Tri Atmaja
Hukum Acara Pidana
030225598
1.Jelaskan mengapa terhadap upaya hukum banding tidak diwajibkan adanya memori banding
sedangkan permohonan upaya hukum kasasi wajib mengajukan memori kasasi!
Jawab : Kasasi artinya pembatalan putusan oleh Mahkamah Agung (MA). Sedangkan pengertian
pengadilan kasasi ialah Pengadilan yang memeriksa apakah judex fatie tidak salah dalam
melaksanakan peradilan.Upaya hukum kasasi itu sendiri adalah upaya agar putusan PA dan
PTA/PTU/PTN dibatalkan oleh MA karena telah salah dalam melaksanakan peradilan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kasasi adalah sebagai berikut : Pembatalan atau pernyataan
tidak sah oleh MA terhadap putusan hakim, karena putusan itu, menyalahi atau tidak sesuai
dengan undang-undang. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa hak kasasi hanyalah hak
MA, sedangkan menurut kamus istilah hokum, kasasi memiliki arti sebagai berikut : pernyataan
tidak berlakunya keputusan hakim yang lebih rendah oleh MA, demi kepentingan kesatuan
peradilan
1. Syarat-syarat Kasasi
Ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan kasasi, yaitu sebagai berikut:
a. Diajukan oleh pihak yang berhak mengajukan kasasi
b. Diajukan masih dalam tenggang waktu kasasi.
c. Putusan atau penetapan PA dan PTA/PTU/PTN, menurut hukum dapat Dimintakan kasasi
d. Membuat memori kasasi (pasal 47 ayat (1) UU No. 14/1985)
e. Membayar panjar biaya kasasi (pasal 47)
2. Alasan-alasan Kasasi
Mahkamah Agung (MA) merupakan putusan akhir terhadap putusan Pengadilan Tingkat
Banding, atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan Peradilan. Ada beberapa alasan bagi MA
dalam tingkat kasasi untuk membatalkan putusan atau penetapan dari semua lingkungan
peradilan, diantarannya ialah sebagai berikut :
a. Karena tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
c. Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam
kelalaian
itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan (pasal 30 UU No. 14 /1985).
a. Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan negeri yang telah
memutus perkara dalam tingkat pertama.
b. Permohonan diajukan dalam waktu 14 hari sesudah putusan pengadilan yang hendak disaksasi
diberitahukan kepada terdakwa. Terlambat dari batas waktu 14 hari, mengakibatkan hak untuk
mengajukan permohonan kasasi menjadi gugur seperti yang ditegaskan dalam pasal 246 ayat (2).
Apabila permohonan kasasi diajukan terlambat dari tenggang waktu 14 hari, maka dengan
sendirinya menurut hukum hak seorang terdakwa dalam mengajukan kasasi akan gugur,
terdakwa dianggap menerima putusan dan untuk itu maka panitera akan membuat akta
penerimaan putusan.
a. Tenggang waktu pengajuan permohonan kasasi adalah 14 hari terhitung sejak tanggal putusan
pengadilan tinggi diberitahukan. Misalnya putusan pengadilan tinggi diberitahukan kepada
terdakwa pada tanggal 1 Januari, berarti tenggang waktu mengajukan permohonan kasasi adalah
14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan tersebut, dengan begitu batas waktu terakhir bagi
terdakwa dalam mengajukan permohonan kasasi jatuh pada tanggal 15 Januari, lewat dari batas
waktu tersebut berakibat gugurnya hak terdakwa dalam mengajukan permohonan kasasi.
b. Tenggang waktu menyerahkan atau menyampaikan memori kasasi adalah 14 hari dari tanggal
pengajuan permohonan kasasi.
a. Dapat dilakukan sewaktu-waktu sebelum perkara diputus oleh mahamah agung. Inilah batas
mempergunakan hak mencabut permohonan kasasi yakni selama perkara yang bersangkutan
belum diputus oleh mahkamah agung.
b. Sekali dicabut tidak dapat diajukan lagi.
Adapun saatnya pencabutan boleh dilakukan, atau pada taraf proses seperti apa pencabutan
permohonan kasasi dapat dilakukan oleh pemohon yakni sebelum berkas perkara dikirim,
pencabutan sebelum perkara diperiksa oleh Mahkamah Agung, dan pencabutan setelah perkara
mulai diperiksa.
5. Peninjauan Kembali
Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang dimaksudkan.untuk memperbaiki
kesalahan atau kekeliruan putusan Pengadilan tingkat yang lebih rendah oleh Pengadilan yang
lebih tinggi, di mana kesalahan atau kekeliruan tersebutmerupakan kodrat manusia, termasuk
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara.Menyadari kemungkinan adanya kesalahan atau
kekeliruan tersebut, maka Undang-Undang memberikan kesempatan dan sarana bagi para
pencari keadilan untukmemperoleh keadilan sesuai dengan tahapan hukum acara yang berlaku.
Pemeriksaan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum
tetap dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 66 s/d 77 Undang-Undang No.14 Tahun 1985 jo
Undang-Undang No.5 Tahun 2004 jo Undang-Undang No.3 Tahun 2009, sedangkan dalam
perkara pidana diatur dalam Pasal 26s/d 269 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang hukum
acara pidana.Baik permohonan/permintaan peninjauan kembali yang diatur dalam perkaraperdata
maupun yang diatur dalam perkara pidana, hanya dapat diajukan 1 (satu) kalisebagaimana
ditentukan dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang 14 Tahun 1985 danPasal 268 ayat (3)
Undang-Undang No.8 Tahun 1981. Hal ini dipertegas lagi dalamPasal 24 ayat (2) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,bahwa terhadap putusan peninjauan
kembali tidak dapat dilakukan peninjauankembali.
Adapun alasan permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan adalah berdasarkan atas:
1) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah
diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau
putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau
terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
2) Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telahterbukti, akan tetapi
hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yangdinyatakan telah terbukti itu, ternyata
telah bertentangan satu dengan yanglain.
3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata Atas dasar alasan yang sama.
Sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap suatu putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu
suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu
pemidanaan.
Quotes " kebebasan dan kemerdekaan itu adalah sebuah keadilan kepada semua orang dan
keadilan itu juga adalah simbol dari sebuah kepastian hukum yang hakiki"
2.Jelaskan perbedaan Grasi, Amnesti dan Abolisi tersebut! Berikan contoh kasus pada masing-
masingnya!
Jawab : Grasi: ampunan yg diberikan oleh kepala negara kpd orang yg telah dijatuhi
hukuman. Menurut wikipedia, Grasi adalah salah satu dari lima hak yang dimiliki kepala
negara di bidang yudikatif. Grasi adalah Hak untuk memberikan pengurangan hukuman,
pengampunan, atau bahkan pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh yaitu
mereka yang pernah mendapat hukuman mati dikurangi menjadi bebas dari hukuman
sama sekali.
Amnesti: pengampunan atau penghapusan hukuman yg diberikan kepala negara kpd
seseorang atau sekelompok orang yg telah melakukan tindak pidana tertentu. Menurut
wikipedia, Amnesti (dari bahasa Yunani, amnestia) adalah sebuah tindakan hukum yang
mengembalikan status tak bersalah kepada orang yang sudah dinyatakan bersalah secara
hukum sebelumnya. Amnesti diberikan oleh badan hukum tinggi negara semisal badan
eksekutif, legislatif atau yudikatif.
Abolisi: peniadaan peristiwa pidana. Contoh: Semua anggota GAM yang menyerah
setelah 15 September 2005 dibebaskan dari penuntutan hukum.
Rehabilitasi: pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula).
Banyak yang mengusulkan kepada Presiden SBY untuk memberi rehabilitasi kepada Pak
Harto supaya rakyat tidak ragu-ragu menghargai jasa beliau kepada negara Indonesia.
Hanya, tidak pernah lagi terdengar apakah pak SBY sudah memberikannya.
277 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, secara teori tidak disebutkan definisi
tentang Hakim Pengawas dan Pengamat (Wasmat).
Dalam penjelasannya pun tidak disebutkan. Namun dari ketentuan
Pasal 277 junto Pasal 280 KUHAP diterapkan bahwa setiap pengadilan
harus ada Hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu Ketua
Pengadilan Negeri dalam melakukan pengawasan dan pengamatan
terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana penjara atau pidana
bersyarat. Ketentuan mengenai Hakim Pengawas dan Pengamat (Kimwasmat)
dalam KUHAP diatur cukup ideal, tetapi dalam praktik, ketentuan KUHAP
tersebut tidak berjalan.