0203-02 - Int - Integrasi 1D ( )
0203-02 - Int - Integrasi 1D ( )
0203-02 - Int - Integrasi 1D ( )
Ringkasan
Integrasi numerik artinya melakukan proses integrasi dengan cara numerik terhadap
daerah atau domain solusi tertentu yang terbatas. Jika domain solusi tidak dibatasi, maka
integrasi mempunyai solusi yang infinite dan sebaliknya jika domain solusi dibatasi, maka
akan diperoleh solusi finite atau terbatas. Di dalam diktat ini dikenalkan integrasi cara
kalasik maupun cara lanjut yang didasarkan pada formula Gauss.
Integrasi sering dipakai secara luas dalam bidang rekayasa. Kasus-kasus yang melibatkan
integrasi numerik lebih banyak dijumpai dibanding dengan kasus diferensiasi numerik.
Diferensiasi biasanya dipakai secara analitik untuk mendiskripsikan fenomena alam
(govern equation) dalam medium atau domain yang tidak terbatas (infinite). Lingkup
terapan dalam bidang rekayasa menyangkut solusi persamaan diferensial dalam medium
yang terbatas (finite). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat
lokal dan kecil. Selanjutnya untuk memperoleh hasil global dalam medium tertentu, hasil
lokal dan kecil tersebut diintegrasi dalam keseluruhan medium yang ditinjau. Pendekatan
ini memungkinkan penerapan komputer dalam pemecahan integrasi numerik dengan
sangat baik dan meluas. Seiring perkembangan teknologi komputer, maka berkembang
pula teknologi solusi persamaan diferensial yang akhirnya berkembang menjadi cabang
ilmu sendiri. Dalam bab berikut akan diberikan penjelasan tentang integrasi numerik fungsi
satu dimensi (1-D), sedangkan integrasi numerik untuk fungsi dengan 2-D atau lebih
diberikan dalam bab berikutnya.
I y a f ( x )dx
b
(3-1)
dan identik dengan menyelesaikan nilai I y(b) untuk persamaan diferensial berikut:
dy
f(x) (3-2)
dx
y(a) = 0 (3-3)
Absis biasanya dinyatakan dengan x0, x1, x2, …… xn. Untuk interval absis yang konstan,
nilai absis ke i dengan interval konstan sebesar h dapat dinyatakan sebagai berikut:
III-1
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Suatu fungsi di xi akan mempunyai nilai sebagai berikut:
f(x) fi (3-5)
Jika integrasi fungsi f(x) dihitung di antara limit batas bawah a dan batas atas b, akan
menghasilkan f(a) dan f(b), maka integrasi tersebut menggunakan formulasi integrasi
tertutup. Jika batas integrasi memakai nilai di sekitar a dan b, misalnya a1 dan b1, dimana
a1 > a dan b1 < b, maka integrasi yang dimaksud menggunakan formulasi integrasi
terbuka. Berikut ini akan diberikan beberapa formula itegrasi tertutup.
Formula trapesium:
x 1 1
I x 2 f(x) dx h f 1 f 2 O h 3 f " (3-6)
1 2 2
Suku O( ) mengekspresikan error yang merupakan beda antara solusi numerik dengan
solusi analitik. Formula di atas menggunakan dua titik, yaitu f1 dan f2 serta cocok untuk
polinomial dengan orde sampai dengan orde satu, misalnya f(x) = x.
Formula Simpson:
x 1 4 1
I x 3 f(x) dx h f 1 f 2 f 3 O h 5 f ( 4 ) (3-7)
1 3 3 3
Formula dengan tiga titik ini cocok untuk polinomial dengan orde tertinggi sampai dengan
orde tiga, misalnya f(x) = x3.
Formula Bode:
14
x 64 24 64 14
I f ( x ) dx h f 1 f 5 O h7 f ( 6 )
5
f2 f3 f4 (3-8)
x
1 45 45 45 45 24
Formula dengan lima titik ini cocok untuk polinomial dengan orde sampai dengan orde
lima. Formula di atas diberi nama sesuai dengan nama penemunya. Disamping formula-
formula tersebut masih banyak lagi formula semacam itu dan tidak akan diberikan disini.
Salah satu contoh formula integrasi terbuka adalah formula integrasi terbuka Newton
seperti berikut ini:
55
x 5 5 55
I f ( x ) dx h f 1 f 4 O h7 f ( 4 )
5
f2 f3 (3-9)
x
0 24 24 24 24
III-2
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Nilai integrasi dalam formula di atas yang dibatasi oleh nilai a = x0 dan b = x5 hanya
dievaluasi berdasar nilai di x1, x2, x3 dan x4 saja, yaitu nilai dalam rentang a dan b. Formula
ini tidak optimal seperti formula integrasi tertutup.
Jika persamaan (3-6) digunakan sebanyak n - 1 kali untuk mengevaluasi integral dalam
interval (x1,x2), (x2,x3), …… (xn-1,xn), selanjutnya hasilnya dijumlahkan, maka kita akan
mendapatkan formula trapesium lanjut untuk integral dari x1 sampai xn sebagai berikut:
1 ( b a )3 f "
xn 1
I f ( x ) dx h f 1 f f ...... f f O (3-10)
2 2 3 n 1 2 n n2
x
1
Dalam persamaan ini suku O( ) atau error dinyatakan tidak dalam kriteria h, melainkan
dalam interval b - a dan n. Persamaan (3-10) dalam kenyataannya merupakan persamaan
yang terpenting dan menjadi dasar untuk sebagian besar formula-formula integrasi dalam
praktek. Pengembangan persamaan (3-7) seperti penurunan persamaan (3-10) akan
menghasilkan formula Simpson lanjut sebagai berikut:
1 1
xn 4 2 4 2 4 1
I f ( x ) dx h f 1 f f f .... f f f O 4
x 3 3 2 3 3 3 4 3 n 2 3 n 1 3 n n
1
(3-11)
Sampai dengan formula ini, kita meninjau formula integrasi dengan interval absis yang
konstan. Berikut ini akan dijelaskan formula integrasi dengan interval absis yang tidak
konstan.
Perbedaan antara formula klasik dan lanjut terhadap formula quadratur Gauss yang
selanjutnya disebut dengan formula Gauss dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada formula klasik dan lanjut, batas-batas integrasi a dan b bersifat sembarang,
sedangkan pada formula Gauss sudah ditentukan, misalnya a = -1 dan b = 1,
Formula klasik dan lanjut didasarkan pada interval absis yang konstan, sedangkan
formula Gauss menggunakan interval absis yang tidak konstan,
Pada formula klasik dan lanjut, koefisien-koefisien f1, f2, …… fn bersifat tetap,
sedangkan pada formula Gauss dapat ditentukan secara bebas,
Formula Gauss menggunakan sistem pembobotan agar diperoleh hasil yang optimal
yang dinyatakan dengan simbol wi.
III-3
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Sampai saat ini dikenal beberapa varian formula Gauss diantaranya adalah: formula
Gauss-Legendre, Gauss-Laguerre, Gauss Chebyshev serta Gauss-Hermite. Dalam
kesempatan berikut hanya dijelaskan formula Gauss-Legendre saja yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
n
I a f ( x ) dx 1 F ( z ) dz wi F ( z i )
b 1
(3-12)
i 0
Pada formula klasik, variabel bebas mempunyai batas a x b, sedangkan pada formula
Gauss variabel bebas berada dalam interval -1 z 1. Persamaan (3-12)
mengimplikasikan adanya transformasi dari sistem koordinat x dengan batas a x b ke
dalam sistem koordinat z dengan batas -1 z 1. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua
alternatif.
2x ( a b )
z (3-13)
ba
sehingga fungsi integran yang baru akan mempunyai bentuk sebagai berikut:
( b a )z ( a b )
f(x) f (3-14)
2
dan persamaan (3-12) akan berubah menjadi formula alternatif 1 sebagai berikut :
x b z 1
(b a )z ( a b )
I f ( x ) dx
x a
f
z 1
2
dz
(3-15)
Harga z dalam persamaan (3-15) didapatkan dari Tabel 3.1. Alternatif 2: fungsi integran
tetap (tidak perlu transformasi simbolik). Pada alternatif 2 ini dikenalkan fungsi basis atau
basis function yang dinyatakan sebagai berikut:
(b a )b a
φ (3-16)
2
z( b a ) b a
x z . (3-17)
2
b z 2 1
x
I
a
f ( x ) dx
z 1
F ( x( z )) J dz F ( x( z ))
1
z
dz (3-18)
III-4
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
z( b a ) b a
x 2 (b a )
J (3-19)
z z 2
F dz
(ba ) z( b a ) b a
I 2
(3-20)
2
1
Berdasar persamaan (3-12), maka persamaan (3-20) dapat didekati dengan formula
alternatif 2 sebagai berikut:
(b a ) n zi ( b a ) b a
wi F
b
I a f ( x ) dx (3-21)
2 2
i 0
Tabel 3.1 menyajikan faktor bobot formula Gauss-Legendre sampai dengan n = 14 atau
dengan 15 titik Gauss. Formula Gauss-Legendre pada persamaan (3-21) sangat sesuai
untuk komputasi digital, karena tidak dibutuhkan penyesuaian fungsi integran f(x). Dalam
hal ini hanya titik referensi zi yang ditransformasikan serta adanya faktor pengali berupa
konstanta (b–a) / 2.
z 3 z 2 z 1 dz 2 2
1 1
I F ( z ) dz (3-22)
1 1 3
Harga integrasi fungsi di atas dengan formula Gauss dua titik adalah:
1
I 1 F ( z ) dz wi F ( z ) 1 x F ( 0.57735) 1 x F ( 0.57735)
1
i 0
i (3-23)
0.56353297 2.10313369 2.66666666
Untuk formula dengan dua titik (n = 1), hasil tersebut adalah eksak, karena F(z) adalah
polinomial dengan orde (2n + 1) atau kurang.
III-5
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Tabel 3.1: Akar Polinomial Legendre (z) dan Bobot (wi ) untuk
Formula Gauss-Legendre (Sumber: Carnahan et al, 1969)
wi F( z
1
zi F ( z )dz i ) wI
1 i 0
III-6
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Ilustrasi 2: alternatif 1, fungsi integran mengalami transformasi simbolik.
2
dx 1n x
2
I 1n 2 0.69314718 (3-24)
1 x 1
2x ( b a ) 2x 2 1
z 2x 3 dz 2dx (3-25)
ba 2 1
Konsekuensi dari transformasi koordinat adalah adanya Jacobian, dari persamaan (3-25)
diperoleh harga Jacobian sebesar ½. selanjutnya transformasi integran menghasilkan:
1
f(x)
x
(3-26)
2
F( z )
z3
2 dz 1
1
2 1
dx dz (3-27)
x 1 z 3 2
1 1
z 3
4
w F( z
1
I F( z ) i i ) 0.69314712 (3-28)
1
i 0
Perhitungan integrasi Gauss dengan 5 titik Gauss dilakukan dalam tabel berikut ini.
I zi wi F( zi ) 1 wi F ( z i )
z 3
i
0 0.00000000 0.56888889 0.33333333 0.18962962
1 + 0.53846931 0.47862867 0.28260808 0.13526433
2 0.53846931 0.47862867 0.40625128 0.19444351
3 + 0.90617985 0.23692689 0.25600460 0.06065437
4 0.90617985 0.23692689 0.47759593 0.11315529
4
wi F ( z i ) 0.69314712
i 0
III-7
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Ilustrasi 3: alternatif 2, fungsi integran tetap (tidak perlu transformasi simbolik).
x
3
I 3
x 2 x 1 dx 34 23 (3-29)
1
Harga integral di atas berdasar formular Gauss 2 titik berdasar persamaan (3-21) dengan
a = 1 dan b = 3 serta w1, z1 dari Tabel 3.1 untuk n = 1 didapatkan:
III-8
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
3.5. Contoh Kasus Integrasi Numerik Satu Dimensi -
Perhitungan Volume dan Berat Batuan Penutup (Overburden)
Permasalahan:
Suatu tambang batubara terbuka (pit) direncanakan dengan besaran-besaran berikut:
- Persamaan garis topografi: H(x) = -3(10-09) x3 + 2(10-05) x2 - 0.0591x + 362.06, dengan
x (m) dan H(x) adalah posisi dari titik referensi dan ketinggian dari permukaan laut (m).
- Kemiringan (dip) batubara dan highwall masing-masing adalah 6o dan 60o.
- Koordinat titik A, B dan C adalah (10;361), (1510;100) dan (1629;306)
Dengan data-data tersebut diminta menghitung volume batuan penutup total yang harus
dibuka dari tambang batubara terbuka tersebut.
Permukaan topografi
A C
Batuan Penutup
Highwall
Lapisan Batubara o
60
B 6
o
1500 m
Permukaan Laut
Formulasi masalah:
Volume batuan penutup dihitung dengan cara integrasi dengan batas-batas berupa: kurva
topografi, lapisan batubara dan highwall pada pit limit. Kurva topografi diekspresikan
dengan fungsi topografi, sedangkan lapisan batubara dapat diekspresikan dengan fungsi
melalui titik A dan B, sedangkan fungsi highwall dapat diekspresikan dengan fungsi
melalui titik B dan kemiringan sebesar 60o. Volume dinyatakan persatuan panjang tegak
lurus penampang Gambar 3.1. Fungsi topografi (F1(x)), fungsi lapisan batubara (F2(x)) dan
fungsi highwall (F3(x)) dinyatakan sebagai berikut:
III-9
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Jawaban:
Volume batuan penutup dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
x2 1510 x2 1929
Vol
F ( x ) F ( x ) dx F ( x ) F ( x ) dx
x110
1 2
x11510
1 3 (3-34)
Perhitungan volume batuan penutup untuk integran pertama dengan persamaan integran
(3-34) dan (3-35) dilakukan berdasar cara Gauss-Legendre dengan 5 titik atau n = 4
diberikan dalam Tabel 3.3 berikut ini. Batas bawah dan batas integrasi masing-masing
adalah a = 10 dan b = 1510.
w .F( z )
(b a ) ( 1510 10 )
Vol 1 i i .( 197.903 ) 148427 (3-37)
2 0
2
Sedangkan perhitungan volume batuan penutup untuk integran kedua dengan persamaan
integran (3-34) dan (3-36) juga dilakukan berdasar cara Gauss-Legendre dengan 5 titik
atau n = 4 diberikan dalam Tabel 3.4 berikut ini. Batas bawah dan batas integrasi masing-
masing adalah a = 1510 dan b = 1629.
III-10
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS
Tabel 3.4: Perhitungan Integrasi Gauss-Legendre dengan Lima Titik
untuk Integran dengan a = 1510 dan b = 1629
w .F( z )
(b a ) ( 1629 1510 )
Vol 2 i i .( 208.315 ) 12395 (3-38)
2 0
2
Jadi volume batuan penutup total persatuan panjang tegak lurus penampang adalah
jumlah antara volume untuk integran pertama dan kedua, yaitu:
III-11
Catatan Kuliah – Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS