Anda di halaman 1dari 9

LGBT

Makalah disusun untuk tugas mata ‘’Masail Fikhiyah’’


Dipresentasikan pada:Rabu , 3 Mei 023

Dosen Pengampu:
Subhan Fathul A

Disusun oleh kelompok 7 /PAI K:


Mualim Sirojul Imdad (201200340)
Muhamad Zaki (201200342)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), dianggap sebagai masalah yang tidak
asing lagi bagi kita. Kita sudah tidak asing lagi dengan masalah ini. Definisi LGBT sendiri
beragam. Menurut Wikipedia, Lesbian adalah sebutan bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan.

Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual
atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual (bisexual) adalah
individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis
kelamin baik pria ataupun wanita

Transgender adalah ketidaksesuaian identitas gender seseorang dengan jenis kelamin


yang ditetapkan kepadanya. jenis kelamin yang ditetapkan untuk mereka. Seorang transgender
dapat mengidentifikasi dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, atau aseksual.

Untuk mengetahui lebih jelas dan detail mengenai LGBT, kami akan membahasnya
dalam makalah makalah yang berjudul "LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender)" di
bawah ini.

B. Rumusan Masalah

1 Bagaiamana pengertian LGBT ?

2 Bagaiamana pandangan islam terhadap LGBT ?

3 Bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku LGBT ?


BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian LGBT
LGBT merupakan sebuah singkatan dari Lesbian, Gay, Bisex dan
Transgender di sini saya akan jabarkan dahulu pengertian LGBT tersebut secara
global sebelum pembaca mengenal lebih jauh tentang dunia LGBT: Lesbian
adalah orientasi seksual seorang perempuan yang hanya mempunyai hasrat
sesama perempuan, Gay merupkan orientasi seksual seorang pria yang hanya
mempunyai hasrat sesama pria, Bisex yakni sebuah Orientasi Sexsual Seorang
Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik Pria/Wanita, dan Transgender
adalah sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi
dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal: Waria). 1
Dari semua definisi diatas walaupun berbeda dari sisi pemenuhan
seksualnya, akan tetapi kesamaanya adalah mereka memiliki kesenangan baik
secara psikis ataupun biologis dan orientasi seksual bukan saja dengan lawan jenis
akan tetapi bisa juga dengan sesama jenis. Lesbian, Gay, Bisexual dan
Transgender (LGBT) merupakan penyimpangan orientasi seksual yang
bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat Indonesia.
B. LGBT dalam Perspektif Hukum Islam
Dalam Islam, LGBT dikenal dengan dua istilah yaitu Liwath (gay) dan
Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki
dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath
adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth „Alaihis
salam, karena kaum Nabi Luth „Alaihis salam adalah kaum yang pertama kali
melakukan perbuatan ini (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT
menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy) dan melampui
batas (musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran:

1
Musti’ah, LESBIAN GAY BISEXUAL AND TRANSGENDER (LGBT): PANDANGAN ISLAM, FAKTOR
PENYEBAB, DAN SOLUSINYA, Vol. 3, jurnal Pendidikan Sosial, 2016, hlm 261.
ً َ‫سبَقَ ُك ْمً بِ َهاً ِم ْنً أَ َحدًٍ ِمن‬
َ ً‫شةًَ َما‬ ِ َ‫َولُوطًاً إِذًْ قَالًَ ِلقَ ْو ِم ِهً أَتَأْتُونَ ً ْالف‬
َ ‫اح‬
ً‫اءً َب ْلً أَ ْنت ُ ْمً قَ ْو ٌم‬
ِ ‫س‬َ ‫الن‬ ِ ‫ش ْه َوةً ِم ْنً د‬
ِ ً‫ُون‬ ِ ً َ‫)ً ِإنَّ ُك ْمً لَتَأْتُون‬80( ً َ‫ْال َعالَ ِمين‬
َ ًَ‫الر َجال‬
81(ً َ‫ُمس ِْرفُون‬
Artinya : Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan
perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia
ini) sebelum kalian?" Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah
kaum yang melampaui batas."

Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama


wanita dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota
tubuh (farji‟)nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan
kelezatan dalam berhubungan tersebut (Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, Juz 4/hal.
51).

Hukum Sihaaq (lesbian) sebagaimana dijelaskan oleh Abul Ahmad


Muhammad Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulky (Hukmu al liwath wa
al Sihaaq, hal. 13) adalah haram berdasarkan dalil hadits Abu Said Al-Khudriy
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan
Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata:

“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang
wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut
dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan
wanita lainً”

Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt berikut


dengan dorongan jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan naluri adalah naluri
melestarikan keturunan (gharizatu al na‟u) yang diantara manifestasinya adalah
rasa cinta dan dorongan seksual antara lawan jenis (pria dan wanita). Pandangan
pria terhadap wanita begitupun wanita terhadap pria adalah pandangan untuk
melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan diciptakan
naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara
pasangan suami istri.

Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan


kaum LGBT saat ini adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan
masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari
kehidupan (fash al ddin „an al hayah). Masyarakat sekular memandang pria
ataupun wanita hanya sebatas hubungan seksual semata. Oleh karena itu, mereka
dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dan pikiran-pikiran yang
mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka
membangkitkan naluri seksual, semata-mata mencari pemuasan. Mereka
menganggap tiadanya pemuasan naluri ini akan mengakibatkan bahaya pada
manusia, baik secara fisik, psikis, maupun akalnya. Tindakan tersebut merupakan
suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sistem dan gaya hidup mereka,
Tidak puas dengan lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari
pemuasan melalui sesama jenis bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini
merupakan kebebasan bagi mereka.2

C. Hukuman bagi pelaku LGBT


1 Ijma para ulama tentang hukuman bagi pelaku homoseksual:
a. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa praktek homoseksual tidak
dikategorikan zina dengan beberapa alasan. Pertama, karena tidak
adanya unsur (kriteria) kesamaan antara keduanya. Unsur menyia-
nyiakan anak dan ketidak jelasan nasab (keturunan) tidak didapatkan
dalam praktek homoseksual. Kedua, berbedanya jenis hukuman yang
diberlakukan para sahabat. Berdasarkan kedua alasan ini Abu Hanifah
berpendapat bahwa hukuman terhadap pelaku homoseksual adalah
ta’zir yaitu diserahkan kepada penguasa atau pemerintah.

2
Ibid, hlm 264
b. Muhammad Ibn Al-Hasan As-Syaibani dan Abu Yusuf, praktek
homoseksual dikategorikan zina karena adanya beberapa unsur
kesamaan antara keduanya. Pertama tersalurkannya syahwat pelaku.
Kedua, tercapainya kenikmatan. Ketiga, tidak diperbolehkan dalam
Islam. Keempat, menumpahkan air mani. Berdasarkan alasan tersebut,
Muhammad Ibn Al-Hasan As-Syaibani dan Abu Yusuf berpendapat
bahwa hukuman yang dikenakan kepada pezina jika pelakunya
muhshan (sudah menikah), maka dihukum rajam (dilempari batu
sampai mati). Sedangkan gair muhshan (belum menikah), maka
dihukum cambuk dan diasingkan selama satu tahun.
c. Menurut Imam Malik, praktek homoseksual dikategorikan zina dan
hukuman yang setimpal untuk pelakunya adalah dirajam, baik
pelakunya muhshan (sudah menikah) atau gair muhshan (belum
menikah).
d. Menurut Imam Syafi’i, praktek homoseksual tidak dikategorikan zina,
tetapi terdapat kesamaan, yaitu keduanya sama-sama merupakan
hubungan seksual yang terlarang dalam Islam. Hukuman untuk
pelakunya apabila pelakunya muhshan (sudah menikah), maka
dihukum rajam, Sedangkan apabila pelakunya gair muhshan (belum
menikah) maka dihukum cambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan
selama satu tahun.
e. Menurut Imam Hambali, praktek homoseksual dikategorikan zina.
Mengenai jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya, beliau
mempunyai dua riwayat (pendapat). Pertama, dihukum sama seperti
pezina. Jika pelakunya muhshan (sudah menikah) maka dihukum
rajam. Jika pelakunya gair muhshan (belum menikah) maka dihukum
cambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Kedua,
dibunuh dengan cara dirajam, baik itu muhshan ataupun gair muhshan.
3

2 Hukuman bagi pelaku lesbian dalam pandangan Islam

3
Ramlan Yusuf Rangkuti, “Homoseksual dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurnal Syari’ah dan Hukum, h.120.
Ulama telah sepakat bahwa praktek lesbian adalah haram secara
mutlak dan tidak ada ikhtilaf di antara mereka dalam masalah ini. Bahkan,
perbuatan ini disebut sebagai zina perempuan (zaniyyun-nisa’). Hal ini
berdasarkan dari sabda Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Praktek
lesbi adalah zina perempuan di antara mereka”4. Ibnu Qudomah dalam
Al-Mughni mengatakan, “Apabila dua perempuan saling bergesekan
(lesbi) maka keduanya telah berzina”. 5
Ulama telah sepakat bahwa hukuman bagi pelaku lesbi adalah
ta’zir, di mana pemerintah memiliki wewenang untuk memberikan
hukuman yang paling tepat sehingga hukuman itu bisa memberikan efek
jera bagi pelaku.
3 Hukuman bagi pelaku biseksual dan transgender
Biseksual dan transgender merupakan perbuatan tercela dan
dilaknat oleh Allah Subhaanahu Wata’ala. Keinginan untuk tampil
berlawanan jenis kelamin yang dimiliki dari lahir. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas: “Sesungguhnya Baginda Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam
melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang
menyerupai laki-laki”.6Dari hadist diatas telah disimpulkan bahwa
biseksual dan transgender hukumnya haram, karena telah melanggar
kodrat sebagai manusia.

4
Khathib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, Pustaka, Dar Al-Sa’adah, Vol IX, h.30
5
Ibn Qudomah, Al-Mughni, Vol 10, h.162.
6 12
Sinyo, Anakku Bertanya Tentang LGBT (Jakarta Elex Media Komputindo, 2014), h. 9. Tafsir Al-Azhar, h. 343.
BAB IV

KESIMPULAN

LGBT merupakan sebuah singkatan dari Lesbian, Gay, Bisex dan Transgender di sini
saya akan jabarkan dahulu pengertian LGBT tersebut secara global sebelum pembaca mengenal
lebih jauh tentang dunia LGBT: Lesbian adalah orientasi seksual seorang perempuan yang hanya
mempunyai hasrat sesama perempuan, Gay merupkan orientasi seksual seorang pria yang hanya
mempunyai hasrat sesama pria, Bisex yakni sebuah Orientasi Sexsual Seorang Pria/Wanita yang
menyukai dua jenis kelamin baik Pria/Wanita, dan Transgender adalah sebuah Orientasi seksual
seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal: Waria)

LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama
terlebih lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia, yang
lebih penting Allah swt dan Rasulullah melaknat perbuatan kaum Nabi Luth ini. Oleh karena itu,
sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang seolah atas
nama HAM membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju
kerusakan yang lebih parah.

Urgensitas penerapan syariah Islam dalam bingkai Khilafah Islam dengan seperangkat
aturan dan konsep dalam mengatur hubungan diantara pria dan wanita. Aturan Islam akan
senantiasa membentuk ketakwaan individu, memberi dorongan kepada masyarakat untuk saling
menasihati dan menciptakan lingkungan Islami serta negara yang menindak tegas para pelaku
LGBT sebagai fungsi pencegah dan penebus dosa.
REFERENSI

Musti’ah, LESBIAN GAY BISEXUAL AND TRANSGENDER (LGBT): PANDANGAN


ISLAM, FAKTOR PENYEBAB, DAN SOLUSINYA, Vol. 3, jurnal Pendidikan Sosial, (2016)
Ramlan Yusuf Rangkuti, “Homoseksual dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurnal
Syari’ah dan Hukum,
Khathib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, Pustaka, Dar Al-Sa’adah, Vol IX,
Ibn Qudomah, Al-Mughni, Vol 10,
12
Sinyo, Anakku Bertanya Tentang LGBT (Jakarta Elex Media Komputindo, h. 9. Tafsir
Al-Azhar, (2014)

Anda mungkin juga menyukai