Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Teddy Ilhamsyah
Nim : B10020086

Soal :
1. Apa perbedaan antara : akal, nalar, logika dan argumentasi hukum serta kaitainnya antara satu
dengan yg lain

Jawab:
logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica
scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang kita kenal dengan sebutan logika saja. Berbeda
dengan logika, penalaran adalah kegiatan akal budi dalam memahami makna setiap terminologi
dalam suatu proposisi, menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lain dan menarik
kesimpulan atas dasar proposisi-proposisi tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penalaran merupakan sebuah bentuk pemikiran. Pada
dasarnya, pengertian, proposisi, dan penalaran memiliki hubungan yang tak terpisahkan, sebab
penalaran mensyaratkan proposisi dan proposisi mengandaikan pengertian. Tidak ada proposisi
tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Penalaran hukum adalah penerapan
prinsip berpikir lurus (logika) dalam memahami prinsip, aturan, data, fakta, dan proposisi hukum.
Dalam mempelajari penalaran hukum, logika dipahami secara lebih sempit, yaitu sebagai ilmu
tentang penarikan kesimpulan secara valid dari berbagai data, fakta, persoalan, dan proposisi
hukum.
Arti penalaran hukum atau legal reasoning tidak menunjukkan bentuk planarian lain di luar
logika, melainkan penerapan asas berpikir dari logika dalam bidang hukum itu sendiri. Dalam
pengertian lain, tidak ada penalaran hukum di luar logika, dan tidak ada penalaran hukum tanpa
logika Pada dasarnya, penalaran hukum memperlihatkan eratnya hubungan antara logika dan
hukum. Logika merupakan ilmu tentang bagaimana berpikir secara tepat dan dapat memikirkan
hukum, atau sebaliknya ide, gagasan, dan opini hukum pada dasarnya bersifat logis juga. Dengan
adanya penalaran hukum, hukum bukan dipahami sekedar hafalan pasal belaka saja, hukum juga
bukan sekedar norma atau aturan yang ditetapkan otoritas tertinggi dan wajib diikuti.
Akan tetapi, hukum harus didasari pada sifat logis, sebab logis adalah salah satu karakter atau
sifat dasar hukum. Penalaran hukum juga dapat diartikan sebagai cara lawyer dan hakim dalam
berbicara mengenai hukum di ruang publik. Istilah ini merupakan istilah yang dipakai untuk
melabeli berbagai aktivitas dalam dunia hukum, antara lain proses mental yang bekerja dalam
pengambilan keputusan hukum, identifikasi kasus, interpretasi, evaluasi fakta hukum, pilihan
aturan hukum, penerapan hukum dalam kasus, penyusunan pertimbangan, penyusunan argumen,
opini atau pendapat hukum. Perlu diketahui bahwa semua aktivitas tersebut didasarkan pada cara
bernalar atau berlogika yang tepat, alias logika hukum.
Legal reasoning merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai peneliti hukum, sebab tanpa
adanya pemahaman terhadap penalaran hukum, maka seorang peneliti akan kehilangan arah dan
menemui kesulitan dalam mensistematisasikan bahan hukum, sehingga mempengaruhi kualitas
ilmiah kesimpulan penelitiannya. Selain menggunakan terminologi legal reasoning, penalaran
hukum juga dikenal sebagai argumentasi hukum. Menurut Golding, terminologi legal reasoning
dapat digunakan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, legal reasoning berkaitan dengan
proses psikologis yang dilakukan hakim untuk sampai pada putusan atas kasus yang dihadapinya.
Sedangkan, legal reasoning dalam arti sempit berkaitan dengan argumentasi hukum yang
melandasi suatu keputusan. Artinya, legal reasoning dalam arti sempit menyangkut kajian logika
dari suatu putusan, yakni hubungan antara reason berupa pertimbangan, alasan, putusan, serta
ketepatan alasan atau pertimbangan lainnya yang mendukung putusan tersebut.
Sedangkan Argumentasi Hukum Argumentasi hukum merupakan kegiatan untuk mencari dasar
hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum
seperti perjanjian, transaksi perdagangan, dan lainnya. Selain itu, pencarian dasar hukum juga bisa
dilakukan pada kasus pelanggaran hukum pidana, perdata, maupun administrasi, dan
memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.
Dapat disimpulkan secara singkat bahwa logika merupakan cabang ilmu yang penting dipahami
oleh peneliti hukum. Sebab, logika adalah bagaimana cara berpikir secara tepat, memikirkan ide,
gagasan, dan opini hukum yang pada dasarnya harus bersifat logis juga. Logika memiliki
hubungan yang erat dengan penalaran hukum. Eksistensi penalaran hukum menunjukkan bahwa
hukum bukan dipahami sekedar hafalan pasal belaka saja, melainkan hukum harus didasari pada
sifat logis. Sebagai catatan, penalaran hukum juga kerap digunakan dengan menggunakan
terminologi lain yakni legal reasoning dan argumentasi hukum.

Anda mungkin juga menyukai