Contoh Proposal Disertasi Pendidikan Isl PDF
Contoh Proposal Disertasi Pendidikan Isl PDF
PENDAHULUAN
1
2
4Masykuri Abdillah, “Islam dan Masyarakat Madani”, Koran Harian Kompas: 1999,
Sabtu, 27 Februari.
4
5Ibnu Khaldun,”Muqaddimah” (cet. VI, terjemah oleh Ahmadie Thaha, Jakarta : Pustaka
Firdaus, 2006) hlm. 533
“Manusia adalah makhluk berfikir dan itu sebagai pembeda antara dia
dengan binatang, kecakapannya memperoleh penghidupan dalam
kehidupan bersama dan kemampuannya mempelajari tentang Tuhan
yang disembahnya serta wahyu-wahyu yang diterima para rasul-Nya,
sehingga semua binatang tunduk dan berada dalm kekuasaannya.
Melalui kesanggupannya untuk berfikir itulah, Tuhan mengaruniai
manusia keunggulan di atas makhluk-makhluk-Nya yang lain.”8
8Ibn Khaldun, “Al-Muqaddimah”,..Op.Cit, hlm, 521
Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.10
14Abuddin Nata “ Studi Islam Komprehensif” (cet I, Kencana 2011), hlm 223
terdahulu antara lain Al-Ghazali, Ibn Maskawaih, Ibn Sina, Al-Biruni, Ibn
Khaldun dan sebagainya.16
Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah
ayat 11 :
16Klasifikasi ilmu dipandang penting oleh ilmuwan Muslim, bukan saja untuk men-
getahui lingkup pengetahuan manusia, tetapi juga untuk melihat antar hubungan satu cabang ilmu
dengan yang lainnya. Dalam klasifikasi ilmu itu akan tercermin urut-urutan ilmu dilihat dari segi
kepentingannya. Mulyadhi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam Bunga Rampai Dari Chicago,
(Jakarta :Paramadina, 2000), hlm, 117
18Pada zaman Yunani terdapat negara-negara kota seperti Athena dan Sparta disebut
Sivitas Dei, suatu kota Ilahi dengan peradaban yang tinggi. Masyarakat beradab lawan dari pada
masyarakat komunitas yang masih liar. Adapun masyarakat madani berasal dari bahasa Arab
zaman Rasulullah saw. yang artinya juga sama dengan masyarakat kota yang sudah disentuh oleh
peradaban baru (maju), lawan dari masyarakat madani adalah masyarakat atau komunitas yang
masih mengembara yang disebut badawah atau pedalaman (badui).
9
20Makna Civil Society “Masyarakat Sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat
yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil
society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar
dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata
suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja.
10
Lebih tegas lagi Islam mewajibkan bagi setiap orang muslim dan
muslimat untuk menuntut ilmu seperti dalam hadits Nabi Muhammad Saw :
Artinya : Menuntut ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang Islam, baik
laki-laki mahupun perempuan”.21
25Aksin Wijaya, “Hidup Beragama Dalam Sorotan Piagam Madinah dan UUD 1945”,
(Ponorogo: STAIN Press, 2009), hlm, 23
26Masykuri Abdullah, “Negara Ideal Menurut Islam dan Implementasinya Pada Masa
Kini”, dalam (Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus: Editor) Islam, “Negara dan Civil Society,
Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer”, (Jakarta: Paramadina, 2005), 79.
13
masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan
Islam hanya menunggu waktu saja.
3. Bani ‘Auf sesuai adat kebiasaan mereka, saling membahu mebayar diat di
kalangan mereka sebagaimana semula, serta setiap kelompok mebayar
tebusan tawanan secara baik dan adil di kalangan mukmin
4. Bani Sa’idah, bani Harits, bani Jusyam, bani Najjar, bani Amr ibn ‘Auf,
bani Nabit, bani ‘Aus sesuai dengan ada kebiasaan mereka, saling
membahu mebayar diat di kalangan mereka sebagaimana semula,serta
setiap kelompok mebayar tebusan tawanan secara baik dan adil di
kalangan mukmin
9. Perlindungan Allah itu satu, yaitu terhadap tentangga dekat mereka, orang-
orang beriman saling membantu sesame mereka
12. Setiap pasukan yang berperang dalam barisan kita harus saling bekerja
sama
15. Bahwasanya, siapa saja yang membunuh orang beriman dengn cukup
bukti atas perbuatannya harus di hukum bunuh, kecuali wali si terbunuh
rela (menerima diat). Semua orang beriman harus bersatu dalam
menghukumnya
19. Yahudi dan bani ‘Auf sebangsa dengan orang-orang beriman. Bagi
Yahudi agama mereka, bagi muslim juga demikian. Kebebasan semacam
ini juga bagi para pengikut mereka, kecuali bagi yang zalim dan jahat.
Hal demikian yang akan merusak diri dan keluarganya
20. Yahudi dan bani Najjar, Harits, Sa’idah, Jusyam, Aus dan Sa’labah juga
diperlakukan sebagaimana Bani ‘Auf, kecuali mereka yang zalim dan
khianat, maka hukumannya hanya berlaku bagi dirinya serta keluarganya
21. Etnis Jafnah dari Sa’labah dieprlakukan sama dengan Bani Sa’labah
22. Bani Suthaibah diperlakukan sama dengan Bani ‘Auf. Kebaikan itu tidak
sama dengan kejahatan
27. Orang yahudi dan Islam saling memikul biaya dalam perperangan
31. Jika terdapat perselisihan di antara komponen pengikut piagam ini yang
dikhawatirkan menimbulkan bahaya, penyelesaiannya dikembalikan
kepada Allah Swt dan Muhammad Saw. Allah tuhan yang memelihara
piagam madinah
32. Bahwa tidak ada jaminan bagi kaum Qurays Makkah beserta pengikutnya
34. Jika para pendukung piagam ini tidak di ajak damai, kemudian
memenuhi perdamaian serta melaksanakannya, maka perdamaian itu
harus di junjung tinggi. Karena itu, jika orangorang beriman di ajak
damai seperti itu, wajib dipenuhi, terkecuali terhadap orang yang
menyerang agama. Setiap orang wajib menunaikan tugas dan kewajiban
masing-masing
35. Yahudi bani Aus beserta pengikutnya memiliki hak dna kewajiban seperti
komponen lain pendukung piagam ini. Kebaikan itu tidak sama dengan
kejahatan. Setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya. Allah
membenarkan dan memandang baik atas piagam ini
36. Piagam ini tidak diproyeksikan untuk membela orang yang zalim dan
khianat. Semua orang bisa berpergian(keluar rumah) secara aman serta
berdomisili di kota Yatsrib (madinah) secara damai pula. Hal ini
terkecuali bagi mereka yang zalim dan khianat. Allah lah pelindung
orang yang berbuat kebjikan dan takwa.
Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.”30
Dalam hal ini, terdapat kata kunci yang bisa menghampiri kita pada
konsep masyarakat madani (civil society), yakni kata “ummah” dan “madinah”.
“Ummah” dalam bahasa arab menunjukan pengertian komunitas keagamaan
tertentu, yaitu komunitas yang mempunyai keyakinan keagamaan yang sama.
Secara umum, seperti disyaratkan Al-Qur’an, “ummah” menunjukan suatu
komunitas yang mempunyai basis solidaritas tertentu atas dasar komitmen
keagamaan, etnis, dan moralitas.32
32M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Logos,
Jakarta: 2002), hlm, 10
20
33Ibid, hlm, 96
Hidayat, bahkan Amien Rais dalam pidato pengukuhan guru besarnya yakni
membahas kuasa, tuna-kuasa dan demokratisasi kekuasaan mendukung
terwujudnya masyarakat madani di Indonesia.36
Institusi pendidikan sebagai sala satu sarana untuk mencari ilmu, karena
sangat pentinganya ilmu sebagai mengangkat darjat manusia itu sendiri dari
keterpurukan dan keterbelakangan. Seharusnya manusia bisa menjadikan ilmu
suatu hal yang sangat berharga dan temeng dalam kehidupan, dengan ilmu
manusia bisa menggapai segala segala-galanya, dengan ilmu manusia bisa
meraih apa yang di cita-citakan, dengan ilmu manusia mampu membentuk
komunitas masyarakat yang tentram, damai dan berkeadilan serta berkemajuan.
36Pandangan kontras yang diwakili oleh Hikam dengan karyanya Demokrasi dan Civil
Society dan tokoh lain yang memiliki latar belakang pendidikan tradisionalis-sekularis. Sedangkan
tokoh pro diwakili oleh Nurcholish Madjid, dalam karyanya Cita-Cita Politik Era Reformasi :
Menuju Masyarakat Madani dan Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi. Dawam Raharjo
dalam karyanya Masyarakat Madani di Indonesia : Sebuah Panjajahan Awal Masyarakat
Madani: Agama Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Bahtiar Effendi dalam karyanya
Wawasan Al-Qur’an Tentang Masyarakat Madani, Menuju Terbentuknya Negara Bangsa yang
Modern. Dan Amien Rais dalam pidato pengukuhan guru besarnya yakni membahas kuasa, tuna –
kuasa, dan demokratisasi kekuasaan yang sangat mendukung terwujudnya masyarakat madani di
Indonesia dan umumnya pemikiran yang memiliki latar belakang pendidikan ke Islaman,
modernis-sekularis seperti Buya Syafi’I Ma’arif kemudian Komaruddin Hidayat dan sebagainya.
Lihat bukunya Nurcholish Madjid, “Masyarakat Tamaddun, Kritik Hermeneutis Masyarakat
Madani.” Cet I, hlm, 80-81
22
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Dalam sejumlah tulisan yang ada itu, peneliti belum menemukaan satu
karya pun yang secara spesifik membahas peran pendidikan Islam dalam
membentuk masyarakat Islam yang madani dalam perspektif Al-Qur’an.
Namun sebagai bahan tinjauan penelitian terdahulu ada beberapa literatur yang
26
peneliti ambil dari berupa disertasi, tesis dan selebihnya berupa jurnal, artikel
atau makalah.
asas kecemerlangan ummah dan paksi kepada kekuatan Islam. Pada zaman
Nabi Muhammad Saw, satu ciri terpenting pembinaan tamadun manusia
yang dicapai ketika itu ialah pembentukan Madinah sebagai pusat ilmu
(Sabri Mohamad Sharif 2008) dan elemen perpaduan antara kaum yang
wujud secara praktikal. Sejarah Islam memperlihatkan Madinah telah
menjadi satu pusat yang penting dalam penyebaran ilmu ke segenap
pelusuk yang boleh dicapai ketika itu. Ini termasuklah ke segenap daerah
al-Jazirah, al-Sham, Iraq, Euthopia dan Mesir. Dari aspek perpaduan, ia
dapat dilihat ketika mana Nabi Muhammad s.a.w membuat satu perjanjian
yang dikenali sebagai Piagam Madinah dalam mendirikan sebuah negara
yang menjadi pelindung kepada rakyat. Piagam yang mengandung 47
Fasal tersebut diiktiraf sebagai model bertulis yang pertama wujud dalam
dunia (Hamidullah 1975). Kandungan piagam tersebut secara ringkas
adalah seperti berikut (Abdul Rahman Abdullah 2007):
G. Metodologi Penelitian
31
1. Pendekatan Penelitian
40Jujun S. Suria Sumantri, salah satu obyek penelitian itu adalah ide yang merupakan
gagasan manusia Gagasan manusia itu meliputi antara lain filsafat, etika, estetika dan teori ilmiah.
M. Deden Riwan (ed.), “Tradisi Baru Penelitian Agama Islam”, (Cet. Ke-I. Bandung: Nuansa,
2001), hlm, 75-76.
42Abuddin Nata, “Metodologi Studi Islam”, ((Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999),
hlm, 42-43
32
43Ibid, hlm, 45
44Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, “Metodologi Penelitian Filsafat”, (Yogyakarta
: Kanisius, 1990), hlm, 63-65
Sumber data pertama yaitu sumber data primer, data primer dalam
disertasi ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki kesamaan tema
seputar peran Pendididkan dalam Membentuk Masyarakat Madani. Ayat-
ayat tersebut ditafsirkan dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir Al-
Qur’an dari latar belakang masa, mazhab dan corak yang berbeda.
Sementara untuk redaksi hadis, penulis mengutamakan mengutipnya dari
Kutub Al-Sittah. Dari beberapa kitab tafsir sebagai representator dari tafsir
masa klasik dan modern. Kitab tafsir klasik yang dijadikan rujukan adalah
kitab tafsir karangan: Al-Thabari (W.310 H), dan Ibnu Katsir (W.774 H).
Untuk kategori tafsir modern yaitu: Al-Maraghi (L.1881 M), Al -Rashid
Ridha, dan Syekh Al-Sya‘rawi. Sedangkan untuk tafsir dari Indonesia,
dipilih tafsir Al-Misbah karangan Muhammad Quraish Shihab dan Tafsir
Al-Azhar karya Hamka.
51Farid Esack,” Liberation And Pluralism”, (Oxford One World, 1997), hlm. 61
Sedangkan sumber yang kedua yaitu data sekunder terdiri dari buku-
buku tesis, disertasi, hasil symposium, dokumentasi, seminar terkait
dengan penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Bab III : Masyarakat Madani Dalam Perspektif Al-Qur’an. Dalam bab ini
menjelaskan tentang ; pengertian masyarakat madani, konsep masyarakat
36
H. Sistematika Penulisan
BAB II : DISKURSUS SEPUTAR PENDIDKAN ISLAM
A. Konsep Pendidikan Islam
1. Pengantar Pendidikan Islam
2. Defenisi Pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
b. Pengertian Pendidikan Menurut Islam
c. Tujuan dan Urgensi Pendidikan Islam
B. Sumber Pendidikan Islam
1. Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama Pendidikan Islam
2. Al-Sunnah Sebagai Sumber Kedua Pendidikan Islam
C. Asas-Asas Pendidikan Islam
1. Asas Historis dalam Pendidikan Islam
2. Asas Sosiologis dalam Pendidikan Islam
3. Asas Geografis dalam Pendidikan Islam
4. Asas Psikologis dalam Pendidikan Islam
5. Asas Ekonomi dalam Pendidikan Islam
6. Asas Politik dalam Pendidikan Islam
7. Asas Budaya dalam Pendidikan Islam
8. Asas Aqidah dalam Pendidikan Islam
9. Asas Akhlaq dalam Pendidikan Islam
10. Asas Syari’ah dalam Pendidikan Islam
11. Asas Ibadah dalam Pendidikan Islam
D. Karakteristik Pendidikan Islam
E. Metodik Pembelajaran Pendidikan Islam
F. Struktur, Status dan Jenjang Pendidikan Islam
1. Struktur Pendidikan Islam
2. Status Pendidikan Islam
3. Jenjang Pendidikan Islam
BAB III : MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
A. Kajian Teoritis Seputar Masyarakat Madani
39
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Khaldun Ibnu “Muqaddimah” (cet. IX, terjemah oleh Ahmadie Thaha, Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2011)
Wijaya Aksin, “Hidup Beragama Dalam Sorotan Piagam Madinah dan UUD
1945”, (Ponorogo: STAIN Press, 2009)