Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sainstek Vol. VII No.

1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

UJI SENSITIVITAS MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS


TERHADAP OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DENGAN DIABETES MELITUS

Elsa Yuniarti
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.
Jl. Prof. Dr. Hamka Padang
E-mail: dr_elsa@fmipa.unp.ac.id

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic disease marked with high blood sugar levels. Patients with
diabetes mellitus susceptible to pulmonary tuberculosismaking it difficult for to cure them. This
research aims to find out figure of anti tuberculosis drug resistance in patients with pulmonary
tuberculosis with diabetes mellitus. This descriptive research was conducted in the Laboratory of
Microbiology Center for Lung Disease Treatment Lubuk Alung West Sumatra. Sputum samples
were pulmonary tuberculosis patients with diabetes mellitus as many as 10 samples. The results of
Mycobacterium tuberculosis sensitivity to anti-tuberculosis drugs in patients with pulmonary
tuberculosis with diabetes mellitus showed resistance to one drug, isoniazid by 10% and the other
anti tuberculosis drugs are not resistance.

Key words : diabetes mellitus, pulmonary tuberculosis, anti tuberculosis drugs, resistance

PENDAHULUAN (BTA) positif sebesar 0,8%. Indonesia sendiri


menempati peringkat ke-3 setelah India dan
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit China dari 22 negara di dunia dengan jumlah
infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal penderita tuberkulosis terbanyak (Gedurnas TB,
pada manusia, hampir seluruh tubuh manusia
2010).
dapat terserang olehnya tetapi yang paling
Menurut WHO pada tahun 2008
banyak adalah organ paru. Tuberkulosis paru menyatakan bahwa sekitar 1700 juta orang telah
sampai saat ini masih tetap menjadi masalah terinfeksi tuberkulosis paru, 3 juta meninggal
kesehatan dunia yang utama (Amin dan Bahar,
dunia, dan 2,5 juta penderita berada di Asia. Di
2006). Tuberkulosis paru merupakan penyakit
Indonesia ditemukan 500 ribu penderita baru
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium dengan basil tahan asam (BTA) positif dan 175
tuberculosis yang dapat menyerang paru dan ribu di antaranya meninggal dunia. Di negara
organ tubuh lainnya. Faktor yang
berkembang kematian tuberkulosis paru
mempengaruhi kemungkinan seseorang
merupakan 25% dari seluruh kematian yang
menderita tuberkulosis paru adalah daya tahan sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95%
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi penderita tuberkulosis paru terdapat pada
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) (Depkes
kelompok usia produktif (15-50) tahun
RI, 2007).
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Tuberkulosis paru sampai saat ini 2002). Bersamaan dengan meningkatnya kasus
menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan tuberkulosis paru, terjadi pula kasus
dunia, terutama di negara berkembang seperti
tuberkulosis paru yang resistensi terhadap
Indonesia. Tuberkulosis paru menduduki urutan
beberapa obat anti tuberkulosis termasuk
kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia resistensi terhadap obat isonizad (INH) dan
setelah penyakit kardiovaskular pada semua rimfapicin atau tanpa resistensi obat lain
golongan usia dan nomor satu dari golongan
(Suradi dan Surjanto, 2004).
penyakit infeksi parvelensi basil tahan asam

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan peningkatan kasus tuberkulosis paru yang
gejala yang timbul pada seseorang yang resisten terhadap antibiotika obat anti
disebabkan oleh karena adanya peningkatan tuberkulosis (OAT) khususnya di negara
kadar glukosa darah akibat kelainan sekresi berkembang termasuk Indonesia. Para peneliti
insulin dan gangguan kerja insulin. Diabetes memperkirakan ± 50 juta orang terinfeksi
melitus merupakan suatu penyakit menahun strain Mycobacterium tuberculosis yang
yang ditandai dengan peninggian kadar gula resistensi paling tidak satu macam OAT.
darah, apabila penyakit ini tidak terkendali Resistensi merupakan persoalan dan tantangan.
maka akan menimbulkan komplikasi- Pengobatan tuberkulosis paru dilakukan dengan
komplikasi yang dapat berakibat fatal atau beberapa kombinasi obat karena penggunaan
keadaan cacat. Diabetes melitus dapat obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi
menyerang segala lapisan umur dan reistensi. Di samping itu resistensi terjadi akibat
sosioekonomi (Syafril, 1996). Peningkatan kurangnya kepatuhan pasien dalam minum
insiden tuberkulosis paru pada penderita obat. Melihat lamanya pengobatan tuberkulosis,
diabetes melitus telah banyak dilaporkan, diperlukan kepatuhan pasien tuberkulosis paru
demikian juga penyakit diabetes melitus pada untuk teratur mengikuti pengobatan hingga
penderita tuberkulosis paru. Adanya tuntas. Pengobatan tidak teratur, penggunaan
tuberkulosis paru dengan diabetes melitus OAT tidak teratur ataupun pengobatan terputus
sering kali menyulitkan terhadap keduanya, menimbulkan kuman yang resistensi terhadap
maka haruslah waspada terhadap perubahan OAT secara meluas atau MDR (Multi-drug
metabolisme karbohidrat. Pada penderita resistance) (Masniari, 2007).
tuberkulosis paru, kebanyakan ahli berpendapat Multi-drug resistance (MDR)
sama yaitu para pengidap penyakit diabetes tuberkulosis paru menjadi masalah besar di
melitus mudah terserang penyakit tuberkulosis dalam pengobatan tuberkulosis paru sekarang
paru. Makin berat diabetes melitus yang ini. MDR merupakan suatu keadaan yang
diderita seseorang makin besar kemungkinan sangat berbahaya dan pengobatannya sulit serta
terkena tuberkulosis paru dan makin berat mahal. Pengembangan pengobatan tuberkulosis
penyakitnya. Angka prevelensi tuberkulosis paru yang efektif merupakan hal yang penting
paru dengan diabetes melitus di Indonesia untuk menyembuhkan pasien dan menghindari
cukup tinggi. Sukarta mendapatkan angka MDR. Penderita tuberkulosis paru cenderung
prevelansi 14,6%, menurut Wiyono 18,1%, terjadi reaktivitas dan salah satu kondisi yang
menurut Askandar Tjokoprawiro 16%, menurut dapat menyebabkan reaktivitas ini adalah
Hadiarto 5,9%. Laporan penelitian oleh Soetojo diabetes melitus. Berdasarkan penelitian yang
di RS Persahabatan Jakarta didapatkan penyakit dilakukan oleh Bashar di Jakarta tahun 2001
diabetes melitus pada tuberkulosis paru adalah didapatkan angka MDR-TB pada penderita
5,6 yaitu pada penderita wanita sebanyak 39,2% tuberkulosis paru dengan diabetes melitus
dan penderita pria 61,8% (Fordiastiko, 1995). sebesar 36%, sedangkan penelitian yang
Pengobatan dan perawatan tuberkulosis dilakukan oleh Suradi di Surakarta tahun 2002
paru merupakan pengobatan jangka panjang didapatkan angka resistensi pada penderita
apalagi pada penderita diabetes melitus. Kedua tuberkulosis paru dengan diabetes melitus
hal tersebut merupakan keadaaan yang sering sebesar 33% (Suradi dan Surjanto, 2004)
disebut sebagai tuberkulosis diabetika yang Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
ditandai dengan perjalanannya alat eksudatif Propinsi Sumatera Barat (2009) jumlah
dan cepat mengalami perlajuan serta aktivitas. penderita tuberkulosis paru klinis adalah 20.167
Kombinasi penyakit ini tidak menjadi masalah orang sedangkan untuk jumlah penderita BTA
asalkan kedua penyakit ini diobati sekaligus. (+) sebanyak 3.489 orang dari 19
Penyakit diabetes seringkali tidak terdeteksi kabupaten/kota di Sumatera Barat. Di Sumatera
sehingga penyembuhan tuberkulosis kurang Barat ada 4 kota yang memiliki kasus
baik (Wibowo, 1990). tuberkulosis paru terbanyak yaitu kota Padang
Saat ini peningkatan kasus tuberkulosis 520 kasus, kabupaten Padang Pariaman 457
paru suatu penyakit infeksi disebabkan bakteri kasus, kabupaten Pesisir Selatan 406 kasus dan
Mycobacterium tuberculosis sejalan dengan kabupaten Agam 359 kasus. Setelah di amati

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

ternyata kota Padang merupakan kota dengan formamid, media Ogawa 3% dan Lowestein
penemuan BTA (+) tertinggi di Sumatera Barat. Jensen (LJ)
Balai pengobatan penyakit paru (BP4)
Prosedur Penelitian
Lubuk Alung, Sumatera Barat adalah tempat
Pengumpulan Sampel (Sputum)
pelayanan kesehatan khusus paru di Propinsi
Sampel berupa sputum, dikumpulkan dari
Sumatera Barat yang melayani semua rujukan
10 sampel penderita tuberkulosis paru dengan
penyakit paru, dengan temuan kasus terbanyak
diabetes melitus yang ada di BP4 Lubuk Alung,
yaitu penyakit tuberkulosis paru. Pasien di balai
Sumatera Barat.
pengobatan penyakit paru (BP4) Lubuk Alung,
Sumatera Barat juga merupakan penyumbang Pembuatan preparat (sediaan sputum) dan
terbesar temuan kasus tuberkulosis paru (lebih pewarnaan Zeihl Neelsen
50%) untuk propinsi Sumatera Barat. Nomor identifikasi (register
Berdasarkan uraian di atas dilakukan laboratorium) ditulis pada bagian atas kiri kaca
penelitian tentang uji sensitivitas sediaan. Pot dahak dan kaca sediaan yang
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT beridentitas sama diambil dengan pot dahak.
yang diisolasi dari sputum penderita pasien Pot dibuka dengan hati-hati untuk menghindari
tuberkulosis paru dengan diabetes melitus yang terjadi droplet (percikan dahak). Ose
BTA positif di balai pengobatan penyakit paru dipanaskan diatas nyala api spiritus samapi
BP4 Lubuk Alung, Sumatera Barat. merah dan dibiarkan sampai dingin. Sedikit
dahak diambil dari bagian yang kental dan
METODE PENELITIAN kuning kehijau-hijauan (purulen) dengan
menggunakan ose yang sudah dibakar atau
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan lidi steril. Dahak dioleskan
yang diilaksanakan dari Juni sampai Desember secara merata dengan membuat bulatan seperti
2011 di Laboratorium Mikrobiologi Balai
spiral pada permukaan kaca sediaan dengan
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk
ukuran 2 x 3 cm. Ose dimasukan ke dalam botol
Alung Sumatera Barat. Populasi adalah berisi pasir alkohol 70%, kemudian digoyang-
penderita tuberkulosis paru dengan diabetes goyangkan untuk melepaskan partikel yang
melitus yang berobat di balai pengobatan
melekat pada ose, kalau menggunakan lidi,
penyakit paru (BP4) Lubuk Alung, Sumatera
lidinya langsung dibuang ke dalam desinfektan.
Barat. Sampel yang digunakan adalah total Setelah itu dekatkan ose pada api spritus sampai
sampling yaitu pasien tuberkulosis paru dengan kering, kemudian dibakar sampai membara.
diabetes melitus yang BTA positif dari bulan
Sediaan dikeringkan di udara terbuka, tidak
Juni sampai Desember terjaring sebanyak 10
boleh terkena sinar matahari langsung atau
sampel yang berobat di balai pengobatan diatas api. Pinset digunakan untuk mengambil
penyakit paru (BP4) Lubuk Alung, Sumatera sediaan yang sudah kering pada sisi yang
Barat.
berlabel dengan hapusan dahak menghadap ke
Persiapan Alat dan Bahan atas. Sediaan yang telah kering dilewatkan di
Alat yang digunakan dalam penelitian ini atas lampu spritus sebanyak tiga kali
adalah neraca analitik, labu erlenmeyer, beaker (memerlukan waktu sekitar 3-5 detik) untuk
glass, gelas ukur, mixer, vortex mixer, corong fiksasi. Sediaan yang telah difiksasi diletakkan
lapis, kain kasa steril, pipet ukur, tabung reaksi pada rak dengan hapusan menghadap ke atas.
ukuran 1,8 x 18 mm dan 1,6 x 16 mm, tabung Larutan Carbol Fuchsin 0,3% diteteskan pada
reaksi ukuran 2 x 15 mm berisi bead glass, hapusan dahak sampai menutupi seluruh
koagulator, kompor listrik, autoklaf, oven, ose, permukaan sediaan dahak. Sediaan dipanaskan
lidi steril, objek glass dan lampu bunsen. dengan nyala api spritus sampai keluar uap
Bahan yang digunakan adalah basic selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh
fuchsin, etanol 96%, HCL pekat, methylen blue, mendidih atau kering. Sediaan didiamkan
phenol kristal, aquadestillata, NaOH 4%, serbuk selama 5 menit. Sediaan dibilas dengan air
obat anti tuberkulosis (Rifampicin, Isoniazid, mengalir sampai zat warna yang bebas terbuang
Streptomycin dan Etambutol), PNB (P- dan diteteskan dengan asam alkohol (HCl
nitrobenzoic acid), dan natrium dimetil Alkohol 3%) sampai warna merah fuchsin

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

hilang lalu sediaan dibilas dengan air mengalir. penuh (3-4 koloni bakteri), lalu dimasukkan
Larutan Methylen Blue 0,3% diteteskan pada kedalam tabung reaksi. Koloni bakteri
sediaan sampai menutupi seluruh permukaan. dihomogenenisasikan lagi menggunakan vortex
Sediaan dibiarkan selama 10-20 detik kemudian mixer. Sebanyak 7 ml aquades ditambahkan
sediaan dibilas dengan air mengalir pelan. lagi dan dihomogenisasikan dengan
Sediaan dikeringkan diatas rak pengering di menggunakan vortex mixer. Untuk mencegah
udara terbuka jangan dibawah sinar matahari terjadinya aglutinasi spontan dari bakteri botol
langsung. Dilihat morfologi sel di bawah diletakkan diatas es/didinginkan.
mikroskop dengan lensa okuler 10 x dan Pembuatan suspensi kuman untuk
objektif 100 x menggunakan minyak imersi. membuat 0,01 mg /ml suspensi untuk inokulasi.
Sebanyak 0,1 ml suspensi kuman konsentrasi 1
Pemeriksaan Sputum dengan media ogawa 3
mg/ml dimasukkan kedalam tabung reaksi
%
kemudian ditambahkan aquades steril,
Pengolahan bahan pemeriksaaan
campuran tersebut dihomogenkan dengan
bertujuan menghomogenkan sediaan sputum
menggunakan vortex mixer.
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak
Inokulasi Suspensi Kuman
diinginkan selain bakteri tahan asam dalam
Suspensi kuman konsentrasi 0,01 mg/ml
sediaan sputum. Bakteri tahan asam juga
diinokulasikan masing-masing 100 l pada
dipengaruhi oleh pengolahan basa, konsentrasi
media Lowestein Jensen (LJ) yang tidak
terlalu tinggi dan pemberian NaOH yang terlalu
mengandung OAT (kontrol), kemudian pada
lama akan menghambat pertumbuhan bakteri.
media LJ yang mengandung PNB dan media LJ
Langkah-langkah pengolahan sputum :
yang mengandung OAT. Tabung tersebut
Sputum dimasukkan ke dalam tabung,
ditutup dan di sebar secara merata pada
satu bagian volume sputum ditambah 1,5
permukaan media, kemudian tabung diletakan
bagian volume NaOH 4 %. Campuran
pada rak dengan kemiringan 300 selama 24 jam
dihomogenkan dengan vortex mixer selama 10
pada suhu 370 C, Setelah 24 jam tutup tabung
menit kemudian diinkubasi dalam inkubator
dicelupkan pada parafin cair dan inkubasi
dengan suhu 370 C selama 15 menit untuk
dilanjutkan. Pertumbuhan bakteri diamati setiap
melarutkan spesimen. Tabung dikeluarkan dari
minggu (1-3 minggu) dan dibandingkan dengan
inkubator spesimen siap untuk diinokulasi.
kontrol.
Inokulasi/Penanaman Pada Media Ogawa 3 %
Pengamatan
Pada 2 tabung media ogawa 3 %
Metode pengamatan harus sistematik
diinokulasikan masing-masing 100 L bahan
dan menurut standar. Pengamatan dilakukan
pemeriksaan yang sudah diolah. Bahan
sebanyak 100 lapang pandang sebelum
inokulasi diratakan dan harus menyebar pada
melaporkan hasil “negatif”. Pemulasan
permukaan media, kemudian tabung media
horizontal di atas garis bidang 2 x 3 cm kira-
yang telah diinokulasi diletakkan pada rak
kira sama dengan 150 lapang pandang. Kuman
miring dan dimasukkan dalam inkubator
basil tahan asam (BTA) akan terlihat sebagai
dengan suhu 370 C selama 24 jam.
batang merah dengan latar belakang biru
Tes identifikasi dengan para nitro benzoad (Depkes RI,2007). Jumlah BTA yang
acid (PNB) dan Uji Sensitifitas ditemukan adalah informasi penting untuk
Pembuatan Suspensi Kuman menentukan derajat infeksi penderita dan
Pembuatan suspensi kuman untuk beratnya penyakit karena pemeriksaan ini semi
membuat 1 mg/ml suspensi kuman dilakukan kuantitatif sifatnya. Selanjutnya pelaporan
ketika pertumbuhan koloni mulai tampak pada dilakukan dengan skala IUATLD (International
permukaan media, koloni bakteri diambil Unit Against Tuberculosis Lung Deseases) (
dengan kawat ose diameter 3 mm. Kultur asli Depkes RI,2007).
dari setiap kasus harus disimpan dalam lemari Pembacaan hasil pemerikasaan sediaan
es sampai hasil tes dikeluarkan, kalau terjadi dahak dilakukan dengan menggunakan skala
kontaminasi tes bisa diulang. Sebanyak 2 tetes IUATLD sebagai berikut :
aquades steril diteteskan kedalam tabung reaksi 1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang
yang berisi bead glass, kemudian diambil 1 ose pandang, disebut negatif.

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang Tes Identifikasi dengan Para Nitro Benzoad
pandang, ditulis jumlah bakteri yang Acid (Pnb) dan Uji Sensitifitas
ditemukan. Uji PNB adalah untuk menentukan
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang spesies Mycobacterium tuberculosis, PNB
pandang, disebut + atau (+1). menghambat pertumbuhan dari Mycobacterium
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang tuberculosis, jika pada media PNB tumbuh
pandang, disebut ++ atau (+2), minimal koloni berarti bukan spesies Mycobacterium
dibaca 50 lapang pandang. tuberculosis. Tes kepekaan terhadap obat di
5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang dalam tabung menunjukkan kemampuan
pandang, disebut +++ atau(+3), minimal proporsi substansi dari jumlah bakteri yang
dibaca 20 lapang pandang. ditumbuhkan dalam konsentrasi obat dan hal ini
Catatan : Bila ditemukan 1-3BTA dalam 100 menggambarkan kemungkinan efek pengobatan
lapang pandang, pemeriksaan harus diulang terhadap penderita.
dengan spesimen dahak yang baru. Bila Pembacaan Pertumbuhan Koloni
hasilnya tetap 1-3 BTA, hasilnya dilaporkan 0 : negatif
negatif. Bila ditemukan 4-9 BTA, dilaporkan y : kontaminasi
positif. 1-5 koloni : ditulis jumlahnya
Pertumbuhan Koloni 5 : 1-5 koloni
Pada umumnya tanda pertumbuhan 7 : 24-100 koloni
yang khas dari Mycobacterium tuberculosis 8 : > 100 koloni
akan tampak dalam waktu 3-4 minggu. 9 : tumbuh merat
Koloninya berwarna kuning muda, permukaan Interprestasi Hasil Uji Resistensi dan Uji
kering dan rapuh, dengan sudut yang tidak rata. Sensitivitas
Pertumbuhan ini disebut eugenic. Untuk menghitung selisih pertumbuhan
Penegasan/kepastian tentang Mycobacterium koloni di media LJ yang mengandung OAT
tuberculosis harus dilakukan dengan tes dengan pertumbuhan koloni pada media kontrol
identifikasi dengan media PNB. Kultur diamati adalah Resistensi bila sama atau lebih
pada hari ke-7 untuk golongan yang tumbuhnya kecil dari 2 koloni sedangkan sensitivitas bila
cepat dan pada minggu ke-4 untuk golongan perbedaan lebih dari 2 koloni
yang tumbuh lambat. Koloni yang tampak pada Analisis Data
media diperiksa dengan dibuat preparat dan Pengolahan data dalam penelitian ini
diwarnai dengan Ziehl Neelsen untuk adalah melakukan uji persentase tingkat resisten
memastikan BTA. Jika sudah minggu ke-4 kuman terhadap masing-masing OAT atau
tidak terlihat adanya koloni dilanjutkan tingkat resistensi kuman terhadap beberapa
inkubasi selama 8 minggu sebelum hasilnya OAT.
dinyatakan negatif. Untuk yang positif
dilanjutkan uji sensitifitas. Proporsi = Jumlah tes resistensi positif x 100%
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Jumlah pasien
Pelaporan dilakukan bukan hanya
jumlah koloni yang tumbuh, tetapi juga bentuk
tumbuhnya. Menurut (Aditama & Luthni ,2002) HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaporan hasil biakan menurut WHO, Technic Hasil penelitian dari sputum penderita
Guide 67 adalah : tuberkulosis dengan diabetes melitus sebanyak
Koloni : Pelaporan 10 sampel semuanya terdapat pertumbuhan
Tidak tumbuh : 0 Mycobacterium tuberculosis tidak ada yang
Kontaminasi : y terkontaminasi. Hasil uji sensitivitas
1-5 koloni : ditulis Mycobacterium tuberculosis menunjukkan
jumlahnya resistensi terhadap satu obat yaitu isoniazid
6-24 : 6 sebesar 10%, sedangkan OAT yang lain tidak
25-100 : 7 terdapat resistensi (lihat Gambar 1).
>100 : 8
Koloni merata : 9

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

120

Jumlah Persentase 100

80

60
SENSITIF N
40 RESISTENSI N
20

0
Isoniazid (I) Rifampisin (R) Etambutol (E) Streptomisin
(S)
OBAT ANTI TUBERKULOSIS

Gambar 1 Hasil Uji Sensitivitas Mycobacterium Tuberculosis terhadap OAT

Hasil uji sensitivitas Mycobacterium tuberkulosis paru dengan diabetes melitus


tuberculosis pada penderita tuberkulosis paru mudah terjadi resistensi karena pada penderita
dengan diabetes melitus terdapat satu macam diabetes melitus daya tahan tubuhnya rendah
obat yang resistensi yaitu isoniazid sebesar dan kadar gula darah yang tinggi sehingga
(10%) sedangkan OAT lainnya tidak terdapat mudah terinfeksi tuberkulosis paru (Simion,
resistensi yaitu rimpafisin 0%, streptomisn 0%, 2007). Disamping itu keadaan kadar gula darah
dan etambutol 0%. Dari hasil data yang didapat yang tinggi mengganggu fungsi makrofag
peneliti yaitu isoniazid yang telah dilakukan uji alveolus sehingga penyakit tuberkulosis paru
sensitivitas datanya lebih tinggi dibandingkan yang terjadi pada penderita diabetes melitus
dari data penelitian yang dilakukan oleh Alicia lebih berat dan agresif serta kerusakan paru
dkk di Fhilipina tahun 1999 yaitu 4,3% (Robert yang timbul lebih parah dan sering resistensi
dkk, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian terhadap obat anti tuberkulosis. Penderita
dirumah sakit Canada yang melaporkan tuberkulosis paru dengan diabetes melitus yang
resistensi terhadap isoniazid merupakan mendapat pengobatan, keadaan gula darah yang
resistensi yang paling sering terjadi (Mansyur, tinggi mengganggu absorbsi obat saluran cerna
2001). Pasien diabetes sangat rentan terhadap dan kadar obat yang sampai kejaringan tidak
infeksi sehingga infeksi terhadap diabetes memadai sehingga menimbulkan resistensi obat
melitus bisa menjadi lebih berat. Pada penderita anti tuberkulosis (Bashar dkk, 2001).

12
Jumlah Sampel (Orang)

10
8
6
4 Jumlah sampel
2
0
110-120 ≥120
Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)

Gambar 2. Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

Distribusi sampel hasil kadar gula darah untuk mencegah terjadinya kegagalan terapi
pada gambar 2. Penderita tuberkulosis paru pada penderita tuberkulosis paru dengan
dengan diabetes melitus semuanya termasuk diabetes melitus.
kadar gula darah lebih dari harga normal yaitu
lebih besar dari 120 mg/dl, sedangkan penderita DAFTAR KEPUSTAKAAN
dengan kadar gula darah normal yaitu 110-120
Aditama, T.Y dan Luthni E. 2009. Buku
mg/dl tidak ditemukan.
Petunjuk Teknik Pemeriksaan
Gambar di atas adalah kadar gula darah
Laboratorium Tuberkulosis Edisi II.
sewaktu yaitu besar dari 120 mg/dl yang
Jakarta
merupakan kadar gula darah lebih dari harga
Aditama T.Y. 2004. Mott dan Multidrug
normal, kadar gula darah normal yaitu 110-120
Resistens. J Resp Ind, 42:157
mg/dl. Keadaan kadar gula darah sewaktu yang
Amin, Z dan Bahar A. 2006. Tuberkulosis Paru
tinggi dapat mengganggu fungsi makrofag yang
Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
dapat menimbulkan kerusakan paru yang lebih
Jilid II Edisi V. Jakarta; FKUI
parah. Perlunya dilakukan pemeriksaan kadar
Bashar M, Alcabes P, dan Rom W.N. 2001.
gula darah karena banyak penderita
Increased Incidence Of Multidrug
tuberkulosis paru yang tidak merasakan adanya
Resistant Tuberculosis In Diabetic.
penyakit diabetes melitus sebelumnya, sehingga
Jakarta : ECG
mengakibatkan penyakit tuberkulosis paru pada
Depkes RI. 2007. Pedoman Penanggulangan
diabetes melitus lebih berat dan agresif serta
Tuberkulosis Edisi 2. Cetakan Kedua.
kerusakan paru yang timbul lebih parah sering
Jakarta Depkes RI
terjadi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis
Depkes RI. 2008. Pedoman Penaggulangan
(Suradi dkk, 2004).
Tuberkulosis Edisi 2. Cetakan Kedua.
Aditama (2004) dan Manginate (2000)
Jakarta Depkes RI
memaparkan penyebab dari resistensi kuman
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
tuberkulosis yaitu pemakaian obat tunggal,
2009. Profil Kesehatan Provinsi
penggunaan obat yang tidak memadai, baik
Sumatera Barat. Website:
karena jenis obat yang tidak tepat. Penyebab
http//www.dinkes-sumbar.org
lain terjadinya resistensi terhadap OAT menurut
Fordiastiko. 1995. Penatalaksanaan
Rosana dkk (2005) kurang tersedianya fasilitas
Tuberkulosis Paru Pada Penderita
laboraturium yang memadai untuk melakukan
Diabetes Melitus. Majalah paru
uji sensitivitas dapat merupakan faktor yang
Guptan, A dan Ashok S. 2000. Tuberculosis
berhubungan dengan terjadinya kegagalan
and Diabetes Melitus An Appraisal.
terapi pada penderita tuberkulosis.
Indian Journal of Tuberculosis. 5 (2).
http//www.medind.nic.in
KESIMPULAN DAN SARAN
Mansyur. 2001. The Pattern Of
Berdasarkan penelitian yang telah Antituberculosis Drug Resistenin
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan hasil uji Pulmonary Tuberculosis Pattient.
sensitivitas Mycobacterium tuberculosis Journal Respirologi Indonesia. 21: 24-
terhadap OAT pada penderita tuberkulosis paru 27.
dengan diabetes melitus didapatkan hasil Masniari L, T.Y Aditama , dan W.H Wiyono .
resistensi terhadap satu obat yaitu isoniazid 2005. Penilaian Hasil Pengobatan Tb
sebesar 10% dan OAT yang lainnya tidak Paru dan Faktor-Faktor yang
terdapat resistensi. Pada penelitian ini uji Mempengaruhi serta Alasan Berobat di
resistensi hanya dilakukan untuk obat anti RS Persahabatan Jakarta. J Respir Indo.
tuberkulosis (OAT) yaitu isoniazid, rifampisin, 27 (3)
streptomycin, dan ethambutol, sedangkan untuk Nikmawati, Windarwati, dan Hardjoeno. 2006.
pirazinamid tidak dilakukan sebab teknik yang Resistensi Mycobacterium tuberkulosis
dilakukan khusus. Perlu disediakan fasilitas terhadap Obat Anti Tuberkulosis.
untuk kultur dan uji sensitivitas OAT agar Indonesian Journal of Clinical Pathology
semua penderita tuberkulosis paru dengan and Medical Laboratory. 12 (2): 58-61
diabetes melitus dapat dilakukan uji resistensi

57
Jurnal Sainstek Vol. VII No. 1: 51-58, Juni 2015 ISSN: 2085-8019

Robert J, Trystram D, Pernot C.T. 2003. Melitus Dan Penyakit Degeneratif.


Multidrug Resistant Tuberculosis. Padang 19 Oktober 1996.
Prancis: EGC Tim Gerakan Terpadu Nasional Penaggulangan
Simion S. 2007. Multidrug Resistence (MDR) Tuberkulosis (GEDURNAS – TB). 2007.
Pada Penderita Tuberkulosis Paru Pedoman Nasional Penanggulangan
Dengan Diabetes Melitus. Tesis. Fakultas Tuberkulosis. Jakarta: Depkes.
Kedokteran Universitas Negeri Sumatera UPTD Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4).
Utara. 2010. Laporan Kegiatan Balai
Suradi, J dan Surjanto. 2004. Diabetes Melitus Pengobatan Penyakit Paru (BP4). Lubuk
dan Tuberkulosis Paru. Makalah Alung, Sumatera Barat.
disampaikan dalam simposium diabetes Warta GEDURNAS TB. 2010. Buletin
melitus. Semarang 15 Juli 2004 Triwulan Warta GEDURNAS TB.
Syafril, S. 1996. Konsesus Pengelolahan Volume 16. Februari 2010. Jakarta
Diabetes Melilitus Indonesia. Makalah Wibowo, S. 1990. Pengobatan Tuberkulosis
Disampaikan Dalam Simposium Diabetes Paru. Cermin Dunia Kedokteran: 50-52

57

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Basket
    Soal Basket
    Dokumen6 halaman
    Soal Basket
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sepak Bola
    Makalah Sepak Bola
    Dokumen34 halaman
    Makalah Sepak Bola
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat
  • Larii
    Larii
    Dokumen34 halaman
    Larii
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat