Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ANAK TERPADU PADA STUNTING

Oleh :

Tutik Alawiyah
(201710300511015)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020

1. Definisi

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah
keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya. Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-
2SD), ditandai dengan    terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada
anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan
linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dua
standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan
keadaan sosial ekonomi.
2. Etiologi

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang
terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses
terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan
janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan
yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi
nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan
diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
a. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,
protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
b. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
c. Riwayat penyakit.

3. Patofisiologi

Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, masalah gizi yang


kronis pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang
tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas 2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun
yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengkonsumsi protein di bawah
kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan mengganggu pertumbuhan berat
dan tinggi badan.
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 49,5%
wanita hamil yang mengkonsumsi protein dibawah
kebutuhan minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang di kandung. Selain asupan
yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi
lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkatan kerawanan anak terhadap penyakit
infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak anak menjadi pendek.

4. Tanda dan gejala


a. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat ba pada keterlambatan tumbuh intra
uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.
b. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun.
c. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan hormonal.
d. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
e. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat

5. Faktor yang mempengaruhi

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan protein, sering
mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi
stunting meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses
pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan. Menurut laporan UNICEF (1998)
beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :

1. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan akan mengalami
stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak – anak akan terjadi
deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara
optimal di sekolah, di bandingkan dengan anak – anak yang tinggi badannya normal. Anak – anak dengan
stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya
dimasa yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan
stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi
berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan
infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi
makanan yang berada dibawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan
jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang
hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi
wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.

6. Penilaian stunting secara antropometri

Untuk menentukan stunting pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan
menurut umur dilakukan pada anak usia diatas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan
antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi.
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan seperti berikut :
1. Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan WHO. Standarisasi
pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-score untuk
usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui
perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untukusia/tinggi yang sama,
dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-score antara
lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga
memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran antopometri.
2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunting) adalah penting dalam mengevaluasi
kesehatan dan status gizi anak – anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan
klasifikasi gizi kurang dengan stunting sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan
pengukuran pada anak balita berdasarkantinggi badan menurut Umur(TB/U)

7. Dampak

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah
dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Apabila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara
pekerjaan menjadi besar dantidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itudari aspek
estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting  yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan
kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie,2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk
pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam
jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.

1) Dampak Jangka Pendek.

a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;


b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
c. Peningkatan biaya kesehatan

2) Dampak Jangka Panjang.

a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

8. Pencegahan stunting
1) Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi. Penanggulangan stunting yang paling efektif
dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan, yaitu :
a. Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil
perlu mendapat makanan yang baik,sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau
telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada
ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
b. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus
dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A,
taburia, imunisasi dasar lengkap.
2) Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
a. Kebutuhan gizi ibu saat hamil
Pada seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya digunakan untuk kegiatan rutin
dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam
tubuh. Proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk perkembangan jaringan
baru yaitu janin, plasenta, uterus, serta kelenjar mammae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya
dan bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bias terpenuhi. Makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau
pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu
proses pertumbuhan.

b. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui


Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi
kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dalam ASI. Jika kekurangan
unsur ini maka terjadi dari jaringan (deposit) dalam tubuh, akibatnya ibu akan mengalami
kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan
untuk minum sebanyak 2 – 2,5 liter (8-10gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan
minum air buah.
a) Kebutuhan Gizi Bayi 0 –  12 bulan
Pada usia 0 –  6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI).ASI adalah makanan terbaik
bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan
sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20
menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini
dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi
ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 –  2 liter perhari.
b) Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan motorik
meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari,
lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan
kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat
gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap
diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan
anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan
penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna.

9. Penatalaksanaan
Pengobatan pada stunting antara lain :
a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi otot.
Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan
kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka,fungsi kekebalan dan pengembangan
fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme energi. Sumber
zat besi antara lain: hati, telur,ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, memproduksi sel
darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-
kacangan, sereal dan sayur-sayuran.
10. Peran perawat
Peran perawat pada anak stunting adalah :
1. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan
adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien
melakukan ambulasi dini

2. Sebagai Advocat keluarga


Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
mengintrepretasikan infomasi dari berbagai pemberi pelayanan dan informasi yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapat ditunjukkan dengan memberikan
penjelasan tentang prosedur tindakan pengukuran pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang akibat gizi yang tidak memadai.

3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien,
tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan
dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu
sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan stunting
(bayi pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
 
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan
keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat.

11. Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin
lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah
dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal
ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori
dalam waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan
dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
d. Riwayat penyakit alergi
Meliputi pengkajian terkait riwayat alergi yang dimiliki pasien, untuk mencegah terjadinya keslahan
dalam melakukan pemberian obat, makanan dll.
e. Riwayat imunisasi
Meliputi pengkajian terkait riwayat imunisasi apa saja yang sudah didapatkan, pada usia berapa saja
mendapatkan imunisasi tesebut dan reaksi pasca imunisasi.
f. Riwayat tumbuh kembang
1. Riwayat prenatal : meliputi pengkajian terkait kehamilan anak seperti keluhan yang dialami saat hamil,
riwayat pengobatan, asupan nutrisi saat hamil.
2. Riwayat natal : meliputi pengkajian terkait riwayat kelahiran anak, dan kendala selama melahirkan.
3. Riwayat post natal : meliputi pengkajian terkait kondisi anak setelah dilahirkan.
4. Pertumbuhan : anak usia 1- 3 tahun
a. Tinggi dan berat badan
Menurut Kementerian Kesehatan RI, tinggi badan ideal anak berusia satu tahun adalah 68,9-79,2
sentimeter (perempuan) dan 71-80,5 sentimeter (laki-laki). Sedangkan berat badan idealnya adalah
7-11,5 kilogram (perempuan) dan 7,7-12 kilogram (laki-laki).
b. Perubahan fisik

Di usia ini, kekuatan otot dan keseimbangan Si Kecil sudah berkembang sehingga memudahkannya
untuk berdiri tanpa bantuan siapapun selama beberapa saat. Ia juga sudah bisa mengambil benda
kecil di antara ibu jari dan jari telunjuk. Kemampuan tersebut memungkinkan dirinya untuk
memberi makan sendiri, menulis dengan krayon, dan membangun menara balok.

c. Kemampuan berkomunikasi

Si Kecil sudah bisa mengucapkan kata pertamanya, bahkan menyatukan dua kata sekaligus. Misalnya
"mama", "papa", "mama kemana", dan kata lainnya. Meskipun kosakatanya masih terbatas, di usia
ini ia sudah bisa melakukan perintah sederhana yang diminta ibu. Misalnya memegang sendok
sendiri, menumpuk balok mainan, dan perintah sederhana lainnya.
d. Kemampuan Sosial

Tipikal anak berusia 1 tahun adalah malu saat bertemu orang baru atau yang tidak dikenalinya. Jadi,
jangan heran jika Si Kecil akan lebih senang berada di sekitar ibu dan menangis saat ibu hendak
meninggalkannya sendirian.

5. Perkembangan : anak usia 1 – 3 tahun


a. Kemampuan Motorik
Anak berusia satu tahun umumnya sudah bisa berdiri tegak tanpa bantuan orang lain dan bisa berjalan
perlahan. Ia juga sudah bisa bangun sendiri tanpa bantuan ibu.

b. Kemampuan Bahasa
Biasanya pada usia ini ia sudah bisa merespon pertanyaan yang diberikan ibu meskipun kosakata yang
dimilikinya masih terbatas. Misalnya ia bisa menganggukan kepala atau menggoyangkan tangan
untuk merespon pertanyaan. Ia juga sudah mencoba mengikuti kata-kata seperti mengucap “Mama”
atau “Ibu”.

c. Kemampuan Kognitif
Pada usia ini ibu mesti berhati-hati karena si kecil sudah pandai meniru gerakan orang di sekitarnya. Ia
juga sudah bisa memindahkan beberapa barang, minum dari gelas, serta melakukan perintah
sederhana yang diminta ibu.

6. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial menurut Ericson untuk anak usia 18 bulan – 3 tahun adalah Otonomi vs
Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt,) Kemampuan anak untuk melakukan
beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara.
Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan
dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang
anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang
mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu
terhadap kemampuan dirinya sendiri.

7. Perkembangan psikoseksual
Perkembangan psikoseksual menurut sigmund freud untuk anak usia 1 – 3 tahun adalah pada fase anal.
Pada tahap anal freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih
dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar
mengendalikan kebuthan tubuhnya. Menurut freud keberhasilan pada tahap ini tergantung cara orang
tua melakukan pendekatan pelatihan toilet pada anak. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan
penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil yang positif dan
membantu anak – anak agar merasa mampu dan produktif.
g. Pemeriksaan fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan
dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:
a. keadaan umum meliputi status kesadaran dan tanda-tanda vital
b. pmeriksaan fisik head to toe dimulai dari
1. Kepala : kesimetrisan, bentuk kepala, persebaran rambut, warna rambut,
2. Mata : kesimetrisan, warna kornea, reaksi pupil, adakah edema atau luka.
3. Telinga : kesimetrisan, bentuk telinga, adakah lesi, luka perdarahan atau edema
4. Hidung : kesimetrisan, adakah polip, perdarahan, edem
5. Mulut : membran mukosa, keadaan gigi, gusi, caries
6. Leher : kesimetrisan, adakah JVD, defisensi trakea
7. Dada , paru – paru : kesimetrisan, bentuk dada, adakah otot bantu nafas, adanya suara nafas
tambahan
8. Jantung : adakah ictus cordis, suara bunyi jantung dan suara bunyijantung tambahan
9. Abdomen : bentuk abdomen, adakah massa atau benjolan, nyeri tekan
10. Genetalia : kebersihan, adakah lesi, benjolan atau nyeri tekan
11. Punggung atau tulang belakang : adakah lesi atau kelaina bentuk tulang belakang, nyeri tekan atau
fraktur
12. Ekstermitas : kesimetrisan otot, adakah deformitas, fraktur, luka, edema
13. Neurologi
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht, transferin

2. Diagnosa keperawatan, intervensi dan luaran


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi tertahan
b. Gangguan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d keabnormalan masa protombin
d. Gangguan eliminasi urin b/d imaturitas
e. Defisit nutrisi b/d keengganan makan
f. Gangguan tumbuh kembang b/d ketidakmampuan fisik
No SDKI SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
efektif b/d sekresi tertahan keperawatan selama 2 .X 12 jam (1.01011)
(D.0001) didapatkan kriteria hasil
bersihan jalan nafas (L.01001) : 1. Monitor pola nafas

1. Batuk efektif (5)


2. Monitor bunyi nafas

2. Produksi sputum (5) tambahan

3. Wheezing (5) 3. Monitor sputum

4. Ronkhi (5) 4. Posisikan semi fowler

5. Dispnea (5) 5. Lakukan fisioterapi


dada jika perlu

6. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detk

7. Berikan oksigen, jika


perlu

8. Ajarkan teknik batuk


efektif
2 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1.03119)
keengganan makan keperawatan selama 2 x 12 jam 1. Identifikasi status
(D.0019) didapatkan kriteria hasil status nutrisi
nutrisi (L.03030) : 2. Identifikasi alergi dan
1. Berat badan (5) intoleransi makanan
2. IMT (5) 3. Identifikasi makanan
3. Frekuensi makan (5) yang disukai
4. Nafsu makan (5) 4. Identfikasi kebutuhan
5. Membrane mukosa (5) kalori dan jenis
nutrient
5. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
6. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
8. Anjurkan posisi duduk
9. Ajarkan diet yang
diprogramkan
10. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (antlemetik)
3 Gangguan tumbuh kembang Setelah dilakukan tindakan Perawatan perkembangan
b/d ketidakmampuan fisik keperawatan selama 2 x 12 jam (1.10339) :
(D.0106) didapatkan kriteria hasil status 1. Identifikasi pencapaian
perkembangan (L.10101) : tugas perkembangan
1. Keterampilan/perilaku anak
sesuai usia (5) 2. Identifikasi isyarat
2. Kemampua melakukan perilaku dan fisiologis
perawatan diri (5) yang ditunjukkan
3. Respon sosial (5) 3. Motivasi anak
4. Kontak mata (5) berinteraksi dengan
5. Afek (5) anak lain
4. Sediakan aktivitas
yang memotivasi anak
berinteraksi dengan
anak lain
5. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan
balik atas usahanya
6. Pertahankan
kenyamanan anak
7. Anjurkan orangtua
berinteraksi dengan
anaknya
8. Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
9. Ajarkan anak Teknik
asertif
10. Rujuk untuk konseling,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi,S.Kp dan Yuliani Rita,S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak (edisi 1). Jakarta : CV. Sagung Seto

Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action Publishing

http://www.infogizi.com/94/pencegahan-dan-pengobatan-gizi-buruk-pada-anak.html

Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI ISSN 2442-765


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa:Tutik Alawiyah


Nim : 201710300511015
Tanggal Pengkajian :

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama :

b. Tanggal lahir : Usia : 2 tahun

c. Anak ke : dari : bersaudara

d. Jenis kelamin :

e. Nama ayah :

f. Nama ibu :

g. Pekerjaan ayah :

h. Pekerjaan ibu :

i. Alamat :

j. Kultur :

k. Agama :

l. Pendidikan px/ayah/ibu :

m. Pemberi informasi :

II. KELUHAN UTAMA

a. MRS :

b. Saat Pengkajian : kondisi pasien berbeda dengan teman sebayanya BB pasien tidak ideal
dengan umurnya yaitu 8,9 dimana idealnya anak sepantarannya memiliki BB 9,7- 15-3 kg pada
saat lahir pasien dengan berat badan 1,7 dan mempunyai latar belakang perekonomian keluarga
cukup sulit sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi menunjukan kondisi
fisik yang berbeda dengan teman sebayanya
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

a. Prenatal :

b. Natal :

c. Post Natal :

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit masa lalu :

b. Riwayat dirawat di RS :

c. Riwayat penggunaan

Obat-obatan :

d. Riwayat tindakan medis :

e. Riwayat alergi :

f. Riwayat kecelakaan :

g. Riwayat imunisasi :

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Penyakit genetic :

b. Genogram :
VI. RIWAYAT SOSIAL

a. Yang mengasuh : ibu dan ayah

b. Hub. Dengan anggota :

Keluarga

c. Hub. Dengan teman :

Sebaya

d. Lingkungan rumah :

VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR (Di RS dan Rumah)

Dirumah Dirumah sakit

Cairan

Makanan / nutrisi

Personal hygiene

Eliminasi

Aktivitas bermain
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

a. Diagnose medis :

b. Status oksigenasi :

c. Status nutrisi : kurang memenuhi karean mempunyai latar belakang perekonomian


keluarga cukup buruk

d. Status cairan :

e. Status eliminasi :

f. Obat-obatan sekarang :

g. Hasil Px. Penunjang :

h. Tindakan operasi :

i. Tindakan keperawatan :

j. Lain-lain :

IX. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum :

b. Tanda vital :

c. Pengukuran atopometri : 8,9 kg

d. Pemeriksaan kepala & leher

1. Mata :

2. Telinga :

3. Hidung :

4. Mulut :

5. Wajah :

6. Leher :

e. Pemeriksaan integument :

f. Thorax

1. Paru :

2. Jantung :
g. Abdomen :

h. Genitalia :

i. Punggung :

j. Ekstremitas & :

Musculoskeletal

k. Status neurologi :

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI

a. Motorik kasar :

b. Motorik halus :

c. Adaptasi sosial :

d. Bahasa :

XI. INFORMASI LAIN/Px. PENUNJANG


Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Do : kondisi pasien berbeda Defisit nutrisi Kurangnya asupan makan
dengan teman sebayanya bb
8,9 sedangkan idealnya anak
lainya memiliki bb 9.7-15,3
kg dan pada saat lahir hanya
memiliki bb 1,7 kg

Ds : perekonomian keluarga
kurang mencukupi untuk
memberikan makanan yang
bergizi

Ganguan proses keluarga Perubahan finansial keluarga

Ds : ibu pasien mengatakan


mempunyai latar belakang
perekonomian keluarga
cukup buruk sehingga sulit
untuk memenuhi kebutuhan
makanan yang bergizi

Do : kondisi pasien tampak


berbeda dengan teman
sebayanya
Prioritas berdasarkan diagnosa pasien

Dx Luaran Intervensi
Defisit nutrisi bd kurang  Status nutrisi cukup  Manajemen nutrisi
asupan makan dd berat meningkat (4)  Manajemen ganguan
badan menurun minimal  Berat badan cukup makan
10% di bawah rentang meningkat (4)
ideal  Edukasi nutrisi
 Prilaku meningkatkan
berat badan  Pemantauan nutrisi
meningkat (5)  Pemantauan tanda
vital
 Pemberian makanan

 Identifikasi respon
Ganguan proses keluarga  Memberi pengertian emosional terhadap
bd perubahan finansial kepada anak/anggota kondisi saat ini
keluarga dd keluarga keluarga cukup  Dengarkan masalah
tidak mampu memenuhi meningkat (4) perasaan dan
kebutuhan  Kebutuhan fisik pertanyaan keluarga
fisik/emosial/spritual anak/ anggota  Terima nilai nilai
anggota keluarga keluarga keluarga dengan cara
terpenuhicukup yang tidak
meningkat(4) menghakimi
 Keinginan  Diskusi rencana
meningkatkan peran medis dan perawatan
menjadi orang tua  Fasilitasi
cukup meningkat(4) pengungkapan
perasaan antara
pasien dan keluarga
atau antar anggota
keluarga
 Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar
keluarga (mis.temapt
tinggal,makanan,paki
an)
 Memberikan promosi
kesehataan
Implementasi

No. Tanggal / Jam Implementasi TTD Perawat


1. 8 juni 2020  Memanajemen nutrisi Tutik Alawiyah
 Memanajemen
ganguan makan
 Medukasi nutrisi
 Memantau nutrisi
 Memantau tanda vital
 Memberikan
makanan

2. 9 juni 2020 Tutik Alawiyah

 Mendengarkan
masalah perasaan dan
pertanyaan keluarga
 Menerima nilai nilai
keluarga dengan cara
yang tidak
menghakimi
 Memberikan promosi
kesehatan
Evaluasi

No. Evaluasi TTD


1. S: Tutik Alawiyah
O : - status nutrisi cukup meningkat (4)
- berat badan cukup meningkat (4)
- prilaku meningkatkan berat badan meningkat(5)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2. Tutik Alawiyah
S : pasien mengatakan mempunyai latar belakang
perekonomian keluarga cukup buruk sehingga sulit
untuk memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi
O : - memberikan pengertian kepada anak/anggota
keluarga cukup meningkat (4)
- kebutuhan fisik anak/ anggota keluarga
terpenuhi cukup meningkat (4)
- keinginan meningkatkan peran menjadi orang
tua cukupmeningkat (4)
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai