\
\
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
Safinan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO
NOMOR 3 TAHUN 2006
TENTANG
PENERTIBAN, PENGATURAN TEMPAT USAHA
DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL )
DI KABUPATEN BOJONEGORO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOJONEGORO,
Menimbang —_: a. bahwa sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan
dalam rangka menertibkan bagi Pedagang Kaki Lima (PKL)
sebagai akibat pertumbuhan dan —_perkembangan
perekonomian saat ini, perlu adanya pengaturan dan
pembinaan yang lebih terarah dan terencana;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Penertiban, Pengaturan Tempat Usaha dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Bojonegoro.
Propinsi Jawa Timur (Diundangkan pada tanggal 8 Agustus
1950) ;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan
(Lemberan Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3186) ;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480) ;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
68, Tambahan Negara Nomor 3699) ;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4389) ;otc
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubshan atas Undang-Undang
2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4548) ;
7. Undang-Undeng Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Deerah (Lemberan Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jatan ,
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lemberan
Negara Nomor 3373),
40. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001
tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah ;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 3 Tahun
1876 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di
Kabupaten Bojonegoro ;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 2 Tahun
1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kabupaten Bojonegoro ;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 21 Tahun
2000 tentang Susunan dan Organisasi Badan dan Kantor
Kabupaten Bojonegoro sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 28 Tahun
2001‘Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO
dan
BUPATI BOJONEGORO
Pasal 1
Daiam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan
1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
2. Bupati adalah Bupati Bojonegoro.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Bojonegoro.
4. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bojonegoro
dengan persetujuan bersama Bupati Bojonegoro.
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang pengaturan
perundang-undangan yang beriaku.
6. Pedagang Kaki Lima adalah Pedagang atau para pedagang yang melakukan
kegiatan usaha menjual atau menjajakan dan atau mendistribusikan barang
dan jasa di sektor informal, yang menggunakan bagian dari fasiitas umum
‘sebagai tempat kegiatan usahanya.
7. Fasilitas Umum adalah segala fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah
tempat-tempat lainnya.
8. Izin adatah izin secara tertulis yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk.
9. Tempat Usaha adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro untuk kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima.(a)
a)
®
10)
@
a
a4
BAB Il
PENGATURAN TEMPAT USAHA
Pasal 2
Tempatiempat yang merupakan fasilitas umum dilarang dipergunakan
untuk tempat usaha Pedagang Kaki Lima kecuali atas \zin Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.
zn sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk
penggunaan tempat-tempat atau fasiitas umum yang telah ditentukan|
Bupat
Pasal 3
Penentuan tempat-tempat/ fasilitas umum yang dapat dipergunakan sebagai
mendapetkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
‘Tempat-tempat/ fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati
mempertimbangkan kepentingan kepentingan Sosial, Ekonomi, Keamanan,
Ketertiban, Kesehatan, Kebersihan dan Keindahan Lingkungan disekitamya.
Bupati dapat menghapus/ memindehkan tempat usaha Pedagang kaki Lima
persetujuan Dewan Perwakiian Rakyat Daerah.
Pasal 4
Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, wajib
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 5
Pedagang Kaki Lima yang telah mendapatkan izin menggunakan tempat)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 4, bertanggungjewab
lingkungan serta keindahan di sekitar tempat kegiatan usaha.2)
@)
@
)
2)
a)
(2)
a)
pees
Dalam surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh pemegang izin.
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertaku untuk jangka waktu paling
tama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.
Pemegang izin dapat mengajukan permohonan perpanjangan izin dalam
waktu 2 (dua) minggu sebelum izin berakhir.
Pasal 6
tin sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 tidak boleh dipindahtangankan.
Izin dapat dicabut apabila
‘a. Pemegang izin melanggar ketentuan ‘sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5.
b. Tempat atau fasiitas umum yang digunakan tidak lagi dinyatakan
BAB IV
PEMBINAAN
Pasal 7
Untuk kepentingan pengembangan usaha Pedagang Kaki Lima, Pemerintah
penyuluhan dan pengawasan secara berkesinambungan.
Tata cara pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Bupati
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 8
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2, pasal 5 ayat (1), dan pasal 6 ayat (1) dipidana dengan Pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp.
5,000.000,- (lima juta rupiah).
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah petanggaran.a)
3)
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 9
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten
diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas adalah :
a. Menerima, mencari, mengumputkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bideng Retribusi Daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
‘sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;
¢. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
‘sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen iain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;
@. Melakukan penggeledahan untuk = mendapatkan bahan —bukti
embukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti dimaksud ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;
9. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan
h, Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah ;
i, Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi ;
‘Menghentikan penyidikan ;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
Pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang bertanggung-
jawab.
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
enyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
‘melalui penyidik pejabat Polisi Negara, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang bertaku.