Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teologi

Gracia Deo ISSN 2655-6863 (online); 2655-6871 (print)


http://e-journal.sttbaptisjkt.ac.id/index.php/graciadeo Volume 2, No. 2, Januari 2020 (109-118)

Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama

Desti Samarenna
Sekolah Tinggi Teologi Internasional Harvest, Semarang
destisamarenna@gmail.com

Abstract
Research aims to explain leadership in the Old Testament to find out ideally and pragmatically
spiritual leadership has essential philosophical principles and in the pragmatic level the leadership
is manifested in the light of philosophical principles with a theological ethical nuance. This attitude
needs to be emphasized by noting that a Christian leader is an individual who has been redeemed
by God, by whom he must be sure that he is called by God to assume the responsibility given. In
writing this scientific paper, the writer uses the research method namely: The author obtains data
through library research that is the writing books and lecture dictates. Based on the entire
discussion, the following conclusions can be drawn: First, the Leader gives influence. This means
that a church or organization without a leader will not produce an order of values and good
results. Second, the leadership model. This means that there are several leadership models that can
be applied in church leadership and leadership in non-Christian institutions.
Keywords: Christian leadership; leadership; Old Testament

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk menjelaskan kepemimpinan dalam Perjanjian Lama untuk mengetahui
secara idealis maupun pragmatis kepemimpinan rohani itu memiliki prinsip-prinsip filosofis yang
esensial dan dalam tataran pragmatis kepemimpinan itu diwujudkan dalam terang prinsip-prinsip
filosofis yang bernuansa etis teologis. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa
seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus
yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab yang diberikan. Dalam
penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian yaitu: Penulis memperoleh data
melalui penelitian kepustakaan yaitu buku-buku penulisan serta diktat-diktat perkuliahan.
Berdasarkan seluruh pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama,
Pemimpin itumemberikan pengaruh. Artinya gereja atau organisasi tanpa pemimpin tidak akan
menghasilkan tatanan nilai dan hasil yang baik. Kedua, model kepemimpinan. Artinya ada
beberapa model kepemimpinan yang bisa diterapkan dalam kepemimpinan gereja dan
kepemimpinan pada lembaga-lembaga non-Kristen.
Kata kunci: kepemimpinan; kepemimpinan Kristen; Perjanjian Lama

PENDAHULUAN
Kepemimpinan, adalah seseorang yang memiliki para pengikut.1 Peran pemimpin
adalah menciptakan para pengikut sehingga seorang pemimpin harus mempunyai pengaruh
yang sangat baik untuk dapat memimpin. Kepemimpinan seseorang yang dapat
mempengaruhi dan melakukan perintah. Jadi sebagai orang yang memiliki citra dalam
kepemimpinan haruslah orang yang memiliki daya tari baik lewat pengaruh dalam
1
Thomas, Kepemimpinan yang Efektif (Jakarta: Rajawali, 1986), 4.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 109


Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama (Desti Samarenna)

pengambil keputusan yang dapat memberikan pandangan serta solusi yang tepat. Sangat
penting bagi seorang pemimpin memiliki pengaruh yang baik dan dapat menjadi teladan
sehingga menjadikannya pemimpin yang baik dan berotoritas.
Dalam perjanjian Lama, ada berbagai kepemimpinan yang dilakukan. Ini berbicara
tentang orang-orang yang terpilih dan memiliki kemampuan dalam memimpin. Sondang
memberikan pandangan bahwa kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki
kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain yang melibatkan keseluruhan aktivitas dalam rangka mempenagruhi orang-orang agar
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang akan dicapai bersama. Dalil dasar
kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Kepemimpinan didasarkan
kepada Allah, oleh kehendakNya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi
dalam konteks pelayanan menjadi pemimpin. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini
adalah untuk pelayanan memimpin. Dengan demikian, ia harus memiliki kesadaran diri
sebagai telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin.

METODOLOGI
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
studi kepustakaan. Penulis memperoleh data melalui penelitian kepustakaan yaitu
mengumpulkan bahan-bahan melalui buku-buku serta paper atau journal article mengenai
kepemimpinan dalam Perjanjian Lama.

PEMBAHASAN
Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama
Keakuratan seorang pemimpin dijelaskan dalam teks Perjanjian Lama. Dalam
Kejadian 4:26 “…Waktu itulah orang mulai memanggil nama Tuhan.” Ada situasi yang
dijelaskan bahwa setelah manusia jatuh kedalam dosa, dan memiliki generasi atau
keturunan maka mereka sangat memerlukan pemimpin. Ketika pemimpin ada maka
hasilnya, disitulah manusia memanggil nama Tuhan. Dalam teks Alkitab awalnya Tuhan
mencari manusia tetapi sekarang manusia dan keturunannya mulai memanggil nama
Tuhan.
Kepemimpinan telah ada hampir seusia manusia di bumi Kepemimpinan ada sejak
zaman nabi-nabi dan nenek moyang kita berkumpul bersama, bekerja bersama
mempertahankan hidup. Saat itu pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin adalah orang-
orang yang paling kuat, paling cerdas, dan paling berani. Kepemimpinan yang dilakukan
berdasarkan Alkitab akan bermanfaat untuk mengatasi segala sisi kehidupan
kepemimpinan.
Bentuk kepemimpinan yang paling awal dalam perjanjian lama adalah kepemimpinan
keluarga, marga, suku sebagai model kepemimpinan sosial yang bersifat non formal.
Sistem ini menempatkan orang tua sebagai pemimpin. Model ini berperan sebagai dasar
bagi pengembangan sistem monarki yaitu raja-kerajaan. Berikut beberapa kepemimpinan
dalam Perjanjian Lama:

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 110


Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 2, No 2, Januari 2020

Kepemimpinan Melalui Pengalaman Rohani


Sistem monarki telah memiliki raja sebagai pemimpin dan berkembang menjadi sistem
atau model kepemimpinan yang bersifat formal dengan beberapa contoh seperti raja
Firaun. Sistem monarki telah memiliki raja sebagai pemimpin dan berkembang menjadi
sistem atau kepemimpinan melalui kisah nyata dan pengalaman. Nuh mengajarkan untuk
hidup benar, berada diantara orang sezamannya dengan tidak bercela dan menuntun hidup
untuk bergaul dengan Allah Kejadian 12:1-3 dimulai dari panggilan Abraham.
Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham pergi dari negerimu dari sanak saudaramu, dari
rumah Bapamu ke negeri yang akan Ku tunjukkan kepadaMu.
Bangsa Israel, yang asal mulanya terdiri dari 12 anak Yakub, tidak mempunyai negeri
atau pemerintahan sendiri. Mereka hidup dinegara Mesir. Sebagai pendatang mereka
dijadikan budak-budak (slaves) dan Firaun menghimpit kehidupan mereka dengan
penidasan yang kejam. Kitab ulangan 32 ayat 48 menceritakan kepemimpian Musa.
Kemudian dalam Keluaran 33 ayat 11 ada keakraban yang luar biasa diantara Allah dengan
Musa, yang adalah satu satunya manusia yang dapat bertemu muka dengan muka dengan
Allah Tuhan. Keluaran 3:2, 4, Tuhan menampakan diri dalam nyala api. Ada situasi
dimana Musa dipanggil melalui pengalaman rohani. Ada percakapan Tuhan dengan Musa.
Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa ada proses pendidikan dan pembelajaran melalui
penderitaan di Mesir. Musa dipanggil dan diberi peran yang sangat penting. Dalam hal ini
peran Musa adalah untuk menuntun umat Tuhan ke tanah perjanjian. Kemudian dalam
proses ini, dijelaskan dalam Keluaran 13:17-18, perjalanan umat Allah. Jalan panjang dan
berputar merupakan pendidikan untuk lebih mantap dengan Tuhan sewaktu berhadapan
dengan peperangan. Tuhan lebih tahu kondisi sehingga perjalanan panjang sebenarnya
membentuk Musa menjadi pemimpin yang diinginkan Tuhan.
Kepemimpinan adalah hal yang tidak mudah dikerjakan tetapi tidak pula dapat
dihindari. Sehubungan dengan tidak mudahnya kepemimpinan dan tidak dapat
dihindarinya kepemimpinan maka Eka Darmaputera menulis:
Kepemimpinan yang baik merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan, kestabilan, dan
kemajuan kelompok apa pun, tanpa kepemimpinan yang baik, kelompok apa pun di
dunia ini akan rentan konflik serta rawan perpecahan, dan oleh sebab itu sulit
bertumbuh atau berkembang. Kalaupun bergerak, geraknya pun sekadar maju-mundur,
ke sana kemari, dan tanpa arah ... Disamping vital, kepemimpinan adalah kenyataan
yang tak terelakan bagi semua orang. Di mana ada kehidupan bersama, di mana pun di
muka bumi ini orang cuma punya dua pilihan: dipimpin atau memimpin.2
Sebuah pemikiran dari logis sekali penalarannya dalam kaitannya dengan kepemimpinan.
Sebuah keteraturan sistem tidak otomatis terjadi. Keteraturan sosiologis dalam sebuah
kepemimpinan lahir dari sebuah pengaturan. Keteraturan dan pengaturan membutuhkan
seseorang yang dianggap mampu mengatur. Dapat dibayangkan bila dalam sebuah sistem
semua orang turut mengatur maka yang akan timbul adalah sebuah kekacauan. Eka dalam
tulisannya ini hendak mengatakan bila kepemimpinan harus diciptakan dan disepakati

2
Eka Darmaputera, “Kepemimpinan: Perspektif Alkitab” dalam Kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas,
Etika, dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan (Jakarta: STTJ, 2001), 1.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 111


Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama (Desti Samarenna)

eksistensinya, sebab itu bukan karena dibuat supaya ada tetapi karena hal itu tak dapat
dielakan. Pilihan dipimpin atau memimpin membuat dimensi kepemimpinan semakin jelas
walaupun aspek kepemimpinan tidak sesederhana itu. Selanjutnya Eka memaparkan:
Kepemimpinan dalam suatu kehidupan bersama memang tak terhindarkan. Ini sesuatu
yang lumrah dan alamiah. Namun, kepemimpinan itu harus mengacu kepada mandat
atau penugasan Allah, Sang Pemimpin satu-satunya: untuk mengembangkan
kemungkinan saling menolong serta kesepadanan, kesetarafan atau kesetaraan ...
mandat kepemimpinan yang diberikan oleh Allah kepada manusia bersumber pada
kesegambaran antara manusia dengan Allah ... kepemimpinan manusia haruslah
mencerminkan kepemimpinan Allah. Kepemimpinan yang menghidupkan dan
menghidupi, bukan menindas. Kepemimpinan yang adil, bukan sewenang-wenang.
Kepemimpinan yang kudus, tidak dikotori oleh hawa nafsu “kehendak berkuasa” (will
to power) yang destruktif.3
Ada pembelajaran dari sejarah perjalanan umat Tuhan untuk menjalani hidup masa kini
dan menggapai masa depan. Ada penyertaan Tuhan yang luar biasa melalui tiang awan
pada siang hari dan tiang api pada malam hari dalam perjalanan mereka. Jadi seorang
pemimpin yang dinamis harus memiliki kedekatan yang baik dengan Allah. Mengalami
kehidupan bersama dengan yang dipimpin dalam kultur budaya dan memiliki
kepemimpinan yang menghidupi.
Kepemimpinan Melalui Hukum dan Perintah Tuhan
Dalam Proses tersebut ada peraturan yang Tuhan berikan. Keluaran 20:1-17,
dijelaskan tentang Kesepuluh Firman. Kepemimpinan melalui hukum dan perintah Tuhan.
Ada peraturan untuk mengawasi perjalanan agar tidak ada pelanggaran hukum hukum
untuk menentukan mana yang boleh, mana yang tidak. Dalam konteks ini dijelaskan
tentang hukum yang menjelaskan aturan untuk mengontrol aktifitas dalam hubungan
dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan diri sendiri. Ada peraturan-peraturan ini
diberikan kepada Musa tentang bentuk ibadah yang umum, hubungan sosial dan hubungan
bagsa itu dengan Tuhan.4 Jadi, hukum dan perintah Tuhan menentukan arah sebuah
kepemimpinan.
Kepemimpinan Melalui Pembelajaran
1 Raja-raja 12:6-8 Rehabeam meminta nasehat tua-tua tetapi tidak melaksanakannya
melainkan meminta nasehat orang muda yang sebaya dengan dia dan melaksanakannya.
Akibatnya terjadilah perpecahan Raja-raja ada yang melakukan apa yang benar dimata
Tuhan tetapi ada juga yang jahat dimata Tuhan. Walaupun Tuhan mengutus nabi kepada
Rehobeam untuk memperingatkannya, dan menyaksikan hukuman atas nabi itu setelah
melanggar perintah Tuhan (1Raj. 13:11-32), Yerobeam tetap meneruskan dosanya.
Kerajaannya berpaling kepada dewa-dewa asing kemudian di kalahkan Mesir.5

3
Darmaputera, “Kepemimpinan: Perspektif Alkitab” dalam Kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas,
Etika, dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan, 6.
4
Philip C. Jhonson, “Keluaran” dalam The Wycliffe Bible Commentary, peny., Charles F. Pfeiffer
(Malang: Gandum Mas, 2011), 205.
5
Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 98.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 112


Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 2, No 2, Januari 2020

Melalui sistem pemerintahan, ada pembelajaran dari masa lalu apa yang benar dimata
Tuhan dan bertindak dimasa kini untuk mencapai masa depan yang baik. Peraturan Salomo
untuk menjamin dana menimbulkan konfrontasi antara Rehabeam dan kerajaan Utara.
Dengan angkuhnya Rehabeam menerima nasihat menambah beratnya beban rakyat, tapi
rakyat yg tinggal di Utara tidak menaatinya. Ketika Rehabeam mengirim bendaharanya,
Adoram, untuk mengadakan pendekatan dengan mereka, Adoram dilempari dengan batu,
dan Yerobeam menjadi raja atas 10 suku Israel di Utara (1Raj. 12:1-20; 2Taw. 10).
Rehabeam menghimpun tentara untuk menaklukkan pemberontak, tapi Semaya, sang nabi,
mencegahnya dan menandaskan bahwa kejadian itu adalah kehendak Allah (1Raj 12:21-
24). Untuk memperkuat kerajaannya, mungkin terhadap Filistin (1Raj 15:27; 16:15) dan
Mesir, Rehabeam selanjutnya membentengi kota Yehuda. la berperang melawan Israel dari
mana lari imam dan orang Lewi karena praktik kafir di situ (2Taw. 11:13-17).
Kerajaan Utara Israel menggabungkan pola suksesi dinasti dari jabatan raja dengan
pola kepemimpinan kharismatik sebagaimana yang berlaku pada zaman para hakim Ibrani.
Dalam Hal ini Allah membangkitkan seorang pria atau wanita yang berbakat dan cakap
bagi Israel untuk menanggapi baik krisis politik maupun keagamaan. Pemimpin dilengkapi
dengan kuasa Roh Kudus yang dinyatakan melalui kekuatan fisik yang luar biasa,
keberanian dan semangat rohani, dimaksudkan untuk menanamkan iman pada Yahweh
sebagai penguasa yang tertinggi di Israel.6 Jadi, kepemimpinan melalui pembelajaran ini
mengingatkan bahwa tanpa ketaatan maka akan mengacaukan sebuah bangsa dan
hubungan dengan Tuhan.
Kepemimpinan melalui Pengajar
Sebagai pemimpin sekaligus pendidik Samuel diangkat menjadi pelihat (1Sam. 9:9;
10:5-11; 19:2-14. Sebelum zaman kerajaan nabi biasanya mempunyai jabatan sebagai
pemimpin atau hakim. Kegiatan utama mereka berhubungan dengan kepemimpinan, tetapi
setelah masa kerajaan, nabi tidak langsung memimpin kerajaan tetapi sebagai suara Allah.
Allah memakai manusia untuk mengajarkan Taurat kepada bangsa Israel. Bukan saja
menjadi pendidik atau pengajar tetapi juga teladan kesalehan dan orang dewasa bagsa
Israel, bertanggung jawab untuk meneruskan pengetahuan itu kepada anak-anak mereka.7
Samuel adalah pemimpin yang dipakai Allah secara luar biasa. Sebagai seorang nabi
terpilih, dia berhasil melaksanakan tugas-tugasnya
Untuk memimpin bangsa Israel. Tidak hanya itu, dia mampu bertahan melewati
berbagai perubahan serta permasalahan yang dilalui bangsanya. Apakah kunci dari
kepemimpinannya ini? Keberhasilan Samuel dimulai dari proses yang mendengar.
Pemimpin yang mendengar Allah adalah salah satu ciri utama dari seorang pemimpin yang
baik. Jika hanya bergantung pada hikmat, kekuatan, wawasan, atau tindakan, maka tidak

6
Andrew E. Hill dan John H. Walton, “I-II Raja-raja,” dalam Survey Perjanjian Lama (Malang:
Gandum Mas, 1998), 340.
7
J.l. packer, Merrill C. Tenney, William White, Ensiklopedi Fakta Alkitab (Malang: gandum Mas,
2001), 934.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 113


Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama (Desti Samarenna)

akan mampu. Fundamennya adalah firman Tuhan. Daud, dalam 1 Samuel, adalah seorang
pemimpin yang saleh, yang dengan gigih mencari dan menerima nasihat Allah untuk
mengambil keputusan penting dan terkadang hidupnya bergantung pada apa yang
didengarnya dari Allah. Kemudian Samuel juga menegur, seperti yang dijelaskan dalam
teks berikut:
Keesokan harinya, Eli bertanya kepada Samuel apa yang dikatakan Allah. Samuel,
tentu saja tahu Eli tidak akan suka mendengarkan kebenaran yang telah diterimanya.
Tapi Eli berpesan kepadanya, "Janganlah kausembunyikan kepadaku. Kiranya
beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau
menyembunyikan sepatah katapun kepadaku dari apa yang disampaikan-Nya
kepadamu itu." (1Sam. l 3:17)
Samuel muda mengulang kembali firman Allah bagi Eli, dan dengan kejadian itu ia
pun memulai kariernya sebagai nabi yang menegur melalui nubuatan. Selanjutnya, dia
harus menghadapi bangsa Israel yang bersikukuh meminta seorang raja duniawi: "Pada
waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi Tuhan tidak akan
menjawab kamu pada waktu itu" (1Sam. 8:18). Dia juga akan menghadapi Raja Saul yang
memberontak yang melanggar perintah yang sudah jelas dari Allah: "Perbuatanmu itu
bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, ... Tetapi sekarang kerajaanmu
tidak akan tetap. Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah
menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang
diperintahkan Tuhan kepadamu.... Tuhan telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas
Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari
padamu." (1Sam. 13:13-14; 15:28). Jadi, Samuel sebagai nabi dan pengajar memiliki seni
konfrontasi dengan mahir dalam menyelesaikan masalah.
Kepemimpinan melalui Model Transisi
Kitab Ulangan dan Yosua mengetengahkan kepemimpinan Musa dan Yosua secara
menarik. Secara historis biografi kepemimpinan mereka mengakhiri kepemimpinan dengan
baik dan model transisi peralihan kepemimpinan yang luar biasa. Musa mentoring Yosua
dan ketika Yosua magang kepadanya Yosua belajar tentang model kepemimpinan yang
tanggung. Dalam narasi yang menuturkan suksesi kepemimpinan ini, bukan Musa yang
menentukan pilihan dan pengangkatan atas penggantinya. Yosua ditunjuk secara langsung
oleh Tuhan melalui firman yang disampaikan dengan perantaraan Musa (27:18-21). Ia
"hanya" diperintahkan untuk meletakkan tangannya atas Yosua di hadapan Imam Eleazar
dan umat Israel, dan memberi sebagian dari kewibawaannya supaya umat mendengarkan
pemimpin baru ini. Dengan demikian, sama seperti Musa, Yosua adalah pemimpin
karismatis pilihan Tuhan.
Apa yang menjadi kriteria dalam pemilihan ini? Sulit untuk menjawabnya secara pasti,
sebab tidak menemukan syarat-syarat yang eksplisit. Acuan pertama mengenai Yosua
terdapat dalam kisah pertempuran melawan orang Amalek (Kel. 17:8-16). Acuan lain
tentang Yosua memperlihatkan kedekatannya dengan Musa sebagai abdinya. Dialah yang
mendampingi Musa pada waktu ia naik ke gunung Allah dan memberitahu Musa tentang

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 114


Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 2, No 2, Januari 2020

suara "massa" dari perkemahan saat umat menyembah anak lembu emas (Kel. 24:13;
32:17). Demikian pula, Yosua yang masih muda tampak sebagai satu-satunya orang yang
hadir di kemah pertemuan saat Musa meninggalkan kemah itu (33:11), namun
kedudukannya yang khusus tercermin dari kehadirannya di kemah pada saat ketidakhadiran
Musa.
Berikutnya tentang Yosua ditemukan dalam kisah tentang tujuh puluh tua-tua Israel
yang mengalami kepenuhan seperti nabi setelah Tuhan memberi mereka sebagian "roh"8
yang hinggap pada Musa (Bil. 11:25). Kedudukan Yosua sebagai pemimpin baru
disebutkan secara eksplisit dalam kisah kedua belas orang yang diutus untuk mengintai
tanah Kanaan. Semua utusan yang mewakili setiap suku adalah "pemimpin" (nasyi’),
sebutan yang digunakan untuk kepala suku atau kaum (Bil. 1:16,44).9 Dari suku Efraim,
pemimpin yang didaftarkan untuk tugas itu adalah Hosea bin Nun (13:8). Menariknya,
pada akhir daftar nama itu diberikan catatan tambahan: "Musa menamai Hosea bin Nun itu
Yosua" (13:16).
Laporan yang sangat mengecutkan hati segenap umat itu menimbulkan sungut-sungut
dan memicu pemberontakan terhadap Musa dan Harun (Bil. 14:1-4). Hanya Yosua dan
Kaleb yang berupaya meneguhkan hati mereka agar meyakini penyertaan Tuhan dalam
menghadapi penduduk negeri itu (14:6-9). Namun, keduanya nyaris dilontari batu. Tatkala
dalam murka-Nya Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun, ditegaskanNya bahwa di
antara semua yang berumur dua puluh tahun ke atas, hanya Kaleb bin Yefuna dan Yosua
bin Nun yang diizinkan masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya (14:29-30,38; 26:65). Yang
lainnya dari generasi yang keluar dari Mesir akan mati selagi dalam pengembaraan. Dalam
kilas balik yang disuguhkan narator melalui perkataan Musa, Kaleb dan Yosua mendapat
pengecualian, "sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hati" (32:12). Jadi,
Yosua bukanlah kebetulan bila ia terpilih untuk menggantikan Musa. Integritas dan
kepemimpinannya telah teruji. Selain aspek integritas, peran Yosua sebagai abdi Musa
memungkinkan dia belajar lebih dekat dari Musa.
Kepemimpinan Melalui Visi danMisi
Nehemia sebagai pemimpin dengan karakteristik pemimpin visioner, pemimpin
Karismatik, pemimpin Transformatif dan pemimpin manajer dengan kinerja kepemimpinan
yang tinggi. Dalam kepemimpinan, Nehemia memiliki Visi/Misi yang jelas (dari Tuhan
melalui krisis) sebagai landasan membangun perencanaan strategis berdasarksan kebutuhan
nyata. Sekalipun seorang pemimpin adalah pemimpin di depan orang yang dipimpinnya
namun ia tetaplah hamba dari Allah. Ia memimpin sebagaimana Allah memimpin.10

8
Cakupan makna ruakh dalam Ibrani sangatlah luas ('angin, nafas, semangat, perasaan, roh, kuasa", lihat
Halot). Walaupun tidak salah. mengartikannya sebagai 'roh' dalam kaitan dengan Tuhan, namun dalam
seluruh Perjanjian Lama kata itu belum mengacu pada Roh Kudus dalam pemahaman Trinitas.
9
Kedua belas anak Ismael, leluhur orang Arab, juga disebut dengan gelar yang sama (Kej 12:20; 25:16);
demikian pula Hemor, seorang "raja negeri" di Kanaan (34:2).
10
William D. Lawrence, “Distinctives of Chrisitian Leadership” dalam Roy B. Zuck, peny., dalam Vital
Ministry Issues (Michigan, Grand Rapids: Kregel Resources, 1994), 35.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 115


Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama (Desti Samarenna)

Nehemia adalah salah seorang pemimpin yang menginsipirasikan dalam Alkitab.


Terkadang metode-metodenya kelihatan tidak masuk akal, namun metode-metode tersebut
digunakan oleh Tuhan untuk menghasilkan reformasi dalam kehidupan bangsa Israel dalam
waktu yang singkat. Analisis atas kepribadian dan metode-metodenya mengungkapkan
bahwa metode-metode yang dipakainya efektif hanya karena kualitas karakternya sendiri.
Nehemia seorang yang tekun berdoa. Nehemia juga seorang yang memiliki keberanian
dalam menghadapi bahaya, peduli dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan orang lain,
memiliki visi, dan dapat mengambil keputusan dengan jelas serta seorang yang realis.
Nehemia adalah orang yang tekun berdoa. Doa adalah reaksi pertamanya begitu
mendengar kesulitan para emigran di Yerusalem. Nehemia juga bukan orang asing di
takhta kasih karunia (Nehemia 1:4, 6; 2:4, 9; 5:19; 6:14, 22, 29).11 Kebijaksanaan dan
hikmat bersumber dari Allah. Sesungguhnya agar dapat memimpin atau memberi pengaruh
secara rohani kepada orang lain, seseorang harus memperdalam hubungannya dengan
Tuhan. Kalau seorang pemimpin putus hubungan dengan Allah serta orang-orangnya, ia
kehilangan sifat mau diajarnya12 Komunikasi yang dijalin terus menerus dengan Allah
merupakan suatu hubungan yang bersifat supranatural yang dapat menghasilkan perubahan
kepada para pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijaksana.
Nehemia adalah seorang yang berpandangan jauh ke depan. Ia mengetahui bahwa pasti
akan bangkit perlawanan, jadi ia meminta sang raja memberikan mandat tertulis agar
perjalanannya aman dan ia mendapat dukungan untuk menyelesaikan mandat tersebut, "...
memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota
..." (2:8) Ia merencanakan strateginya dengan cermat. Tuhan memakai seorang biasa yang
awam, yang memiliki tujuan dan visi yang tidak biasa.13 Nehemia mengungkapkan visinya
dengan istilah yang sesederhana mungkin. Sasaran bangsa itu adalah pembangunan
kembali tembok Yerusalem.14 Setiap calon pemimpin harus memunyai visi. Tanpa visi, ia
tidak mungkin bisa mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah memproduksi hasil.15 Visi
kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami keinginan suci
yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi organisasi serta kepemimpinannya. Di
dalam visi itu, terdapat kehendak Allah yang khusus bagi kepemimpinan seorang
pemimpin.16
Para pemimpin harus melatih diri untuk menjadi pemimpin yang ideal yang tidak
mengandalkan pengetahuan dan keterampilan saja tetapi yang mengandalkan kemurahan

11
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Batam Centre: Gospel Press, 2002), 280.
12
John C. Maxwell, 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati (Batam Centre:
Interaksara, 2002), 23.
13
Joyce Meyer, Membangkitkan Roh Kepemimpinan. Jakarta: Trinity Publishing, 2002.
14
Maxwell, 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin, 84.
15
John H. Zenger and Joseph Folkman, The Handbook for Leaders (New York: McGrawHill, 2004,) 13-
14.)
16
Yacob Tomatala, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner (Jakarta: YT Leadership Foundation,
2005), 24.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 116


Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 2, No 2, Januari 2020

dan kebaikan Tuhan di dalam hati, pikiran, dan karyanya.17 Jadi ditengah kesukaran
Nehemia tampil dengan keyakinan yang teguh kepada Allah. Kepemimpinan Nehemian
membawa bangsa Israel pada pembebasan.
Kepemimpinan Melalui Keberanian
Ester sebagai pemimpin wanita mendemonstrasikan kepemimpinan dengan keberanian
yang tinggi dan strategi rohani sosial politik yang bijak dalam menangani masalah. Ester
membuktikan diri sebagai pemimpin yang tangguh dengan kewibawaan kepemimpinan
yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang dapat menangani krisis dengan baik.
Ester berhubungan dengan komunitas Yahudi yang terserak di Diaspora, tetapi bukan
bangsa Yehuda yang sudah dipulihkan. Yang mendasar pada karakter umat perjanjian
adalah perpisahan bagsa Israel dari semua bangsa lain, kehusussannya sebagai hamba
Allah yang khusus di antara bangsa-bangsa.18
Kisah riwayat orang Yahudi pada zaman kerajaan Persia pada abad ke 5 SM, yang
kemudian memulai hari raya Purim yang diperingati sampai sekarang. Kitab ini ditulis
dalam bentuk melodrama, dibacakan pada perayaan Purim (sekitar bulan Maret). Dalam
kitab ini nama Allah atau pun nama YHWH tidak disebutkan. Namun, itu tidak berarti
bahwa tidak ada pimpinan Tuhan di dalam kitab ini. Kejadian yang ada di dalam kitab ini
berlokasi di Susan, ibukota Persia, pada musim dingin. Kemungkinan besar kitab ini ditulis
di Persia setelah abad ke 5 SM.
Keefektifan kepemimpinan adalah karakteristik dari pemimpin itu sendiri,
karakteristik organisasi atau kelompok yang dipimpinnya, dan kondisi lingkungan tempat
ia memimpin dalam berbagai faktornya. Ada 3 (tiga) unsur penting menurut Sugiyanyo
dalam kepemimpinan: Pertama, adanya orang lain yang bersedia mengikuti perintah.
Kedua, adanya pengaruh pemimpin kepada orang lain yang selanjutnya menjadi pengikut.
Ketiga, adanya kuasa atau wewenang pemimpin kepada bawahan.19 Ketika Ester
mengambil keputusan, Ia yakin bahwa bagsa yehuda akan mengikutinya dan mengambil
keputusan untuk hidup atau mati dengan menghadap raja. Tindakan keberaniannya ini
membuahkan hasil yang luar biasa. Kepemimpinan Ester yang penuh keberanian
dinyatakan agar Yehuda bisa mendemonstrasikan kemurnian hidup dan menarik bangsa-
bangsa kepada anugerah penebusan Allah. Jadi Mordekhai dan Ester memperjuangkan
identitas mereka sebagai bangsa yang terpilih, melalui kesetiaan melalui kesetiaan mereka
yaitu perantara antara Allah yang kudus dan adil dengan semua bangsa di bumi. Kebenaran
ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas
teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Kej.
12:1-3; Kel. 2-7; 18, Rm. 12:8).

17
Crayg R. Dikstra, Vision and Character (New York: Paulist, 1981), 50.
18
Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old testament, pen., Suhadi Yeremia (Malang: Gandum
Mas, 2005), 368.
19
Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 17.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 117


Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama (Desti Samarenna)

KESIMPULAN
Kepemimpinan Kristen yang dipahami sebagai kepemimpinan rohani tidak hanya
menunjuk pada pribadi seorang pemimpin yang beragama Kristen dan atau berada dalam
lingkungan orang-orang Kristen tetapi memuat sarat nilai-nilai kerohanian Alkitabiah baik
secara idealis maupun pragmatis. Ada dua kesimpulan yang penting: Pertama, Pemimpin
itu memberikan pengaruh. Artinya gereja atau organisasi tanpa pemimpin tidak akan
menghasilkan tatanan nilai dan hasil yang baik. Kedua, model kepemimpinan. Artinya ada
beberapa model kepemimpinan yang bisa diterapkan dalam kepemimpinan gereja dan
kepemimpinan pada lembaga-lembaga non-Kristen dari kajian Perjanjian Lama.

REFERENSI
Andrew E. Hill dan Walton, John H. “I-II Raja-raja.” Dalam Survey Perjanjian Lama,
Malang: Gandum Mas, 1998.
Darmaputera, Eka. “Kepemimpinan: Perspektif Alkitab”, Dalam Kepemimpinan Kristiani:
Spiritualitas, Etika, dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan.
Jakarta: STTJ, 2001.
Dikstra, Crayg R. Vision and Character, New York: Paulist, 1981.
Green, Denis. Pengenalan Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2001.
J.l. packer, Merrill C. Tenney, White, William. Ensiklopedi Fakta Alkitab, Malang:
gandum Mas, 2001.
Jhonson, Philip C. “Keluaran.” dalam The Wycliffe Bible Commentary, Penyunting Charles
F. Pfeiffer. Malang: Gandum Mas, 2011.
John H. Zenger and Folkman, Joseph. The Handbook for Leaders, New York: McGraw
Hill, 2004.
Lawrence, William D. “Distinctives of Chrisitian Leadership”, dalam Roy B. Zuck.
Penyunting dalam Vital Ministry Issues, Michigan, Grand Rapids: Kregel Resources,
1994.
Maxwell, John C. 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati, Batam
Centre: Interaksara, 2002.
Meyer, Joyce. Membangkitkan Roh Kepemimpinan, Jakarta: Trinity Publishing, 2002.
Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani, Batam Centre: Gospel Press, 2002.
Thomas. Kepemimpinan yang efektif, Jakarta: Rajawali, 1986.
Tomatala, Yacob. Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, Jakarta: YT Leadership
Foundation, 2005.
Wiryoputro, Sugiyanto. Dasar-dasar Manajemen Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001.
Zuck, Roy B. A Biblical Theology of The Old testament, Penerjemah Suhadi Yeremia.
Malang: Gandum Mas, 2005.

Copyright© 2020, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 118

Anda mungkin juga menyukai