ISBN: 978-623-6114-96-4
Diterbitkan Oleh:
Bandar Publishing
Jl. Teungku Lamgugob, Syiah Kuala Banda Aceh Provinsi
Aceh. Hp. 08116880801 IG. bandar.publishing
TW. @bandarbuku FB. Bandar Publishing
Anggota IKAPI
Dicetak oleh:
Percetakan Bandar di Lamgugob Banda Aceh
(Isi diluar tanggung jawab percetakan)
Cetakan Pertama, 2021
Halaman: x + 75 hlm. 18 x 25 cm
Daftar Isi ~ xi
Prolog ~ xiii
Bab I Pendahuluan ~ 1
A. Pengertian Fiqh Berlau Lintas ~ 1
B. Tertib Lalu Lintas Sesuai Syariah - 8
C. Tujuan Tertib Berlalu Lintas Dalam Perspektif
Maqashid Syariah ~ 13
ض َم َر ًح ۗا اِّن ه
ّٰللاَ ََل ي ُِّحبُّ ُكل ُم ْختَا ٍل فَ ُخ ْو ٍر ِّ اس َو ََل ت َْم ِّش فِّى ْاَلَ ْر َ ُ َو ََل ت
ِّ ص ِّع ْر خَدكَ ِّللن
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri”.(Al-Qur’an Surah Al- Luqman
Ayat 18).
(‘ilm al-fiqh huwa al- ‘ilm bi al-ahkam al-syar’iyyah al- ‘amaliyyah al-muktasab min
adillatiha al-tafshiliyyah). Artinya: ilmu fiqh adalah ilmu yang membahas tentang
hukum-hukum syari’at terkait perbuatan manusia berdasarkan dalil-dalil terperinci
(Abd al-Wahhab Khallaf, 1978:11).
Hal tersebut berbeda dengan syari’at yang sifatnya statis, tidak ada
perubahan, karena syari’at itu ketentuan baku yang ada dalam nash Al-
Qur`an dan Hadis yang tidak lagi mengalami perubahan setelah wafatnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (A. Qodri Azizy, 2002:56-57).
Gambar: Logika metode istinbath (ijtihad/penggalian) hukum Islam
Mujtahid Mujtahid
)Wa al-hasilu annahu tajibu tha’atu al-imami fima amara bihi zahiran wa
bathinan mimma laisa biharamin au makruhin fa al-wajibu yataakkadu wa al-
mandubu yajibu wa kaza al-mubahu in kana fihi maslahatun(. Kesimpulannya,
wajib mentaati pemimpin dalam semua hal yang telah diperintahkan, secara
lahir dan batin, selama bukan perkara haram atau makruh. Perkara wajib
semakin wajib untuk ditaati, perkara sunah menjadi wajib, begitu juga perkara
mubah jika mengandung kemaslahatan umum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin berlalu lintas yang
baik dan benar adalah sama dengan mengamalkan seluruh ajaran agama
Islam sebagai kewajiban yang harus penuhi serta larangan yang harus
dihindari. Maka dari itu mentaati aturan berlalu lintas merupakan bahagian
dari sikap menjaga hubungan dengan Maha Pencipta yaitu hubungan
dengan Allah Subhana wa Ta’ala (hablum minallah) dan hubungan kita sesama
ummat manusia (hablum minannas), sehingga akan terjaga dari setiap
perbuatan yang dapat menimbulkan dosa.
3. Maslahah mursalah ()مصلحة مرسلة, yaitu maslahat yang belum secara tegas
diperintahkan atau dilarang oleh Quran dan Hadist, tetapi dibolehkan
selama ada manfaat dan nilai positif dan tidak bertentangan dengan teks
Al-Quran dan Hadis serta prinsip umum syariat, seperti membuat
peraturan lalu lintas.
Sesuai klasifikasi maslahat tersebut, untuk itu, pemerintah dan atau Polri
boleh saja membuat kebijakan dan aturan lalu lintas yang mendatangkan
maslahat, selama tidak bertentangan dengan teks syariat dan prinsip-prinsip
umum syariat. Wahbah Zuhaili dalam Ushul Fiqh Islami menjelaskan definisi
maqasid syariah yaitu makna-makna dan tujuan yang diperhatikan oleh syari’
(Allah) pada keseluruhan hukum-hukumnya atau sebagian besarnya, atau
tujuan dari syariat itu sendiri. Sementara Asy-Syatibi menjelaskan bahwa
tujuan-tujuan syariat (maqasid) terklasifikasi pada tiga hal, yaitu:
mewujudkan kemaslahatan dengan menjamin kebutuhan daruriyah (primer),
memenuhi kebutuhan hajjiyah (sekunder) dan memenuhi kebutuhan
tahsiniyyah (tersier/pelengkap). Dalam al-Muwafaqat disebutkan bahwa
kebutuhan daruriyah (primer) terklasifikasi dalam lima pilar, yaitu menjaga
agama (hifz ad-din), menjaga jiwa (hifz an-nafs), menjaga keturunan (hifz an-
nasl), menjaga harta (hifz al-mal) dan menjaga akal (hifz al-aql). Sebagian ulama
bahkan menambahkan menjaga kehormatan (hifz al- ‘ird) sehingga maqashid
itu menjadi enam tujuan pokok/primer. Karena itu, tujuan utama syariat
Islam (maqashid asy-syari’ah) adalah menjaga kemaslahatan hamba-Nya, baik
KBP Dicky Sondani, S.I.K., M.H 17
Dr. M. Gaussyah, S.H., M.H, dkk
di dunia maupun di akhirat, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Sejalan dengan itu Imam ‘Izzuddin ibnu Abdissalam, menegaskan, bahwa
seluruh syariat Islam mengandung kemaslahatan. “Dan seluruh syariat (Islam)
itu maslahat, baik dalam bentuk menolak kemafsadatan maupun menarik
kemaslahatan.”
Pertama, kemaslahatan menjaga agama (hifdhu ad-din). Agama menyeru
kepada segenap umat manusia untuk berbuat baik dan adil, termasuk
berbuat baik di jalan.. Manusia adalah khalifah Allah. Bumi dan seluruh
isinya diamanahkan kepada umat manusia untuk diurus dan dipelihara
sebaik-baiknya (QS. al-A’raf: 128). Kedua, menjaga jiwa (hifdhu an-nafs).
Menjaga dan memelihara tata tertib saat berkendera juga bagian dari
menjaga jiwa. Menjaga jiwa artinya memelihara keselamatan, kesehatan, dan
juga kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan “indisipliner” di
jalan dapat mengancam jiwa manusia. Ketiga, melindungi keturunan dan
martabat (hifdh an-nasl wa al- ‘irdl). Melindungi keturunan dan martabat
termasuk salah satu tujuan syariat Islam (maqashid asy-syari’ah). Artinya,
menjaga keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini adalah
bagian penting syari’at Islam diturunkan. Oleh karena itu, setiap bentuk
pembangunan harus berorientasi sekaligus mempertimbangkan
kelangsungan hidup generasi umat manusia.
Segala upaya yang berdampak pada perusakan dan ketidakseimbangan
ekosistem adalah tindakan yang bertentangan dengan syari’at Islam.
Keempat, menjaga akal (hifdh al-‘aql). Akal dalam Islam menempati posisi
sangat penting sebagai salah satu tujuan syariat Islam. Tanpa akal, manusia
tidak sempurna dan terhindar dari hukum taklifiy. Menjaga ketertiban di
jalan dalam arti umum, sesungguhnya menjaga umat manusia, baik jasmani,
rohani, maupun akalnya. Kelima, menjaga harta (hifdh al-mal). Harta memiliki
arti sangat luas, yaitu segala sesuatu yang berharga dan mempunyai nilai
sekaligus bisa dimiliki. Alam dan lingkungan hidup ini, seperti tanah, pohon,
binatang, air, energi, dan lain-lain, adalah harta benda. Menjaga dan merawat
lingkungan (ri’ayah al-bi’ah) sama halnya dengan menjaga harta benda kita.
Kewajiban pemerintah (negara) untuk membangun, mengelola, serta
menjaga kepentingan umum sebagai bentuk pemenuhan terhadap hajat
hidup rakyatnya. Hal tersebut adalah amanat agama dan tujuan yang sesuai
dengan konstitusi. Namun, dalam membangun dan mengelola kepentingan
umum, pemerintah harus selalu berorientasi pada kemaslahatan publik (al-
18 FIQH BERLALU LINTAS
mashlahat al-‘ammah) sebagai pijakan dan dasar bagi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Kemaslahatan publik adalah sesuatu yang terbaik
dan terpenting (al-aham) untuk kehidupan rakyat. Kemaslahatan publik
harus dijadikan landasan sekaligus parameter bagi seluruh kebijakan publik.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana cara mengukurnya. Tentu saja,
kemaslahatan itu harus diukur dan dikembalikan kepada publik untuk
merumuskan dan menentukan kemaslahatan dirinya. Partisipasi publik
dalam perumusan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan publik
menjadi suatu keharusan. Tanpa partisipasi publik, suatu kebijakan sulit
dapat disebut maslahat. Imam ‘Izzuddin ibn Abdissalam asy-Syafi’i dalam
Qawa’id al-Ahkam fiy Mashalih al-Anam menjelaskan:
Pasal tentang kebijakan (tasharruf) seorang pemimpin atau
penggantinya. Sebagaimana yang sudah dijelaskan tentang jenis-jenis
tasharruf (kebijakan), seorang pemimpin harus membuat kebijakan yang
terbaik/paling maslahat (al-ashlah) buat rakyatnya. Yaitu, dengan
menghindari mudarat atau kerusakan dan mengambil yang manfaat dan
benar. Pemimpin tidak boleh mengambil sebuah kebijakan yang baik
sementara masih ada yang lebih baik lagi, kecuali ada halangan atau
kendala untuk merealisasikannya (masyaqah syadidah).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa melaksanakan
perintah agama bukan hanya menjaga salat lima waktu dan berbagai
perintah lainnya, tetapi juga menjaga keselamatan jiwa ketika berlalu lintas
dengan mematuhi aturan yang telah dibuat. Meninggalkan larangan agama
bukan hanya meninggalkan perbuatan mungkar seperti larangan judi dan
lainnya, tetapi juga meninggalkan larangan melangggar aturan lalu lintas.
ٍش ْىءَ سو َل َوأ ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَإِن تَ َٰنَزَ ْعت ُ ْم فِى ُ ٱلر ۟ ُٱَّللَ َوأَ ِطيع
َّ وا ۟ َُٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع
َّ وا
يل َ ْاخ ِر ۚ َٰذَلِكَ َخيْر َوأَح
ً سنُ تَأ ْ ِو ِ ٱل َء ْ ٱَّلل َو ْٱليَ ْو ِم
ِ َّ سو ِل ِإن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ ِبُ ٱلر
َّ ٱَّلل َو ِ َّ فَ ُردُّوهُ ِإلَى
“Dan jangan kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”. Bagian dari sombong
dijalan adalah bertindak seperti raja dijalan. Seakan-akan tidak ada
orang lain dijalan.
Tidak terdapat dalil khusus yang menjelaskan tertib lalu lintas dalam
Hadis, akan tetapi Islam sebagai agama yang sempurna tentu sangat lengkap
mengatur semua aspek kehidupan manusia baik aturan yang dibuat tersebut
secara khusus maupun secara umum. Adapun hadis yang mengatur tentang
ketertiban berlalu lintas dapat diambil dari hadis yang bersifat umum yang
bisa dijadikan sebagai dasar untuk melakukan aktifitas di jalan raya. Hadis-
hadis ini bisa menjadi rujukan yang harus benar-benar diikuti sehingga tidak
ada manusia dimanapun yang dizalimi atau disakiti jika seorang muslim
atau muslimah sedang berada di jalan.
1. Hadis tentang kewajiban mentaati pemimpin atau penguasa
Ketika mengaku mukmin, pada saat itulah setiap manusia harus awas
dan sadar bahwa Allah selalu memantau perbuatan dan segala tindak-
tanduknya, hingga apa yang tersembunyi dalam hati. Sementara Allah,
meskipun diyakini ada, tetapi karena tidak kelihatan oleh mata telanjang,
maka manusia pun mudah lupa, melupakan, atau pura-pura lupa,
sehingga tidak malu untuk melanggar syariat-Nya. Hilangnya kesadaran
ini membuat iman seseorang berkurang ke tingkat terendah. Demikian
pula dengan pelanggaran di jalan. Terkadang, yang melakukannya itu
adalah seorang muslim yang taat dalam ibadah dan rajin dalam hal
kewajiban salat. Mengapa hal ini dilakukan, salah satu penyebabnya
adalah adanya pemahaman bahwa menaati aturan lalu lintas itu
bukanlah bagian dari ketaatan dalam menjalankan syariah, padahal
aturan ini merupakan wilayah ulil amri (pemerintah; melalui Dishub dan
Polisi Lalu Lintas) yang harus ditaati selama tidak menganjurkan
kemaksiatan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam:
Artinya: “Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram (mulia) atas
kalian seperti haramnya hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian
ini”. (HR. Muslim dalam Shahihnya, No. 1218).
Sebab itu, darah dan harta seorang muslim menjadi haram terganggu,
apalagi ditumpahkan dan dirusak, karena harta dan darah seorang
muslim memiliki kemuliaan di sisi Allah. Kebiasaan buruk menimpa
mereka dalam mengendarai motor atau mobil di jalan akibat aksi ugal-
ugalan di jalan raya yang membuat takut bagi kaum muslimin lain yang
berada di sekitar jalan. Bahkan terkadang pengendara menabrak sebagian
orang atau fasilitas yang terdapat di jalan raya. Knalpot yang tidak standar
atau yang telah dimodifikasi membuat kebisingan yang sangat
mengganggu pengguna jalan lainnya, bahkan spontan membuat kaget.
Padahal di dalam Islam, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
perbuatan menyebarkan ketakutan kepada seorang muslim.
َ َال َي ِح ُّل ِل ُم ْس ِل ٍم أ َ ْن ي َُر ِو
ع ُم ْس ِل ًما
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk membuat takut seorang muslim”. (HR.
Abu Dawud)
Artinya “Kemudlaratan itu harus dihilangkan.” (M. Shidqi Burnu, 2003, Jilid
VI: 261).
Kaidah ini bertujuan untuk merealisasikan maqashid syar’iyah dengan
menolak yang mafsadah (kerusakan), dengan cara menghilangkan
kemudaratan atau setidaknya meringankannya. Oleh sebab itu, Ahmad al-
Nadwi menyebutkan bahwa penerapan kaidah ini meliputi lapangan yang
sangat luas di dalam fiqh bahkan meliputi seluruh materi fiqh yang ada.
Masyaqqah (kesulitan) adalah suatu kesulitan yang menghendaki adanya
kebutuhan (hajat) tentang sesuatu, bila tidak dipenuhi tidak akan
)ma ubiha li al-dharurati yuqaddaru biqadriha( ت يُقَد ُِر ِبقَد ِْرهَا َ َما أ ُ ِب ْي َح ِللض َُّر
ِ ورا
Komisi Fatwa Majelis Ulama Arab Saudi (Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts
Wal Ifta’) menyatakan terkait hukum seseorang melanggar peraturan lalu
lintas seperti melanggar batas kecepatan kendaraan di dalam kota atau di
luar kota, juga berhenti di tempat-tempat yang terlarang untuk berhenti.
Menjawab hal tersebut komisi mengeluarkan fatwa nomor 15752 bahwa
wajib bagi semua pengendara untuk mematuhi rambu-rambu tersebut,
karena aturan tersebut dibuat untuk kemaslahatan dan keselamatan
bersama. Melanggar aturan dapat menimbulkan mudarat dan bahaya bagi
keselamatan.
Adapun isi fatwa no. 15752 selengkapnya yaitu (Komisi Fatwa Arab Saudi,
1424 H, Jilid XXIII: 468):
Terjemahan Fatwa:
Hukum melanggar rambu lalu lintas:
Pertanyaan: Apakah melanggar rambu lalu-lintas dan yang semacamnya termasuk
mukhalafah (pelanggaran syariat)? Semisal melanggar batas kecepatan kendaraan di
dalam kota atau di luar kota, juga berhenti di tempat-tempat yang terlarang untuk
berhenti, terlebih pada waktu shalat, dan pelanggaran yang lain baik dengan sebab
tertentu atau tanpa sebab. Apakah ini diharamkan oleh syariat ataukah makruh?
Terima kasih atas fatwa anda, semoga Allah membalas dengan kebaikan.
Jawaban:
Rambu-rambu lalu lintas diadakan dalam rangka maslahat yang besar bagi kaum
Muslimin. Maka wajib bagi semua pengendara untuk mematuhi rambu-rambu
tersebut. Karena dengan mematuhinya, terwujud maslahah yang besar bagi
masyarakat. Dan dengan melanggarnya, terjadi berbagai kejadian dan gangguan
bagi orang lain, juga menimbulkan kerusakan-kerusakan terhadap orang lain.
Adapun berhenti di dekat masjid (untuk shalat), untuk jangka waktu tertentu, jika
tidak menimbulkan kesulitan pada orang lain, dan di tempat yang diketahui orang-
orang bahwa itu tempat berhenti, maka kami harap itu tidak mengapa insya Allah.
Wabillahi at taufiq, wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammadin, wa alihi wa shahbihi
wasallam.
Komisi Fatwa:
Komisi Fatwa Majelis Ulama Yordania yang diketuai oleh Syeikh Abdul
Karim Khainah telah mengeluarkan fatwa nomor 3266, tertanggal 11 Januari
2017 mengenai hukum mematuhi rambu lalu lintas. Majelis menjawab
bahwa menjaga keselamatan jiwa adalah salah satu tujuan utama syariat
(Maqashid Syariah), oleh karena itu, tidak boleh melanggar aturan yang
dibuat. Karena aturan tersebut bertujuan untuk mengatur kemaslahatan
umum dan melanggarnya dapat membawa bahaya besar. Kami berpesan
agar para pengemudi mematuhi aturan lalu lintas untuk menjaga jiwa
mereka dan jiwa orang lain (www.aliftaa.jo). Adapun ringkasan fatwa dalam
teks asli arab yaitu:
صلةُ والسَّل ُم َّ وال،َّلل ِ ِ ُ ال َح ْمد:واب ُ الط ُرقَاتِ؟ ال َج ُّ علَى َ سي ِْر َّ ْطاء اْل َ ْولَويَّ ِة أَثْنا َء ال
ِ عدَ َم إِع َ َما ُح ْك َم:ُ(السُّؤال
عَ َوقَ ْد ش ََر،علَ ْي َها بِحا ٍل َ وز اَ ِال ْعتِدا ُء ُ شريعَ ِة فَ َل يَ ُج َّ قاص ِد ال ِ ظ النَّ ْف ِس ِم ْن أَه َِم َم ُ ِح ْف،َّللا
ِ َّ سيِدِنا َرسو ِل َ علَى َ
(و َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا َ :َّللاُ تَ َعالَى َّ قَا َل،ُ فَ ُح ِر َم القَتْل،ِصد ِ علَى َهذَا ال َم ْق َ ظ ِة َ َكام ْال َك ِف ْيلَةَ ِب ْال ُمحاف َ ْاْلسْل ُم اْلَح ِ
َ
َو ِلق ْو ِل ِه،93/ع ِظي ًما) النِسا ُء َ عذابًا َ َ
َ ُعدَّ له َ َ
َ عل ْي ِه َولعَنَهُ َوأ َ َ ُب هللا َ َض َّ
ِ ُمتَعَ ِمدًا ف َجزَ ا ُؤهُ َج َهن ُم خَا ِلدًا فِي َها َوغ َ
ت ْ َ َوقَ ْد َج َعل.) ضهُ ) َر َواه ُم ْس ِلم ُ َو ِع ْر،ُ َومالُه،ُ دَ ُمه،علَى اَ ْل ُم ْس ِل ِم َحرام َ ( ُك ُّل ال ُم ْس ِل ِم:سلَّ َم َ علَ ْيهُ َوَ َُّللا َّ صلَّى َ
َالعام بِ َما يَ ْكفُ ُل ِح ْفظ
ِ ظام ِ ِعلى الن َ َ
َ وانين اَلتِي تُسا ِه ُم فِي ال ُمحافَظ ِة َّ ِ َض َع الق َ ُ
ْ اْلسْلميَّة ِل َولي ِ اْل ْم ِر َو ُ
ِ شريعَة َّ ال
سي ِْر َّ قانون ال
ِ زام ِب ْ
َ ِااللت ِ َو ِبالتَّا ِلي فَإِ َّن.اء ِ شري َع ِة الغَر َّ ص ال ِ ص ْو ُ ُ َو ِب َما َال يَتَصادَ ُم َم َع ن،واْل ْموا ِل َ ْ فوس ِ ُّالن
ْرارٍ علَى ذَلِكَ ِم ْن أَض َ ب ُ َّوز؛ ِلما َيت ََرت ُ واجب ش َْرعًا َو ُمخالَفَتُهُ َال تَ ُج ِ ََوالَّذِي ِم ْنهُ ِإعْطا ُء اْل َ ْولَويَّ ِة ِل ْْلخ َِرين
َولَما فِيه ِم ْن ُمخالَفَ ِة.)ُرار ) َر َواه ابْنُ َما َجه َ ض ِ ض َر َر َو َال َ َال:ُسلَّ َم يَقُول َ علَ ْيهُ َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ي ُّ ِ َوالنَّب،ٍَجسي َمة
وال َع ْشوائيَّ ِة ِفي َحيا ِة ْ َوالَّذِي ي َُؤ ْو ُل ِإلَى ال َخلَ ِل،اْلسْلميَّ ِة ِ شري َع ِة َّ صادَ ُم َم َع ال َ ََولي ِ اْل َ ْم ِر ِفي َما أَ َم َر ِم َّما َال َيت
.) وهللا تعالى أعلم.واح ِه ْم ِ علَى أَ ْر َ ظا ً سي ِْر ِحفَا َّ زام بِقَوا ِع ِد الَ ِوصي السائِقينَ ا ِال ْلت ِ ُ فَن،اس ِ الن
Terjemahan:
“Pertanyaan: Apa hukum melanggar aturan lalu lintas dan tidak memberikan
prioritas berlalu lintas di jalan raya sesuai aturan? Jawaban: Segala puji bagi Allah
dan shalawat bagi Rasulullah. Menjaga jiwa adalah unsur terpenting dalam maqasid
syariah, tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan jiwa dalam bentuk
apapun, sebagaimana tercantum dalam al-Quran dan al-Hadis. Syariat Islam telah
memberikan otoritas bagi pemerintah untuk membuat peraturan yang tidak
bertentangan dengan syariat yang berkontribusi menjaga kepentingan umum untuk
menjamin perlindungan jiwa dan harta. Karena itu, mematuhi peraturan lalu lintas
dan memberikan prioritas dalam berlalu lintas merupakan kewajiban agama dan
melanggarya tidak dibolehkan, karena mengakibatkan timbulnya bahaya besar dan
kekacauan dalam lalu lintas di jalan. Kami menasehatkan para pengemudi mematuhi
aturan dalam rangka menjaga jiwa mereka”.
Syeikh Bin Baz (mufti Arab Saudi dan ulama senior Fiqh dan Hadis)
pernah mengeluarkan fatwa haram melanggar peraturan negara terkait lalu
lintas, karena menimbulkan bahaya besar bagi dirinya dan orang lain dan
pemerintah boleh memberikan hukuman kepada pelanggar untuk
menimbulkan efek jera.
Selengkapnya fatwa beliau (Syeikh Bin Baz, 1415 H, Jilid IV: 536):
Terjemahan fatwa:
“Apa hukum dalam Islam untuk orang yang melanggar rambu lalu lintas,
seperti menerobos lampu lalu lintas padahal lagi nyala merah? Tidak boleh
bagi seorang muslim maupun non muslim untuk melanggar peraturan
negara terkait rambu lalu lintas. Karena tindakannya ini menyebabkan
bahaya besar baginya dan orang lain. Pihak pemerintah membuat undang-
undang dan peraturan tersebut, dalam rangka menjaga kemaslahatan
seluruh masyarakat, dan menghindarkan bahaya agar tidak menimpa kaum
muslimin. Karena itu, tidak boleh bagi seorangpun untuk melanggar aturan
itu. Dan pemerintah boleh memberikan hukuman untuk perbuatan itu, yang
bisa membuatnya jera. Karena Allah menghentikan maksiat masyarakat
melalui penguasa, yang tidak bisa dihentikan dengan al-Quran dan sunah.
Mereka bisa berhenti dari pelanggaran, karena hukuman yang diberikan oleh
pemerintah. Mengapa bisa demikian, Karena sedikitnya iman mereka
kepada Allah dan hari akhir.”
Lebih tegas lagi beliau juga pernah memfatwakan orang yang sengaja
mengenderai kenderaan dengan melampaui batas kecepatan yang
ditetapkan, kemudian kecelakaan dan meninggal dunia, termasuk dalam
kategori melakukan sesuatu sebab yang mengakibatkan bunuh diri
(https://binbaz.org.sa/fatwas/27933/.). Padahal menjaga keselamatan jiwa
dengan mematuhi aturan lalulintas sangat penting dalam Islam, karena
sengaja melanggar membahayakan diri dapat dianggap sama hukumnya
seperti membiarkan dirinya terbunuh atau membunuh diri dan hal ini sangat
dilarang.
Syeikh Prof. Dr. Jibrin (ahli fiqh dan hadis Arab Saudi)
mengeluarkan 11 fatwa terkait dengan hukum lalu lintas, salah satunya
Fatwa No 11394 Tentang Hukum melanggar aturan lalu lintas (www.ibn-
jebreen.com). Beliau berfatwa tidak boleh melanggar peraturan dan
ketentuan lalu lintas yang dibuat untuk mengatur lalu lintas dan mencegah
kecelakaan lalu lintas. Para pelanggar dapat dihukum dengan membayar
denda atau kurungan penjara atau bentuk-bentuk hukuman lainnya.
علَى َ ظ ِة َ َوال ُمحاف ْ صلَ َح ِة ْ ص ًل ِم ْن أَجْ ِل ال َم ْ َت أ ْ َضع ِ َما ُح ْك َم ُمخالَفَ ِة أَ ْن ِظ َم ٍة َولَوائِحِ اَ ْل ُم:ُ(السُّؤال
ِ رور اَلَّتِي ُو
سي ِْر َو ِلت ََلفِي َّ ت ِلتَ ْن ِظ ِيم الْ َضع ِ رور اَلَّتِي ُوِ ح اَ ْل ُم ِ ِوز ُمخالَفَةُ أَ ْن ِظ َم ٍة َولَوائ ُ َال تَ ُج:واب ُ ال َج.ميع ِ سل َم ِة ال َج َ
،ق ُّ
ِ قاط ِع الط ُر ِ ُ ت فِي ت ْ ض َع ِ ت اَلَّتِي ُوِ َارا
َ اْلش ْ
ِ َوذَلِكَ ِمث ُل،ت ْ
ِ ت َوال ُم َهاتِ َرا ِ طرا ْ
َ ع ْن اَل ُمخا َ لز ِج ِر ُّ ث َو ِل ِ ال َحوا ِد
،قوفِ الو ُ ت ِل َم ْن ِع الدُّخو ِل أَ ْو َم ْن ِع ْ ِهام اَلَّ ِتي ُر ِس َم
ِ والس،ع ِة َ يف الس ُّْر ِ ت ِللتَّ ْه ِدئَ ِة أَ ْو ِلت َْخ ِف ْ ض َع ِ ت اَلَّ ِتي ُو ِ والل ِفتا
ض ِع َهاْ ص َل بِ َو َ َولَقَ ْد َح،جاو ِز َونَحْ ِوها ُ َّصير ِة ِل َم ْن ِع الت َ َالطويلَ ِة أَ ْو الق َّ ق ُّ طوط اَ ْل ُم ْستَطيلَ ِة فِي
ِ الط ُر ِ وال ُخ ْ
فَ َه ُؤ َال ِء ال ُمخَا ِلفُونَ أَ ْهل أَ ْن يُ َعاقَب ُْوا َويُن َِك ْلوا ِبدَ ْف ِع.َّللا تَ َعالَى
ِ َّ ث ِبإِ ْذ ِن ِ َوتَ ْقليل ِل ْل َح َوا ِد،ظ كَثير ُ َزام ِب َها تَحْ فِ ِوا ِال ْلت
. )ب ِ طلَقًا أَ ْو ِإلَى َح ٍد َمحْ دو ٍد َو ِبنَحْ ِو ذَلِكَ ِم ْن ال ِعقا ْ ْأوقَعيَّةً َو ِب َم ْن ٍع ِم ْن القيادَ ِة ُم،طوي ٍل َ ت ماليَّ ٍة َو ِبسِجْ ٍن ٍ غ ََرا َما
Terjemahan:
Pertanyaan: apa hukum melanggar peraturan dan rambu lalu lintas yang dibuat
untuk kemaslahatan dan menjaga keselamatan umum? Jawaban: tidak boleh
melanggar aturan lalu lintas yang dibuat untuk menertibkan lalu lintas, mencegah
38 FIQH BERLALU LINTAS
kecelakaan dan menghindari bahaya, seperti lampu lalu lintas di persimpangan jalan,
rambu-rambu atau marka jalan untuk mengurangi kecepatan, tanda panah larangan
masuk atau berhenti di tempat tertentu, demikian juga garis batas tidak boleh
dilewati. Karena semua itu dibuat untuk menjaga keselamatan dan meminimalisir
kecelakaan dengan izin Allah. Para pelanggar dapat dihukum dengan denda atau
penjara atau dilarang mengemudi untuk selamanya atau jangka waktu tertentu atau
bentuk-bentuk hukuman lainnya.
َسواء َكان َ ،ي ِإلَى ُوقُ ْوعِ الض ََّر ِر ْ ت ال ُم ُر ْو ِريَّ ِة َوالَّتِي قَ ْد ت ُ َؤ ِد ُّ َ"أ
ِ ي ُمخَالَفَ ٍة ُمتَ َع ِمدَةٍ ِللت َّ ْع ِل ْي َما
ُ َويَ ْل َحقُهُ ال ِو ْز ُر َواَ ْلذَ ْن،ُاحبُه
.ب ِ صَ يَأْثَ ُم. َح َرام، َح َرام، فَ ُك ُّل ذَلِكَ َح َرام،ض َرر ُر ْو ِحي أَ ْو َم ِادي َ
ب َ س َ عةً ُمخالَفَةً ِلما ُه َو الل ِز ُم أَ ْن يَ ِس ْي َر فِي ِه َح َ س ْر ُ ُّسي ِْر اَلَّتِي تُعَدَّ عةُ فِي ال َ َكذَلِكَ يَحْ ُر ُم الس ُّْر
ُض َرر أَنَّهَ ص َل فِي َها هَلك َو َّ عةَ ِإذَا قَدَّ َر
َ َّللاُ َح َ ماء يَ َرى أَ َّن الس ُّْر ِ َض العُل َ بَ ْل ِإ َّن بَ ْع،ِال ُم ْعتاد
."ً يَ ْعتَبَ ُر ا ْنتِحارا
(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm
standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat
(8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan
penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
)Wa al-hasilu annahu tajibu tha’atu al-imami fima amara bihi zahiran wa bathinan
mimma laisa biharamin au makruhin fa al-wajibu yataakkadu wa al-mandubu yajibu
wa kaza al-mubahu in kana fihi maslahatun.(“Bahwa kita, wajib mentaati pemimpin
dalam semua hal yang telah diperintahkan, secara lahir dan batin, selama bukan
perkara haram atau makruh. Perkara wajib semakin wajib untuk ditaati, perkara
Taat kepada aturan lalu lintas yang telah disepakati dan diterapkan oleh
pemerintah adalah demi terwujudnya kemashlahatan umum (al-mashlahah
al-amah), dan menghindarkan dari mara-bahaya. Baik bahaya yang terkait
dengan jiwa (hifz al-nafs) ataupun bahaya yang terkait dengan harta (hifz al-
mal). Di mana ada kemashlahatan yang bersifat umum, tidak bertentangan
dengan ajaran agama, sehingga diperintahkan untuk taat dan tidak
melanggar segala bentuk aturan lalu lintas yang merupakan hasil
kesepakatan yang telah dituangkan dalam suatu peraturan perundang-
undangan, sehingga tidak boleh melanggar perintah untuk taat aturan lalu
lintas tersebut, baik dalam proses pembuatan dan kepemilikan Surat Izin
Mengemudi (SIM) kewajiban memakai helm dan atribut safety riding,
larangan melanggar rambu-rambu lalu lintas, dan tidak melakukan suap
tilang di saat kedapatan melanggar lalu lintas.
Artinya: “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Dalam ayat lain Allah berfrman: “Janganlah engkau berjalan di muka bumi
ini dengan sombong. Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup menembus bumi
dan tidak akan mencapai setinggi gunung” (AI-Israa': 37). Hendaklah engkau
tidak berlenggang ke kanan dan ke kiri. Janganlah mengayunkan kedua
tanganmu dengan sombong dan bangga. Dalam hadits: Nabi Shallahu ‘alaihi
wa sallam melihat kepada Abi Dujanah yang berjalan dengan sombong di antara dua
pasukan di Uhud. Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya berjalan yang seperti ini
dibenci oleh Allah, kecuali di tempat ini.”
Pengaturan yang diberlakukan di Indonesia bahwa berjalan di jalur kiri,
tidak ada syariat dilanggar, di satu sisi sudah menjadi adat kebiasaan yang
sudah mapan, maka menjadi wajib setiap warga negara untuk menaatinya,
maka dalam ini dapat dijelaskan bahwa posisi hukum positif dihadapan
hukum syar’i ada beberapa kemungkinan:
1. Hukum positif menetapkan sesuatu yang tidak diperoleh petunjuk nash
al-Qur’an secara sharih (eksplisit), bahkan kadang-kadang sengaja
didiamkan oleh Syari’, dan itu mengimplisitkan kreasi mengatur “al-
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah
kamu kepada Adam, maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan
menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.
Artinya: Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada, dan iringilah
kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan),
dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.
Seorang Muslim dilarang melakukan sesuatu yang dapat mengganggu orang
lain di jalan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
َما لَنَا مِ ْن،َّللا َ يَا ر: فقَالُوا،ِط ُرقات
َّ سو َل َ ُ إِيَّا ُكم َو ْال ُجل:َ عن النَّبِي ِ ﷺ قَال،t ِ سعي ٍد ْال ُخد ِْري
ُّ وس في ال َ عن أَبِي
ْ
و َما َح ُّق: قالوا،ُطريقَ َحقَّه َّ طوا ال ُ فَإِذَا أَبَ ْيت ُ ْم إِ َّال ْال َم ْجلِس فَأ َ ْع:َّللا ﷺ
َّ فَقَا َل رسو ُل،ث فِي َهاُ َّ نَتحد،َمجالِسنَا بُد
عن ْال ُم ْن َك ِر
ِ ي ْ َواْل َ ْم ُر،َّلم
ُ والنَّ ْه، ِبال َمعْروف ِ وردُّ الس َ ،َف اْلَذَى ُّ وك،صرَ ََض ْالب
ُّ غ:ََّللا؟ قَال
َّ ق يَا رسو َل ِ ط ِريَّ ال
Artinya: Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Beliau bersabda: Jauhilah dari duduk-duduk di jalan! Para sahabat berkata: wahai
Rasulullah, kegiatan kami duduk (di jalan) berkumpul ya hanya (di pinggir jalan)
itu. Kami bisa bercengkerama saat itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
bersabda: Kalau kalian memang sulit berpindah dari berkumpul (seperti itu), maka
berikan kepada jalanan itu haknya. Para sahabat bertanya lagi: Apa hak dari jalan itu
wahai Rasulullah? Rasul menjawab: menundukkan pandangan, tidak menyakiti,
membalas salam, menyampaikan kebaikan, melarang kemungkaran.
Sumber: tafsirweb.com
Artinya: Ketika kami hendak naik kendaraan, kami bertakbir, ketika kami turun
dari kendaraan, kami bertasbih. (HR. Bukhari 2993)
ُي أَ َّنكَ ت ُ ِج ْيعُهُ َوتُدْئِبُه َ ُأَفَ َل تَتَّقِي هللاَ فِ ْي َه ِذ ِه ْالبَ ِه ْي َم ِة الَّتِى َملَ َّككَ هللاُ ِإيَّاهَا فَإِنَّه
َّ َشكَى ِإل
Artinya: “Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang
telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah
mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR.
Muslim dalam Shahihnya (342), dan Abu Dawud dalam As-Sunan (2549).
ٍان ِْ ن
ِ اْلي َم ُ ق َو ْال َحيَا ٍُء
ٍْ ِش ْعبَةٍ م ٍْ ع
ٍِ ن الط ِري ٍْ َط ٍةُ ْالع
َ ظ ٍِم َ ّللاُ َوأَدْنَاهَا إِ َما َ س ْبعُونٍَ بَابا أَ ْف
ٍ َ ضلُ َها
ٍ ٍل إِلَهٍَ إِل ِْ
ٍُ اْلي َما
َ ن بِضْعٍ َو
A. Buku-Buku
Al-‘Iz Abdul Salam, 1991, Qawa’id al-Ahkam, Cairo, Maktabah al-Kulliyyat al-
Azhariyyah.
C. Jurnal-Jurnal
D. Internet