Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN


SEHAT (PHBS) PASCA
PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:

NAMA : dr.HAMDA SAWITRI


NIP : 19730702 200604 2 010
PANGKAT DAN GOL: PEMBINA TK. I / IV.b
JABATAN : DOKTER MADYA
UNIT KERJA : PUSKESMAS SITUJUH

KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
PERILAKU SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana perkembangan perilaku hidup sehat pasca pandemi Covid-19 ini. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang wabah penyakit
Coronavirus Disease 19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam membuat tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang wabah penyakit akibat Coronavirus Disease 19
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah yang Penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Situjuh, 28 Juli 2022

Penulis

dr.HAMDA SAWITRI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I


DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
(PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19) .. 5
A. PHBS di Rumah Tangga ............................................................................. 5
B. PHBS di Sekolah ......................................................................................... 6
C. PHBS di Tempat Kerja ................................................................................ 7
D. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) ............................. 9
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
SUMBER RUJUKAN........................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Awal tahun ini dunia digegerkan dengan pandemi COVID-19. Hiruk pikuk

dunia seketika senyap berfokus pada upaya menghindari makhluk nano tak kasat

mata yang disebut-sebut menjadi sumber masalah COVID-19, virus SARS-CoV-2.

Setidaknya hingga Mei 2020, ada lebih dari 3 juta kasus positif COVID-19 di

seluruh dunia. Di Indonesia bahkan diketahui bahwa fatality rate atau angka

kematian infeksi SARS-CoV-2 relatif tinggi apabila dibandingkan dengan negara-

negara tetangga. Setidaknya hingga saat ini tercatat sebanyak lebih dari 12.000

kasus positif (PDP) dan lebih dari 800 diantaranya meninggal dunia. Seolah tidak

cukup berdampak pada kesehatan umat manusia, kondisi pandemi ini memaksa

sejumlah negara menerapkan kebijakan yang berdampak besar bagi perekonomian

rakyat dan kondisi sosial budaya di dalam negeri, tidak terkecuali Indonesia. Segala

upaya dikerahkan mulai dari hulu ke hilir, dari sektor ekonomi hingga kesehatan.

Kebijakan work from home, physical distancing, hingga penerapan gaya hidup

bersih dan sehat digalakkan dari tingkat keluarga, RT/RW, kecamatan, kabupaten,

kota, provinsi hingga negara. Situasi yang berubah cepat ini menjadikan banyak

penyesuaian dan merasakan kondisi asing yang baru di masyarakat.

Apabila menilik dari status pandemi yang ditetapkan oleh WHO pada

COVID-19 ini, kita dapat membayangkan betapa pada kehidupan kita (sebelum) ini

adalah kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran dan perkembangbiakan virus.

Bagaimana mungkin tindakan sesederhana mencuci tangan dengan sabun dan

1
menggunakan masker menjadi hal yang tiba-tiba spesial di masa sekarang kalau

saja bukan karena keduanya sangat asing dilakukan di masa lalu? Seolah-olah

kebiasaan mencuci tangan adalah suatu terobosan mutakhir yang terasa mewah. Hal

ini menunjukkan betapa kita dahulu terbiasa dengan perilaku kita yang kurang

memperhatikan gaya hidup bersih dan gaya hidup sehat. Sebelumnya, normalnya

orang tidak akan ambil pusing ketika harus bepergian atau berinteraksi dengan

orang lain. Tidak pernah umum dilakukan budaya mencuci tangan selepas

menggunakan atau menyentuh fasilitas umum. Terasa asing melakukan etika batuk

dan bersin yang benar. Bahkan terkesan berlebihan apabila harus menggunakan

masker di tempat-tempat umum. Tapi bisa kita lihat sekarang, dari tukang sapu,

tukang becak, pedagang asongan, sampai para pejabat negara tanpa kecuali ramai-

ramai mengkampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat.

Fenomena yang sama sekali baru bagi penduduk dunia abad ini ternyata

justru menciptakan suatu kondisi normal yang baru. Pepatah every clouds had its

silver lining sangat cocok menggambarkan situasi ini. Mengungkap sisi terang

pandemi COVID-19 tentu saja kita menemukan bahwa masyarakat secara paksa

terdidik untuk menerapkan gaya hidup sehat dan gaya hidup bersih tanpa terkecuali.

Memasak makanan sendiri menjadi lumrah. Menggunakan masker menjadi umum.

Mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan. Orang menjadi lebih sadar

untuk menjaga makanan dan memilah jenis makanan yang baik bagi kesehatan

tubuh. Mereka bahkan secara sukarela menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin

berolahraga dan beristirahat cukup demi meningkatkan sistem pertahanan tubuh

alami. Seolah-olah dengan adanya pandemi ini masyarakat justru menjadi lebih

2
mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang sebelumnya seringkali terabaikan,

dianggap remeh, atau justru menjadi momok.

Semua orang berharap pandemi ini akan berakhir. Orang sudah mulai jengah

dengan berdiam diri di rumah dan mencari-cari alternatif aktivitas menunggu

semuanya kembali normal. Permasalahannya adalah, bahwa kita perlu

meredefinisikan normal yang baru. Ketika pandemi berakhir, bukan berarti kita

dapat kembali ke pola kehidupan kita yang dulu. Apakah tidak mubadzir menyia-

nyiakan kebiasaan bagus yang sudah terlanjur terbentuk selama masa pandemi ini?

Apabila pandemi berakhir, perlu diketahui bahwa virus-virus penyebab penyakit

COVID-19 tidak berarti lenyap dari muka bumi. Justru akan timbul

ketidakseimbangan alam semesta apabila virus dan bakteri lenyap dari muka bumi

karena toh setiap makhluk di muka bumi pasti memiliki perannya sendiri dalam

menjaga dinamisme harmoni kehidupan. Pada dasarnya bakteri dan virus, materi-

materi mikron dan nano tak kasat mata tersebut sudah ada dari sejak dulu kala, dan

akan terus ada sepanjang kehidupan alam semesta. Hanya karena ukurannya yang

super kecil dan tidak tampak oleh penglihatan manusia, bukan berarti ia lantas tidak

ada. Oleh karenanya kita perlu menyadari bahwa kita tidak pernah aman dari risiko

paparan infeksi virus maupun bakteri selama kita masih sama-sama hidup

berdampingan di alam jagad raya yang sama.

Untuk menjaga kehidupan manusia agar tetap lestari, maka tentunya tidak

ada salahnya dan memang alangkah baiknya jika kondisi new normal yang sekarang

ini berlangsung tetap dijalankan dan dibentuk menjadi kebaisaan. Kondisi ini justru

menaikkan derajat kualitas kehidupan umat manusia secara berjamaah tanpa

3
memandang status negara dan kondisi geografi. Lebih ekstrem lagi, dari pandemi

ini manusia telah diinkubasi untuk menjalani revolusi kehidupan yang serentak dan

komprehensif di segala bidang. Tugas kita selanjutnya adalah menjaga

keberlangsungan kondisi normal yang baru ini secara istiqomah. Konsistensi adalah

kunci, sehingga diperlukan komitmen untuk menjaga keberlangsungan hidup yang

lebih baik bersama-sama. Untuk itu maka semua unsur masyarakat yang kini juga

telah melakukan adaptasi hidup bersih dan sehat ini perlu terus mengembakannya

dengan berbagai program dan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk menjaga

keberlanjutannya itu, tidak cukup kiranya kalau hanya diserahkan begitu saja

kepada masyarakat. Perlu dikembangkan program untuk menjaga kesetimbangan

biotik (makhluk hidup) dan abiotik (kehidupan sosial ekonomi) yang saat ini sudah

dirintis bersama, termasuk hubungan dan kepedulian sosial. Semua Lembaga,

misalnya Pendidikan, sosial keagamaan, infrastruktur ekonomi, kesehatan, dan

utamanya pemerintahan harus menyiapkannya dengan baik dalam menyambut

kondisi paska covid-19 ini agar terjaga harmoni kehidupan yang sehat dan

produktif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

(PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-

kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan.

Misalnya tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum tablet tambah

darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin

A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,

membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan

semua perilaku kesehatan. Apa manfaat PHBS? Antara lain, setiap anggota

keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas,

anggota keluarga giat bekerja. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan

untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah

pendapatan keluarga. Lokasi PHBS bisa di rumah tangga, sekolah, tempat kerja

(kantor), tempat umum, dan di fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit).

A. PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih

dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di

Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.

5
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di

Rumah Tangga yaitu:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan;

2. Memberi bayi ASI eksklusif;

3. Menimbang bayi dan balita;

4. Menggunakan air bersih;

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun;

6. Menggunakan jamban sehat;

7. Memberantas jentik di rumah;

8. Makan buah dan sayur setiap hari;

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari;

10. Tidak merokok di dalam rumah.

B. PHBS di Sekolah

Sekolah memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah,

seyogianya tidak terlalu susah karena pada umumnya tiap sekolah sudah

memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Pengertian UKS adalah usaha untuk

membina dan mengembangkan kebiasaan serta perilaku hidup sehat pada

peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan

bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik

dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya

6
sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

UKS bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar

peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat

kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal

dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Ruang lingkup dan

tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik PHBS di sekolah. Karena terdiri

dari sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan

masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran. Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan sehat.

C. PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk memberdayakan para

pekerja, pemilik dan pengelola usaha/kantor, agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

mewujudkan tempat kerja sehat.

PHBS di tempat kerja antara lain:

1. Tidak merokok di tempat kerja;

2. Membeli dan mengonsumsi makanan dari tempat kerja;

3. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik;

7
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar dan buang air kecil;

5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja

6. Menggunakan air bersih;

7. Menggunakan jamban saat buang air besar dan kecil;

8. Membuang sampah pada tempatnya;

9. Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan;

10. Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit;

11. Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan

penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga;

12. Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf

hidup bukan untuk biaya pengobatan.

a. Bagi masyarakat

Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar

tempat kerja, dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang

diterapkan oleh tempat kerja setempat.

b. Bagi tempat kerja

Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif

terhadap pencapaian target dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan

yang harus dikeluarkan, meningkatnya citra tempat kerja yang positif.

c. Bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

Peningkatan tempat kerja sehat menunjukkan kinerja dan citra

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik, anggaran

8
pendapatan dan belanja daerah dapat dialihkan untuk peningkatan

kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan, dapat

dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS

di Rumah Tangga.

D. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif

dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola

hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan

perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi

sehat dengan meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan

baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan

hidup sehat

2. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;

3. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;

4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan,

tempat berkumpulnya orang sakit dan sehat, sehingga berpotensi menjadi

sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung.

Terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus yang ada di fasilitas pelayanan

kesehatan, penularan penyakit dari penderita yang dirawat di fasilitas pelayanan

kesehatan kepada penderita lain atau petugas di fasilitas pelayanan kesehatan

9
ini disebut dengan infeksi rumah sakit. Infeksi rumah sakit dapat terjadi karena

kurangnya kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan atau kurang higienis atau

tenaga kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil.

Penularan penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas sanitasi

seperti ketersediaan air bersih, jamban dan pengelolaan limbah. Berdasarkan

data Kementerian Kesehatan tahun 2004 ternyata infeksi rumah sakit

merupakan salah satu penyumbang penyakit tertinggi. Persentase tingkat risiko

terjangkitnya infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Umum mencapai 93,4%

sedangkan Rumah Sakit Khusus hanya 6,6%, 1,6-80,8 % di antaranya

merupakan penyakit saluran pencernaan. PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan

merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan

petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan

aktif dalam mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang sehat dan

mencegah penularan penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guna efektivitas PHBS di

fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu,

1. Mencuci tangan pakai sabun (hand rub/hand wash);

2. Penggunaan air bersih;

3. Penggunaan jamban sehat;

4. Membuang sampah pada tempatnya;

5. Larangan merokok;

6. Tidak meludah sembarangan;

7. Pemberantasan jentik nyamuk.

10
Tujuan PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan:

1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;

2. Mencegah terjadinya penularan penyakit;

3. Menciptakan lingkungan yang sehat.

Adapun sasaran PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan adalah:

1. Pasien;

2. Keluarga pasien;

3. Pengunjung;

4. Petugas kesehatan

5. Karyawan.

Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut:

1. Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung:

a. Memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan sehat;

b. Terhindar dari penularan penyakit;

c. Mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan

d. Peningkatan derajat kesehatan pasien.

2. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit:

a. Mencegah terjadinya penularan penyakit;

b. Meningkatkan citra fasilitas pelayanan kesehatan yang baik sebagai

tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan

kesehatan bagi masyarakat.

11
Program PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan dapat terwujud apabila

ada keinginan dan kemampuan dari para pengambil keputusan dan peran aktif

semua stake holder.

Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah

pentingnya pola hidup bersih.

Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak

diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih, seperti:

1. Mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun;

2. Menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi

serangga/lalat;

3. Memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati;

4. Mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta

5. Menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat.

Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat

seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat

membahayakan kesehatan. Lakukan imunisasi atau vaksinasi sesuai anjuran.

Prinsip pola hidup bersih dalam Gizi Seimbang mendukung program kesehatan

lingkungan yang dikenal dengan program PHBS. Untuk mencapai visi

Indonesia Sehat, Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan telah

melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan melakukan sosialisasi

mengenai pentingnya PHBS pada tingkatan rumah tangga. Apa dan bagaimana

upaya PHBS tersebut, dapat dilihat dalam rangkuman sumber pustaka dari Pusat

Promosi Kesehatan (Promkes), Depkes RI. Bagaimana upaya penerapan

12
indikator PHBS di tingkat rumah tangga, di sekolah, di tempat kerja, di tempat

umum dan tempat lainnya, tentu sangat tergantung lagi dengan kesadaran dan

peran serta aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Sebab upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan menunjang pola perilaku

kehidupan rakyat yang sehat secara berkelanjutan.

13
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1 Penyebaran wabah pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan normal

manusia dan berpotensi sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa

2 Perlu adanya perubahan sikap dari setiap individu dalam menjaga kesehatan

tubuh masing-masing

3 Mengubah kebiasaan negatif menjadi kebiasaan yang berdampak positif

bagi diri sendiri

4 Pola hidup yang baik akan meningkatkan taraf kesehatan dan usia harapan

hidup yang lebih panjang

5 Masyarakat sudah mulai lalai menerapkan protokol kesehatan yang disusun

6 Kesadaran mandiri dari individu akan pentingnya status kesehatan

B. Saran

1. Agar tiap rumah tangga tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat.

2. Agar dapat ditingkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam

lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan

berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya.

14
3. Agar memberdayakan para pekerja, pemilik dan pengelola usaha/kantor,

agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

4. Agar dapat pola hidup sehat di rumah sakit dapat diwujudkan melalui

perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi

sehat dengan meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas

kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

15
SUMBER RUJUKAN

Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Depkes
RI, Jakarta, 2007, hal.2
Systematic Literature Review (SLR) On Mental Health in Malaysia During the
Covid-19 Pandemic
Health system resilience in managing the COVID-19 pandemic: lessons from
Singapore
Riopel L. Resilience Skills, Factors and Strategies of the Resilient Person. 20 Jan
2019
Gross R. Psychology The Science of Mind and Behaviour. 4th Edition. 2001
Green L, Ashton K, Bellis MA, Clemens, and Douglas M. Viewpoint ‘Health in All
Policies’ - A Key Driver for Health and Well-Being in a Post-COVID-
19 Pandemic World. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021, 18, 9468
Mujiono K, Katmini. Analysis of Knowledge, Attitude and Motivation Towards
Compliance of Pandemi Covid-19 Health Protocols in Community in
Banter Village, Benjeng District, Gresik Regency. Journal for Quality in
Public Health Vol. 5, No. 1, November 2021, pp: 57-65
Shanbehzadeh S, Tavahomi M, Zanjari N, Ebrahimi-Takamjani I, Amiri-arimi S.
Physical and mental health complications post-COVID-19: Scoping
review. Journal of Psychosomatic Research 147 (2021) 110525
Yenny Y, Istriana E, Kartini K, Ardhanariswara IP, Anggraeni C. Counseling and
Training of Managing Family Mental Health during the COVID-19
Pandemic. Juara, Volume 2, Nomor 2, halaman 188 - 200, Juli 2021
Rajkumar RP. COVID-19, hypocortisolism, and psychosomatic sequelae.
Jawaharla
Institute of Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry,
India
Augustin M. Post-COVID syndrome in non-hospitalised patients with COVID-19:
a longitudinal prospective cohort study. The Lancet Regional Health -
Europe 6 (2021) 100122
www.promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-institusi-
kesehatan, www.dinkesrl.net/blog/2011/03/31/phbs-di-institusi-
kesehatan, Ismoyowati, materi kuliah promosi kesehatan, Universitas
Indonesia, 2009)

16

Anda mungkin juga menyukai