada sehingga disebut penelitian
populasi.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes pengukuran standing boar jump

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Data hasil Pretest dan Posttest Power Tungkai Uphill dan Downhill Running kelompok (X)
Eksperimen :
Tabel 4. Hasil Pretest Standing Broad Jump Kelompok (X) Eksperimen

No Nama Pretest
Tabel 5. Hasil Posttest Standing Broad 1 NS 6,7 Jump Kelompok (X)
Eksperimen 2 SDP 7,7
3 GC 7,9
No 4 Nama MR Posttest 7,2
1 5 NS ADP 6,9 8,6
2 6 SDP MD 8,5 7,5
3 7 GC WC 8,5 7,5
4 8 MR NV 7,4 7,8
5 9 ADP AHN 9,1 7,4
6 10 MD RA 8,2 7,6
7 11 WC AK 7,9 7,1
8 12 NV WW 8,3 6,9
9 13 AHN AP 8,1 8,6
10 14 RA RAC 8,4 8,8
11 15 AK SR 7,4 7,2
12 16 WW TP 7,3 6,8
13 17 AP DAP 9,2 7,2
14 18 RAC RA 9,5 7,3
15 19 SR FAL 8,1 7,7
16 20 TP KR 7,2 8,2
17 21 DAP FI 7,7 7,5
18 22 RA IN 7,9 7,7
19 23 FAL WAC 8,4 7,4
20 24 KR AS 8,6 7,9
21 Mean FI 7,7 7,6
22 SD IN 8,3 5.484
23 Min WAC 8,1 6,7
24 Maks 21
AS 8,2 8,8
Mean 8,1
SD 6.352
Min 6,9
Maks 9,5
Journal of Physical Education (JouPE),Vol: 2, No. 1, Hal 17-25

Tabel 6. Hasil Pretest dan Posttest Standing Broad Jump Kelompok (X)
Eksperimen

No Nama Pretest Posttest Grain Score


1 NS 6,7 6,9 0,2
2 SDP 7,7 8,5 0,8
3 GC 7,9 8,5 0,6
4 MR 7,2 7,4 0,2
5 ADP 8,6 9,1 0,5
6 MD 7,5 8,2 0,7
7 WC 7,5 7,9 0,4
Berdasarkan 8 NV 7,8 8,3 0,5 data pada
tabel di atas, dapat dilihat
9 AHN 7,4 8,1 0,7
data pretest dan posttest
10 RA 7,6 8,4 0,8
Standing Broad Jump siswa
11 AK 7,1 7,4 0,3
SSB Artajusi Lampung
12 WW 6,9 7,3 0,4
Utara pada kelompok
Treatment 13 AP 8,6 9,2 0,6 dalam
diagram batang 14 RAC 8,8 9,5 0,7 sebagai
berikut : 15 SR 7,2 8,1 0,9
16 TP 6,8 7,2 0,4
17 DAP 7,2 7,7 0,5
18 RA 7,3 7,9 0,6
Gambar 14. 19 FAL 7,7 8,4 0,7 Diagram
Batang 20 KR 8,2 8,6 0,8 Pretest dan
Posttest 21 FI 7,5 7,7 0,2 Standing
Broad 22 IN 7,7 8,3 0,6 Jump siswa
SSB 23 WAC 7,4 8,1 0,7 Artajusi
Lampung 24 AS 7,9 8,2 0,3 Utara
Kelompok Mean 7,6 8,1 (X)
SD 5.484 6.352 Eksperimen
Min 6,7 6,9
Berdasarkan pada
Maks 8,8 9,5
gambar di atas, terlihat
bahwa power tungkai pada saat pretest mempunyai rata-rata sebesar 7,6 feet dan meningkat menjadi 8,1 feet
setelah diberikan treatment latihan Uphill dan Downhill Running.
Tes prasyarat
1. Uji normalitas
Uji normalitas bisa dipakai dalam pengujian untuk mengetahui apakah variabel dalam penelitian ini mengandung
sebaran data yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas didukung dengan rumus Kolmogorov-Smirnov.
Pengolahan dengan menggunakan program komputer program SPSS 26. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut
ini :

Gambar 4. 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas


2. 33,55
Variabel P Sig Keterangan
24,65
Power Tungkai 0.200 0.05 Normal

Dari hasil tabel di atas bisa diketahui bahwa semua data memiliki nilai p (sign) > 0.05. maka kita dapat mengatakan
bahwa data variabel berdistribusi normal.

22
Journal of Physical Education (JouPE),Vol: 2, No. 1, Hal 17-25

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan dari sampel bahwa sampel tersebut seragam atau tidak yang
diambil dari populasi tersebut. Jika p > 0.05. maka data atau tes tersebut dinyatakan homogen, jika p < 0.05. Maka
data atau tes tersebut dapat dikatakan tidak homogen. Berikut hasil uji homogenitas penelitian ini dapat disajikan
data sebagai berikut :

Gambar 4. 2. . Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Data Levene Statistic df1 df2 Sig. Keterangan


Posttest 0.742
0.111 1 22 Homogen

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai pretest-posttest sig. p > 0,05 sehingga data bersifat homogen atau sama. Karena data
semua bersifat homogen maka analisis data dapat dilanjutkan.

3. Uji Hipotesis

Uji t pada penelitian ini bisa menjawab hipotesis ketika sudah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan buat
mengetahui penerimaan atau penolakan yang diajukan. Uji hipotesis memakai uji t (paired sample t test) pada
taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil uji prasyarat data penelitian ini bersifat normal dan homogen sehingga
analisis yang dipakai buat menguji hipotesis tersebut merupakan uji t menggunakan one sample t-test. Data
bersifat signifikan apabila nilai p < 0.05. Hasil hipotesis bisa dicermati dalam tabel dibawah :

Gambar 4. 3. . Data Uji Paired t test Power Tungkai

T – test Equality of Means


Rata - Rata Df
T Tabel T Thitung P
0.5292 23
1.713 12.578 0.000
Berdasarkan perhitungan data diatas diperoleh nilai t hitung (12.758) > t tabel (1.713) dan P (0.000) < a (0.05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa rata - rata hitung sebesar 2.133. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan signifikansi
kurang dari 0.05.

23
Journal of Physical Education (JouPE),Vol: 2, No. 1, Hal 17-25

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, hasil penelitian, dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, yakni : Dari
hasil uji t bisa dicermati bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (12.758 > 1.713) dan nilai signifikan p sebesar (0.000 <
0.05), hasil ini menerangkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest latihan Uphill
dan Downhill Running Terhadap Power Tungkai Siswa SSB Artajusi Lampung Utara. Data pretest rata - rata
75.92 sedangkan posttest 81.21 dengan peningkatan 5.29.

DAFTAR PUSTAKA

Fahrizqi, E. B., Mahfud, I., Yuliandra, R., & Gumantan, A. (2020). Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa
Olahraga Selama New Normal Pandemi Covid-19. Tadulako Journal Sport Sciences and Physical
Education, 8(2), 53–62.
Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik Untuk Atletik Sehat Aktif. PT Remaja Rosdakarya.
Juniarta, T., & Siswanto. (2014). Pengembangan model latihan permainan rintangan (handicap games)
untuk latihan kebugaran jasmani anak usia 10-12. 1–18.
Myrza Akbari, Dli, F., & Widiastuti. (2017). The effect at muscle power arm, hand-eye coordination,
flexibility and self confidence upon badminton smash skill. 5, 1–14.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kulalitatif dan R&D. Alfabeta.

BIOGRAFI PENULIS

Muh. Yopan Antono


Penulis menyelesaikan pendidikan di SMK Gajah Mada
Bandar Lampung. Saat ini sedang menempuh pendidikan di
Program Sarjana Pendidikan Olahraga Universitas Teknokrat
Indonesia. Penulis dapat dihubungi melalui email:

erisapurnama8@gmail.com

Reza Adhi Nugroho


Penulis merupakan dosen di Program Studi Pendidikan
Olahraga Universitas Teknokrat Indonesia sejak tahun
2018.Pendidikan srjana yang di tempuh oleh penulis adalah
S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas
Lampung dan melanjutkan Pendidikan S2 di Universitas
Negeri Jakarta. Penulis dapat dihubungi melalui email:

imam_mahfud@teknokrat.ac.id

24

Anda mungkin juga menyukai