Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang Di Kabupaten Sikka
Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang Di Kabupaten Sikka
1. Pendahuluan
Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat dan Budaya Vol...(No...) 2021, 1-6 3
rendah untuk mengenyam pendidikan, harta orang tua hanya diwariskan bagi anak lelakinya 4)
kurangnya pencatatan kelahiran,
5) Korupsi dan lemahnya penegakkan hukum sehingga oknum apparat mudah di suap oleh
organisasi kejahatan untuk memuluskan tindak kejahatan perdagangan orang. Pull factors yaitu
janji ekonomi dan permintaan konsumen seks dari negara/ daerah tujuan (Jebadu, 2020).
Kerangka hukum terkait TPPO di Indonesia yaitu 1) Undang-Undang Nomor dua puluh
satu Tahun 2007 terkait tindak pidana perdagangan orang, 2) Undang-Undang Nomor delapan
tahun 1981 terkait hukum acara pidana, 3) Peraturan Presiden nomor enam puluh sembilan
tahun 2008 terkait Gugus tugas pencegahan penanganan tindak pidana orang (Counter
Trafficking and Labour Migration Unit, 2019). 4) SK Gubernur NTT Nomor:
357/KEP/HK/2018 tanggal 14 November 2018 tentang penghentian pemberangkatan calon
pekerja migran indonesia asal NTT ke Luar Negeri (Utami, 2019).
Penelitian dilaksanakan di Polres Sikka Juni 2022. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan studi kasus (case approach).
Sumber data primer diambil dari kepolisian resort Sikka dan sumber data sekunder berasal dari
dokumen resmi dinas pengendalian penduduk dan keluarga berencana pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak kabupaaten Sikka serta peraturan perundang-undangan. Pengumpulan data
primer menggunakan metode wawancara tersruktur dengan instrumen panduan wawancara. Analisis
data kualitatif dengan tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan
setelah verifikasi data, seperti dalam gambar 2 berikut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
(Kanit PPA) Polres Sikka, Aipda I Nengah Redi Jaya diketahui penyebab TPPO di Nusa
Tenggara Timur (NTT) termasuk Kabupaten Sikka yaitu 1) Masyarakat belum memiliki
kesadaran terhadap bahaya trafficking, 2) faktor kemiskinan keluarga terjerat hutang 3)
Pendidikan masyarakat yang rendah sehingga mudah terkena tipu daya/ bujukan, 4) Kasus
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang berakibat perceraian, 5) tidak mendapat
perhatian keluarga dan orang tua, 6) lapangan pekerjaan kurang di daerah NTT, tingkat
pendapatan lebih tinggi di daerah/ negara lain, 7) faktor perkembangan teknologi terutama
media sosial.
Nama Penulis 6
Menurut Kanit PPA Polres Sikka tersebut korban dan pelaku TPPO tidak hanya berasal
dari kabupaten Sikka tapi juga dari daerah lain di daratan Flores. Beberapa korban TPPO dari
daerah lain berpindah melalui Sikka karena akses dari kabupaten Sikka lebih memadai baik
jalur laut atau udara dibandingkan dengan kabupaten lain di NTT.
Kanit PPA Polres Sikka menyampaikan bahwa tidak ada tantangan yang berarti yang
dapat menghambat proses penyelidikan dugaan terjadinya tindakan perdagangan orang di Sikka
tahun 2020-2021, namun pernah ada hambatan pada tahun 2019. Tantangan tersebut sebagai
berikut: 1) Tahap penyelidikan: setelah petugas menggagalkan keberangkatan calon pekerja
ilegal, calon pekerja tersebut marah kepada petugas kepolisian dengan mengajukan pertanyaan
apakah pihak kepolisian bisa memberikan pekerjaan kepada mereka. Pihak kepolisian
menyampaikan bahwa semua masyarakat boleh berangkat ke daerah lain untuk mencari
pekerjaan namun semua calon tenaga kerja harus melengkapi dokumen berkas keberangkatan
secara legal. 2) Tahap Penyidikan: ada kasus TPPO yang prosesnya telah sampai pada tingkat
penyidikan, para saksi dan korban telah dilakukan pemeriksaan namun ketika Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) tambahan sesuai petunjuk Jaksa Penuntut Umum (JPU) banyak saksi dan
korban telah berangkat meninggalkan kabupaten Sikka dengan jalan tidak bersamaan.
Upaya yang dilakukan kepolisian untuk mengurangi terjadinya kasus TPPO di
Kabupaten Sikka adalah dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat Sikka tentang
Undang-Undang TPPO dan kerugian calon tenaga kerja apabila berangkat dengan cara illegal.
Masyarakat yang berkeinginan bekerja di luar NTT atau di negara lain harus berangkat secara
legal melalui agen resmi dan diketahui pemerintah.
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian diketahui bahwa ada tantangan yang dialami kepolisian resort Sikka
saat proses penyelidikan dan penyidikan, tantangan tersebut menghambat penetapan pelaku
sebagai tersangka tindak pidana perdagangan orang. Faktor ekonomi dan tergiur janji-janji dari
pelaku bahwa di daerah yang akan dituju korban akan mendapatkan pendapatan yang lebih
tinggi, menyebabkan korban tidak mau melapor bahkan menyalahkan pemerintah (kepolisian)
akan kebatalan keberangkatan mereka, masyarakat (korban) tidak menyadari tentang bahaya
trafficking, saksi tidak mau memberikan keterangan di pengadilan.
Seseorang akan ditetapkan sebagai pelaku tindak pidana perdagangan orang jika
terbukti memenuhi unsur-unsur UU No 21 tahun 2007 yaitu seseorang yang merekrut,
mengangkut menampung, mengirim, memindahkan, atau merima orang lain mengancam
dengan kekerasan, melakukan kekerasan, melakukan penculikan, menyekap, memalsukan,
menipu, menyalahgunakan kekuasaannya menjerat utang, membayar atau memanfaatkan,
sehingga mendapat izin dari warga negara yang dapat mengekang atau mengendalikan warga
negara tersebut, didalam negeri ataupun antar negara, dengan maksud eksploitasi atau
menyebabkan seseorang tereksploitasi (Counter Trafficking and Labour Migration Unit, 2019).
Pelaku akan dimasukkan kedalam kurungan paling cepat selama tiga tahun dan paling
lama kurungan sampai 15 tahun dengan denda uang seratus dua puluh juta sampai enam ratus
juta. Pelaku yang dimaksudkan sesuai undang-undang tersebut antara lain Agen resmi atau
tidak resmi yang membayar calo untuk merekrut masarakat untuk bekerja, calo yang
bekerjasama dengan tokoh tokoh di suatu daerah untuk merekrut pekerja dan mendapat upah
dari tiap pekerja yang direkrutnya, Majikan yang melakukan pemaksaan/ kekerasan kepada
pekerja dirumahnya, orang yang mengelola rumah bordil dan memaksa perempuan dibawah
umur untuk melayani pelanggan, dan Apparat Sipil Negara yang bekerja sama dalam
pemalsuan dokumen yang dibutuhkan oleh korban (Daud & Sopoyono, 2019)
Studi lapangan ini mendukung hasil penelitian (Utami, 2019) yang menjelaskan bahwa
ekonomi masyarakat NTT yang lemah merupakan akar masalah korban tergiur bekerja di
daerah atau negara lain, bahkan ada orang tua korban yang setuju serta mengantar anak
Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat dan Budaya Vol...(No...) 2021, 1-6 7
dibawah umur untuk ikut bekerja. Pengurusan dokumen yang akan berangkat bekerja secara
legal sulit dan lama sehingga masyarakat NTT memilih berangkat dengan illegal.
Studi lapangan ini juga mendukung hasil penelitian (Febriyanto, 2010) yang
menyimpulkan bahwa problematika kepolisian dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan
adalah pelaku tidak dapat ditetapkan sebagai tersangka TPPO karena berkas belum lengkap dan
belum memenuhi semua unsur-unsur pidana sesuai undang-undang nomor 21 tahun 2007.
4. Simpulan
Tantangan penyelidikan kasus perdagangan orang di wilayah hukum kepolisian resort Sikka
tahun 2019-2021 yaitu korban tidak mau melapor, dan saksi tidak mau memberikan keterangan
di pengadilan. Saran bagi kepolisian diharapkan bersinergi dengan pemerintah dan Lembaga
sosial, mengefektifkan pencegahan perdagangan orang salah satunya melalui sosialisasi kepada
masyarakat menggunakan media penyuluhan yang sesuai dengan modus-modus pelaku TPPO
dilapangan. Negara terus meningkatkan ekonomi masyarakat di desa terutama NTT karena
faktor ekonomi merupakan akar masalah masyarakat tergiur bekerja di daerah atau negara lain.
Pemerintah harus mempermudah pengurusan dokumen masyarakat yang akan berangkat
bekerja secara legal, karena yang menjadi alasan masyarakat NTT memilih berangkat dengan
illegal adalah mengurus perorangan secara illegal lebih cepat.
Referensi
Counter Trafficking and Labour Migration Unit. (2019). Petunjuk Teknis Pendataan Dan
Pelaporan Data Tindak Pidana Perdagangan Orang. International Organization for Migration
Indonesia.
Daud, B. S., & Sopoyono, E. (2019). Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Perdagangan
Manusia Di Indonesia (Application of Criminal Sanctions Against Human Trafficking in
Indonesia). Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 1(3), 352–365.
Febriyanto, P. D. D. (2010). Problematika dalam pelaksanaan kendala penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana perdagangan orang (human trafficking) di Surakarta [Universitas
Sebelas Maret Surakarta]. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/12811/Problematika-dalam-
pelaksanaan-kendala-penyidikan-dan-penuntutan-terhadap-tindak-pidana-perdagangan-orang-
human-trafficking-di-Surakarta
Handayani, I. (2021). Kasus Perdagangan Orang di Indonesia Makin Mengkhawatirkan.
Investor.id. https://investor.id/national/243803/kasus-perdagangan-orang-di-indonesia-makin-
mengkhawatirkan
Harahap, M. Y. (2000). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (kedua). Sinar
Grafika.
Jebadu, A. (2020). Perdagangan Manusia Sebagai Kejahatan Global dan Gerakan Internasional
untuk Menghentikannya.
JPNN. (2022). Desak Penyelesaian Kasus TPPO Anak di Sikka. https://www.jpnn.com/news/desak-
penyelesaian-kasus-tppo-anak-di-sikka-aktivis-ham-mengadu-ke-bareskrim-dan-komisi-iii-dpr
KPAI. (2021). Anak Jadi Korban Prostitusi. databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/03/kpai-217-anak-jadi-korban-prostitusi-
hingga-april-2021
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, (1981).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47041/uu-no-8-tahun-1981
Sekretariat GT PP TPPO. (2018). Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Nama Penulis 8