Anda di halaman 1dari 5

Tugas 3

Tri Atmaja
Hukum Acara Pidana
030225598

1.Jelaskan mengapa terhadap upaya hukum  banding tidak diwajibkan adanya memori banding
sedangkan permohonan upaya hukum kasasi wajib mengajukan memori kasasi!
Jawab : Kasasi artinya pembatalan putusan oleh Mahkamah Agung (MA). Sedangkan pengertian
pengadilan kasasi ialah Pengadilan yang memeriksa apakah judex fatie tidak salah dalam
melaksanakan peradilan.Upaya hukum kasasi itu sendiri adalah upaya agar putusan PA dan
PTA/PTU/PTN dibatalkan oleh MA karena telah salah dalam melaksanakan peradilan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kasasi adalah sebagai berikut : Pembatalan atau pernyataan
tidak sah oleh MA terhadap putusan hakim, karena putusan itu, menyalahi atau tidak sesuai
dengan undang-undang. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa hak kasasi hanyalah hak
MA, sedangkan menurut kamus istilah hokum, kasasi memiliki arti sebagai berikut : pernyataan
tidak berlakunya keputusan hakim yang lebih rendah oleh MA, demi kepentingan kesatuan
peradilan

1. Syarat-syarat Kasasi
Ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan kasasi, yaitu sebagai berikut:
a. Diajukan oleh pihak yang berhak mengajukan kasasi
b. Diajukan masih dalam tenggang waktu kasasi.
c. Putusan atau penetapan PA dan PTA/PTU/PTN, menurut hukum dapat  Dimintakan kasasi
d. Membuat memori kasasi (pasal 47 ayat (1) UU No. 14/1985)
e. Membayar panjar biaya kasasi (pasal 47)

2. Alasan-alasan Kasasi
Mahkamah Agung (MA) merupakan putusan akhir terhadap putusan Pengadilan Tingkat
Banding, atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan Peradilan. Ada beberapa alasan bagi MA
dalam tingkat kasasi untuk membatalkan putusan atau penetapan dari semua lingkungan
peradilan, diantarannya ialah sebagai berikut :
a. Karena tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
c. Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam
kelalaian 
        itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan (pasal 30 UU No. 14 /1985).

3. Putusan yang dapat Dikasasi


Menurut ketentuan pasal 244 putusan perkara pidana yang dapat diajukan permohonan
pemeriksaan kasasi adalah semua putusan perkara yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan, kecuali terhadap putusan Mahkamah Agung dan putusan bebas. Adalah wajar dan
logis permohonan kasasi tidak dapat diajukan terhadap putusan Mahkamah Agung, karena hal itu
akan menlenyapkan tujuan penegakan terhadap kepastian hukum. Kalau putusan kasasi masih
boleh lagi dikasasi maka tidak terwujud kepastian hukum atau legal certain dan akan terjadi
siklus pemeriksaan perkara yang tidak berujung pangkal.
Jenis perkara yang diputus oleh pengadilan negeri yang dalam kedudukannya sekaligus sebagai
peradilan tingkat pertama dan terakhir, yang terhadap putusan tidak dapat diajukan permohonan
banding. Jenis perkara yang diputus dalam tingkat pertama dan terakhir oleh pengadilan negeri
adalah perkara-perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat.
Terhadap putusan bebas, berdasarkan ketentuan pasal 244 terhadap putusan bebas tidak dapat
diajukan permohonan kasasi, akan tetapi kenyataan praktek larangan pasal 244 tersebut telah
disingkirkan oleh Mahkamah Agung secara contra legam. Mengenai putusan hal ini sudah
dibicarakan baik pada ulasan yang berhubungan dengan putusan bebas dikaitkan dengan upaya
banding dan kasasi maupun pada pendahuluan uraian kasasi. 

4. Tenggang Waktu Mengajukan Permohonan Kasasi


Seperti yang telah pernah disinggung, sering kali pemohon kasasi kurang cermat dalam
memperhatikan tenggang waktu yang dibenarkan dalam undang-undang. Akibatnya,
permohonan kasasi tidak sah, karena hak untuk mengajukan kasasi telah gugur, dan permohonan
kasasi dinyatakan tidak diterima. Tenggat waktu mengajukan permohonan diatur dalam pasal
245 ayat (1) yang menegaskan:

a. Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan negeri yang telah
memutus perkara dalam tingkat pertama.
b. Permohonan diajukan dalam waktu 14 hari sesudah putusan pengadilan yang hendak disaksasi
diberitahukan kepada terdakwa. Terlambat dari batas waktu 14 hari, mengakibatkan hak untuk
mengajukan permohonan kasasi menjadi gugur seperti yang ditegaskan dalam pasal 246 ayat (2).

Apabila permohonan kasasi diajukan terlambat dari tenggang waktu 14 hari, maka dengan
sendirinya menurut hukum hak seorang terdakwa dalam mengajukan kasasi akan gugur,
terdakwa dianggap menerima putusan dan untuk itu maka panitera akan membuat akta
penerimaan putusan.

5. Tenggat Waktu Dalam Menyerahkan Memori Kasasi


Tenggang dan batas waktu penyampaian atau penyerahan memori kasasi adalah yakni dalam
waktu 14 hari sejak tangggal permohonan kasasi diajukan, adapun cara menghitung tenggang
waktu tersebut adalah:

a. Tenggang waktu pengajuan permohonan kasasi adalah 14 hari terhitung sejak tanggal putusan
pengadilan tinggi diberitahukan. Misalnya putusan pengadilan tinggi diberitahukan kepada
terdakwa pada tanggal 1 Januari, berarti tenggang waktu mengajukan permohonan kasasi adalah
14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan tersebut, dengan begitu batas waktu terakhir bagi
terdakwa dalam mengajukan permohonan kasasi jatuh pada tanggal 15 Januari, lewat dari batas
waktu tersebut berakibat gugurnya hak terdakwa dalam mengajukan permohonan kasasi.
b. Tenggang waktu menyerahkan atau menyampaikan memori kasasi adalah 14 hari dari tanggal
pengajuan permohonan kasasi.

6. Pencabutan Permohonan Kasasi


Undang-undang membenarkan pencabutan permohonan kasasi oleh pemohon. Pencabutan
memang wajar sebab itu adalah hak yang melekat pada diri pemohon. Akan tetapi sekalipun
pencabutan merupakan hak pemohon, ada batas-batas penggarisan yang diatur dalam pasal 247
yang menegaskan:

a. Dapat dilakukan sewaktu-waktu sebelum perkara diputus oleh mahamah agung. Inilah batas
mempergunakan hak mencabut permohonan kasasi yakni selama perkara yang bersangkutan
belum diputus oleh mahkamah agung.
b. Sekali dicabut tidak dapat diajukan lagi.
Adapun saatnya pencabutan boleh dilakukan, atau pada taraf proses seperti apa pencabutan
permohonan kasasi dapat dilakukan oleh pemohon yakni sebelum berkas perkara dikirim,
pencabutan sebelum perkara diperiksa oleh Mahkamah Agung, dan pencabutan setelah perkara
mulai diperiksa.

7. Tata Cara Pemeriksaan Kasasi


a. Pemeriksaan dilakukan dengan sekurang-kurangnya 3 orang hakim
b. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan berkas perkara
c. Pemeriksaan tambahan.

8. Kasasi Demi Kepentingan Hukum


Secara ringkas KDKH adalah upaya hukum yang diberikan oleh UU kepada Jaksa Agung untuk
meluruskan putusan Pengadilan Tingkat Pertama maupun Banding yang telah berkekuatan
hukum tetap (inkracht) yang mengandung kesalahan penerapan hukum atau pertanyaan hukum
(question of law) yang penting bagi perkembangan hukum, yang apabila diputus oleh MA dapat
menjadi suatu yurisprudensi (putusan-putusan Hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum
tetap dan diikuti oleh para hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus
yang sama) baru. Namun berbeda dengan kasasi biasa, KDKH pada dasarnya hanya untuk
kepentingan hukum semata, bukan untuk kepentingan dari para pihak yang bersengketa,
sehingga tidak mengikat bagi para pihak yang bersengketa. 
Tata cara dalam mengajukan permohonan kasasi demi kepentingan hukum diataur dalam pasal
260 KUHAP yang dimana dalam mengajukannya tidaklah rumit oleh karena itu pembahasan
mengenai hal ini dibicarakan sepintas lalu permohonan diajukan secara tertulis oleh jaksa agung,
kemudian permohonan disampaikan melalui panitera pengadilan negeri disertai dengan risalah
yang memuat alasan permintaan dilanjutkan dengan risalah disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan dan terakhir ketua pengadilan negeri segera meneruskan permintaan kepada
Mahkamah Agung. 

5. Peninjauan Kembali
Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang dimaksudkan.untuk memperbaiki
kesalahan atau kekeliruan putusan Pengadilan tingkat yang lebih rendah oleh Pengadilan yang
lebih tinggi, di mana kesalahan atau kekeliruan tersebutmerupakan kodrat manusia, termasuk
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara.Menyadari kemungkinan adanya kesalahan atau
kekeliruan tersebut, maka Undang-Undang memberikan kesempatan dan sarana bagi para
pencari keadilan untukmemperoleh keadilan sesuai dengan tahapan hukum acara yang berlaku.
Pemeriksaan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum
tetap dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 66 s/d 77 Undang-Undang No.14 Tahun 1985 jo
Undang-Undang No.5 Tahun 2004 jo Undang-Undang No.3 Tahun 2009, sedangkan dalam
perkara pidana diatur dalam Pasal 26s/d 269 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang hukum
acara pidana.Baik permohonan/permintaan peninjauan kembali yang diatur dalam perkaraperdata
maupun yang diatur dalam perkara pidana, hanya dapat diajukan 1 (satu) kalisebagaimana
ditentukan dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang 14 Tahun 1985 danPasal 268 ayat (3)
Undang-Undang No.8 Tahun 1981. Hal ini dipertegas lagi dalamPasal 24 ayat (2) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,bahwa terhadap putusan peninjauan
kembali tidak dapat dilakukan peninjauankembali.

1. Alasan Dilakukanya Peninjauan Kembali


Alasan peninjauan kembali dalam perkara pidana diatur dalam Pasal 263 KUHAP yaitu
Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, Terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan
permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. 

Adapun alasan permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan adalah berdasarkan atas:

1) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah
diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau
terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
2) Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telahterbukti, akan tetapi
hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yangdinyatakan telah terbukti itu, ternyata
telah bertentangan satu dengan yanglain.
3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata Atas dasar alasan yang sama.
Sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap suatu putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu
suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu
pemidanaan.

2. Tenggang Waktu Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali


Mengenai tenggang waktu yang diatur dalam pasal 264 ayat (3) secara tegas ketentuan ini
menetapkan bahwa permintaan mengajukan permohonan peninjauan kembali tanpa batas waktu.

Quotes " kebebasan dan kemerdekaan itu adalah sebuah keadilan kepada semua orang dan    
               keadilan itu juga  adalah simbol dari sebuah kepastian hukum yang hakiki"

2.Jelaskan perbedaan Grasi, Amnesti dan Abolisi tersebut! Berikan contoh kasus pada masing-
masingnya!

 Jawab : Grasi: ampunan yg diberikan oleh kepala negara kpd orang yg telah dijatuhi
hukuman. Menurut wikipedia, Grasi adalah salah satu dari lima hak yang dimiliki kepala
negara di bidang yudikatif. Grasi adalah Hak untuk memberikan pengurangan hukuman,
pengampunan, atau bahkan pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh yaitu
mereka yang pernah mendapat hukuman mati dikurangi menjadi bebas dari hukuman
sama sekali.
 Amnesti: pengampunan atau penghapusan hukuman yg diberikan kepala negara kpd
seseorang atau sekelompok orang yg telah melakukan tindak pidana tertentu. Menurut
wikipedia, Amnesti (dari bahasa Yunani, amnestia) adalah sebuah tindakan hukum yang
mengembalikan status tak bersalah kepada orang yang sudah dinyatakan bersalah secara
hukum sebelumnya. Amnesti diberikan oleh badan hukum tinggi negara semisal badan
eksekutif, legislatif atau yudikatif.
 Abolisi: peniadaan peristiwa pidana. Contoh: Semua anggota GAM yang menyerah
setelah 15 September 2005 dibebaskan dari penuntutan hukum.
 Rehabilitasi: pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula).
Banyak yang mengusulkan kepada Presiden  SBY untuk memberi rehabilitasi kepada Pak
Harto supaya rakyat tidak ragu-ragu menghargai jasa beliau kepada negara Indonesia.
Hanya, tidak pernah lagi terdengar apakah pak SBY sudah memberikannya.

3.Jelaskan ruang lingkup tugas Hakim Pengawas dan Pengamat!


Jawab :  Pengertian Hakim  Pengawas  dan  Pengamat  diatur  dalam  Pasal  

            277  Undang-Undang   Nomor   8   Tahun   1981   Tentang  Kitab    Undang-
           Undang  Hukum   Acara  Pidana,  secara  teori  tidak  disebutkan   definisi
           tentang   Hakim   Pengawas    dan    Pengamat     (Wasmat).  
             Dalam penjelasannya   pun    tidak disebutkan.   Namun   dari   ketentuan 
             Pasal 277  junto Pasal  280  KUHAP diterapkan bahwa  setiap   pengadilan
             harus  ada   Hakim  yang   diberi  tugas khusus    untuk    membantu    Ketua
             Pengadilan   Negeri   dalam    melakukan   pengawasan   dan  pengamatan
             terhadap  putusan  pengadilan  yang  menjatuhkan pidana penjara atau pidana
        bersyarat. Ketentuan mengenai Hakim Pengawas dan  Pengamat  (Kimwasmat)
             dalam KUHAP diatur  cukup ideal,  tetapi dalam praktik,  ketentuan  KUHAP
           tersebut  tidak  berjalan.

Anda mungkin juga menyukai