Anda di halaman 1dari 9

TUGAS WSBB KELAS BESAR

ERIEK KURNIAWAN AKUNTANSI C A31111279

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

Benua Maritim Indonesia (BMI)


1. Konsepsi Benua Maritim Wawasan Nusantara diakui di KONVENSI NASIONAL INDONESIA (1996), dimana di dalam konvensi ini mengkonsepsi negeri kepulauan yang kemudian membentuk benua maritim Indonesia yang dimana benua maritim Indonesia didominasi perairan dan juga berinteraksi dengan darat.

2. Pengertian BMI BMI adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau-pulau didalamnya sebagai kesatuan alamiah, sudut pandang iklim dan cuaca serta keanekaragaman biota.

3. Karateristik BMI Benua Maritim Indonesia terdiri dari

17.508 pulau 2.027.087 km2 luas wilayah darat 3.166.763 km2 luas wilayah laut 2.500.600 km2 luas Zona Ekslusif Ekonomi (ZEE) Wilayah Pesisir :

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Garis pantai Indonesia adalah sepanjang 81.000 km

Wilayah Udara :
Deklarasi Bogota 1976 Pada tahun 1976 di dalam suatu pertemuan yang membahas secara khusus mengenai Geostationary Orbit (GSO) diadakan di Bogota. Tujuh negara yang wilayahnya tepat berada di bawah garis khatulistiwa, yakni: Brazil, Kolombia, Ekuador, Kongo, Kenya, Zaire dan Indonesia, menuangkan gagasannya di dalam kesepakatan/deklarasi tentang tuntutan atas orbit geostasioner yang memang tepat berada di atas wilayah kedaulatan mereka. Adapun yang menjadi tuntutan dari negara-negara khatulistiwa tadi bukanlah suatu tuntutan mengenai penguasaan atas wilayah (territorial claim), namun hal tersebut didasarkan oleh karena adanya ketidakadilan dalam pemanfaatan orbit geostasioner yang sebelumnya berdasar pada prinsip kebebasan untuk memanfaatkan bagi semua negara (first come first served). Sebagai akibatnya pemanfaatan orbit geostasioner hanya didominasi oleh negaranegara maju karena memiliki kemampuan untuk itu, baik dari segi teknologi maupun finansialnya. Dan dirasakan pemanfaatan orbit geostasioner itu telah menjadi suatu usaha komersialisasi oleh negara-negara maju tersebut sehiungga cenderung merugikan negara-negara lain yang belum mampu memanfaatkannya.

Deklarasi Bogota 1976 ini banyak mendapat reaksi yang luas oleh banyak negara, namun negara-negara maju menentang isi dari gagasan yang terkandung di dalamnya karena bertentangan dengan kepentingan mereka. Hal itu juga dianggap dapat menimbulkan

adanya monopoli dalam pemanfaatan orbit geostasioner (larangan pada Pasal 33 ayat (2) Konvensi ITU 1973), dan terutama bertentangan dengan Pasal II Space Treaty 1967. Istilah Hukum Angkasa (yang terdiri dari Hukum Udara dan Ruang Angkasa) telah dipergunakan di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dan Sesko AU di Bandung sejak tahun 1963. Seringkali istilah ruang angkasa ini (outer space) dicampuradukkan dengan istilah angkasa luar atau antariksa. Secara legalistis, dapat disimpulkan bahwa antariksa itu ialah ruang angkasa dengan segala isinya.

Tata surya kita secara geografis yuridis dapat kita klasifikasikan sebagai berikut: 1. Ruang udara ialah ruang di sekitar bumi yang berisikan gas-gas udara yang dibutuhkan manusia demi kelangsungan hidupnya. 2. Antariksa mempunyai arti sebagai berikut: a. Ruang angkasa yakni ruang yang kosong/hampa udara (aero space) dan berisikan langit. b. Bulan dan benda-benda (planet-planet) lainnya.

c. Orbit geostasioner (Geo Stationary Orbit - GSO).

Hukum Ruang Angkasa adalah hukum yang ditujukan untuk mengatur hubungan antar negara, untuk menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari segala aktifitas yang tertuju kepada ruang angkasa dan di ruang angkasa aktifitas itu demi kepentingan seluruh umat manusia, untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan, terrestrial dan non terrestrial, dimana pun aktifitas itu dilakukan. Dalam definisi yang terakhir itu ruang angkasa dipandang sebagai suatu keseluruhan yang utuh, yang dalam lingkupnya mencakup benda-benda langit lainnya.

Wilayah Perairan

a. Batas Laut Teritorial Batas laut teritorial adalah suatu batas laut yang ditarik dari sebuah garis dasar dengan jarak 12 mil ke arah laut. Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung terluar pulau di Indonesia. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar merupakan laut pedalaman. Di

dalam batas laut teritorial ini, Indonesia mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya. Negara lain dapat berlayar di wilayah ini atas izin pemerintah Indonesia.

b. Batas Landas Kontinen Landas kontinen adalah dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun geomorfologinya merupakan kelanjutan dari kontinen atau benua. Kedalaman landas kontinen tidak lebih dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Kalau ada dua negara yang berdampingan menguasai laut dalam satu landas kontinen dan jaraknya kurang dari 400 mil, batas landas kontinen masing-masing negara ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing. Kewajiban negara ini adalah tidak mengganggu lalu lintas pelayaran damai di dalam batas landas kontinen.

c. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deklarasi yang dikenal dengan nama Deklarasi Juanda yang melahirkan Wawasan Nusantara. Di dalam deklarasi itu ditentukan bahwa batas perairan wilayah Indonesia adalah 12 mil dari garis dasar pantai masing-masing pulau sampai titik terluar. Pada tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia sepanjang 200 mil, diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau terluar saat air surut. Pada zona ini Indonesia memiliki hak untuk segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam permukaan laut, di dasar laut, dan di bawah laut serta mengadakan penelitian sumber daya hayati maupun sumber daya laut lainnya.

4. Potensi Kemaritiman Indonesia a. Berdasarkan Sumber Daya Alam Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut. Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut : 1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali). 2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas bumf, batu tiara, dan bahan tambang lainnya. 3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi pasang surut, dan energi laut. b. Menurut Sektor Kegiatan

o Perikanan Tangkap o Perikanan Budaya o Industri Bioteknologi Kelautan o Pariwisata Bahari o Pertambangan dan Energi o Perhubungan Laut o Industi Maritim o Benda berharga bawah laut(Kapal Tenggelam) o Potensi Pulau kecil o Potensi ekosistem pesisir Beberapa contoh potensi maritim : 1. Hutan Mangrove

2. Padang Lamun

3. Terumbung Karang

c. Perhubungan Laut/Pelayaran Asing/Perkapalan/Wisata Bahari Indonesia dapat memanfaatkan potensi bahari dan perkapalan mereka

Anda mungkin juga menyukai