Anda di halaman 1dari 14

TUGAS HEMATOLOGI I

Makalah Sumsum Tulang, Limfa dan Eritropoiesis

Oleh
Kelompok 5

1. Riska Diana Fitri Sari 1913353039


2. Adisty Savella 2010262001
3. Aulia Prima Reza 2021062003
4. Aulia Putri 2010262004
5. Azzikri Ramadhanshah 2010262006
6. Havis Al-furqan 2010262017
7. Hulfatusa’diyah 2010262019
8. Ilvi Rahmi 2010262020
9. Leska Mayetri 2010262023
10. Putri Mayuni 2010262031
11. Silvi Aresta 2010262040

Dosen : Ibu Renowati, M.Biomed

D IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
Kata Pengantar

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah
ini kami beri judul “Sumsum Tulang, Limfa dan Eritropoiesis”.Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi
para pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Renowati M.Biomed dantidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung
penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna.
Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Padang, 22 November 2021

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... 1

Daftar Isi .............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 3

1.1Latar Belakang ............................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3


1.3 Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II Pembahasan ............................................................................................................. 4

2.1 Sumsum Tulang..........................................................................................................4


2.2 Limfa...........................................................................................................................6
2.3 Eritropoiesis................................................................................................................8
BAB III Penutup ................................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
Daftar Pustaka....................................................................................................................13

2
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia pembentukan sel-sel darah sangat berperan penting
dalam proses penumbuhan dan perkembangan seorang individu, seperti yang kita
ketahui bahwa ada sebuah kehidupan di muka bumi ini yang berawal dari kehidupan
fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap yaitu:
1. Pembentukan di saccus vitelinus
2. Pembentukan dihati,kelenjar limfe dan limpa
3. Pembentukan di sumsum tulang.
Sesudah lahir semua sel darah dibuat pada sumsum tulang kecuaili limfosit yang
juga dibentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien. Pada orang dewasa pembentukan
sel-sel darah dibentuk di luar sumsum tulang masih dapat terjadi bila sumsum tulang
mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.
Sampai dengan usia 5 tahun pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat
pembentukan sel darah tetapi sumsum tulang dari tulang panjang kecuali bagian
proksimal, humerus, dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai
20 tahun. Setelah usia 20 tahun sel darah diproduksi teerutama pada tulang belakang,
sternum tulang iga dan ilium.nah dengan demikian peran pembentukan sel-sel darah
sangat penting dalam tumbuh dan perkembangan seseorang .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah fungsi sumsul tulang pada pembuatan darah ?
2. Apakah fungsi limfa dalam peredaran darah ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Eritropoietis ?
4. Apa fungsi dari Eritropoietis ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi sumsum tulang dalam pembuatan darah.
2. Mengetahui fungsi limfa dalam peredarah darah.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan eritropoiesis.
4. Mengetahui fungsi eritropoiesis.

3
BAB II
Pembahasan
2.1 Sumsum Tulang
2.1.1 Pengertian sumsum tulang
Sumsum tulang adalah tempat terpenting dari 6 – 7 bulan kehidupan
janin dan selama masa anak dan dewasa normal, sumsum tulang adalah satu-
satunya sumber sel darah baru.
Sel yang sedang berkembang terletak di luar rongga (sinus) sumsum
tulang dan sel masak dilepaskan ke dalam rongga sinus, sirkulasi kecil
sumsum, dan dengan demikian ke dalam sirkulasi umum.
✓ Pada masa bayi, semua sumsum tulang membentuk darah (haemopoietik) .
✓ Pada masa anak – anak, terdapat pergantian lemak sumsum tulang yang
progresif sepanjang tulang panjang sehingga ketika dewasa, sumsum
haemopolietik terbatas pada rangka pusat.
✓ Sumsum berlemak selebihnya sanggup berbalik ke haemoposis dan pada
banyak penyakit juga terdapat perluasan haemaposisi pada tulang panjang.
✓ Lebih dari itu, hati dan limpa dapat memainkan lagi peranan haemopoietik
yang disebut extramadullary haemopoiesis
Sumsum tulang adalah lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan sel asal ( stem cell ). Ini dilengkapi oleh sel stroma, sel lemak
dan jaringan mikrovaskular.
Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit pada
manusia dan ada bukti untuk prekursor sama dari kedua sistem haemopoietik
dan limfoid. Sel asal haemopoietik juga membentuk osteoklas yang
merupakan bagian sistem fagosit monosit.

2.1.2 Fungsi sumsum tulang


Fungsi sumsum tulang belakang memainkan peran penting dalam
berbagai aspek fungsi tubuh. Contoh dari fungsi sumsum tulang belakang
yang utama yaitu:
• Fungsi sumsum tulang belakang sebagai pembawa sinyal dari otak:
Sumsum tulang belakang menerima sinyal dari otak yang mengontrol
gerakan dan fungsi otonom.

4
• Fungsi sumsum tulang belakang sebagai pembawa informasi ke otak: Saraf
sumsum tulang belakang juga mengirimkan pesan ke otak dari tubuh,
seperti sensasi sentuhan, tekanan, dan nyeri.
• Fungsi sumsum tulang belakang dalam respons refleks: Sumsum tulang
belakang juga dapat bertindak secara independen dari otak dalam
melakukan refleks motorik. Salah satu contohnya adalah refleks patela,
yang menyebabkan lutut seseorang tanpa sengaja tersentak saat diketuk di
tempat tertentu.
• Fungsi sumsum tulang belakang ini mengirimkan impuls saraf untuk
gerakan, sensasi, tekanan, suhu, nyeri, dan banyak lagi.

Sumsum tulang belakang merupakan tempat diproduksinya sel darah


merah, keping darah, dan sel darah putih. Tanpa sel darah yang diproduksi
di sumsum tulang belakang, tubuh Anda tidak akan berfungsi dengan
baik.

2.1.3 Pembagian sumsum tulang

2.1.3.1 Sumsum Merah


Sumsum merah membentuk jaringan berserat halus, sangat
vaskular, mengandung sel induk hematopoietik. Sel-sel induk ini
menghasilkan komponen seluler termasuk sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit untuk memenuhi persyaratan oksigenasi,
koagulasi dan kekebalan pada organisme. Sumsum tulang merah

5
juga berkontribusi pada penghancuran sel darah merah tua di dalam
tubuh. Saat lahir, hanya sumsum merah yang ada di tubuh.
2.1.3.2 Sumsum Kuning
Sumsum tulang kuning mengandung lebih banyak lemak (80%)
dan tidak aktif secara hematopoietik. Ini ditemukan di rongga
meduler dan interior berongga bagian tengah tulang panjang.
Sumsum tulang kuning terutama berfungsi sebagai tempat
penyimpanan lemak dan dapat dikonversi menjadi sumsum tulang
merah dalam kondisi tertentu seperti kehilangan darah atau demam
yang parah.
Biasanya sel-sel lemak ini adalah pilihan terakhir untuk
kebutuhan energi tubuh dan dapat digunakan jika terjadi kelaparan
ekstrem. Tapi, fungsi utamanya adalah konversi menjadi sumsum
merah atas persyaratan apa pun oleh tubuh. Sumsum kuning dapat
dikonversi sendiri dalam waktu 1 hingga 2 jam untuk mengambil
alih peran sumsum merah.
2.2 Limfa

2.2.1 Pengertian Limfa


Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular
ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem
limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.
Limpa adalah sebuah kelenjar yang berwarna ungu tua yang terletak
dibelakang lambung sebagai penghasil cairan yang membantu proses
pencernaan makanan dan membersihkan darah. Sedangkan limfa adalah getah

6
bening atau cairana basa yang berasala dari ruang antar sel dan terdapat
didalam pembuluh'' limfa menyerupai plasma darah.
2.2.2 Ciri – ciri limfa
Fungsi : terlibat penting dalam sistem imunitas dan pengangkutan lemak
Tersusun dari serat retikuler, sel makrofag dan sel limfosit
Terdapat pada organ tymus, kelenjer limfe dan limpa.
Limfosit cenderung berkelompok. Kelompok limfosir disbut nodulus yang
bisa kita jumpai di tonsil, limpa, tymus dan saluran pencernaan

2.2.3 Proses Alir Limfa


Proses jalan limfe dimulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan
interstisiil yang mengandung zat-zat makanan didalamnya, keluar dari kapiler
darah. Setelah keluar dari kapiler darah, kemudian masuk ke dalam jaringan-
jaringan disekelilingnya. Kemudian cairan interstisiil ini akan memberikan zat-
zat makanan dari jaringan.
Kemudian setelah itu cairan tersebut akan berkumpul di lekak-lekak
jaringan yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe mengalir melalui
jalanjalan limfe. Proses masuknya seperti pada susunan jalan darah, pertama
limfe itu masuk kedalam kapiler.
Antara kapiler yang satu dengan yang lain bertemu dan akhirnya menjadi
besar, yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya jalan-jalan limfe akhirnya menjadi
dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus lymphaticus dexter. Ductus
thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang dinamakan systerna cycli.
Pada ductus thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh
pasangan belakang dari dinding dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri,
leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri. Sedangkan untuk truncus
lymphaticus dexter, pangkalnya menereima limfe dari sebagian besar dinding
dada sebelah kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu
sebelah kanan, kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di
kelenjar limfe sebelah kanan, yang terletak di dekat dada. Dari perkumpulan
tersebut terdiri dari 3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus
lymphaticus dexter.
Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh
darah. Sebelum limfe dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di
7
nodus-nodus limfatikus. Karena limfe saat di lekak-lekak jaringan dapat
terdapat kuman penyakit dan benda-benda debu seperti zat arang, sebelum
dialirkan ke dalam pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih
dahulu. Pembersihan tersebut terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-
kelenjar limfe. Dan kuman-kuman tersebut yang tertahan disana akan
dimusnahkan oleh limfosit yang terdapat di kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang
terdapat kuman yang lebih kuat, hal demikian dapat terjadi, bila terdapat
kuman-kuman nanah, dan akibatnya kelenjar tersebut akan bernanah. Dan
kelenjarkelanjar limfe juga bisa berwarna hitam bila terdapat seperti zat arang.
Setelah masuk ke vasa darah, limfe tersebut pertama akan dibawa ke ginjal, di
ginjal tersebut zat-zat yang ada di dalam cairan tersebut akan dikeluarakan. Di
dalam pembuluh limfe juga terdapat klep-klep sehingga cairan limfe tidak bisa
kembali

2.3 Eritropoisis
2.3.1 Pengertian Eritropoietis
Eritropoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang. Eritropoiesis dalam keadaan normal terjadi,
sebagai proses untuk menggantikan eritrosit yang mengalami penghancuran
oleh organ lien akibat penuaan.
Eritropoiesis ini akan meningkat aktivitasnya manakala kebutuhan
eritrosit di sirkulasi meningkat, sebagai contoh pada keadaaan anemia.
✓ Untuk dapat memulai proses eritropoiesis, maka sumsum tulang
memerlukan signal berupa hormon dan sitokin.
✓ Hormon dan sitokin yang merangsang eritropoiesis ini diproduksi oleh
organ dan sel lain di luar sumsum tulang.
✓ hormone eritropoietin yang dihasilkan dari organ ginjal, glukokortikoid
dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal, sedangkan
sitokin berupa IL-3, IL-6 dihasilkan sel T, sel monosit, yang semuanya akan
bersama-sama menuju sumsum tulang dan selanjutnya terikat pada reseptor
sel progenitor eritroid di sumsum tulang.
2.3.2 Awal pembentukan sel darah merah

8
1. Pronormoblas
Merupakan sel eritroid yang paling awal di sumsum tulang. Merupakan sel
besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus ditengah dengan nukleoli dan
kromatin yang sedikit mengelompok.
2. Normoblas
Merupakan sel pronormoblas yang mengalami pembelahan sehingga
mempunya ukuran yang semakin kecil.

Pronomoblas juga berisi haemoglobin lebih banyak (berwarna merah


jambu) dalam sitoplasma, sitoplasma berwarna biru pucat karena
kehilangan alat sintesis RNA dan proteinya.
Nukleus akhirnya dikeluarkan dari normoblas tua didalam sumsum
tulang dan terkjadilah satium retikulosit yang masih mengandung sebagian
ribosomal RNA dan masih sanggup menssintesis haemoglobin.
Sel ini memakan waktu 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga
beredar dalam darah tepi selama 1-2 hari sebelum matang, terutama dalam
limpa, ketika RNA hilang sempurna dan terbentuk eritrosit matang yang
berwarna merah jabu, yang merupakan cakram bikonklaf tanpa nukleus.
2.3.3 Proses eritropoisis
Setelah hormon dan sitokin sebagai faktor pertumbuhan melekat pada
reseptor sel progenitor, yaitu sel yang merupakan cikal bakal eritrosit, maka
berikutnya akan mengaktivasi sinyal-sinyal untuk proliferasi sel progenitor.
Tahapan pembelahan sel dimulai. Ada proses proliferasi dengan tahapan fase
G1, sintesis, G2 dan mitosis. Sel selanjutnya membelah menjadi 2 anak sel
yang sama, satu di antaranya melanjutkan tahapan maturasi sebelum menjadi
eritrosit matur, dimulai dari pronormoblast, basofilik normoblast, ortokromik
normoblast, polikromatofilik normoblast, retikulosit dan akhirnya eritrosit.
Dari sel progenitor hingga tahapan retikulosit ini terjadi di sumdum tulang.
Retikulosit selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi dan matang menjadi eritrosit
dalam waktu 24 jam di sirkulasi.
Proeritoblas (Membelah beberapa kali) => Basofil eritroblas =>
Polikromatofil eritroblas => Ortokromatik eritroblas => Retikulosit =>
Eritrosit.

9
1. Rubiblast
Sel muda eritrosit, sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan kromatin
yang halus. Dalam keadaan normal rubiblast dalam sumsum tulang adalah
sebanya 1%
2. Prorubrisit
Ukurannya lebih kecil dari rubiblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4%
dari seluruh sel berinti.
3. Normoblast
Mengandung kromatin kasar dan menebal secara tidak teratur. Jumlah sel ini
sekitar 10 – 20% dalam susmsum tulang orang dewasa normal.
4. Eritroblast ortokromatik
Jumlah dalam keadaan normla adalah 5 – 10%
5. Retikulosit
Proses maturasi eritrosit setelah pembentukan hemoglobin dan penglepasan
inti sel. Jumlah 0,5 -2,5 %.
6. Eritrosit

eritrisit normla merupakan sel berbentuk cakram bikonklaf dengan


diameter 7-8 mikron dan tebal 1.5 – 2.5 mikron.
Bagian tengah sel ini lebih tipis daripada bagian tepi. Dengan warna wright,
eritrosit akan berwarna kemereh – merahan karena mengandung hemoglobin.
10
Umur eritrosit adalah sekitar 120 hari akan dihancurkan bila mencapai
umurnya oleh limpa.
2.3.4 Zat – zat yang dibutuhkan untuk membentuk darah merah.
Zat yang dibutuhksn untuk erritropoiesis. Sumsum memerlukan
banyak prekusor untuk mensintesis sel baru dan jumlah besar haemoglobin.
Golongan zat yang dibutuhkan :
✓ Logam : besi, mangan, kobalt
✓ Vitamin : vitamin B12, folat, Vitamin C, Vitamin E,Vitamin
B4(pirdoksin), tiamin, riboflavin, asam pantotenat.
✓ Asam amino
✓ Hormon : eritropoietin, androgen, tiroksin

11
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sumsum tulang adalah tempat terpenting dari 6 – 7 bulan kehidupan janin dan
selama masa anak dan dewasa normal, sumsum tulang adalah satu- satunya sumber
sel darah baru.
Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam
jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui
proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Eritropoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan eritrosit
di dalam sumsum tulang. Eritropoiesis dalam keadaan normal terjadi, sebagai proses
untuk menggantikan eritrosit yang mengalami penghancuran oleh organ lien akibat
penuaan.
3.2 Saran
Darah mempunyai peranan yang sangat penting dalam tubuh makhluk hidup. Jika
terjadikelainan yang berhubungan dengan darah, dapat menyebabkan timbulnya
penyakit yang menyerang makhluk hidup. Agar terhindar dari penyakit, sudah
sepatutnya kita , menjaga tubuh kita. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk
mengenal pembentukan sel darah. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi siapa saja.

12
Daftar Pustaka

https://www.merdeka.com/jabar/memahami-fungsi-sumsum-tulang-belakang-beserta-
penjelasan-anatominya-kln.html
https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/28/140200923/apa-fungsi-sumsum-
tulang-belakang-?page=all
https://id.sawakinome.com/articles/science--nature/difference-between-red-and-
yellow-bone-marrow-2.html
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/FISIOLOGI%20SISTEM%20LIMFAT
IK%20KURBA%202020.pdf
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/17759/1/73d9fb2895e87bfe6b76b493abfbd28c.pdf
http://repository.um-surabaya.ac.id/2346/3/BAB_2.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai