Anda di halaman 1dari 4

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala Segala puji

serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmatnya, sehingga kita dapat berkumpul untuk melaksanakan
kewajiban kita di hari yang penuh berkah ini. Tentu, khatib berwasiat kepada
jamaah sekalian dan khususnya untuk diri khatib pribadi, marilah sama-sama
kita menjaga kualitas ketakwaan kita sembari berusaha secara perlahan untuk
meningkatkannya. Sebab dengan ketakwaan, Allah akan memberikan jalan
kemudahan di setiap problem kehidupan yang kita alami.

Di awal tahun 2023 ini marilah kita berintrospeksi apakah tahun 2022 kita lalui
dengan penuh kebaikan, peningkatan ketakwaan serta amal ibadah kita.
Apakah pada tahun 2022 hubungan kita dengan orang-orang sekitar kita
semakin harmonis atau sebaliknya. Begitu pun hubungan kita dengan Allah
subhanahu wa ta’ala. Pada tahun 2022, sudah berapa banyak kita belanjakan
harta kita di jalan Allah? Atau kita hanya larut dalam ketamakan dan nafsu
mengejar dunia tanpa tersentuh hati kita untuk menyedekahkan rezeki yang
kita dapat. 

Begitu pun dengan ragam amal ibadah yang kita lakukan, apakah sudah kita
sempurnakan dengan ibadah sunah lainnya?, apakah diri kita tergerak karena
mengejar rida Allah? Atau sejauh ini karena hanya untuk menggugurkan
kewajiban saja. Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala Sebagai
seorang muslim kita mesti memperhatikan perbuatan yang kita lakukan sebab
di akhirat nanti akan dipertanggungjawabkan. Jangan sampai kita lalai dan lupa
bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman dalam Al-Quran surah al-Hasyr ayat 18:

Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr: 18)
Ayat yang tadi dibacakan perlu kita renungi sebagai pengingat di awal tahun
ini. Bukan hanya sebagai pengingat sehingga diri kita melakukan muhasabah,
akan tetapi untuk memperbaiki diri kita di tahun selanjutnya. Bukan sekadar
motivasi yang dibutuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, namun kita
dituntut untuk bergerak dan melakukan perubahan sedikit demi sedikit dengan
usaha yang nyata. Jamaah yang berbahagia, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki diri.
Pertama, niatkan diri kita untuk menjadi lebih baik sejak saat ini. Dengan niat,
seorang muslim dapat memelihara tujuan yang ingin dicapainya. Itulah
mengapa ibadah-ibadah dalam Islam diawali dengan niat. Di sisi lain,
Rasululullah shallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”


Hadits tersebut menegaskan bahwa niat lebih baik daripada perbuatan yang
kita lakukan, oleh sebab itu perlu kita mengawali perubahan diri kita kepada
yang lebih baik dengan niat yang baik. Hadis ini, tidak sama sekali mendukung
seseorang untuk merencanakan sesuatu kemudian tidak merealisasikannya.
Karena niat adalah suatu kehendak yang disertai dengan perbuatan.
Jamaah shalat Jumah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala
Yang kedua, melakukan tobat atas kemaksiatan yang kita lakukan di tahun lalu
dan berkomitmen untuk berusaha tidak mengulanginya di tahun depan.
Mungkin untuk bertobat saja adalah hal yang tidak begitu sulit, namun
komitmen untuk tidak mengulanginya butuh usaha yang gigih dari diri seorang
muslim. Jamaah sekalian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sehari
melakukan tobat seratus kal, kendati beliau sudah dijamin masuk surga. Beliau
pernah bersabda:
Artinya, “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah, karena
sesungguhnya aku juga bertobat kepada-Nya sehari seratus kali.” (Hadis
riwayat Imam Muslim)
Lantas bagaimana kita melakukan tobat? Cobalah dengan tahapan-tahapan
yang ringan.
Pertama niat untuk meninggalkan perbuatan tersebut, kedua memohon
ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas perbuatan yang selayaknya
tidak kita lakukan. Bacalah lafaz-lafaz istigfar seperti astagfirullahal ‘adzim, dan
sejenisnya. Lebih utama lagi, apabila mengamalkan sayyidul istigfar yang
pernah Nabi ajarkan:

Artinya: “Ya Allah, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau.
Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam
perintah dan janji-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu
padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada
yang mengampuni dosa selain Engkau.”
Jamaah shalat Jumah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala
Langkah ketiga yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri kita adalah
mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita, khususnya
nikmat ketaatan dan ibadah yang dapat kita jalankan sebab adanya rahmat dan
taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala. Di awal tahun ini, semoga kita dapat
mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik dan lebih saleh. Semoga poin-
poin yang telah disampaikan di atas dapat sama-sama kita jalankan. Janganlah
menunda-nunda diri untuk melakukan kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai