Ankom-Kelompok 2 PDF
Ankom-Kelompok 2 PDF
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
2022
Integral Fungsi Kompleks
𝑏 𝑏 𝑏
∫ 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ 𝑣 (𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
1. 𝑅𝑒 (∫𝑎 𝐹(𝑡)𝑑𝑡) = ∫𝑎 𝑅𝑒 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡
𝑏 𝑏
2. 𝐼𝑚 (∫𝑎 𝐹(𝑡)𝑑𝑡) = ∫𝑎 𝐼𝑚 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡
𝑏 𝑏
3. ∫𝑎 𝐾 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡 = 𝐾 ∫𝑎 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡
𝑏 𝑎
4. ∫𝑎 𝐹(𝑡)𝑑𝑡 = − ∫𝑏 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡
𝑏 𝑏
5. |∫𝑎 𝐹(𝑡)𝑑𝑡| = ∫𝑎 |𝐹(𝑡)|𝑑𝑡
Pembuktian :
Bukti sifat 1 :
𝑏 𝑏
𝑅𝑒 (∫ 𝐹(𝑡)𝑑𝑡) = ∫ 𝑅𝑒 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡
𝑎 𝑎
Bukti sifat 2 :
𝑏 𝑏
𝐼𝑚 (∫ 𝐹(𝑡)𝑑𝑡) = ∫ 𝐼𝑚 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡
𝑎 𝑎
Diperoleh:
𝑏 𝑏 𝑏
𝐼𝑚 (∫𝑎 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡) = ∫𝑎 𝑣 (𝑡)𝑑𝑡 = ∫𝑎 𝐼𝑚(𝐹(𝑡))𝑑𝑡 (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
Bukti sifat 3 :
𝑏 𝑏
∫ 𝐾 (𝐹(𝑡))𝑑𝑡 = 𝐾 ∫ 𝐹(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
∫ 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡 = ∫ 𝐾(𝑢(𝑡) × 𝑖𝑣(𝑡))𝑑𝑡
𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
Sifat integral fungsi riil : ∫𝑎 𝐾 (𝐹(𝑥))𝑑𝑥 = 𝐾 ∫𝑎 𝐹 (𝑥)𝑑𝑥 , Sehingga
𝑏 𝑏
∫ 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡 = ∫ 𝐾(𝑢(𝑡) × 𝑖𝑣(𝑡))𝑑𝑡
𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
= 𝐾 ∫ 𝑢 (𝑡)𝑑𝑡 + 𝐾 ∫ 𝑖𝑣(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎
𝑏 𝑏
= 𝐾(∫𝑎 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫𝑎 𝑣(𝑡) 𝑑𝑡)
𝑏
= 𝐾 ∫𝑎 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡 (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
Bukti sifat 4 :
𝑏 𝑎
∫ 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡 = − ∫ 𝐹(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑏
𝑏 𝑏 𝑏
∫ 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎
𝑏 𝑎
Berdasarkan sifat integral fungsi riil: ∫𝑎 𝐹 (𝑥 )𝑑𝑥 = − ∫𝑏 𝐹 (𝑥)𝑑𝑥, sehingga
𝑏 𝑏 𝑏
∫ 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎
𝑎 𝑎
= − ∫𝑏 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 − 𝑖 ∫𝑏 𝑣 (𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎
= - [∫𝑏 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫𝑏 𝑣 (𝑡)𝑑𝑡 ]
𝑎
= -[∫𝑏 [𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖𝑣 (𝑡)]𝑑𝑡 ]
𝑎
= - ∫𝑏 𝐹 (𝑡)𝑑𝑡 (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
𝑏 𝑏 𝑏
|∫𝑎 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡| = |∫𝑎 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫𝑎 𝑣(𝑡)𝑑𝑡|
𝑏
= |∫𝑎 (𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖𝑣(𝑡)𝑑𝑡)|
𝑏
= |∫𝑎 (𝑢(𝑡) + 𝑖𝑣(𝑡)) 𝑑𝑡|
𝑏
= |∫𝑎 | |𝑢(𝑡) + 𝑖𝑣(𝑡)| |𝑑𝑡|
𝑏
= ∫𝒂 |𝐹(𝑡)| 𝑑𝑡 (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)
C. Lintasan
Jika g dan h bernilai rill dan kontinu dari variabel t dalam interval tertutup a ≤ t ≤ b, maka
himpunan titik-titik di bidang xy dapat dinyatakan dalam bentuk parameter x = g(t),y= h(t),
a ≤ t ≤ b.Oleh karena itu,himpunan titik-titik dalam bidang kompleks juga dapat dinyatakan
dalam bentuk parametrik.
a≤t≤b
Contoh 1 :
Kurva dengan bentuk parametik
3𝜋
𝑥 = 2 cos 𝑡, 𝑦 = 2 sin 𝑡, 0≤𝑡≤ merupakan kurva mulus.
2
Gambar diatas merupakan kurva mulus, karena syarat-syarat daefinisi yang diberikan di atas
dipenuhi. Dapa dilihat bahwa c adalah busur lingkaran pada gambar. Karena parameter t
berubah-ubah dari 0 ke 3𝜋/2, kurva itu dijelajahi dalam arah berlawanan jarum jam mulai
dari titik (2,0). Jadi suatu “orientasi” diberlakukan pada C yang ditunjukan dalam gambar
dengan mata panah.
Contoh 2:
Setiap himpunan persamaan parametrik berikut mewakili suatu kurva mulus:
𝐶1 : 𝑥 = 3, 𝑦 = −𝑡 0 ≤ 𝑡 ≤ 2;
𝐶2 : 𝑥 = −6 + 3, 𝑦 = 2𝑡 − 2 0 ≤ 𝑡 ≤ 1;
𝐶3 : 𝑥 = −3 cos 𝑡, 𝑦 = 3 sin 𝑡 0 ≤ 𝑡 ≤ 𝜋;
Hasil bangun itu dilukiskan dalam gambar, di mana kita menunjukan “orientasi” setiap kurva
yang diakibatkan oleh berubah-ubah parameter sepanjang interval masing-masing. Jadi,
misalnya, karena t berubah-berubah dari 0 ke 2, 𝐶1 dijelajahi dari (3,0) ke (3,-2).
Seperti akan segera kita ketahui, suatu gabungan kurva-kurva mulus demikian akan berguna
dalam studi kita mengenai integrasi kompleks, kita aka menggunakan simbol
𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
Untuk keseluruhan kurva tersebut .
Jika C suatu kurva mulus yang dinyatakan secara parametrik seperti pada contoh 1, maka
titik C padanan nilai 𝑡 = 𝛼 dinamakan titik awal C, dan titik yanf diperoleh dari nilai 𝑡 = 𝛽
Dinamakan titik akhir C. Suatu kurva C dinamakan lintasan apabila ia terdiri dari sejumlah
berhinggah kurva mulus.
Gambar Lintasan-lintasan
𝐶1 , 𝐶2 , … , 𝐶𝑛 , tergabung satu dengan yang lain sehingga titik akhir 𝐶𝑘 berhimpit titik awal
𝐶𝐾+1 ,untuk 𝑘 = 1,2, … , 𝑛 . dari penjelasan tersebut kita dapat menamakan titik awal
𝐶1 sebagai titik awal jalur C dan titik akhir 𝐶𝑛 sebagai titik akhir C. kita menggunakan notasi
simbolik
C= 𝐶1 + 𝐶2 + ⋯ + 𝐶𝑛
Jika titik akhir lintasan C berimpit dengan titik awalnya, maka C dinamakan lintasan
tertutup, jika tidak demikian, dinamakan lintasan terbuka , jika suatu lintasan tidak
memotong dirinya sendiri maka lintasan itu dinamakan lintasan sederhana. Jika tidak
demikian, lintasan itu kita namakan lintasan berganda. Dengan bantuan gambar akan
menjadi jelas apa yang dimaksud dengan istilah terbuka sederhana, tertutup sederhana,
terbuka berganda, dan tertutup berganda.
Lintasan akan digunakan secara luas di dalam peembicaraan kita mengenai integrasi
kompleks, di mana lintasan akan menggantikan fungsi interval integrasi yang telah dikenal
baik oleh pembaca dari kalkulus elementer. Dalam proses integrasi, lintasan akan dijelajahi
dari titik awal ke titik akhirnya atau sebaliknya. Berikut suatu teorema oleh matematikawan
Perancis bernama Camille Jordan, yang disebut Teorema Kurva Jordan.
Contoh 3:
Lintasan
𝐶1 : 𝑥 = 𝑡, y= 𝑡 2 , 0 ≤ 𝑡 ≤ 2;
Adalah bagian parabola y= 𝑥 2 di antara titik (0,0) dan (2,4). Di pihak lain, lintasan yang
diberikan oleh
𝑥 = −𝑡, y= 𝑡 2 , −2 ≤ 𝑡 ≤ 0;
Adalah kurva yang sama tetapi sekarang berorientasi dari (2,4) ke (0,0) jadi, sebenarnya
himpunan persamaan yang kedua itu menyatakan – C.
D. Integral Garis
Teorema 2
Andaikan bahwa 𝜁 adalah suatu konstanta kompleks sembarang dan bahwa C + K
adalah suatu lintasan yang terdiri dari kurva mulus C dan K. andaikan lebih lanjut
bahwa integral-integral garis fungsi M(x,y) dan N(x,y) sepanjang lintasan di atas,
ada. Maka,
(2,2)
𝐶 ∶ 𝑦 = 0, 0 ≤ 𝑥 ≤ 2
K
𝐾 ∶ 𝑥 = 2, 0 ≤ 𝑦 ≤ 2
(0,0) C (2,0)
= ∫𝐶 (𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥
2
= ∫0 𝑥 𝑑𝑥
=2
= ∫𝐶 (𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥
2
= ∫0 (2 + 𝑦) 𝑑𝑦
=6
Sifat-sifat
𝛽 𝛼
1. ∫𝛼 𝑓 (𝑧)𝑑𝑧 = − ∫𝛽 𝑓(𝑧)𝑑𝑧
𝛼
2. ∫𝑐 𝑘 𝑓 (𝑧)𝑑𝑧 = 𝑘 ∫𝛽 𝑓 (𝑧)𝑑𝑧
Contoh :
2
Hitung ∫𝛾 𝑧𝑒 𝑧 𝑑𝑧 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝛾 ; garis lurus dari 𝑧0 = 𝑖 𝑘𝑒 𝑧1 = 2 + 𝑖
Penyelesaian :
𝑧0 = 𝑖 → 𝑧1 = 2 + 𝑖
(0,1) (2,1)
Persamaan garis 𝛾 ∶ 𝑦 = 1 dan mempunyai bentuk parametrik :
𝑥 = 𝑔(𝑡) = 𝑡, 𝑡 ∈ [0,2]
𝑦 = ℎ(𝑡) =1
Dari definisi fungsi kompleks diperoleh :
𝑧 = 𝑔(𝑡) + 𝑖ℎ(𝑡) = 𝑡 + 𝑖
𝑑𝑧 = {𝑔′ (𝑡) + 𝑖ℎ′ (𝑡)}𝑑𝑡 = 1. 𝑑𝑡
2 2
Karena 𝑓(𝑧) = 𝑧𝑒 𝑧 maka 𝑓 [𝑔(𝑡) + 𝑖ℎ(𝑡)] = 𝑓 (𝑡 + 𝑖 ) = (𝑡 + 𝑖)𝑒 (𝑡+𝑖)
Sehingga,
2
2 2
∫ 𝑧𝑒 𝑧 𝑑𝑧 = ∫ (𝑡 + 𝑖 )𝑒 (𝑡+𝑖) 1𝑑𝑡
0
𝛾
2 2
= ∫0 (𝑡 + 𝑖 )𝑒 (𝑡+𝑖) 𝑑𝑡 (gunakan subtitusi : 𝑢 = (𝑡 + 𝑖 )2)
1 3+4𝑖
= [𝑒 − 𝑒 −1 ]
2